Seputar Gempa 8,9 Skala Richter Yang Melanda Jepang

Team Pemadam Kebakaran terlibat aktif dalam penanggulangan bencana. Bahkan ucapannya dijadikan redaksi terpercaya dalam pemberitaan. Agakmengherankan ya, apa hubungannya antara api dengan tsunami?:finger:

Pemadam kebakaran itu sebenarnya bukan hanya punya job description untuk memadamkan api, tapi mereka juga punya fungsi pertolongan pertama, penyelamatan nyawa, kecelakaan lalu lintas, dan banyak lagi tugas yang berhubungan dengan keadaan darurat.....


-dipi-
 
Pemadam kebakaran itu sebenarnya bukan hanya punya job description untuk memadamkan api, tapi mereka juga punya fungsi pertolongan pertama, penyelamatan nyawa, kecelakaan lalu lintas, dan banyak lagi tugas yang berhubungan dengan keadaan darurat.....


-dipi-

hebat ya mereka sudah terlatih
 
Tambahan foto dari Kyodo yang dirilis oleh National Geographic....

japan-earthquake-natori-city-2_33134_600x450.jpg


japan-tsunami-earthquake-hits-northeast-consoling_33141_600x450.jpg


japan-tsunami-earthquake-hits-northeast-house_33142_600x450.jpg


japan-tsunami-earthquake-hits-northeast-whirlpool_33139_600x450.jpg


japan-tsunami-earthquake-hits-northeast-coast_33140_600x450.jpg


japan-tsunami-earthquake-hits-northeast-refinery-fire_33138_600x450.jpg


japan-tsunami-earthquake-hits-northeast-wave_33143_600x450.jpg


japan-tsunami-earthquake-hits-northeast-airplanes_33137_600x450.jpg



-dipi-
 
japan-tsunami-earthquake-hits-northeast-whirlpool_33139_600x450.jpg


wedewwwwwwwwwwwwwwwww,jepang hancur lebur

fhoto yang ini sangat keren

seperti ada ufo yang akan keluar dari dalam itu laut

seperti ufo yang sedang berputar putar
 
Din Syamsuddin Kirim Duka Cita untuk Jepang
"Atas nama Asian Conference of Religion for Peace, kami kirim pernyataan bela sungkawa."
Sabtu, 12 Maret 2011, 16:27 WIB


VIVAnews – Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyatakan bela sungkawa atas musibah tsunami Jepang. Sebagai Presiden Asian Conference of Religion for Peace, Din telah berkirim surat tanda duka cita secara resmi ke Negeri Matahari Terbit itu.

Hal itu disampaikan Din usai pelantikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur di Surabaya, Sabtu 12 Maret 2011.

Conference of Religion for Peace adalah organisasi yang berisi tokoh-tokoh agama dari 20 negara di kawasan Asia Pasifik. Organisasi ini memiliki kantor pusat di Jepang yang baru dilanda gempa dahsyat 8,9 Skala Ritcher dan disapu tsunami setinggi 23 kaki.

Din pun mengajak seluruh umat beragama di dunia untuk berdoa agar terbebas dari segala bencana. “Meski bencana adalah faktor alam atau yang lazim disebut sunnatullah, namun hal itu tidak terlepas dari ulah manusia," katanya.

"Jika manusia sering membuat kerusakan, akibatnya akan turun bencana,” ujarnya sambil mendoakan yang terbaik bagi rakyat Jepang. Laporan: Tudji Martudji | Surabaya (adi)
• VIVAnews
 
Gempa Jepang Akibat Fenomena Supermoon?
Supermoon akan mencapai puncaknya pada tanggal 19 Maret 2011.
Sabtu, 12 Maret 2011, 12:54 WIB


VIVAnews – Gempa dan tsunami besar yang melanda Jepang, Jumat 11 Maret 2011 kemarin, disebut-sebut berhubungan dengan fenomena ‘supermoon’ atau ‘lunar perigee,’ yaitu fenomena mendekatnya bulan ke bumi yang sedang terjadi saat ini.

Isu supermoon akhir-akhir ini mengemuka di sejumlah media internasional. Sejumlah kalangan meyakini bahwa fenomena ini mengakibatkan bencana alam hebat seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi. Gempa bumi 8,9 Skala Ritcher dan tsunami 13 kaki yang menghantam Jepang kemarin, seperti mengkonfirmasi teori supermoon ini.

Namun, hal itu dibantah oleh pakar gempa dari Pusat penelitian Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja. Menurutnya, supermoon bukan penyebab utama terjadinya gempa bumi di Jepang. Danny menegaskan, kaitan antara supermoon dan bencana alam tidak memiliki dasar ilmiah.

“Masih banyak unsur mistiknya daripada ilmiahnya. Kita masih perlu melakukan peninjauan yang lebih ilmiah mengenai hal itu,” kata Danny ketika dihubungi VIVAnews, Sabtu 12 Maret 2011.

