Penyerangan Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang

Dipi76

New member
Bentrok Cikeusik
Polisi Amankan Pimpinan Ahmadiyah
Penulis: | Editor: Erlangga Djumena
Minggu, 6 Februari 2011 | 13:43 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Polres Pandeglang mengamankan pimpinan Ahmadiyah Cikeusik, Parman, dan keluarganya, karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. "Ketua Ahmadiyah bernama Parman beserta istrinya yang warga negara Filipina, dan Atep, seorang pengurus Ahmadiyah, saat ini sudah kami amankan," kata Kepala Polres Pandeglang Ajun Komisaris Besar Alex Fauzy Rasyad ketika dikonfirmasi, Minggu (6/2/2011).

Tiga orang pemimpin Ahmadiyah itu, kata dia, sebenarnya meminta pengamanan pada Polsek Cikeusik karena ketakutan terhadap masyarakat. Alex mengaku, sebelumnya telah menasihati Parman agar tidak melakukan kegiatan karena khawatir memicu situasi tidak kondusif.

Selain itu, kata dia, sebelumnya juga telah ada desakan dari masyarakat agar Parman membubarkan Jemaah Ahmadiyah. "Tapi waktu itu, Parman malah mengeluarkan pernyataan bernada menantang dengan berkata, ’lebih baik mati dari pada membubarkan diri’," kata Kepala Polres Pandeglang.

Namun beberapa hari lalu, Parman bersama istrinya serta Atep, datang ke Polsek Cikeusik meminta pengamanan, dan akhirnya diamankan di Markas Polres Pandeglang. Mengenai adanya korban jiwa dan insiden yang terjadi pada Minggu sekitar pukul 10.30 WIB itu, Kapolres mengaku belum mendapat laporan secara resmi.

"Kalau korban meninggal dunia kami belum tahu, tapi kalau yang mengalami luka berat memang ada empat orang, dan satu di antaranya kondisinya memang koma. Korban dibawa ke rumah sakit oleh anggota," ujarnya.

Sementara, Lukman, tokoh masyarakat Cikeusik, ketika dikonfirmasi, mengungkapkan, sebanyak enam orang anggota Jemaah Ahmadiyah, meninggal akibat bentrokan antara jemaah keagamaan itu dengan warga di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang. "Yang saya lihat ada enam orang yang meninggal, dan seluruhnya dari Jemaah Ahmadiyah," kata

Lukman menjelaskan, seluruh korban meninggal itu tidak diketahui identitasnya karena tak memiliki kartu identitas, namun seluruhnya berasal dari luar daerah dan merupakan Jemaah Ahmadiyah.

Sementara satu orang warga Desa Umbulan, Sarta, mengalami luka bacok pada lengah kanannya. "Lengan kanan Sarta hampir putus dibacok oleh anggota Jemaah Ahmadiyah," kata Lukman.

Lukman juga menjelaskan, sebenarnya warga tidak bermaksud melakukan kekerasan. Masyarakat hanya ingin agar Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik pimpinan Parman membubarkan diri. "Warga ingin Ahmadiyah itu membubarkan diri karena sudah dinyatakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), tapi permintaan itu diabaikan oleh mereka," katanya.

========================

Penyerangan Cikeusik
Ahmadiyah: Tiga Jemaah Kami Tewas
Penulis: | Editor: A. Wisnubrata
Minggu, 6 Februari 2011 | 17:53 WIB


1348396620X310.jpg


JAKARTA, KOMPAS.com — Humas Pengurus Besar Jemaah Ahmadiyah Indonesia Mubarik Ahmad mengungkapkan, saat ini tercatat tiga anggota jemaah Ahmadiyah tewas dalam penyerangan di Kecamatan Cikeusik, Pandeglang, Banten.

"Ini data yang saya terima sampai sore ini. Sebelumnya ada yang menyatakan enam, lalu turun jadi empat, kemudian tiga," kata Mubarik, Minggu (6/2/2011).

