Bush Pulang Dengan Harapan Bisa Ubah Soal Timur Tengah

nurcahyo

New member
Bush Pulang Dengan Harapan Bisa Ubah Soal Timur Tengah

Kapanlagi.com - Pukul 22.40 WIB, pesawat kepresidenan Air Force One, lepas landas dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

Pesawat berpenumpang orang nomor satu AS itu, bertolak kembali ke Negeri Paman Sam, setelah selama enam jam di Indonesia.

Kepulangan Bush membuat kota Bogor yang sejak pagi seakan "mati" kembali hidup. Semua jalan yang ditutup sejak pukul 06.00 WIB kembali dibuka untuk umum.

Kendati cuma mampir dalam perjalanan pulang dari lawatan ke Vietnam untuk menghadiri KTT APEC, Bush sempat bertemu dengan banyak kalangan. Selain berbicara dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bush juga bertemu dengan sembilan tokoh berbagai bidang di Istana Bogor.

Sembilan tokoh yang mengikuti pertemuan itu adalah ekonom Muhammad Ikhsan, pakar fisika Johannes Surya, peneliti LIPI Adi Santoso, cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat, Ketua Badan Reintegrasi NAD Yusny Saby, Wakil Ketua Majelis Rakyat Papua Frans Wospakrick, pakar BPPT Ridwan Djamaluddin, pakar pendidikan Arif Rachman dan pakar kesehatan Nila Farid Moeloek.

Pertemuan Bush dengan cendekiawan Indonesia sangat singkat, hanya empat menit. Namun waktu yang pendek itu, dipergunakan untuk menyuarakan aspirasi mereka.

Dalam pertemuan itu, cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat sempat meminta kepada Bush agar Amerika Serikat mengubah kebijakan luar negerinya di Timur Tengah.

Kebijakan politik Bush yang keras di Timur Tengah, menurut Komaruddin justru menjadi penyebab lahirnya radikalisme di kalangan umat Islam sehingga mengganggu proses demokratisasi yang sedang berjalan.

"Masalah Timur Tengah itu berkaitan dengan radikalisme dan ekstrimisme. Kedua hal tersebut akan mengganjal proses demokratisasi yang sedang kita kembangkan," kata Komaruddin Hidayat di Istana Bogor.

Dikatakannya, umat Islam di Indonesia dalam proses menuju demokratisasi, dan itu sejalan dengan proses demokratisasi yang terjadi di Amerika Serikat.

Namun, hal itu sekarang terganjal radikalisme dan ekstrimisme yang muncul akibat kebijakan AS di Timur Tengah.

"Oleh karena itu kita harapkan umat Islam maupun umat agama lain di Indonesia bisa bekerja sama dengan AS mengembangkan demokrasi dan itu jangan dirusak. Radikalisme itu merusak proses ini," katanya.

AS sebagai negara yang punya kekuatan, katanya diharapkan bisa melakukan penekanan untuk menghentikan radikalisme ini.

Meski komitmen AS untuk mendukung proses demokratisasi sangat besar tetapi prakteknya sulit untuk dicapai sehingga menimbulkan kekecewaan banyak ormas-ormas sosial keagamaan di Indonesia.

Komaruddin tidak terlalu berharap pembicaraan dengan Bush menghasilkan sesuatu yang konkrit, karena waktunya yang terlalu singkat.

"Saya sekedar satu orang yang diundang dan tidak banyak berharap. Yang saya harapkan adalah kerjasama G to G dan kepedulian atas suara masyarakat," katanya.

Penyelesaian Irak

Dalam jumpa pers bersama Bush, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus menyebutkan soal Irak dan meminta agar AS secepatnya menyelesaikan masalah tersebut.

Yudhoyono mengusulkan tiga solusi dalam penyelesaian kasus Irak yang antara lain melakukan rekonsiliasi nasional di Irak dengan memberdayakan pemerintah yang ada.

"Dengan melakukan ini diharapkan Irak bisa menangani masalahnya sendiri," kata Yudhoyono usai melakukan pertemuan bilateral dengan presiden Bush.

Solusi kedua menurut presiden Yudhoyono adalah dengan melibatkan lembaga lain seperti pasukan keamanan PBB yang kedatangannya disesuaikan dengan jadwal penarikan pasukan AS dan pasukan lain dari wilayah Irak.

Lebih lanjut SBY juga menyarankan AS melibatkan masyarakat internasional untuk melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi di Irak.

Ketiga solusi itu harus diputuskan sebelum AS keluar dari Irak. Bush sepakat untuk mencari solusi yang realistis dalam mengatasi masalah di Irak dengan melibatkan negara-negara lain, karena masalah Irak bukan saja persoalan Amerika Serikat.

"Indonesia percaya kita bisa bekerja sama untuk bertukar ide untuk melahirkan solusi jangka panjang yang baik di Irak," katanya.

Namun demikian Bush menyatakan belum memutuskan untuk menarik pasukannya dari Irak, dan masih melakukan evaluasi atas saran dan rekomendasi yang disampaikan kepadanya.

"Saya akan menyampaikan kepada anda secepat mungkin keputusan yang akan saya ambil," katanya.
 
Back
Top