Hening Sejenak ...

singthung

New member
Hening Sejenak ...

Hiduplah tanpa ketamakan dan iri hati, isilah pikiranmu dengan kebajikan. Milikilah perhatian murni dan pikiran yang terpusat, batin yang teguh dan terkosentrasi.
(Anguttara Nik?ya II.29)​

Oleh: Bhikkhu Abhayanando


Suasana Hati

Kehidupan ini akan terasa membahagiakan jika kita dapat menghadapinya dengan bijak. Persoalannya adalah ketidakmampuan mental kita menghadapi kehidupan ini. Suasana batin kita masih rapuh sehingga kita mudah mengalami kemerosotan batin. Seseorang menjadi tidak terkendali ketika perubahan yang muncul adalah perubahan yang tidak diinginkan. Akhirnya orang tersebut menjadi marah, jengkel, kecewa, dan kegundahan batin lainnya.

Suasana hati yang kita miliki masih tergantung dengan kondisi yang ada. Jika suasana di luar kita baik, kita masih dapat mempertahankan kebaikan kita tetapi jika suasana di luar kita tidak menyenangkan suasana batin kita menjadi tidak terkendali. Batin yang rapuh inilah yang membuat kita jauh dari ketenangan dan kedamaian.

Oleh karena itu, seseorang harus berusaha keras untuk mendewasakan batinnya. Memang, perjuangan untuk mendewasakan batin tidak mudah tetapi kemauan dan kerja keras kita perlahan namun pasti akan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan seseorang. Kedewasaan batin sangat penting dalam kehidupan ini karena risiko kehidupan pasti akan dihadapi oleh semua orang.

Sebenarnya kalau kita cermat memperhatikan diri kita, ego kitalah yang membuat suasana hati selalu berubah. Ego membuat manusia ingin bertahan dalam posisinya. Manusia tidak menyadari bahwa perubahan yang setiap saat terjadi menunjukkan bahwa hukum kesementaraan ada dalam kehidupan ini. Ego yang dianggap orang sebagai sesuatu yang kekal ternyata hanya khayalan semata. Oleh karena itu, tidak ada manfaatnya mempertahankan ego kita.

Untuk itu kita harus mempersiapkan kondisi mental yang dewasa agar suasana hati kita selalu terkendali. Sang Buddha telah memberikan teladan kepada kita semua tentang bagaimana menghadapi kehidupan yang selalu berubah ini tanpa terjerumus pada kemerosotan batin. Beliau selalu tenang menghadapi kesulitan yang menghadang. Teladan tersebut seharusnya menjadi inspirasi yang baik bagi kita semua untuk mendewasakan batin kita. Adapun langkah yang harus dipersiapkan untuk menjaga suasana hati kita adalah:

1. Jangan sampai pikiran terpengaruh!
2. Timbang rasa dan kebaikan hati!
3. Jangan terburu-buru dalam segala hal!
4. Kembangkan cinta kasih kepada semua makhluk!

Langkah-langkah tersebut harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan apapun yang dihadapi hendaknya kita hadapi dengan langkah-langkah tersebut. Suasana hati menjadi tidak terkendali karena kita masih belum mantap dalam hal batin. Oleh karena itu, seseorang harus mempraktikkan Dhamma yang telah diajarkan Sang Buddha dengan kesungguhan dan ketulusan. Dengan cara inilah batin kita akan menjadi dewasa sehingga suasana hati kita menjadi terkendali setiap saat. Kemauan dan kerja keras merealisasikan keempat langkah tersebut di atas akan menghasilkan sesuatu yang positif bagi hidup kita. Suasana hati yang sekarang kita miliki masih porak poranda dan harus dibangun dengan membangun mental yang positif.

"Dunia berada dalam bagian yang sangat tergesa-gesa. Pikiran berubah dari suka menjadi tidak suka dengan segala tergesa-gesa yang ada di dunia. Jika kita bisa belajar untuk membuat pikiran tenang, Itu akan menjadi bantuan yang sangat hebat bagi dunia." (Ajahn Chah)

Penyakit Mental


Jaman terus berubah dan perubahannya pun sangat cepat. Manusia diombang-ambingkan oleh perubahan yang terus-menerus dan terkadang manusia tak kuasa menghadapi perubahan yang demikian cepat. Manusia sekarang dituntut untuk lebih gesit dan cepat dalam bekerja bak kalimat, "siapa cepat ia dapat". Orang yang lambat akan kehilangan kesempatan dan kesempatan itu akan dimiliki oleh orang lain. Di samping menghadapi situasi kehidupan yang tidak menentu, manusia juga dibebani berbagi macam persolan kehidupan seperti, masalah rumah tangga, masalah ekonomi, masalah pekerjaan dan segudang masalah lainnya. Masalah seolah-olah menjadi teman yang setia dan setiap saat masalah itu muncul dalam kehdupan ini.