Ketiga orang yang tewas itu adalah Mulyadi, Tarno dan Roni. Dua orang diakui sebagai anggota jemaah Ahmadiyah. "Tarno dan Mulyadi adalah kakak beradik dari Parman yang merupakan Mubaligh Ahmadiyah di Cikeusik," kata Mubarik.

Mubarik mengatakan, saat ini pihaknya sedang menyiapkan kronologi kejadian. Rencananya, PB Ahmadiyah akan menggelar keterangan pers malam ini.

Sebelumnya Lukman, tokoh masyarakat Cikeusik, menuturkan bahwa enam anggota jemaah Ahmadiyah tewas dan seorang warga terluka karena dibacok dalam peristiwa Cikeusik.

=========================

Penyerangan Ahmadiyah
Polisi Selidiki Penyerangan Cikeusik
Penulis: | Editor: A. Wisnubrata
Minggu, 6 Februari 2011 | 18:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Markas Besar Kepolisian Negara RI sedang melakukan investigasi terkait dengan peristiwa penyerangan berdarah di Kampung Pendeuy, Desa Umbulan, Cikeusik, Pandeglang, Banten, Minggu (6/2/2011).

Polisi sudah punya kronologi awal terkait dengan peristiwa itu, seperti diungkapkan Kepala Bagian Penerangan Umum Komisaris Besar Boy Rafli Amar, Minggu (6/2/2011).

Bentrokan itu berawal saat sejumlah orang merusak rumah yang diduga sebagai tempat ibadah aliran Ahmadiyah Minggu sekitar pukul 10.00 WIB.

Boy mengatakan, perusakan terhadap rumah tersebut diikuti pengeroyokan terhadap anggota Ahmadiyah. "Pengeroyokan terhadap sekitar tujuh orang aliran Ahmadiyah dari Jakarta," katanya.

Kerugian sementara akibat bentrokan tersebut, kata Boy, yakni rumah yang dirusak dan dua kendaraan roda empat. "Korban jiwa sementara tiga orang tanpa identitas dan empat orang yang terluka sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Malimping," ujarnya.

Kepolisian mengimbau masyarakat supaya tidak mudah terhasut dan menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. "Keikutsertaan tokoh masyarakat dan tokoh agama dibutuhkan dalam upaya menjaga kerukunan antarumat," tuturnya.

Menurut Humas PB Ahmadiyah, Mubarik Ahmad, ketiga orang yang tewas adalah anggota jemaah Ahmadiyah bernama Mulyadi, Tarno dan Roni.

==========================

Penyerangan Jemaah Ahmadiyah
Kapolri: Ini Tak Diperkirakan Sebelumnya
Penulis: | Editor: Aloysius Gonsaga Angi Ebo
Senin, 7 Februari 2011 | 00:20 WIB


2048215620X310.jpg


JAKARTA, Kompas.com - Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo menyatakan bahwa kepolisian telah mendapatkan informasi jauh-jauh hari bahwa akan ada penertiban atau sweeping massa terhadap jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, yang akan melakukan kegiatan ibadah. Pencegahan telah dilakukan kepolisian dengan mengevakuasi pimpinan Ahmadiyah setempat, Ismail Suparman, ke Polsek Cikeusik pada 3 Januari 2011.

"Kaitan kejadian tadi siang, sudah ada informasi tanggal 3 Februari, bahwa di salah satu desa Cikeusik ada kegiatan Ahmadiyah. Pimpinan yang ada di sana, namanya Ismail Suparman. Bahwa dengan kegiatan di Cikeusik itu, masyarakat tidak menerima dan akan melakukan penertiban," ujar Timur seusai rapat dengan Menko Polhukam Djoko Suyanto di kantor Menko Polhukam, Jakarta, Minggu (6/2/2011) malam.