Namun, Danny mengakui gejala supermoon memang bukan berarti harus diabaikan sama sekali. Hal itu masih cukup penting untuk diperhatikan, dalam artian kajian ilmiah lebih lanjut penting untuk dilakukan.

“Kita harus menggunakan penelitian ilmiah sebagai patokan. Jangan berpatokan pada mitos-mitos atau hal-hal yang sifatnya mungkin kebetulan,” ujarnya.

Ia menekankan, imajinasi dan asumsi tidak berlaku dalam ilmu pengetahuan. Supermoon sendiri akan mencapai puncaknya pada tanggal 19 Maret 2011 mendatang.

Saat itu, bulan akan berada dalam jarak terdekatnya dengan bumi dalam kurun waktu 18 tahun terakhir. Lantas, apakah akan terjadi bencana lebih besar pada tanggal 19 Maret yang jatuh pada hari Sabtu pekan depan? Danny mengingatkan, jangan berspekulasi dan berasumsi.

Laporan: Anes Yohanes Wahyu
• VIVAnews
 
WNI di Jepang Ditampung di Sekolah dan Masjid
Mereka mengalami sejumlah kendala seperti konsumsi yang terbatas, dan suhu yang rendah.
Sabtu, 12 Maret 2011, 12:06 WIB


VIVAnews – Sendai, ibukota Prefektur Miyagi, Jepang, yang terletak di bagian utara Jepang, termasuk salah satu kawasan yang menderita kerusakan paling parah akibat gempa dan tsunami yang mengguncang Jepang, Jumat 11 Maret 2011 kemarin.

Cukup banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di kota ini. Kini, mereka telah ditampung di sejumlah lokasi di Sendai seperti sekolah-sekolah dan masjid.

Beberapa lokasi di Sendai yang menjadi tempat penampungan WNI adalah SD Kunimi, SD Tatemachi, SD Kimachi, SMP Sanjo, dan Masjid Sendai. Sejauh ini terdapat lebih dari 20 orang WNI di SMP Sanjo, sekitar 7 orang WNI di Masjid Sendai, sekitar 8 orang WNI di SD Kunimi, 4 orang WNI di SD Tatemachi, dan 2 orang di SD Kimachi.

Ada pula beberapa orang WNI di Sendai yang sudah berhasil terhubung dengan pihak KBRI, namun belum diketahu persis lokasi keberadaaanya. Saat ini, WNI yang berada di lokasi pengungsian di Sendai berhadapan dengan sejumlah kendala seperti suhu yang rendah, keterbatasan konsumsi, serta ketiadaan air, listrik, dan gas. Konsumsi saat ini masih dipasok oleh sejumlah sukarelawan yang menyediakan nasi ransum.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai kondisi terbaru WNI di Sendai, dapat dilihat di http://www2.indonesianembassy.jp/ Selain WNI di Sendai, dalam situs Indonesian Embassy Tokyo itu juga dapat dilihat perkembangan mutakhir WNI yang berada di kawasan lain seperti Prefektur Ibaraki.

Terdapat banyak mahasiswa asal Indonesia yang sedang mengambil studi di Universitas Tsukuba, Ibaraki. Rata-rata mereka mengungsi di Kampus Kasuga. Mereka dalam kondisi aman walaupun gempa susulan saat ini masih juga terjadi setiap sepuluh menit sekali.
• VIVAnews
 
Gempa Jepang Berimbas ke Perekonomian Global
Segera sesudah gempa, sebagian besar perusahaan di Jepang menutup pabrik-pabriknya.
Sabtu, 12 Maret 2011, 09:29 WIB


VIVAnews – Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Jepang mulai menaksir kerugian yang mereka alami, pasca gempa dan tsunami yang mengguncang bagian timur laut negeri itu.

Segera sesudah gempa, sebagian besar perusahaan di Jepang mengevakuasi karyawan dan menutup pabrik-pabriknya. Adanya pegawai yang terluka dan kerusakan pada pabrik telah dilaporkan. Tapi belum diketahui dampak gempa pada berbagai jaringan distribusi barang.

Seperti dikutip dari International Herald Tribune, dampak gempa bumi pada perekonomian Jepang masih belum jelas. “Masih membutuhkan waktu yang panjang agar sistem transportasi dan distribusi dapat bekerja normal,” kata Masaaki Kanno, analis JP Morgan Sekuritas yang berkantor di Tokyo.

Menurutnya, gempa Jepang menjadi pukulan berat bagi bisnis di negeri sakura tersebut, terutama di daerah-daerah yang terkena imbas paling parah

Janet Hunter, dosen Perekonomian Jepang di London School of Economics, mengatakan bahwa hampir semua infrastruktur yang berada di jalur tsunami, harus dibangun lagi dari nol, termasuk jembatan, jalan, dan rel kereta api. Gangguan apapun pada sektor manufaktur Jepang sudah pasti akan berimbas pada perekonomian negara itu yang telah mengalami stagnasi selama dua dekade terakhir ini.

