AS diduga memprovokasi perang baru Korea

Administrator

Administrator
Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) kemarin memperingati 60 tahun peperangan kedua negara yang menewaskan jutaan orang dan secara resmi belum berakhir.

Hingga kini, kedua Korea masih saling menyalahkan atas ketegangan situasi di kawasan itu.

Dalam sebuah acara khidmat di Seoul untuk mengenang pecahnya Perang Korea, Presiden Korsel Lee
Myung-bak mendesak Korut untuk menghentikan provokasi militer sembrono dan meminta maaf atas tenggelamnya kapal perang Cheonan milik Seoul.

“Tujuan utama Korsel bukan konfrontasi militer, tapi reunifikasi damai. Saya serukan kepada Korut untuk meminta maaf atas tenggelamnya kapal Korsel di dekat perbatasan laut,” ujar Lee.

Korsel dan AS mendesak Dewan Keamanan Persenikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mengecam Korut. Pyongyang mengancam merespons dengan kekuatan militer terhadap setiap langkah PBB. “Korut harus bertanggung jawab dihadapan komunitas internasional. Korut harus menghentikan provokasi militer sembrono dan mengambil langkah agar 70 juta rakyat Korea hidup bersama,” tegas Lee.

PerangKonea 1950—1953 itu terjadi selama tiga tahun yang dimulai dengan invasi Korut. Perang itu mengakibatkan Korea hancur lebur dan sekitar tiga juta nyawa manusia melayang. Perang itu hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan kesepakatan damai, sehingga Korut dan Korsel secara teknis masih berperang enam dekade kemudian.

Korut menilai, perang Korea disulut provokasi dari Korsel dan aliansinya, AS, yang masih menempatkan 28.500 tentara di perbatasan selatan.

Harian Pemerintah Pyongyang, Rodong Sinmun, menulis, “Perdamaian masih terancam karena AS dan pasukan boneka Korsel melakukan gerakan jahat untuk memprovokasi perang baru.”





Sumber : Warkot
 
Back
Top