Di luar perkiraan kepolisian setempat, 15 warga Ahmadiyah dipimpin Deden dari Bekasi, Jawa Barat, justru datang dan memasang badan melindungi rumah Ismail, rumah yang biasa digunakan warga Ahmadiyah setempat untuk beribadah, pada Minggu pagi. Padahal, pada saat itu sekitar 1.500 warga setempat telah berkumpul ingin melakukan penertiban mengarah ke tindakan penyerangan.

Sekitar pukul 10.00 WIB, aparat kepolisian berusaha melakukan evakuasi 15 rombongan Deden tersebut dari dalam rumah Ismail. Evakuasi tak bisa dilakukan, karena rombongan Deden menolaknya dengan dalih ingin mengamankan inventaris warga Ahmadiyah. Akhirnya, penyerangan 1.500 warga Cikeusik pun tak terhindarkan.

"Tetapi, itu tidak diperkirakan sebelumnya. Itu terjadi dengan tiba-tiba," katanya.

Timur mengaku bingung, bagaimana sejumlah orang dari Bekasi justru bergerak sampai ke Cikeusik. "Kita sudah mencegah, bagaimana Ismail ini kita evakuasi. Kejadian yang tanggal 6 ini, tidak ada yang tahu. Bagaimana orang Bekasi bisa sampai Cikeusik," ujar Timur.

Akibat penyerangan itu, tiga warga Ahmadiyah tewas, enam mengalami luka-luka, dan kerugian materi ditaksir ratusan juta rupiah. (Tribunnews.com/Abdul Qodir)

========================================

Sumber: Kompas & Tribunnews


-dipi-
 
zaman sebelum orde reformasi ada yang d sebut BABINSA [Badan Bimbingan Masyarakat]. Babinsa ini berfungsi untuk memantau, mengayomi, memantau masyarakat yg jadi wilayah kerjanya agar tidak ada warga yang melakukan tindakan anarkis pada kelompok lain yang tak sealiran.

pada zaman reformasi ini jangankan Ahmadiyah, presiden aja orang dengan bebas mencaci maki. Masyarakat sekarang udah kurang menggunakan etika jika mau bertindak
 
selama pemerintah tidak tegas terhadap ahmadiyah (yang jelas jelas melanggar Islam), keadaan seperti ini akan terus berulang. siapa sih yang rela agamanya dicampur baur sama agama si mirza ghulam ahmad yang jelas berbeda ?
 
PIsssss..Pissssss sekarang persoalanya gimana dari fihak ahmadiyah maupun dari non ahmadiyah masing masing mau mematuhi SP3 yang sudah dibuat...saling toleransi satu sama yang lain.
 
Udah dicegah & diperingatkan malah nekat.. ya diserbu lah.. jangan" ahmadiyah belom tau kalo daerah pandeglang itu agamis.
 
PIsssss..Pissssss sekarang persoalanya gimana dari fihak ahmadiyah maupun dari non ahmadiyah masing masing mau mematuhi SP3 yang sudah dibuat...saling toleransi satu sama yang lain.


masalahnya adalah, SKB saja tidak punya kekuatan hukum yang cukup mumpuni. ahmadiyah jelas bukan islam. kenapa harus ada toleransi ketika mereka bawa2 atribut islam ?
 
PIsssss..Pissssss sekarang persoalanya gimana dari fihak ahmadiyah maupun dari non ahmadiyah masing masing mau mematuhi SP3 yang sudah dibuat...saling toleransi satu sama yang lain.

Salah satu poin SKB 3 Menteri adalah tak menggunakan kekerasan apalagi pembunuhan. Namun kenyataannya ada 3 orang yang mati d bantai. Mengenaskan.
 
dan pihak ahmadiyah pun (konon) melanggar SKB dg melakukan aktivitas da'wah ahmadiyah ...walau bgitu, saia sangat menyayangkan adanya korban jiwa ...kira2 pihak ahmadiyah bkal dipidanakan ga ya? Ato malah dilindungi (yg konon) oleh pembela HAM ...
 