Menghadapi situasi seperti itu tidaklah mudah bagi sebagian orang. Mengapa demikian? Karena masing-masing orang mempunyai kualitas yang berbeda dan cara berpikir yang berbeda pula. Bagi mereka yang sudah sering mendapatkan pengalaman hidup tentunya dalam menghadapi kehidupan ini akan lebih dewasa dibandingkan dengan orang yang minim pengalaman. Kondisi seperti inilah yang membuat sebagian orang stres, depresi dan bahkan ada yang nekat melakukan bunuh diri karena mengalami keputusasaan.

Sungguh sulit untuk mendapatkan kedamaian dalam kehidupan ini. Seolah-olah kehidupan sudah penuh sesak dengan problema kehidupan dan tak ada celah untuk mendapatkan keheningan dan kedamaian. Manusia semakin kesepian karena tidak ada tempat berkeluh kesah dan menenangkan diri. Hal ini terjadi karena manusia sudah tidak dapat membagi waktu sehingga tidak ada keseimbangan antara kebutuhan lahiriah dan batiniah.

Akhirnya penyakit mental semakin merajalela di jaman sekarang ini. Manusia menjadi tidak terkendali lagi karena beban kekotoran batin semakin berat. Emosi manusia sulit untuk diredam. Walaupun secara fisik manusia sekarang ini cukup dalam hal gizi dan vitamin, namun secara batiniah manusia kekurangan gizi dan vitamin. Manusia menjadi mudah marah, benci, iri hati, tamak dan melakukan perilaku kotor lainnya. Seringkali kita mendengar terjadinya tindakan kekerasan dan anarkis. Peperangan, penindasan dan segala bentuk perilaku yang tidak manusiawi. Itu semua tentunya karena mental manusia yang rapuh dan tidak sehat. Mental manusia sakit dan perlu diobati.

Sang Buddha bersabda, "O bhikkhu, terdapat dua macam penyakit. Apakah kedua macam penyakit itu? Penyakit badaniah (fisik) dan penyakit mental. Memang ada orang yang berbahagia dan terbebas dari penyakit fisik untuk satu tahun lamanya, dua tahun? atau mungkin untuk seratus tahun lebih. Tetapi O bhikkhu, anehnya sedikit saja orang yang dapat menikmati kebebasan dari penyakit mental hanya untuk satu saat lamanya, kecuali mereka yang telah bersih dari kekotoran batin, yaitu para Arahat."

Sangat sulit sekali untuk menenangkan batin kita dalam sesaat. Beban mental kita terlalu berat sehingga untuk melepaskan beban itu kita harus membangun kekuatan mental di dalam diri kita. Dalam kesehariannya seseorang harus lebih banyak membangun potensi positif agar dapat mengikis beban mental yang menjadi sumber penyakit mental. Penyakit mental harus disembuhkan segera agar tidak menjadi penyakit yang kronis di dalam diri manusia.

Sering kali kita mendengar keluhan dari seseorang tentang beban mental yang sangat berat dan ia harus menanggung beban berat tersebut. Orang tersebut mengatakan bahwa dirinya sudah tidak tahan lagi dan lebih baik mati daripada menanggung stres. Saat berhadapan dengan orang seperti ini terkadang muncul pemikiran betapa susahnya hidup ini. Namun yang perlu diingat adalah bahwa antara orang yang satu dengan yang lainnya tidak sama dalam menyikapi masalah kehidupan. Ada yang bisa memperkuat ketahanan mentalnya dan ada yang tidak kuat bahkan melakukan tindakan bunuh diri.

