Archandra Tahar Diberhentikan dari Menteri ESDM

spirit

Mod
jambiindependent_com_41_1.jpg

Presiden Joko Widodo secara resmi memberhentikan Archandra Tahar dari jabatannya sebagai Menteri ESDM, kemarin. Pria asal Padang itu dicopot di hari ke-20 dia menjabat menteri.

’’Setelah mendapatkan informasi dari berbagai sumber, Presiden memutuskan untuk memberhentikan dengan hormat saudara Arcandra Tahar dari posisinya sebagai Menteri ESDM,’’ ujar Mensesneg Pratikno semalam.

Untuk memimpin Kementerian ESDM, untuk sementara Presiden menunjuk Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan sebagai pelaksana tugas.

Namun, Pratikno menolak menjawab saat disinggung mengenai proses seleksi menteri hingga akhirnya kebobolan. Begitu pula saat dikonfirmai mengenai kebenaran bahwa Archandra memiliki kewarganegaraan ganda. ’’Nanti akan diklarifikasi pejabat berwenang. Yang berwenang Menkum HAM kan,’’ ucapnya.

Setali tiga uang, Juru Bicara Presiden Johan Budi S.P juga menolak mengonfirmasi bahwa Presiden kebobolan soal status Arhcandra.

’’Melihatnya jangan begitu. Melihatnya, Presiden responsif terhadap persoalan yang muncul,’’ terang mantan Pimpinan KPK itu. Dia juga membenarkan bahwa Archandra bertemu Presiden pada siang hari sebelum dia diberhentikan.

Informasi justru muncul dari luar Istana. Ekonom Faisal Basri menyebut, awal mula Jokowi mengenal Archandra tidak lepas dari peran mantan Deputi di Kantor Staf Presiden, Darmawan Prasodjo.

Selama ini, Darmawan punya peran sebagai pemberi second opinion dalam urusan ESDM. Di sisi lain, Darmawan dia sebut sebagai sahabat Arcandra.

Perkenalan Jokowi dengan Archandra ada kaitannya pula dengan keputusan soal Blok Masela.

’’Rupanya Presiden lebih mempercayai masukan lain lewat jalur informal yang berasal dari perusahaan milik Arcandra,’’ ujarnya. Karena itulah, Jokowi memilih mengumumkan sendiri keputusan soal blok Masela.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, proses penunjukan menteri Jokowi tidak lepas dari pertimbangan para pembisiknya. Baik dari partai pendukung maupun lingkaran dalam istana. Termasuk juga Wapres Jusuf Kalla. Namun, keputusan akhir tetap ada di tangan Jokowi. Presiden bisa saja mengubah keputusannya di menit-menit akhir.

Selama ini, sebelum menunjuk menteri, Jokowi selalu meminta track record. Tanpa diminta pun, para pembisiknya juga pasti menyodorkan track record. Haya saja, selama ini track record calon menteri lebih sering berfokus pada integritas dan kemampuan.

Seperti aktivitas keuangan, pernah tidaknya diperiksa penegak hukum, seberapa besar kekayaannya, hingga latar belakang kemampuannya.

Alhasil, persoalan lain seperti yang dialami Arcandra tidak sampai termonitor. Informasi yang diperoleh Jawa Pos, bahkan BIN pun tidak dilibatkan dalam menelusuri rekam jejak para calon menteri.

Contoh hasil keterlibatan intelijen dalam menelusuri rekam jejak secara mudah sudah bisa dilihat, dengan terkuaknya fakta bahwa salah seorang anggota Paskibraka tahun ini memiliki paspor Prancis.

Di sisi lain, Archandra juga tidak jujur atas status kewarganegaraan gandanya. Informasi yang beredar di kalangan internal kementerian ESDM, Archandra sendiri tidak mengerti bahwa status dwikewarganegaraan dirinya bisa bermasalah. Hal itu tidak disampaikan ke Presiden saat dia diminta untuk menjadi Menteri.

Dari internal ESDM pula, diperoleh Informasi bahwa sejak pertengahan pekan lalu Arcandra sebenarnya sudah siap mundur dari jabatannya apabila diminta Presiden. Namun, tidak ada tindak lanjut hingga akhirnya semalam dia diberhentikan.

Sebelum Archandra Diberhentikan, Presiden sempat menggelar rapat kemarin sore bersama sejumlah pembantunya. Di antaranya, Menlu Retno Marsudi, Menkum HAM Yasonna H Laoly, dan Arcandra sendiri. Arcandra keluar sekitar pukul 18.15 tanpa memberikan satu komentarpun kepada wartawan yang menunggu dia. Begitu pula kedua menteri lainnya.

Informasi yang diperoleh Jawa Pos, Archandra langsung menuju kantornya. Sementara, Jokowi sendiri keluar dari Istana menjelang pukul 19.00. Saat konferensi pers, Archandra tidak muncul. Hanya ada Pratikno dan Johan Budi.

Sebelum diberhentikan, Archandra bekerja seperti biasa. Namun, dia enggan menanggapi berbagai pertanyaan soal status dwikenegaraannya. Mungkin, dia sudah merasa lebih baik karena pada Minggu (14/8) di Kementerian ESDM sudah memberikan banyak keterangan soal itu. Bahwa dia masih WNI.