Pemerintahnya ini yang goblok dan gak tegas. Di satu sisi mengeluarkan hal bahwa ahmadiyah dilarang, tapi di sisi lain seperti membiarkan ajaran ini berkembang.

Suatu saat daku yakin bakal ada kisruh yang lebih besar. Dan itu bakal seperti blessing in disguise.
 
saia sjak skb itu dbuat sdah menduga bkal ada keributan d kemudian hari ...krna skb bkan solusi, tp cuma bom waktu yg sewaktu-waktu bsa meledak ...

Opsi buat ahmadiyah, saia kira hanya:
1. Bertobat dan kembali ke ajaran Islam yg benar
2. Bikin agama Ahmadiyah
3. Kalu tetep ga mau, ya dipidanakan dg pasal penodaan agama ...


Pemerintah tampaknya trlalu lunak kpd ahmadiyah dan trlalu takut pd (ngakunya) pembela HAM ...giliran org Islm macam ustadz Abu aja langsung dtangkap dg alasan yg saat ini msh absurd dan anehnya (ngakunya) pembela HAM ga brkoar2
 
Pemerintahnya ini yang goblok dan gak tegas. Di satu sisi mengeluarkan hal bahwa ahmadiyah dilarang, tapi di sisi lain seperti membiarkan ajaran ini berkembang.

Suatu saat daku yakin bakal ada kisruh yang lebih besar. Dan itu bakal seperti blessing in disguise.

Kadang2 memang tindakan pemerintah ini ga jelas. Abu2. Melarang Ahmadiah menyebarkan ajarannya tapi d sisi lain membiarkan punya mesjid, punya pengajian. Ini juga tak beda dgn soal pemukim d bantaran kali ciliwung, pemerintah melarang dgn PERDA tp jg pemerintah menfasilitasi dgn PAM dan PLN. Memang GOBLOK !!!
 
Kadang2 memang tindakan pemerintah ini ga jelas. Abu2. Melarang Ahmadiah menyebarkan ajarannya tapi d sisi lain membiarkan punya mesjid, punya pengajian. Ini juga tak beda dgn soal pemukim d bantaran kali ciliwung, pemerintah melarang dgn PERDA tp jg pemerintah menfasilitasi dgn PAM dan PLN. Memang GOBLOK !!!

setuju banget sama aden ini :)
 
Prihatin Insiden Cikeusik
Putri Sulung Gus Dur Orasi di Tugu Yogya
Editor: yuli
Selasa, 8 Februari 2011 | 01:48 WIB

0146556620X310.jpg


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Putri sulung almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alisa Wahid, turut menyampaikan orasi saat aksi atas keprihatinan tragedi Ahmadiyah di Pandeglang yang digelar di Tugu Yogya, Senin (7/2/2011) malam.

Alissa menyatakan rasa kebangsaan rakyat Indonesia sedang digoncangkan. "Kita orang Indonesia, seharusnya kita saling membantu, bukan saling membunuh. Kebangsaan kita saat ini sedang digoyah," seru Alissa di hadapan ratusan peserta aksi di bawah rintik hujan.

Subchi Ridho, aktivis dari Lembaga Studi Ilmu Politik (LSIP), dalam orasinya menyatakan, keyakinan boleh beda, tetapi kekerasan tidak boleh dibiarkan di negeri ini. "Tidak ada toleransi apa pun terhadap pelaku kekejaman," ungkap Ridho.

"Malam ini kita berkabung atas meninggalnya tiga orang teman-teman kita Ahmadiyah. Ini bukti bahwa negara ini tidak bisa menjaga kerukunan antarumat beragama," pekik koordinator aksi, Pedro Indarto, saat memulai orasinya.

