Cerita Seratus Kata

78. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian
 
79. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan
 
80. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak
 
81. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan
 
82. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya.
 
83. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi
 
84. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata
 
85. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya
 
85. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata lidahnya
 
86. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup
 
87. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan
 
88. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan karena
 
89. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan karena lidahnya
 
90. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan karena lidahnya ternyata
 
91. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan karena lidahnya ternyata ada
 
92. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan karena lidahnya ternyata ada nyamuknya
 
93. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan karena lidahnya ternyata ada nyamuknya. Tetapi
 
94. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan karena lidahnya ternyata ada nyamuknya. Tetapi kodok
 
95. Kami masih ingin kembali ke saat terindah dulu. Tapi sepertinya musibah itu datang menjemputnya, kemudian terdengar suara kentut... bau! Memuakkan! Namun ketika mencium aroma bunga bangkai, aku menjadi merasa bergairah untuk menamparnya. Malam ini ingin aku tidur, melupakan wajah mandra yang seperti traktor. Sesaat sementara aku terangsang oleh film kartun ketika adegan terjatuh, paha sang nenek terluka, berdarah.

Pagi-pagi sekali aku melihat kodok kawin, yang lemas tiada tenaga dalam raga lunglai. lalu dia terlihat menantang lagi lawan kawinnya. Kemudian dengan congkak memamerkan lidahnya. Tetapi ternyata mulutnya terkatup disebabkan karena lidahnya ternyata ada nyamuknya. Tetapi kodok malah
 
Back
Top