Perusahaan kargo melaporkan bahwa pelabuhan-pelabuhan utama Jepang tutup, meskipun penutupan itu lebih sebagai tindakan pencegahan. Pelabuhan-pelabuhan utama Jepang yang sebagian besar berada di selatan Tokyo, memainkan peran penting untuk mendorong ekspor Jepang.

Ekspor Jepang – kebanyakan terdiri dari mobil, mesin, dan barang-barang buatan pabrik – meningkat sekitar 25 persen pada tahun 2010. Ini adalah peningkatan pertama selama tiga tahun terakhir. Dengan demikian, penutupan pelabuhan dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan penundaan pengiriman barang ekspor, dan menimbulkan instabilitas pada jaringan suplai global.

Carl Weinberg, Kepala Ekonom High Frequency Economics, perusahaan riset yang berbasis di New York, menyatakan bahwa kerusakan pada negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu akan memiliki konsekuensi lebih besar dari yang dibayangkan.

“Tidak ada cara untuk menaksir secara tepat kerugian perekonomian Jepang dan perekonomian global akibat bencana ini. Guncangan pada perekonomian Jepang akan berdampak pada orang-orang dan bisnis apapun, di manapun mereka berada – apakah di Jepang atau New York,” kata Weinberg.

Bank sentral Jepang, dalam situsnya, mengatakan bahwa mereka akan terus menghitung kemungkinan kerugian pada operasi-operasi finansial. Mereka menegaskan, siap untuk mengambil tindakan apabila diperlukan.
• VIVAnews
 
Tragedi Jepang: 612 Tewas, 700 Hilang
Gempa terdahsyat dalam kurun lebih dari 100 tahun terakhir dalam sejarah Jepang.
Sabtu, 12 Maret 2011, 11:54 WIB


VIVAnews - Polisi Jepang memperkirakan bahwa jumlah orang, yang tewas maupun yang masih dinyatakan hilang akibat gempa dan tsunami, hingga Sabtu pagi sebanyak 1.200 jiwa. Lebih dari seribu rumah hancur akibat bencana yang melanda pesisir bagian timur laut Jepang Jumat kemarin.

Kantor berita Kyodo, mengutip laporan kepolisian Jepang, mengungkapkan bahwa jumlah korban tewas saat ini sedikitnya 398 jiwa. Selain itu 805 warga masih dinyatakan hilang setelah gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter (SR), yang diikuti tsunami hingga setinggi 10 meter.

Namun, menurut kabar terakhir dari akun twitter KBRI Tokyo, jumlah korban tewas bertambah dan yang hilang kian berkurang. Sebanyak 612 meninggal dan sekitar 700 hilang, demikian pesan KBRI Tokyo melalui Twitter dengan mengutip media massa setempat.

Saat ini pencarian korban masih berlangsung, pihak berwenang khawatir bahwa jumlah orang tewas bisa mencapai lebih dari 1.000 jiwa. Gempa bumi pada Jumat kemarin diyakini merupakan yang terdahsyat dalam kurun lebih dari 100 tahun terakhir dalam sejarah Jepang.

"Ini merupakan gempa bumi terbesar sejak Era Meiji [abad ke-19]. Dikhawatirkan lebih dari 1.000 jiwa tewas," kata Menteri Kepala Kabinet Yukio Edano, Sabtu 12 Maret 2011.

Pencarian korban masih berlangsung dan pihak berwenang kini juga harus berjuang keras mengatasi rusaknya fasilitas sejumlah reaktor nuklir agar tidak terjadi kebocoran radioaktif.
• VIVAnews
 
1.000 Orang Dikhawatirkan Tewas di Jepang
Sejumlah pakar berjibaku meminimalisir kebocoran nuklir di Fukushima, utara Tokyo.
Sabtu, 12 Maret 2011, 07:20 WIB


VIVAnews - Setidaknya 1.000 orang dikhawatirkan tewas setelah gempa 8,9 SR dan tsunami menghantam Jepang, Jumat siang 11 Maret 2011. Tsunami yang dipicu gempa tersebut membawa air dengan ketinggian gelombang 4-6 meter.

Dikutip dari laman Telegraph, kepolisian setempat mengatakan 200-300 mayat ditemukan di Sendai, 150 mil atau sekitar 241 kilometer utara Tokyo. Sebanyak 151 lainnya terkonfirmasi tewas. Selain itu, 547 warga dinyatakan hilang dan sedikitnya 800 orang terluka.

Ratusan turis juga diduga ikut hilang setelah ada laporan sebuah kapal dengan 100 penumpang dinyatakan hilang di laut. Belum lagi laporan hilangnya dua kereta api yang mengangkut ratusan penumpang di wilayah Miyagi.