Usai rapat di Kementerian ESDM pada pagi hari, dia tidak antusias untuk menjawab pertanyaan seputar paspor. Saat ditanya, dia hanya menjawab singkat. ’’Lagi kerja,’’ katanya.

Dia juga cukup sibuk. Selain menggelar rapat di kantornya, dia juga melakukan kunjungan singkat ke tiga kementerian koordinator. Yakni, Kemenko Polhukam, Kemenko Perekonomian, dan Kemenko Maritim. Namun, seperti yang sudah-sudah, dia pelit bicara.

Apalagi, jika ditanya soal status WNI yang kerap disebut sudah hilang karena pernah mengucapkan sumpah setia kepada AS. Dia menegaskan, saat ini hanya ingin bekerja untuk memenuhi arahan Presiden Joko Widodo.

’’Yang jelas, saya kerja saja. Ada hal-hal yang harus saya kerjakan secepatnya,’’ ucapnya.

Sekitar pukul 19.30, setelah dari Istana Negara dia tampak ke gedung Kementerian ESDM. Tidak seperti biasa, dia masuk ke ESDM melalui pintu samping gedung Setjen ESDM. Padahal, Arcandra lebih melalui pintu utama yang menghadap ke Monas.

Dia datang sendirian. Sekitar satu jam kemudian, dia dikabarkan sudah meninggalkan gedung ESDM tanpa berpamitan kepada wartawan yang menunggunya. Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari Arcandra soal pemberhentian dirinya.

Selama 19 hari menjabat sebagai Menteri ESDM, belum banyak yang dilakukan Arcandra. Namun, ada satu momen yang penting yaitu perpanjangan izin ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia. Di eranya, izin Freeport yang habis pada 8 Agustus 2016 diperpanjang sampai 11 Januari dengan kuota 1,4 juta ton.

Selain itu, dia juga mencairkan hubungan antara Kementerian ESDM dengan PLN, dan juga Kemenko Maritim. Saat jabatan menteri dipegang Sudirman Said, hubungan Kementerian ESDM memang kurang harmonis. Caranya, untuk kali pertama Menteri ESDM melakukan kunjungan ke PLN di era Jokowi. Lantas, kerap datang dan rapat di Menko Maritim.

Selebihnya, dia menghadiri berbagai acara seperti The 4th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2016. Dia juga sedang dalam proses merealisasikan keinginan Presiden Joko Widodo agar pengembangan Blok Masela di Laut Arafura, Maluku dilakukan di darat atau on shore.

’’Insya Allah investasinya turun. Saya minta tim bekerja secepatnya supaya tidak ada waktu yang terbuang,’’ katanya kemarin pagi di Kemenko Perekonomian. Saat itu, dia menyebut sudah ada data yang dipegang dan hitung-hitungan baru sudah keluar. Tidak semahal perkiraan awal yakni USD 19,3 miliar. (byu/dim)

~jambiindependent.com
 
JK: Arcandra Bisa Jadi Menteri Lagi, Asal...

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) menilai Arcandra Tahar bisa saja kembali menjadi Menteri ESDM asal status kewarganegaraannya sudah jelas. Mengingat saat ini Arcanda sedang stateless atau tidak memiliki kewarganegaraan.

"Kan, nanti harus diperjelas kewarganegaraannya, perlu ada upaya untuk menyelesaikan masalah ini," ujar JK usai menghadiri peringatan Hari Konstitusi, di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis (18/8/8/2016).

JK menegaskan tidak menutup kemungkinan apa pun terkait Arcandra, apalagi jika dia sudah menjadi warga negara Indonesia (WNI).

"Selama kemudian kewarganegaraannya (Arcandra) sudah lebih baik, Indonesia, tentu sudah lebih jelas, lebih pasti, terbuka (untuk kembali menjadi menteri)," ucap JK.

Sebelumnya, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan masalah kewarganegaraan tidak akan menggerus kemampuan Arcandra sebagai orang yang ahli di bidang energi. Meski tak lagi jadi menteri, bisa saja Arcandra ditempatkan sebagai staf ahli presiden bidang energi.

"Apa saja bisa, peluang apa saja bisa terjadi buat Pak Candra atau orang lain, Candra-Candra lain," ujar Luhut di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 17 Agustus 2016.

Segala sesuatu bisa saja terjadi kepada Arcandra. Jokowi pasti mempertimbangkan keahlian Arcandra bagi bangsa ini. Masyarakat juga tak perlu mempermasalahkan kewarganegaraan karena akan ada solusi.

"Ya semua kemungkinan itu bisa terjadi, tak menutup itu. Kita jangan mempersoalkan itu. Siapa saja, orang Indonesia yang bisa memberikan nilai tambah bagi negeri ini itu harus kita apresiasi," ujar mantan Menko Polhukam itu.

Hanya, semua tergantung penilaian Presiden Jokowi. Luhut yakin Presiden sudah memiliki pandangan dan penilaian terbaik untuk Arcandra.

"Semua tergantung penilaian Bapak Presiden terhadap itu tadi. Presiden Jokowi saya pikir mempertimbangkan beliau untuk dipakai di negeri ini lagi, saya 1.000 persen setuju," pungkas Luhut.
 
Back
Top