Singkirkan noda-noda batin yang ada di dalam diri kita yang menjadi sumber penyakit mental. Singkirkan kemarahan. kebencian, ketamakan, keserakahan, keragu-raguan, malas, jenuh, bosan, takut, khawatir, cemas dan noda-noda batin lainnya dari diri kita. Munculkan pikiran positif dalam diri kita untuk menghalau noda-noda batin. Selama kita masih memiliki noda-noda batin selama itu pula penyakit mental akan tumbuh dan terus tumbuh.

Penyakit mental tumbuh dan terus tumbuh seiring dengan kondisi yang dialami manusia dalam kehidupan ini. Usaha pembersihan mental jarang dilakukan, padahal setiap saat beban mental atau kekotoran batin memasuki diri kita. Jangan menunggu penyakit mental ini menjadi kronis dalam diri kita. Berusahalah untuk menyembuhkan dengan pembersihan mental setiap saat. Awalnya memang sukar tetapi setelah kita memperoleh manfaat dan kita dapat merasakan manfaat tersebut maka latihan yang dirasakan sangat berat akan menjadi ringan. Banyak orang yang mengeluh di awal latihan untuk menyembuhkan penyakit mental tetapi setelah latihan itu membawa kesembuhan orang-orang tersebut bersemangat dalam menjalani pengobatan penyakit mental. Kebiasaan melakukan latihanlah yang nantinya akan membawa perubahan besar bagi seseorang.

Langkahkan Kakimu ...

Marilah kita sejenak berpikir tentang apa yang akan kita lakukan untuk persiapan mendaki gunung! Sebelum kita mendaki gunung tentunya pernah mendengar cerita tentang gunung tersebut. Dari cerita yang menyenangkan sampai cerita mengenai penunggu gunung tersebut. Saat kita mendengar cerita tentang gunung yang indah tentunya kita tertarik dan tertantang untuk mendaki. Saat sampai cerita yang seram-seram akhirnya membuat nyali menjadi ciut. Pikiran menjadi bimbang, antara mau mendaki atau tidak. Dalam kondisi seperti ini kita harus dapat memutuskan, ya atau tidak. Jangan sampai ada keraguan saat kita berjuang. Setelah kita memutuskan untuk mendaki tentunya harus dipersiapkan bekal yang cukup dan usahakan lebih karena kita belum tahu persis kondisi medan yang akan dilalui. Kadang-kadang cerita lain dengan apa yang sebenarnya ada dilapangan. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya dan semuanya sudah dianggap beres barulah kita memulai perjuangan untuk mendaki gunung tersebut.

Yang namanya gunung, di samping tinggi tentunya medan yang akan dilalui sangat berat. Namun karena sudah bertekad, apapun yang terjadi adalah risiko dari perjuangan. Akan tetapi semua risiko itu sudah dipertimbangkan dengan baik. Sebagai pendaki yang sudah memiliki cukup pengalaman tak akan gentar dengan tantangan, justru tantangan itu adalah pengalaman yang berharga untuk mencapai keberhasilan. Akhirnya setelah melalui perjuangan yang sangat berat pendakian pun sampai titik terakhir. Semuanya mencapai puncak. Semuanya bersuka cita dan segala kenangan yang indah maupun pahit saat berjuang dibawa pulang untuk bahan cerita keluarga, teman dan siapa saja. Langkah demi langkah akhirnya membuat para pendaki menuju sukses.

Cerita di atas adalah gambaran sebuah perjuangan. Saat sekarang ini kita berjuang untuk menyembuhkan penyakit mental yang sudah begitu kronis. Saat melihat keadaan mental yang sudah kronis tentunya membuat nyali menjadi ciut. Muncullah rasa takut, khawatir, cemas, gelisah dan berpikir, "Apakah saya bisa sembuh dari penyakit mental?" Rasa khawatir ini tentunya ada pada siapa saja yang melihat penyakitnya sudah sangat parah. Namun, semua itu adalah perasaan yang mencengkeram kita. Hilangkan perasaan itu dan munculkan pikiran positif seperti para pendaki yang akhirnya dapat memutuskan untuk mendaki. Demikian pula saat keadaan mental sudah parah, seseorang harus dapat memutuskan untuk menyembuhkan penyakit mentalnya. Setelah ada keputusan untuk menyembuhkan penyakit mental tentunya harus ada persiapan. Kalau para pendaki mempersiapkan bekal dalam bentuk peralatan, makanan dan minuman. Sebagai pasien yang menderita penyakit mental harus mempersiapkan kemauan, kesungguhan, semangat dan kesabaran. Semua itu adalah bekal untuk penyembuhan mental yang sakit.