Tak hanya itu, sejumlah pakar berjibaku meminimalisir kebocoran nuklir di Fukushima, utara Tokyo. Sekitar 3000 orang tinggal di radius dua mil telah dievakuasi. Penduduk yang tinggal tujuh mil dari pusat nuklir ini diminta tinggal dalam rumah.

Awalnya, pemerintah Jepang bersikukuh bahwa kebocoran ini tidak beresiko meski sistem pendinginan dinyatakan gagal. Namun, juru bicara Tokyo Electric Power, perusahaan pemilik pabrik nuklir tersebut mengakui kemudian ada masalah.

Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mendeklarasikan darurat nuklir setelah Menteri Perdagangan negara itu itu mengakui bahwa kebocoran nuklir menyebarkan radiasi di pembangkit listrik Fukushima tersebut.
• VIVAnews
 
Gempa Jepang Karena Hunjaman Lempeng Pasifik
Diperkirakan, kekuatan Tsunami akan berkurang ketika sampai di Papua.
Sabtu, 12 Maret 2011, 06:00 WIB


VIVAnews - Gempa yang mengakibatkan tsunami di Jepang diperkirakan berasal dari proses subduksi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Subduksi adalah benturan antara lempeng samudra dengan lempeng benua. Subduksi di Jepang terjadi karena penghunjaman lempeng pasifik di bawah negara itu," kata ahli kegempaan tektonik jurusan Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Dr. Subagyo Pramumijoyo, kepada VIVAnews.com, Jumat, 11 Maret 2011.

Dua gempa memicu tsunami yang lalu menerjang Jepang pada pukul 14.46 waktu setempat, Jumat, 11 Maret 2011. Gempa pertama berkekuatan 8,8 Skala Richter dan gempa kedua terjadi 30 menit kemudian dengan kekuatan 7,4. Tsunami menghantam sejumlah daerah di pesisir laut Jepang.

Subagyo menekankan pada BMKG agar tetap waspada dan cepat tanggap terhadap kemungkinan ini. "Warning system harus diberlakukan saat bencana mendekat dan penduduk sudah diingatkan untuk menjauh dari daerah pantai," kata dia.

Tsunami yang melanda Jepang turut merayap hingga ke Indonesia. Papua adalah daerah yang berpotensi besar terkena dampak Tsunami. Kemungkinan daerah lain di Indonesia turut terkena dampaknya sangatlah kecil.

Lebih lanjut Subagyo mengingatkan, agar penduduk Indonesia khususnya di Papua, agar tidak panik terhadap bencana ini. "Karena diperkirakan kekuatan Tsunami itu akan berkurang ketika sampai di Papua. Banyaknya pulau lain diantara Jepang dan Papua seperti Filipina, dapat memecah kekuatan Tsunami. Jauhnya jarak Jepang Indonesia juga berpengaruh," kata Subagyo. (Laporan: Harwanto Bimo Pratomo | kd)
• VIVAnews
 
Tsunami Jepang Sampai di AS, Hantam 35 Kapal
Jika gelombang air sampai melampaui pelabuhan, kapal-kapal akan menerjang areal parkir.
Sabtu, 12 Maret 2011, 09:34 WIB


VIVAnews - Sedikitnya 35 kapal yang bersandar di pelabuhan komunitas di utara California hancur diterjang gelombang tsunami yang dipicu gempa 8,9 SR di Jepang, Jumat 11 Maret 2011. Pejabat setempat menyatakan mereka bersiap untuk hal terburuk.

Menurut Manajer Pelayanan Darurat Cindy Henderson, sekitar 7.000 orang dievakuasi dari areal pelabuhan di Crescent City, 560 kilometer utara San Francisco untuk antisipasi akibat buruk dari gelombang tsunami ini.

"Bahkan ada kapal yang menimbun kapal lain," kata Cindy seperti dilansir dari laman Sidney Morning Herald edisi Sabtu 12 Maret 2011.

Dia menambahkan bahwa gelombang tertinggi yang tercatat adalah 2,5 meter. Untungnya, ini tidak melanggar sisi pelabuhan.

Laporan terakhir, gelombang tersebut sudah mulai surut. "Kami kira gelombang [yang datang] akan lebih tinggi," tambahnya.

Jika gelombang air sampai melampaui pelabuhan, kapal-kapal itu akan terbawa dalam hentakan gelombang dan menerjang areal parkir sampai ke jalan raya. "Kami prihatin, tapi kami sudah evakuasi," kata dia.

Crescent City merupakan kota wisata yang dekat negara bagian Oregon. Crescent juga satu dari lima county di California yang berada di dataran rendah di mana penduduknya diminta untuk bersiap menghadapi gelombang tsunami yang dipicu gempa 8,9 SR di Jepang.

