Bias Bias Dalam Atribusi

bla_bla_bla

New member
BIAS BIAS DALAM ATRIBUSI









Apakah selalu benar atribusi Anda? Tentu saja tidak. Dalam proses atribusi bisa terjadi kesalahan atau bias sehingga atribusinya kurang akurat atau tidak benar. Beberapa bias itu adalah bias kesalahan atribusi dasar, efek pelaku pengamat, bias menghibur diri (self-serving bias) dan menghakimi diri (self-defeating), menyalahkan diri (self blame), relevansi dengan keuntungan pribadi (hedonic relevance), dan bias egosentris.

1. Bias kesalahan atribusi dasar (fundamental attribution error).

Ini adalah kecenderungan untuk melebih-lebihkan pengaruh disposisi pada perilaku orang lain. Anda cenderung untuk menganggap bahwa perilaku orang lain disebabkan oleh sikap, kepribadian, perasaan, emosi, kemampuan, kesehatan, keinginan, niat, kesukaan, dan usaha. Anda kurang memperhatikan situasi dimana perilaku itu timbul.

Bagaimana bias ini terjadi? Ini disebabkan setidaknya 3 hal. Pertama, pada saat Anda melihat sebuah perilaku, otomatis Anda akan berfokus pada orangnya dan disposisinya daripada situasi yang relatif stabil atau tetap. Misalnya pada saat Anda melihat seseorang senyum-senyum, maka Anda akan cenderung melihatnya sedang senang hati. Lalu orang mau pergi ke pasar rakyat (pasar rakyat sama dimana-mana), karena dia dianggap memang suka pergi ke sana. Kedua, Anda tidak memiliki cukup informasi mengenai situasinya. Misalnya Anda melihat teman Anda menangis. Anda tidak tahu situasinya seperti apa. Nah oleh sebab itu Anda akan melihat teman Anda menangis disebabkan karena dirinya mudah menangis. Ketiga, proses atribusi terdiri dari dua tahap. Mula-mula dengan cepat melihat faktor disposisi, lalu mengoreksi setelah melihat adanya faktor situasi. Nah, orang cenderung tidak mau berpayah-payah melihat faktor situasinya.

2. Efek pelaku-pengamat

Ini adalah bias dimana orang yang berperilaku (pelaku) memiliki kecenderungan untuk menekankan pengaruh situasional sebagai sebab perilakunya, dan yang melihat perilaku itu (pengamat) cenderung menekankan pengaruh disposisional. Misalnya Anda memakai pakaian yang mencolok. Maka Anda akan mengatakan bahwa Anda hanya menyesuaikan diri dengan tren. Adapun orang lain melihat Anda memang norak.

3. Bias menghibur diri (self-serving bias) & menghakimi diri (self defeating)

Bias menghibur diri (self serving bias) adalah kecenderungan seseorang untuk menganggap hal-hal positif diakibatkan karena dirinya sendiri (disposisinya) dan hal-hal negatif disebabkan oleh orang lain (situasinya). Misalnya Anda berhasil menyelesaikan ujian dengan gemilang, maka Anda akan menganggap bahwa keberhasilan itu karena Anda memang cerdas dan berkemampuan tinggi. Sebaliknya jika Anda gagal lulus ujian, maka Anda menganggap karena soalnya terlalu sulit dan tidak pernah diajarkan. Pendek kata, orang lain dituduh bertanggung Jawab atas kegagalan Anda.

Bias ini mengurangi rasa tanggung Jawab Anda atas suatu peristiwa negatif yang terjadi. Oleh sebab itu Anda tidak akan terlalu menyalahkan diri. Sebaliknya jika ada peristiwa positif, Anda merasa cukup mampu melakukan sesuatu sehingga menambah rasa percaya diri Anda.

Menghakimi diri (self defeating) adalah kebalikan dari bias menghibur diri (self serving bias). Seseorang justru cenderung menganggap sebab dari perilaku positif berasal dari situasi dan sebab perilaku negatif dari disposisi. Jika lulus ujian, maka dianggap soalnya terlalu mudah, nilai ditambahi oleh penilai, sedang beruntung. Jika gagal ujian dianggap karena bodoh. Biasanya orang depresi mental melakukan penghakiman diri atau self defeating ini.