Kalau orang sakit fisik dibawa ke dokter, didiagnosa dan baru kemudian pasien diberi obat. Dokter memberikan resep dan memerintahkan pasien itu untuk makan obat dan setelah pasien itu makan obat baru mendapatkan manfaat. Pasien yang sakit mental harus mendiagnosa penyakitnya sendiri. Obatnya sudah ada. Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha itulah obat muzarab untuk menyembuhkan penyakit mental. Melalui latihan yang terus menerus akhirnya penyakit mental tersebut akan hilang satu persatu dan kesembuhan pun dapat dirasakan. Kesembuhan tidak akan muncul tiba-tiba. Seseorang harus berjuang sangat keras dan jangan sampai berhenti. Heninglah sejenak untuk mendiagnosa penyakit mental! Dengan cara seperti itu kita akan mendapatkan sesuatu yang positif untuk meningkatkan kadar mental. Keadaan mental kita menjadi sehat dan tanpa ada beban. Kejernihan mental yang kita dapatkan membawa kesejukan, kedamaian, dan kebahagiaan.

Langkah kaki kita tidak sia-sia. Perjuangan yang sangat berat akhirnya membawa hasil yang gemilang. Itu semua adalah kerja keras selama latihan. Saat latihan terkadang kita dalam kondisi sulit antara meneruskan atau tidak. Namun setelah melalui perenungan dan pemikiran yang matang akhirnya keputusan yang diambil adalah terus berjuang untuk mendapatkan kejernihan mental. Langkahkan kakimu menuju kesuksesan!

"Bangun! Berjagalah!
Apakah gunanya mimpi-mimpimu?
Bagaimana engkau dapat meneruskan tidurmu,
Bila engkau sedang sakit ditusuk oleh panah kesedihan."
(Sutta Nipata 331)

Melihat ke Dalam Diri


Apa yang kita lakukan setelah kita mendengar, menonton atau melihat sesuatu? Yang sering kita lakukan adalah menilai apa yang telah kita dengar dan lihat. Penilaian dari masing-masing orang pun beragam, ada yang menilai baik dan ada yang menilai tidak. Dengan mudahnya kita menilai baik atau tidaknya apa yang telah kita lihat dan telah kita dengar. Demikian pula saat kita bertemu dengan orang lain kita pun akan mudah menilai orang tersebut. Orang tersebut baik atau tidak, cantik atau ganteng dan kaya atau miskin. Kalau kita disuruh untuk menilai orang lain atau sesuatu yang telah kita lihat, dengan sangat mudah kita menilai dan terkadang penilaian itu tidak objektif sesuai keadaan suasana hati.

Cobalah sekarang melihat dan mendengar diri sendiri. Mampukah kita melihat dan mendengar apa kata batin kita? Sangat sulit, hal ini terjadi karena kita jarang menilai diri sendiri dan cenderung untuk melihat keluar. Manusia selalu melihat keluar dan hampir tak pernah melihat ke dalam dirinya sendiri. Jika manusia tidak membiasakan untuk melihat dirinya sendiri, manusia tidak akan pernah melihat kondisi mentalnya yang sebenarnya. Janganlah menutup diri sendiri dan berusaha untuk menyembunyikan apa yang dimilikinya. Walaupun kita menyembunyikan apa yang ada di dalam diri toh semua itu adalah milik kita yang harus kita lihat dan ketahui.

"Engkau sendirilah yang harus memperingatkan dirimu sendiri,
Engkau sendirilah yang harus memeriksa dirimu sendiri.
Bila engkau dapat menjaga dirimu sendiri dan memiliki perhatian murni,
O bhikkhu, engkau akan hidup dalam kebahagiaan".
(Dhammapada. 379)


Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula kita juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, lihatlah keadaan mentalmu! Tujuan melihat ke dalam adalah untuk membersihkan keadaan mental yang keruh. Keadaan mental hanya bisa dilihat oleh diri sendiri dengan melihat ke dalam. Berusahalah sejenak hening untuk melihat keadaan mental, betapa kagetnya setelah kita mengetahui kekotoran batin yang kita miliki sangatlah tebal. Ketamakan, kebencian, dan kegelapan batin masih membelengu mental. Inilah sumber dari penyakit mental yang menghinggapi manusia.