Tsunami tahun 2006 menimbulkan kerusakan di Crescent City dengan total kerugian US$25 juta. Penduduk kota kecil lainnya yang harus dievakuasi adalah Humboldt, San Mateo, San Luis, dan Mendocino.

Sementara itu, dikutip dari Associated Press, sirene juga mengaung di Hawaii, salah satu bagian Amerika Serikat berbentuk kepulauan. Petugas mengeluarkan peringatan kepada penduduk agar menjauhi pantai. Nelayan pun menarik kapal mereka keluar dari laut demi keamanan.

Peringatan ini lebih cepat dibandingkan gelombang sehingga memberikan kesempatan pada jutaan orang yang berada di pantai Pasifik untuk bersiap.
• VIVAnews
 
Pusaran Air Misterius Pasca Tsunami di Jepang
"Pusaran air memiliki dampak cukup besar pada imajinasi manusia, sangat menakutkan."
Sabtu, 12 Maret 2011, 07:28 WIB


VIVAnews - Sebuah pusaran air terbentuk setelah tsunami yang menghantam utara Jepang, kemarin. Tsunami itu telah menciptakan pusaran air besar di pelabuhan lepas pantai timur negara itu. Menurut peneliti, pusaran air tidak biasa terjadi setelah adanya gelombang tsunami.

Tsunami yang dipicu gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter (SR) itu menghantam Jepang, siang kemarin. Pensiunan seismolog Universitas Washington, Ruth Ludwin mengatakan pusaran mungkin saja terjadi setelah tsunami besar. Hal ini didasarkan keterangan saksi mata dan video beberapa tahun terakhir.

"Pusaran air memiliki dampak cukup besar pada imajinasi manusia, sangat menakutkan," kata Ludwin seperti dikutip dari Livescience. "Tapi dari perspektif catatan geologi, pusaran air tidak meninggalkan jejak khusus yang bisa dikenali sejauh ini."

Menurutnya, pusaran air tercipta karena ada interaksi dari arus air yang deras dan geologi dari garis pantai serta dasar laut. "Jelas, ada banyak air yang terdorong dan kemudian surut di dekat garis pantai," jelasnya.

Hubert Chanson, profesor teknik hidrolik dan mekanika fluida terapan di Universitas Queensland, Australia, menjelaskan, ketika tsunami menghantam garis pantai, sejumlah air menghantam muka tanah yang kering. Dengan cara entah bagaimana, hal ini menciptakan fenomena mirip gelombang memecah bendungan.

Hal ini, kata dia, mirip dengan kejadian tsunami di Indonesia dan Thailand pada December 2004 kemudian tsunami Jepang, Jumat 11 Maret 2011.

Di saat yang sama, dampak tsunami di perairan pantai mendorong gerakan turbulen yang sangat intens. Dan dengan kedalaman tertentu, lanjutnya, sebuah pusaran besar bisa terbentuk.

Ludwin menambahkan gambar dan video pertama yang mengabadikan pusaran air setelah tsunami muncul di tsunami Samudera Hindia, 2004 silam. Tapi, dia menilai keterangan saksi mata sebelumnya menunjukkan bahwa pusaran air tsunami bukanlah hal baru.

Sebelum 2004, ada laporan mengenai pusaran air ini setelah gempa bumi besar Lisbon tahun 1775. Orang-orang Haida dari Kepulauan Ratu Charlotte di lepas pantai British Columbia memiliki mitos tentang gelombang busa berputar.
• VIVAnews
 
Sejumlah Reaktor Nuklir Rusak, Jepang Darurat
Pemerintah Jepang menjamin hingga hari ini belum ada kebocoran radioaktif.
Sabtu, 12 Maret 2011, 11:06 WIB



VIVAnews - Jepang hari ini menetapkan status darurat atas lima reaktor nuklir di dua lokasi menyusul tragedi gempa bumi dan tsunami Jumat kemarin. Status darurat diberlakukan setelah fasilitas pendingin di sejumlah reaktor mengalami kerusakan. Situasi itu berpotensi menimbulkan kebocoran radioaktif berskala besar, yang membahayakan banyak mahluk hidup.

Menurut kantor berita Associated Press, tiga ribu warga yang tinggal di sekitar reaktor nuklir Fukushima Daiichi unit 1 dalam radius tiga kilometer harus mengungsi ke tempat aman. Namun, zona evakuasi diperluas menjadi radius 10 km setelah pihak berwenang mendeteksi tingkat radiasi yang delapan kali lebih besar dari kadar normal di reaktor Fukushima, yang telah berusia 40 tahun.

Beberapa jam kemudian, Tokyo Electric Power Co. mengumumkan kerusakan fasilitas pendingin di sejumlah reaktor, juga di lokasi Daiichi yang terletak di Jepang bagian timur laut. Pemerintah setempat langsung memerintahkan sekitar 14.000 warga sekitar untuk mengungsi.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menilai bahwa kerusakan fasilitas pendingin di sejumlah reaktor Jepang itu terjadi akibat terjangan banjir tsunami, tak lama setelah gempa berkekuaran 8,9 pada Skala Richter.