"Hentikan kekerasan," teriak Pedro ditirukan semua demonstran dan diikuti dengan penyalaan lilin. Dalam aksi tersebut, gerakan yang mengatasnamakan Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai (AJI Damai) menyampaikan beberapa pernyataan sikap.

Di antaranya mengutuk aksi penyerangan dan pembunuhan tersebut sebagai tindakan biadab dan antikemanusiaan. Tindakan ini menunjukkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak mampu melindungi HAM yang diamanatkan konstitusi. Mereka menuntut pemerintah agar mengusut tuntas dan menyeret pelaku ke pengadilan.

Terakhir, kasus kekerasan yang selalu berulang menunjukkan bahwa SBY telah berbohong ketika menyatakan tidak ada pelanggaran HAM berat di Indonesia dan meminta kepada Komnas HAM untuk melakukan investigasi. (M Nur Huda)

===================================

Bentrokan Ahmadiyah
Korban Bentrokan di Cikeusik Jadi 4 Orang
Editor: Glori K. Wadrianto
Selasa, 8 Februari 2011 | 08:55 WIB

0854138620X310.jpg


PANDEGLANG, KOMPAS.com - Camat Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Abdjah, mengatakan, korban meninggal dunia akibat bentrokan antara jamaah Ahmadiyah dan warga setempat, Minggu, bertambah menjadi empat orang.

"Kami telah menerima informasi korban yang dirujuk ke Rumah Sakit Pertamina Jakarta bernama Deden, telah meninggal dunia," katanya, Selasa (8/2/2011).

Dengan demikian, katanya, jumlah korban yang meninggal dunia akibat bentrokan tersebut sebanyak empat orang dan empat orang lainnya mengalami kritis. Sebelumnya, korban tewas akibat peristiwa berdarah itu tiga orang yang merupakan anggota Ahmadiyah.

Sedangkan keempat orang yang masih dalam perawatan medis, kini ditangani tim medis Rumah Sakit Sari Asih, Serang. Menurut Abdjah, pihaknya hingga kini belum mengetahui secara jelas mengenai identitas dan kondisi tiga korban yang meninggal dunia akibat bentrokan yang disebut-sebut bernama Mulyadi, Tarno dan Roni. Sebab mereka para korban langsung dibawa ke RSUD Malingping dalam kondisi sudah meninggal, dan tanpa identitas.

"Kami yakin ketiga jenazah yang meninggal itu warga luar daerah dan bukan Mulyadi, Tarno dan Roni," katanya.

Dia menyebutkan, seluruh korban bentrokan yang terjadi di Desa Umbulan Kecamatan Cikeusik adalah warga jamaah Ahmadiyah dan mereka sebagian besar rata-rata mengalami luka akibat bacokan senjata tajam. "Saya berharap kasus bentrokan ini jangan sampai terulang lagi dan warga diminta menahan diri," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, M Johari, mengaku pihaknya tidak mengenal warga yang menyerang rumah pimpinan Ahmadiyah Suparman yang mengakibatkan tiga orang tewas di lokasi dan lima dilarikan ke RSUD Malingping.

==========================

Insiden Cikeusik
Kepala Polri: Belum Ada Tersangka
Penulis: Hindra Liu | Editor: Nasru Alam Aziz
Senin, 7 Februari 2011 | 22:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Satu hari setelah insiden yang menewaskan tiga Jemaah Ahmadiyah, Senin (7/2/2011), pihak Kepolisian RI belum dapat menemukan titik terang terkait pelaku. Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo mengemukakan, Polri belum menetapkan seorang pun tersangka terkait insiden di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten itu.

"Belum," ujar Timur singkat kepada para wartawan seusai mengikuti rapat terbatas di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, di Jakarta, Senin (7/2/2011).

Ketika ditanya apakah kepolisian dapat menjamin tak akan ada lagi kekerasan yang dilakukan atas nama agama, Timur mengatakan, pihaknya akan melakukan pencegahan sebaik-baiknya. "Kami akan melibatkan seluruh stakeholder dan masyarakat," katanya.