Setelah melihat ke dalam diri ternyata belenggu batin masih sangat kuat. Untuk itu kita harus terus-menerus melihat ke dalam dan berusaha untuk membersihkan suasana batin yang keruh. Ibarat seseorang yang menguras bak mandi. Orang itu dengan tekun dan melihat apakah bak mandi itu masih kotor atau tidak. Jika masih kotor orang tersebut berusaha untuk membersihkan baru kemudian mengalirkan air ke bak mandi tersebut dan kemudian mandi untuk membersihkan badannya yang kotor.

Demikian pula hendaknya kita juga harus dengan tekun melihat keadaan mental kita apakah mental kita masih kotor atau tidak. Jika masih kotor, berusahalah terus untuk melihat dan membuang kotoran tersebut. Setelah keadaan mental bersih kita akan mendapat kesegaran seperti orang tersebut yang mendapatkan kesegaran setelah mandi dengan air yang jernih dan bersih.

Setelah kita melampaui perjuangan melihat keadaan mental tentunya muncul pemikiran, "betapa sulitnya perjuangan membersihkan keadaan mental", Perjuangan membutuhkan kemauan, kesungguhan, semangat dan kesabaran. Tanpa itu rasanya sulit untuk mendapatkan keadaan mental yang jernih dan bersih. Semua itu adalah kerja keras kita dan kitalah yang memetik manfaat.

Batin yang Jernih

Pernahkah Anda melakukan tindakan tercela? Apakah yang Anda alami saat tindakan itu sudah dilakukan?
Banyak orang melakukan tindakan tercela dan setelah melakukan tindakan itu orang mulai menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya itu salah. Hal itu terjadi karena kondisi batin kita masih keruh bahkan kemelekatan terhadap kekotoran itu sangat kuat. Pikiran kotor inilah yang menyebabkan timbulnya kejahatan.

Suatu ketika ada orang yang datang dan menceritakan tentang kondisi mentalnya saat sekarang ini. Orang tersebut bercerita panjang lebar dan merasa dirinya tidak berguna dalam kehidupan ini. Kondisi mental orang ini benar-benar kritis dan orang tersebut mengatakan jika ia tidak bertemu Dhamma mungkin sudah mengalami kematian. Orang tersebut merasakan betapa beratnya beban mental sehingga dirinya menjadi depresi. Keadaan mental yang sangat keruh akan membuat depresi seperti yang dialami orang tersebut.

Keruhnya mental kita akibat dari kotornya batin inilah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam berpikir, berkata dan berbuat sesuatu. Ingat bahwa pikiran adalah pemimpin, pelopor dan pendukung. Selama pikiran ini belum dijernihkan selama itu pula kejahatan masih akan bisa kita lakukan. Untuk itu berusahalah untuk membersihkan pikiran yang kotor tersebut. Marilah sejenak kita melihat keadaan badan yang kita miliki. Badan yang kita miliki ini masih bersih tetapi karena setiap saat kita bekerja atau melakukan aktivitas lainnya badan ini pun kotor oleh debu dan juga berkeringat. Jika badan ini tidak pernah dibersihkan tentunya di samping tidak nyaman juga akan muncul penyakit. Demikian pula dengan batin ini jika tidak kita bersihkan juga tidak akan membuat diri ini menjadi nyaman bahkan akan muncul penyakit mental.

Apa yang dialami oleh orang tersebut di atas juga karena tidak adanya aktivitas untuk membersihkan mental. Karena kekotoran batin dan beban batin semakin banyak maka orang tersebut sulit untuk keluar dari beban mental. Karena terlalu berat beban batin yang dimiliki oleh orang tersebut akhirnya membuat orang tersebut menjadi linglung. Orang tersebut mengalami kebingungan dan berpikir bahwa tidak ada jalan lain selain bunuh diri. Cara berpikir seperti ini akan dialami oleh siapa saja yang tidak jernih batinnya.