Kendati tingkat radiasi di sekitar reaktor yang rusak kian meningkat, pemerintah Jepang menjamin hingga hari ini belum ada kebocoran radioaktif. "Dengan berlangsungnya evakuasi dan angin mengarah ke samudera lepas, kami dapat menjamin keselamatan [reaktor]," kata Menteri Kepala Kabinet Yukio Edano pada Sabtu pagi waktu setempat.

Jepang memiliki 54 reaktor komersil, yang merupakan sumber pembangkit tenaga listrik. Setelah dihantam gempa dan tsunami, sepuluh reaktor untuk sementara tutup. Selama ini, 30 persen pasokan listrik di Jepang berasal dari tenaga nuklir.



• VIVAnews
 
Radioaktif Merembes Keluar, Warga Mengungsi
Zat berbahaya itu keluar dari reaktor nuklir Daiichi Fukushima, 260 kilometer utara Tokyo.
Sabtu, 12 Maret 2011, 11:34 WIB

100040_reaktor-nuklir-bushehr-iran_300_225.jpg

VIVAnews - Tsunami mengakibatkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang hancur. Laporan Tokyo Electric Power Co menyebutkan, zat radioaktif merembes keluar dari reaktor nuklir Daiichi Fukushima sekitar 260 kilometer utara Tokyo.

Seperti dikutip CNN.com, dilaporkan sistem pendingin di tiga dari empat unit itu sudah tidak bisa beroperasi. Akibatnya suhu pendingin inti nuklir lebih panas dari 100 derajat Celsius atau sekitar 212 derajat Fahrenheit. Pemerintah tengah berusaha mendinginkan reaktor nuklir yang mengeluarkan partikel berbahaya.

Pihak berwenang sudah memerintahkan penduduk yang berada dalam radius 3 kilometer untuk mengungsi. "Ini sebagai tindakan pencegahan," kata Ichiro Fujisaki, pejabat Tokyo Electric Power.

Tom Cochran, seorang ilmuwan nuklir senior mengatakan, inti atom yang ditanam harus dalam kondisi dingin. Jika mesin pendingin rusak, maka air akan mendidih maka akan berbahaya bisa menimbulkan ledakan.

Perdana Menteri Jepang Naoto Kan memberlakukan "keadaan darurat nuklir" setelah sejumlah reaktor mati akibat gempa hebat. Keadaan darurat juga dinyatakan dalam pernyataan tertulis Forum Industri Atom Jepang.

Naoto Kan menyatakan, keadaan darurat untuk berjaga-jaga jika ada tindakan mendesak yang harus diambil. Namun mereka memastikan tidak ada bahan radioaktif yang bocor.

Akibat gempa dan tsunami, sejumlah pembangkit nuklir stasiun nuklir tidak bisa beroperasi sehingga listrik mati. Ini juga yang menyebabkan sistem pendingin nuklir tidak bisa dipakai. Jepang memiliki 55 reaktor untuk menyediakan sepertiga dari kebutuhan listrik nasional.

Juru Bicara Asosiasi Nuklir Dunia, Jeremy Gordon, seperti dikutip BBC menyatakan, sekitar 2.800 warga yang tinggal dari radius 2 kilometer dari stasiun PLTN Fukushima Daiichi bersiap-siap untuk dievakuasi dari rumah mereka sesuai dengan prosedur keadaan darurat. "Status [keadaan darurat] ini mengizinkan pihak resmi mengambil langkah-langkah tambahan," katanya.

Langkah itu antara lain memberi wewenang kepada pejabat daerah seperti dinas kebakaran dan polisi untuk bertindak sesuai kebutuhan. "Tetapi pada tahap sekarang adalah murni langkah pencegahan," tuturnya.

Menurut hukum di Jepang, keadaan darurat nuklir harus diumumkan jika ada radiasi yang bocor. Selain itu, jika pendingin di reaktor mencapai batas yang membahayakan atau jika mekanisme pendinginan tidak berfungsi.
• VIVAnews
 
Ledakan Terdengar di Kompleks PLTN Jepang
Seorang pakar menilai, ledakan itu menggambarkan "situasi yang serius."
Sabtu, 12 Maret 2011, 17:19 WIB


VIVAnews - Suatu ledakan disertai kepulan asap putih hari ini terlihat di kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Jepang, yang rusak setelah dilanda gempa bumi dan tsunami Jumat kemarin. Pihak berwenang Jepang mengantisipasi bahwa PLTN yang rusak berpotensi menimbulkan bocornya radioaktif.

Menurut stasiun berita NHK, yang dipantau oleh media internasional CNN, empat pekerja PLTN milik Tokyo Electric Company cedera. Belum jelas dimana persisnya ledakan yang terlihat di kompleks PLTN Fukushima Daiichi.

