Empat Cara Berperilaku

singthung

New member
Empat Cara Berperilaku

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa(3X)

Bagi orang yang tanpa kejahatan, selalu berjuang demi kesucian, kesalahan seujung rambut pun tampak sebesar mendung hitam.

(Theragāthā, 1001)


Sabda Sang Buddha

Para bhikkhu, ada empat cara berperilaku. Apakah empat cara berperilaku itu? Cara tidak sabar, cara sabar, cara menjinakkan, dan cara menenangkan.

Para bhikkhu, apakah cara tidak sabar itu? Jika dicaci maki, orang itu membalas mencaci maki; jika dihina, dia membalas menghina; jika dilecehkan, dia membalas melecehkan.

Para bhikkhu, apakah cara sabar itu? Jika dicaci maki, orang itu tidak membalas mencaci maki; jika dihina, dia tidak membalas menghina; jika dilecehkan, dia tidak membalas melecehkan.

Apakah cara menjinakkan itu? Di sini, jika melihat bentuk dengan mata, mendengar suara dengan telinga, mencium bau dengan hidung, atau mencicipi cita rasa dengan lidah, atau menyentuh obyek dengan tubuh, atau memahami obyek mental dengan pikiran, seorang bhikkhu tidak melekat pada penampilan umum atau detil obyek itu. Karena jika ini dibiarkan, kemampuan inderanya tidak terjaga, keadaan-keadaan ketamakan serta kesedihan yang jahat dan tidak bermanfaat akan meyerangnya, maka ia menerapkan pengendalian kemampuan indera itu, menjaganya dan mencapai penguasaan atasnya.

Apakah cara untuk menenangkan itu? Di sini seorang bhikkhu tidak mentoleransi di dalam dirinya sendiri pemikiran nafsu, atau pemikiran niat jahat, atau pemikiran kekerasan atau keadaan-keadaan lain, apapun yang jahat dan tidak bermanfaat yang mungkin muncul di dalam dirinya. Dia meninggalkannya, menghalaunya, menghilangkannya, dan menghancurkannya. Para bhikkhu, inilah empat cara berperilaku. (Aṅguttara Nikāya IV, 165)

Tergelincir

Pernahkah Anda melakukan kesalahan? Secara jujur, kita pernah melakukan kesalahan. Dari kesalahan kecil sampai kesalahan besar. Pernah juga ada yang bertanya, mengapa ada orang yang secara ilmu agama piawai, tetapi masih melakukan kesalahan? Berbicara mengenai kesalahan tentu tidak dapat dipisahkan dengan noda batin. Noda batin inilah sumber dari kejahatan yang kita lakukan.

Semua orang ingin menghindari kesalahan, namun terkadang kesalahan itu tetap dilakukan. Manusia sering kali tergelincir dalam kehidupan yang tidak benar. Noda batin cenderung lebih kuat dibandingkan dengan kewaspadaan. Manusia lengah, sehingga kesalahan pun dilakukan. Manusia sudah sangat hati-hati dalam kehidupan ini, tetapi karena noda batin lebih kuat, maka kesalahan pun tidak dapat dihindari.

Mengapa ini terjadi? Semua ini terjadi karena manusia kurang dalam latihan. Manusia sering kali melupakan kebutuhan batiniah, padahal kebutuhan batiniah ini sangat penting untuk membuat batin ini awas. Manusia sering kali terjebak pada kenikmatan duniawi dan menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan yang tinggi. Bukan berarti bahwa Dhamma mengajak kita untuk menghindari materi. Materi adalah kebutuhan dan penunjang kehidupan ini. Materi adalah alat untuk menuju kepada kebahagiaan, baik itu kebahagiaan duniawi maupun kebahagiaan batiniah. Ketika materi masih bisa dinikmati, maka akan muncul kebahagiaan duniawi. Ketika materi digunakan untuk berbuat baik, maka akan muncul kebahagiaan batiniah.

Pengertian seperti itu harus dimunculkan agar kebutuhan batiniah tidak terus dilupakan. Jika dilupakan, maka manusia akan sering tergelincir dalam kehidupan ini. Kesalahan akan mudah dilakukan. Dorongan yang kuat dalam kehidupannya adalah nafsu keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Ketiga api itu akan terus membakar manusia dan akan membawanya pada kemerosotan mental. Jangan lupakan kebutuhan batiniah dan teruslah berjuang untuk membawa batin ini tetap awas. Kualitas manusia ditentukan oleh perilakunya. Perilaku manusia menjadi beragam sepadan dengan latihan yang dilakukan. Semakin kuat praktik Dhamma seseorang, maka kualitas batin orang tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika latihan Dhamma seseorang tidak kuat, maka kualitas batin orang tersebut akan menjadi buruk. Dari empat cara berperilaku tersebut di atas, termasuk jenis perilaku yang manakah diri kita ini? Marilah kita renungkan jawab diri kita untuk terus memperbaiki perilaku kita.

 
Back
Top