Jangan biarkan hati ini kotor oleh noda-noda batin. Noda-noda batin harus dibersihkan setiap saat dalam kehidupan ini. Kalau tidak, noda batin ini akan menjadi sumber bencana bagi manusia. Sumber bencana yang dimaksud adalah kemerosotan mental akan dialami oleh orang yang terlalu banyak noda batinnya. Batin yang jernih akan membawa kedamaian dan kebahagiaan. Batin yang jernih akan membawa kedamaian. Namun untuk membuat batin ini menjadi jernih sangatlah sulit. Tidak semudah membalikan telapak tangan. Kemauan, kesungguhan, semangat dan kesabaran harus dimunculkan kalau tidak maka kita tidak akan mengalami kemajuan batin.

Kadang diri kita sendirilah yang tidak memiliki kemauan, kesungguhan, semangat, dan kesabaran dan kita merasa letih dengan latihan yang kita lakukan. Kalau hal ini yang berkembang maka kita tidak akan mendapatkan hasil yang bermanfaat. Ibarat seseorang yang sedang mencuci pakaian yang sangat banyak. Jika orang tersebut mengalami keletihan dan berhenti mencuci maka pakaian itu tidak akan pernah bersih. Orang tersebut harus tekun, semangat dan sabar saat mencuci dan orang itu harus berpikir bahwa mencuci akan membawa manfaat. Memang, saat rasa letih itu menerpa orang tersebut tentunya ada rasa tidak tahan menghadapi keletihan. Akan tetapi karena orang tersebut memahami dan mengerti manfaat dari mencuci maka orang tersebut terus mencuci sampai selesai. Demikian pula saat kita membersihkan batin ini. Walaupun terasa sakit dan letih karena kita tahu manfaat dari pembersihan batin ini maka terus kita lakukan hingga batin ini menjadi jernih. Jernihkan batinmu tuk menuju kedamaian dan kebahagiaan sejati! Jangan sampai keadaan mental kita seperti cerita di atas! Untuk itu usaha untuk membersihkan batin harus dilakukan setiap saat.

"Memiliki ketekunan dalam semangat, mempraktikkan dasar-dasar dari kesadaran, Dihiasi dengan bunga kebebasan, engkau akan damai dan tak tercemari". (Theragatha.100)

Keheningan Membawa Kesejukan


Manusia sekarang ini super sibuk, seakan-akan tidak ada celah untuk hening sesaat. Tak ada celah untuk melihat dan bercermin diri. Mereka lebih mengutamakan kesibukannya dibandingkan dengan kebutuhan spiritual yang sangat penting bagi kehidupan ini. Banyak cerita tentang orang-orang yang sulit tidur. Ada yang bisa tidur tetapi tidak bisa tidur dengan nyenyak. Mengapa mereka tidak dapat tidur? Beban mental yang terlalu banyak menyebabkan mereka tidak bisa tidur.

Banyak orang yang melampiaskan stres ke tempat-tempat hiburan atau pergi ke suatu tempat yang dianggap sunyi. Memang, saat seseorang berhibur diri stresnya hilang namun sebenarnya tidak hilang karena hanya terlupakan. Demikian pula saat pergi di suatu tempat yang sunyi dan sejuk, beban mental hanya terlupakan sejenak dan tidak hilang.

Sekarang ini banyak bermunculan teknik-teknik meditasi dengan jaminan akan membawa kesejukan dan kedamain. Sekarang ini seakan-akan meditasi menjadi tren bagi semua orang dan jika mereka bisa ikut meditasi seakan-akan sudah mendapatkan semuanya. Jika motivasi latihan hanya berdasar tren semata atau hanya sekadar pelampiasan maka kita tidak akan mendapatkan manfaat. Meditasi juga bukan untuk mencari pengetahuan saja tetapi benar-benar untuk merubah pola pikir. Jadi manfaat meditasi bukan hanya kalau kita bisa cerita tentang meditasi tetapi perubahan cara berpikir, berucap dan berbuat. Tolok ukurnya adalah perubahan bukan kemerosotan. Hal ini perlu ditegaskan karena masih banyak orang yang belum memahami manfaat meditasi sehingga mereka menafsirkan secara salah.

Meditasi bukan hanya sekadar menyepi, bukan hanya sekadar duduk dan jalan, bukan sekadar menambah pengetahuan tetapi yang lebih penting dari semua itu adalah perubahan mental. Perubahan mental itulah tujuan dari meditasi. Latihan yang terus-menerus yang kita lakukan akan membawa kesejukan bagi diri kita dan juga orang lain. Sang Buddha memberikan jalan kepada kita. Meditasi adalah jalan yang telah ditunjukkan Sang Buddha kepada kita. Tinggal manusianya itu sendiri, ada kemauan atau tidak untuk melakukan.

