Kartun Gurita Mesir Geramkan Zionis Israel

jmw01

New member
KAIRO (Berita SuaraMedia) – Israel meradang gara-gara sebuah tayangan kartun yang menggambarkan sebuah kapal bantuan yang tampaknya tengah menuju Jalur Gaza namun dicengkeram oleh seekor gurita.
Yang paling membuat gerah Israel, gurita tersebut membawa bendera Israel yang simbol Bintang Davidnya diganti dengan lambang swastika ala Nazi Jerman.

1nazi_zionis_israel.jpg


Kedutaan Israel mengirimkan surat keluhan kepada surat kabar milik partai penguasa Mesir terkait kartun yang mengaitkan Israel dan Nazi tersebut. Langkah itu tidak biasa untuk ukuran misi yang bertujuan mengabaikan kritikan media Mesir.

Surat kabar mingguan Al-Watani Al-Youm memublikasikan sebuah kartun pada 15 Juni lalu yang menggambarkan sebuah kapal bantuan menuju Gaza dicengkeam seekor gurita yang membawa bendera Israel dengan logo bintang yang diganti lambang Nazi.

Surat kabar tersebut adalah corong partai Presiden Hosni Mubarak, Partai Demokratis Nasional.

"Kedutaan Israel memilih mengomentari karikatur ini khususnya karena ada perbandingan antara Israel dan Nazi," kata Shani Cooper-Zubida, juru bicara wanita kedutaan kepada kantor berita Reuters.

"Ada begitu banyak komentar dan karikatur ‘anti-Semitik’ di media Mesir yang lebih baik tidak kami komentari. Yang satu ini tidak memperlihatkan tentangan terhadap kebijakan Israel, tapi sudah menjurus pada penistaan," katanya melalui email.

Pada 1979, Mesir menjadi negara Arab pertama yang menandatangani kesepakatan damai dengan Israel, tapi hubungan keduanya sering kali memburuk. Serangan terhadap armada Freedom Flotilla yang menewaskan sembilan aktivis Turki pada akhir Mei lalu oleh pasukan Israel memantik kecaman keras dari Mesir dan dunia internasional.

Armada kapal tersebut bertujuan untuk membongkar blokade Israel terhadap Jalur Gaza. Mesir, satu-satunya negara Arab yang berbatasan langsung dengan Gaza, sebelumnya dikritik dunia Arab karena ikut-ikutan menutup perlintasan perbatasan. Tapi, larangan tersebut kini sebagian sudah dilonggarkan.

"Penggunaan simbol swastika Nazi di tengah kartun dan bahkan ide untuk menggunakannya adalah penghinaan terhadap kemanusiaan dan sama saja dengan pernyataan anti-Semitik," tulisnya dalam surat yang dikirimkan kepada koran tersebut dan diberikan kepada kantor berita Reuters oleh kedutaan.

Editor Al-Watani Al-Youm, Mohamed el-Alfy membela surat kabarnya dan menulis sebuah editorial. Dalam editorial tersebut, ia menuliskan bahwa kartun tersebut adalah bentuk kebebasan berekspresi.

Sang kartunis, Carlos Latuff yang berkewarganegaraan Brazil, mengatakan dalam sebuah email kepada kantor berita Reuters: "Duta besar Israel bisa saja memperlihatkan kepedulian yang sama, seperti terhadap kartun saya, kepada nyawa para aktivis yang hilang dalam Freedom Flotilla."

aahhyw.jpg


"Tudingan anti-Semitisme sudah jamak diketahui sebagai strategi pemerintah Israel dan para pendukungnya dan digunakan untuk menetralkan kritikan terhadap apartheid Israel. Tuduhan-tuduhan jahat tersebut tidak akan menghentikan saya membuat kartun atas nama rakyat Palestina yang pemberani," tambah Latuff.

Presiden Mesir dan para pejabat lainnya sering mengadakan pertemuan dengan pejabat tinggi Israel, namun pemerintah Mesir sering bersikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan Israel.

Publik dan media Mesir adalah kritikus yang lebih vokal, khususnya terhadap kesepakatan Israel dengan Palestina. Serangan terhadap armada bantuan kemanusiaan tersebut memicu lahirnya banyak artikel berisi kritikan di media Mesir.

Maret lalu, sebuah Kartun (karikatur) karya Patrick "Pat" Oliphant, pemenang sayembara Pulitzer Prize, menggambarkan seseorang tanpa kepala dengan sepatu boot dalam barisan angsa dengan pedang di satu tangan dan tangan sebelahnya mendorong sebuah bintang daud di atas kereta.

The Simon Wiesenthal Center, sebuah lembaga Hak Asasi manusia Yahudi di LA, kemudian mengatakan bahwa kartun tersebut berpotensi membuat orang membenci Israel dan sangat serupa dengan propaganda genosida oleh Nazi.

"Kartun ini seperti sebuah propaganda di tahun 1930-an, yang telah membuat orang terpengaruh dan bersimpati pada kejahatan genosida yang dilakukan Nazi" demikian pernyataan dari pengelola Wiesenthal Center.

Sumber
 
Last edited:
Back
Top