Seorang pakar menilai bahwa ledakan itu menggambarkan "situasi yang serius." Namun, dia berharap ledakan itu bukan berasal dari dalam reaktor nuklir, yang sangat dikhawatirkan banyak kalangan.

Sebelumnya, pihak berwenang menyatakan status darurat di dua kompleks PLTN di kawasan timur laut Jepang. Pasalnya, perangkat pendingin pada lima reaktor di dua kompleks itu mengalami kerusakan. Penduduk sekitar dalam radius 10 km dari kompleks PLTN telah diungsikan.

Jumlah korban tewas akibat tsunami hingga kini belum dapat dipastikan. Namun pihak berwenang khawatir bahwa jumlah korban jiwa maupun warga yang hilang dalam 24 jam terakhir diperkirakan mencapai 1.200 orang. (sj)
• VIVAnews
 
Iran Siapkan Bantuan ke Jepang
Iran siap mengirim pasokan bantuan berupa obat, perlengkapan sanitasi, dan bahan makanan.
Sabtu, 12 Maret 2011, 14:45 WIB


VIVAnews - Pemerintah Iran menyampaikan belasungkawa atas bencana gempa bumi dan tsunami yang melumpuhkan wilayah pesisir timur laut Jepang, Jumat kemarin. Iran pun menyiagakan tim bantuan, yang siap berangkat ke Jepang untuk membawa pasokan darurat logistik dan obat-obatan.

Menurut stasiun berita Iran, Press TV, ungkapan belasungkawa disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Ali Akbar Salehi kepada Menlu Jepang, Takeaki Matsumoto.

Selain ungkapan bela sungkawa, Salehi yakin bahwa etos kerja keras yang mengagumkan dan mentalitas yang kuat dari bangsa Jepang akan mampu memulihkan situasi atas wilayah-wilayah yang diguncang gempa berkekuatan 8,9 pada Skala Richter, yang diikuti oleh serangan tsunami dengan ketinggian 4-10 meter.

Iran, menurut Salehi, siap mengulurkan bantuan apapun kepada Jepang. Sementara itu, ketua Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran, Abolhassan Faqih, menyatakan kesiapan untuk mengirim pasokan bantuan berupa obat, perlengkapan sanitasi, dan bahan makanan.

Menurut pihak berwenang Jepang, jumlah korban tewas maupun hilang dalam 24 jam terakhir akibat gempa dan tsunami mencapai sekitar 1.200 jiwa.
• VIVAnews
 
Efek Maut Bocornya Reaktor Nuklir
Setidaknya ada tujuh efek yang berbahaya bila tubuh manusia terkena bocoran radioaktif.
Sabtu, 12 Maret 2011, 15:40 WIB


VIVAnews - Gempa bumi disertai tsunami yang terjadi di Jepang menimbulkan potensi bahaya baru. Sebab, beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Jepang mengalami kerusakan. Ancaman bahaya kontaminasi radioaktif akhirnya muncul ke permukaan.

Radioaktif adalah sejenis zat yang berada di permukaan atau di dalam benda padat, cair atau gas yang mana kehadirannya berbahaya bagi tubuh manusia. Radioaktif berasal dari radionuklida (radioisotop) sebuah inti tak stabil akibat energi yang berlebihan.

Menurut situs atomicarchive.com, setidaknya ada tujuh efek yang berbahaya bila tubuh manusia terkena bocoran radioaktif dari PLTN.

1. Rambut: rambut akan menghilang dengan cepat bila terkena radiasi di 200 Rems atau lebih. Rems merupakan satuan dari kekuatan radioaktif.

2. Otak: sel-sel otak tidak akan rusak secara langsung kecuali terkena radiasi berkekuatan 5000 Rems atau lebih. Seperti halnya jantung, radiasi membunuh sel-sel saraf dan pembuluh darah dan dapat menyebabkan kejang dan kematian mendadak.

3. Kelenjar Gondok: kelenjar tiroid sangat rentan terhadap yodium radioaktif. Dalam jumlah tertentu, yodium radioaktif dapat menghancurkan sebagian atau seluruh bagian tiroid.

4. Sistim Peredaran Darah: ketika seseorang terkena radiasi sekitar 100 Rems, jumlah limfosit darah akan berkurang, sehingga korban lebih rentan terhadap infeksi. Gejala awal ialah seperti penyakit flu. Menurut data saat terjadi ledakan Nagasaki dan Hiroshima, menunjukan gejala dapat bertahan selama 10 tahun dan mungkin memiliki risiko jangka panjang seperti leukimia dan limfoma.

5. Jantung: bila terkena radiasi berkekuatan 1000 sampai 5000 Rems akan mengakibatkan kerusakan langsung pada pembuluh darah dan dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak.

6. Saluran Pencernaan: radiasi dengan kekuatan 200 Rems akan menyebabkan kerusakan pada lapisan saluran usus dan dapat menyebabkan mual, muntah dan diare berdarah.