=======================

Gubernur: Semoga Jemaah Ahmadiyah Insaf
Penulis: Hindra Liu | Editor: I Made Asdhiana
Senin, 7 Februari 2011 | 22:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah berharap, sekitar 1.120 Jemaah Ahmadiyah yang tersebar di enam kecamatan di Banten dapat segera bertobat. Pemda Banten bersama dengan MUI dan Kementerian Agama terus melakukan upaya pembinaan terhadap Jemaah Ahmadiyah. Tak kurang dari 3.014 penyuluh agama diterjunkan.

"Saat ini sudah ada 24 jemaah yang insaf, dan kembali mengikuti ajaran Islam yang benar. Saya berharap yang lain juga bisa. Kami lakukan pembinaan sampai mereka betul-betul insaf," ujar Ratu Atut usai mengikuti rapat terbatas di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Senin (7/2/2011).

Turut hadir dapat rapat yang dipimpin Menko Polhukam Djoko Suyanto tersebut, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo, Jaksa Agung Basrief Arief, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, Kapolda Banten Brigjen Agus Kusnadi, Kapolda Jawa Barat Irjen Suparno Parto, dan Pangdam III Siliwangi Mayjen Moeldoko.

Dirinci Ratu Atut, sekitar 1.120 Jemaah Ahmadiyah itu terbagi menjadi tiga kategori, yaitu jemaah aktif, pasif, dan insaf. Di Kecamatan Cikeusik sendiri, kata Ratu Atut, jumlah Jemaah Ahmadiyah mencapai 25 orang. Semuanya dikategorikan sebagai jemaah aktif.

Gubernur Banten mengatakan, Pemda bersama Muspida dan jajaran lainnya juga telah melakukan sosialisasi Surat Keputusan Bersama 3 Menteri dengan baik. "Kami sudah menginformasikan, apabila masyarakat melakukan tindakan anarkis, akan terkena sanksi," kata Ratu Atut.

Terkait insiden yang terjadi di Cikeusik, Ratu Atut menyebutnya sebagai musibah dan di luar kekuasaan manusia. "Sesungguhnya ini di luar dugaan. TNI dan Polri telah dengan sigap mengamankan keberadaan Ahmadiyah. Awalnya sudah diperkirakan tidak ada lagi warga Ahmadiyah di rumah (pemimpin Ahmadiyah) yang telah dilakukan evakuasi. Tapi ternyata di dalamnya itu ada Jemaah Ahmadiyah. Awalnya, kalau itu kosong, tidak akan terjadi insiden," kata Ratu Atut.

Dengan kata lain, Ratu Atut menyayangkan kehadiran warga Ahmadiyah pada 6 Februari tengah malam ke rumah pemimpin Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik.



Sumber: Kompas


-dipi-
 
benar. pemerintah harus tegas.

sesama muslim itukan saudara. beda paham dan pendapat bukan berarti harus dimusuhi dan di zolimi seperti itu.
mereka sesat, bukan diselesaikan dengan cara kekerasan.


:(
 
sesama muslim lho ya saudaranya.. bukan muslim dgn ahmadiyah.. xixixi
mereka tidak mengaku muslim kok.. mereka ahmadiyah..
jika mereka tegas mengatakan kami ahmadiyah.. bukan islam.. umat muslim mungkin justru toleran dengan mereka kok..
yang bikin super bete kan mereka mengaku ngaku Islam. tapi mengagung agungkan mirza siape tuh..?? mereka.. jelas..mendustakan agama.. and. jika pemegang kekuasaan tetap saja mengizinkan mereka ada.. ya hal seperti ini akan terus. dan terus berulang..


yang sedih adalah.. memang "sepertinya" kondisi begini ini terus dipertahankan.. that's the sad part..
 
Back
Top