Seimbangkan kehidupanmu supaya kesejukan dan kedamaian selalu muncul. Materi boleh kita cari tetapi kekayaan mental juga sangat dibutuhkan. Mulailah untuk meditasi dan berusaha melihat dan memahami keadaan jasmani dan mental. Pemahaman dan penembusan terhadap keadaan mental dan jasmani secara utuh adalah cara untuk mendapatkan kesejukan. Berusahalah untuk hening dan terus hening melihat keadaan mental dan jasmani.

Untuk mendapatkan kesejukan dan kedamaian tidak semudah membalikan telapak tangan. Terkadang manusia tidak sabar untuk mendapatkan kesejukan dan kedamaian. Akhirnya mereka mencari cara yang cepat untuk mendapatkan semua itu. Mereka tidak menyadari bahwa perjuanganlah yang akan membawa hasil yang gemilang. Untuk itu munculkanlah kemauan, kesungguhan, semangat dan kesabaran di dalam diri saat berjuang. Faktor inilah yang akan terus mendukung dan memotivasi kita saat berjuang sampai kita mendapatkan keadaan mental yang positif

Dalam kehidupan sehari-hari pun kita dapat melakukan latihan. Banyak aktivitas yang kita lakukan tetapi untuk masa sekarang ini kita melakukannya tanpa perhatian. Kita hanya sekedar melakukan dan tanpa ada keheningan serta saat melakukan. Berusahalah pada saat duduk, saat berdiri, saat berjalan, saat berbaring, saat mandi, saat bekerja dan semua aktivitas dilakukan dengan keheningan dan kesadaran. Sadar dan hening setiap saat akan membawa kesejukan dan kedamaian.

Di semua lini kehidupan jalankan dengan kesadaran, jalankan dengan perhatian, jalankan dengan keheningan. Lihatlah nafas alami! Walaupun hanya sekadar nafas itu perlu kita lakukan. Di mana ada kedamaian, di sana ada kesejukan, di sana juga ada kebahagiaan. Setiap nafas masuk berusahalah untuk memperhatikan dan saat nafas keluar berusahalah untuk memperhatikan. Akan ada suasana yang jarang kita temui. Sesuatu yang kelihatan sederhana tetapi jarang orang yang punya kesempatan untuk memperhatikan nafas alami. Jarang orang yang hening sejenak, bahkan ada yang berpikir untuk apa hening sejenak, untuk apa melihat nafas alami. Semua itu tidak memberi keuntungan.

Perhatian terhadap nafas alami tidak dapat dibandingkan saat bekerja maupun bisnis. Saat bekerja dan bisnis Anda akan mendapatkan posisi atau materi tetapi saat meditasi Anda akan mendapatkan kekayaan mental. Sesuatu yang sering dilupakan orang. Banyak orang yang hanya memperkaya materi tetapi jarang yang mau memperkaya mentalnya.

Latihan terus menerus yang dilakukan akan membawa hasil yang gemilang. Mental kita akan menjadi mantap dan dewasa dan akan tegar menghadapi kehidupan yang tidak menentu ini. Jika seseorang mentalnya mantap dan dewasa kemungkinan untuk terkena penyakit mental sangat sulit sehingga orang tersebut dapat tidur tenang dan nyenyak. Tidak ada rasa takut, khawatir, cemas, gelisah, iri hati, benci, marah, tamak dan penyakit mental lainnya. Setidak-tidaknya dengan meditasi yang terus dilakukan akan mengurangi kekotoran batin. Kekotoran batin yang terkikis sedikit demi sedikit akan mengurangi beban mental dan saat itulah kita akan merasakan kesejukan dan kedamaian. Lihatlah dan perhatikanlah nafas alami! Heninglah sejenak untuk melihat ke dalam diri! Di situ kita akan merasakan kesejukan, kedamaian dan kebahagiaan . "Tenang dalam jasmani, tenang dalam ucapan, tenang dalam pikiran, Tiada kekotoran batin; suciwan yang demikian terberkahi oleh ketenangan.
Ia benar-benar bersih dari kejahatan". (Itivuttaka. 56)

Tidur Nyenyak


Demikianlah yang saya dengar, pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di negara Alavi. Beliau istirahat di tumpukan daun yang ditebarkan dijalur ternak di hutan simsapa.