4. Menyalahkan diri (self-blame)

Menyalahkan diri (self blame) adalah kecenderungan seseorang untuk secara berlebihan menyalahkan diri sendiri, terutama bila mengalami kegagalan. Mungkin Anda sering menemui orang seperti ini. Apapun kejadiannya, selalu diri sendiri disalahkan. Ada teman sedih, menyalahkan diri sendiri tidak mampu menyenangkan hati sang teman. Suami gagal dalam usahanya, menyalahkan diri sendiri tidak cukup banyak membantunya.

5. Efek relevansi dengan keuntungan pribadi (hedonic relevance)

Ini adalah kecenderungan seseorang untuk menilai lebih positif perilaku orang lain yang menguntungkan dirinya pribadi, dan menilai lebih negatif perilaku yang merugikan dirinya. Misalnya teman Anda mencuri buah di kebun tetangga. Jika Anda mendapat bagian buah curian (positif bagi Anda), maka Anda cenderung menganggapnya melakukan pencurian hanya untuk senang-senang saja. Sebaliknya jika Anda tidak mendapat bagian (negatif bagi Anda), maka Anda menganggap teman Anda berjiwa maling.

6. Bias egosentrisme

Ini adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang dengan menggunakan diri sendiri sebagai referensi, alias beranggapan orang lain juga melakukan hal yang sama. Misalnya Anda membaca buku karena mengisi waktu luang. Maka Anda menganggap orang lain membaca buku juga untuk mengisi waktu luang. Padahal boleh jadi tugasnya menuntut untuk membaca buku.



Atribusi dan konflik

Atribusi Anda bisa menyebabkan konflik dengan orang lain. Misalnya Anda melihat kekasih Anda berpakaian sangat rapi dan wangi saat mau pergi keluar tanpa Anda. Nah, mungkin Anda menuduhnya karena ia berniat memikat orang lain. Oleh sebab itu bisa muncul pertengkaran. Demikian juga jika kekasih Anda terlambat datang memenuhi janjinya, lalu Anda menganggapnya karena ingin putus dengan Anda.

Konflik juga bisa terhindar kalau masing-masing pihak memiliki atribusi yang positif. Misalnya perilaku kekasih Anda memakai pakaian terbaik dan berdandan sehingga tampak cantik adalah untuk menyenangkan Anda. Maka tentu saja itu tidak akan menimbulkan konflik. Sebaliknya jika dianggap untuk memikat orang lain, maka akan menimbulkan konflik.

Atribusi juga bisa menyelesaikan konflik. Anda terlihat oleh kekasih Anda sedang ngobrol dengan laki-laki lain. Lalu kekasih Anda marah karena menganggap Anda naksir laki-laki yang diajak ngobrol. Anda lalu menjelaskan pada kekasih Anda, bahwa laki-laki yang Anda ajak ngobrol adalah teman sekolah sejak SD sampai SMA, yang sudah lama tidak bertemu. Jadi wajar kalau ngobrol banyak. Nah, jika kekasih Anda kemudian mengubah atribusinya, maka konflik akan terhindar.





Psikologi-online.com
 
Bls: Bias Bias Dalam Atribusi

yo kalo risoles harus beli.. si eneng jualan kok.. satunya dua ribu lima ratus.. mau pesen berapa..??/
 
Bls: Bias Bias Dalam Atribusi

aku pesen satu biji aja deh kalau gitu... isinya daging sapi ya.. terus dianterin ke jogja langsung...
 
Bls: Bias Bias Dalam Atribusi

jiaaaaah.. kalo satu.. and anter kejogja ya kayaknya tarifnya jadi berlipat lipat noooo
 
Bls: Bias Bias Dalam Atribusi

hiahahha.... lah ini kok malah jadi thread bias bias risoles? hayo mana mana bintangnya? hihihi
 
Back
Top