7. Saluran Reproduksi: saluran reproduksi akan merusak saluran reproduksi cukup dengan kekuatan di bawah 200 Rems. Dalam jangka panjang, korban radiasi akan mengalami kemandulan.

Melihat bahayanya dampak dari radiasi radioaktif ini, pemerintah Jepang langsung menetapkan kondisi siaga menyusul potensi kebocoran radioaktif pada lima reaktor nuklir di dua lokasi. Tiga ribu warga yang tinggal di sekitar reaktor nuklir Fukushima Daiichi dengan radius 10 km langsung dievakuasi.

Sebanyak 14.000 warga yang tinggal di bagian timur laut Jepang masih di lokasi Daiichi, turut juga diungsikan setelah mendapat peringatan dari Tokyo Electric Power Co.

Jepang mempunyai 54 reaktor dan 10 di antaranya telah ditutup terkait bencana gempa dan tsunami yang menimpa wilayahnya. Sebanyak 30 persen pasokan listrik di Jepang berasal dari tenaga nuklir. Laporan: Harwanto Bimo Pratomo (adi)
• VIVAnews
 
Ledakan di PLTN, Warga Diminta Tidak Panik
Level radiasi di dua PLTN yang rusak kemungkinan lebih dari 8 kali lipat dari kadar normal
Sabtu, 12 Maret 2011, 17:37 WIB


VIVAnews - Pemerintah Jepang meminta publik tidak panik atas ledakan di salah satu dari dua kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang terjadi hari ini. Lima reaktor di dua PLTN di Fukushima mengalami kerusakan setelah gempa bumi dan tsunami pada Jumat kemarin, sehingga berpotensi mengalami kebocoran radiokatif.

Menurut stasiun berita Voice of America, seruan agar tidak panik itu dilontarkan seorang jurubicara pemerintah Jepang. Menteri Kepala Kabinet, Yukio Edano, menyatakan bahwa pihak berwenang terus memantau level radiasi di Fukushima. Salah satu PLTN di wilayah itu mengeluarkan kepulan asap putih setelah mengalami ledakan. Belum diketahui persis di mana ledakan berasal.

Menurut sejumlah media massa Jepang, level radiasi di kompleks PLTN yang rusak kemungkinan lebih dari delapan kali lipat dari kadar normal. Namun, Edano menyatakan bahwa penduduk di sekitar PLTN dalam radius 10 km telah diungsikan.

Sebelumnya, pihak berwenang menyatakan status darurat di dua kompleks PLTN di kawasan timur laut Jepang. Pasalnya, perangkat pendingin pada lima reaktor di dua kompleks itu mengalami kerusakan. Penduduk sekitar dalam radius 10 km dari kompleks PLTN telah diungsikan.

Jumlah korban tewas akibat gempa dan tsunami belum dapat dipastikan. Pihak berwenang memperkirakan jumlah korban jiwa maupun warga yang hilang dalam 24 jam terakhir sekitar 1.200 orang. (sj)
• VIVAnews
 
Nuklir Meledak, 4 Pekerja Terluka
Asap putih membumbung di kawasan pembangkit nuklir Fukushima.
Sabtu, 12 Maret 2011, 17:53 WIB


VIVAnews - Ledakan di komplek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Fukushima, Jepang menimbulkan asap putih hingga membumbung tinggi. Ledakan terjadi pada pukul 16.00 waktu setempat (14.00 WIB). Hal ini disampaikan biro keselamatan industri nuklir negara itu, seperti dilaporkan lembaga penyiaran publik Jepang, NHK.

Tokyo Electric Power Company mengatakan empat pekerjanya terluka. Namun sampai saat ini belum jelas sumber ledakan, apakah dari pembangkit Daiichi Fukushima, atau dari tempat lain.

"Efek tsunami mungkin telah menyebabkan ledakan," kata Malcolm Grimston, anggota asosiasi untuk energi, lingkungan, dan pengembangan di London, Chatham House, sepertiu dikutip CNN.

NHK mengatakan, para petugas terluka dalam proses pendinginan reaktor nuklir di pembangkit dengan menyuntikkan air ke intinya.

Sebelumnya, badan nuklir Jepang Sabtu ini mengatakan pekerja melanjutkan upaya mendinginkan reaktor setelah sejumlah kecil bahan radioaktif lolos ke udara.

Sistem pendingin di tiga dari empat unit itu sudah tidak bisa beroperasi. Akibatnya suhu pendingin inti nuklir lebih panas dari 100 derajat Celsius.

Pihak berwenang sudah memerintahkan penduduk yang berada dalam radius 3 kilometer untuk mengungsi. "Ini sebagai tindakan pencegahan," kata Ichiro Fujisaki, pejabat Tokyo Electric Power.
• VIVAnews
 
Back
Top