Dilema Bungkus Daging Kurban Pakai Plastik, Daun, Atau Besek Bambu

spirit

Mod
1532bff6-0c86-45e0-a94c-b8ecdde985e4_169.jpeg

Banyak masyarakat yang sudah sadar akan dampak penggunaan plastik pada lingkungan juga dampak penggunaan plastik pada makanan. Hal ini kerap menjadi bahan perbincangan karena pada saat momen Idul Adha, plastik kerap dijadikan pembungkus daging kurban.

Salah satu alternatif untuk menghindari penggunaan plastik yaitu dengan menggunakan daun atau besek bambu. Namun di daerah perkotaan, tampaknya sulit untuk menemukan bahan-bahan tersebut.

Kepala Tim Peneliti Penyembelihan Halal Science Center (HSC) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) Drh Supratikno, MSi, PAVet mengatakan bahwa penggunaan plastik, daun, atau besek bambu lebih mengacu pada prinsip keramahan lingkungan.

"Daun lebih baik karena lebih ramah lingkungan, tetapi kadang di kota sulit di cari. Daun pisang maupun daun jati sama saja, tidak ada penelitian yang membandingkan hal tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah kebersihan daunnya. Daun yang digunakan harus bersih," ujarnya kepada detikHealth.

Supratikno pun tidak melarang penggunaan plastik untuk membungkus daging kurban, namun ia menegaskan bahwa plastik yang digunakan harus yang aman untuk makanan. Plastik yang aman biasanya plastik yang tahan panas atau tahan minyak panas untuk membungkus makanan berkuah panas.

"Jangan menggunakan plastik yang berwarna-warni, karena merupakan plastik daur ulang," sarannya.

Pada prinsipnya, membungkus daging kurban dengan plastik, daun, atau besek bambu sama saja. Yang terpenting, Supratikno menambahkan, daging tidak boleh dicampur dengan jeroan hijau, seperti babat dan usus, karena daging mudah ditumbuhi bakteri. Usus banyak mengandung bakteri sehingga apabila dicampur maka daging akan cepat membusuk dan bau.


sumber
 
Back
Top