Paradoks Ambisius

Megha

New member
Paradoks Ambisius

ikhlas.jpg


Ikhlas @ okirana.blogspot.com





Ambisius, itu kata-kata yang melekat dengan diri saya, dilabeli oleh si mama.

Saya memang cukup keras kepala untuk masalah pilihan hidup. Bagi saya, tidak ada kompromi sama sekali untuk hidup saya. Apa yang saya mau, saya inginkan, harus saya dapatkan.

Dulu, saya bisa dengan berani mencemooh orang dengan jalan pikiran yang tidak sesuai dengan saya, tidak segan-segan saya berkonfrontasi dengannya. Intinya ya debat kusir, saya keras kepala dan mereka juga keras kepala.

Saya dulu percaya, bahwa apa yang saya mau harus saya dapatkan dengan perjuangan, dengan keras kepala tentunya. Tidak jarang juga hasilnya tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan. Kecewa? Tentu.

Hingga akhirnya suatu titik, disaat kekecawaan saya bertubi-tubi, yang saya rasakan hanya lelah. Walaupun kalau hasilnya berhasil, yang ada hanya kesenangan sesaat, karena kemudian pasti saya dihadapkan lagi dengan masalah ya lain. Senang sebentar, kemudian kembali misuh-misuh. Alur kehidupan saya seperti rollercoster, naik turun, dan rasanya melelahkan.

Lama-lama saya belajar, hidup seperti ini rasanya capek. Saya hanya bisa bersenang-senang sesaat lalu kembali misuh-misuh, kenapa saya tidak bisa bersenang-senang terus?

Kemudian saya belajar untuk tidak berharap, karena tadi, kalau harapan saya tercapai saya pasti senang, selesai harapan itu tercapai dan dihadapi masalah lagi, pasti saya kembali misuh-misuh, lingkaran setan kata diri saya. Oke.. saya tidak akan berharap apapun, saya akan menjalani hidup berlalu, bagaikan air.

Ketika saya mencoba untuk tidak berharap, yang saya rasakan hidup saya seperti tidak memiliki tujuan. Saya seperti berjalan di kerumunan tanpa tau mau kemana. Saya tidak bertanya kepada siapapun. Yang ada saya melangkahkan kaki hingga kemana pun saya tidak tahu.

Stop! Ini bukan kehidupan saya! Saya tidak akan pernah menjadi besar dengan cara ini!

Saya bertanya pada diri saya, apa yang salah dengan diri saya? Saya menjadi ambisius, salah. Menjadi orang yang go with the flow, salah.

Ada satu kata yang mengganggu saya selama hidup, ketika menjadi sangat ambisius, kata-kata itu saya benci. Rasanya seperti orang lemah saja menurut saya. Dulu saya sangat yakin, bahwa kehidupan kita itu yang menentukan kita sendiri. Saya meyakini hal itu dalam-dalam. Mendengar kata “itu” membuat saya alergi. “Maaf.. saya tidak selemah itu”.

Ikhlas, itu kata yang dulu membuat saya cukup alergi. Rasa-rasanya tidak jantan sekali dengan kata itu menurut saya dulu. Bagi saya ikhlas hanya digunakan ketika kita akan menyumbang atau bersedekah, selain itu kata tersebut tidak cocok digunakan untuk perjuangan hidup. Itu menurut saya dulu.

Saya ternyata lupa, kalau dulu saya pernah membuktikan kata itu. Dulu, ketika saya masih kecil, dengan berbagai keinginan saya, saya bisa saja meraung-raung nangis memaksa orang tua saya. Saya memang anak bungsu dan saya yakin pasti permintaan saya akan ditanggapi. Tapi waktu itu dengan keinginan saya yang besar akan suatu benda, saya tidak gunakan kebiasaan saya, meraung-raung. Saya berbeda dengan saya biasanya, saya hanya memandangi barang yang saya suka, tersenyum dan dalam hati saya berkata “Kalau dibelikan ini sama mama, sepertinya menyenangkan yah…”, saya ikhlaskan keinginan saya.

Dan ternyata, keinginan saya terkabul tanpa saya perlu meminta dulu kepada orang tua saya.

Ikhlas. Kata yang dulu saya sangat benci, sekarang sedang saya coba tanam dalam-dalam di hati saya. Saya masih belajar dengan kata ikhlas itu.

Saya belajar bahwa memiliki keinginan itu bagus, membuat kita memiliki arah dalam kehidupan. Terlalu berharap keras dengan terwujudnya keinginan itu hanya akan membuat kita sendiri lelah, untuk pengimbangnya adalah ikhlas.

Berjuang, ikhtiar, tawakkal dan ikhlas.

Percaya deh, menjadi orang yang meledak-ledak itu melelahkan. Karena saya pernah menjadi orang seperti itu.

Sumber : http://mppersonal.com/my-extraordinary-life/paradoks-ambisius/#ixzz1I0NpNXQ9
 
Kehidupan Ini tidak Ada Yang Abadi. . ;)
begitu juga dengan Kesenangan, Kesedihan.
Dunia Pasti Berputar.. Ada Saatnya Semua Harus Berubah. .!!:D

Kalau Kita Jalani Hidup Dengan Ikhlas.. Semuanya terasa Tenang, Tapi Tidak Gampang juga untuk ikhlas, Kadang Kala kita merasa dirugikan orang lain, dengan keikhlasan yang telah kita lakukan.. Kalau gw Sih Biasanya dengan bersyukur apa yang telah kita dapatkan, itu salah satu obat agar hati tenang.. Tapi tetap mempunyai tujuan atau harapan..

Mengutip kata Ahmad Dahlan dalam Sang Pencerah, hidup ini pendek,terlalu berharga jika dijalani hanya untuk diri sendiri.

Berambisi lah sewajarnya, bertekad kuatlah. Tapi jangan pernah mau diperbudak ambisi. . .:))
 
ikhlas... kata-kata yang sangat sederhana namun sulit dilakukan, kita ikhlas bukan hanya dari mulut saja, namun dari hati paling dalam... jika kita benar-benar bisa ikhlas... pasti hidup kita akan nyaman dan damai... :)
 
Back
Top