Pada saat itu Hatthaka dari Alavi lewat di jalur itu ketika sedang berjalan-jalan, dan di sana ia melihat Yang Terberkahi duduk di atas tumpukan daun. Setelah menghampiri yang Terberkahi dan memberi hormat, Hatthaka duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau: "Yang mulia, apakah Bhante telah tidur nyenyak?" "Ya, pangeran, aku tidur nyenyak. Di antara mereka di dunia yang selalu tidur nyenyak, akulah salah satunya,"

"Tetapi, Bhante, malam-malam sekarang ini sungguh dingin dan selalu diselimuti salju. Betapa kerasnya tanah yang telah diinjak-injak oleh ternak, betapa tipisnya tebaran daun, betapa jarangnya daun di atas pohon, betapa tipisnya jubah cokelat seorang bhikkhu dan betapa dinginnya angin yang bertiup. Walaupun demikian, Yang Terberkahi mengatakan bahwa Yang Mulia tidur nyenyak dan Yang Mulia adalah satu di antara mereka di dunia yang selalu tidur nyenyak." "Pangeran, sekarang akan kuajukan pertanyaan tentang hal ini dan engkau boleh menjawab menurut pendapatmu. Bagaimana pendapat pangeran tentang hal ini? Misalnya ada seorang perumah tangga yang tinggal di rumah dengan atap yang tinggi, diplester luar dalam, terlindungi oleh angin, dengan pintu yang dikunci dan jendela yang tertutup. Dan ada tempat tidur di rumah, yang ditutupi permadani wol hitam dengan bulu panjang, dengan sprei wol putih, penutup ranjang yang berhias bunga, dibentangi kulit rusa yang sangat indah, dengan tirai di atas bagian kepala, dan bantal merah menyala di kedua ujungnya. Dan ada lentera yang menyala di sana dan empat istri melayani dengan baik. Bagaimanakah pendapat pangeran: apakah orang itu akan tidur nyenyak atau tidak, atau bagaimana?"

"Dia pasti akan tidur nyenyak, Bhante. Dia akan menjadi salah satu dari mereka di dunia ini yang tidur nyenyak." "Bagaimana pendapatmu, pangeran? Apakah tidak mungkin di dalam diri perumah tangga atau putra perumah tangga itu ada rasa kesal pada tubuh dan pikirannya, yang disebabkan oleh nafsu, kebencian dan kegelapan batin yang menyiksanya sehingga ia tidak dapat tidur nyenyak?" "Mungkin saja demikian, Bhante."

"Nah, pangeran, nafsu, kebencian dan kegelapan batin yang menyiksa perumah tangga itu, yang menyebabkan ia tidak dapat tidur nyenyak, telah ditinggalkan oleh Sang Tathagata, terpotong di akarnya, dibuat gersang seperti tunggul-punggur pohon palem, terhapus sehingga mereka tidak lagi bisa muncul di masa mendatang. Oleh karena itulah, pangeran, aku telah tidur Nyenyak."

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan ketenangan, kedamaian, keheningan dan kebahagiaan harus dapat membebaskan pikiran dari belenggu kekotoran batin. Kekotoran batin adalah sumber penyakit mental. Untuk itu berjuanglah melalui meditasi secara terus-menerus sampai keadaan mental menjadi benar-benar bersih. Keadaan mental yang bersih akan membawa kita kepada suasana tidur yang nyenyak di mana pun kita berada. Aman, tentram, damai, tenang, dan bahagia akan menjadi milik kita karena bebas dari kekotoran batin. Saat mengawali latihan memang terasa tidak nyaman bahkan ingin melepaskan diri dari latihan tetapi setelah mendapatkan manfaat pikiran menjadi berubah dan bertekad meditasi.

Daftar Pustaka:
Permata Dhamma Yang Indah; Ven. S Dhammika
Dhammasari; MP. Sumedha Widyadharma
Sang Buddha dan Ajaran-AjaraNya; Ven. Narada
Tidak Ada Ajahn Chah/ No Ajahn Chah-Reflections
Petikan Anguttara Nikaya; Wisma Dhammaguna

 
Back
Top