Kisah Jenderal Ke-8 yang Lolos G30S/PKI dan Penting untuk CIA

spirit

Mod
b8cf6e20-d9b7-4ca5-99a4-a444f8fc5292_169.jpg

Dokumen Bukti CIA Pantau G30S/PKI (Foto: Muhammad Ridho)​

Mestinya ada 8 jenderal yang diculik saat G30S/PKI, bukan 7. Inilah Brigjen Ahmad Sukendro yang CIA pun sayang kalau kehilangan dia.

Laporan intelijen CIA bertajuk The President's Daily Brief tahun 1965, sudah bisa diakses publik. Dalam beberapa laporan itu seperti dilihat detikcom dari situs resmi CIA, Kamis (28/9/2017) dalam rangka memberantas PKI, rupanya jenderal-jenderal AD aktif berkomunikasi dengan pihak Amerika Serikat dan masuk dalam laporan CIA.

"Jenderal Sukendro, satu-satunya yang selamat dari Brain Trust AD setelah pembunuhan 30 September, mengatakan kepada pejabat Amerika kemarin bahwa dia pikir situasi cukup baik. Dia mengakui, pertanyaan besar apakah AD bisa memberantas Komunis dengan Sukarno yang merasa keberatan," kata CIA dalam laporan tanggal 15 Oktober 1965.

Apa itu julukan Brain Trust yang disebutkan CIA? John Roosa dalam buku Dalih Pembunuhan Massal mengartikan Brain Trust adalah kelompok jenderal pemikir di AD yaitu Ahmad Yani, Suprapto, MT Haryono, S Parman dan Sukendro. 5 Nama ini ditambah AH Nasution, Sutoyo dan DI Panjaitan dalam buku Sukarno File tulisan Antonie CA Dake, adalah para Dewan Jenderal menurut PKI.

Dake menyebutkan Sukendro lolos dari maut karena sedang tugas dinas ke Beijing di malam pembunuhan para jenderal. Siapa sih dia? Kenapa kita jarang mendengarnya hari ini? Roosa menyebut Sukendro adalah jenderal intelijen yang dekat dengan CIA dan pejabat AS.

Hal itu seperti diamini oleh CIA sendiri dalam laporan kepada Presiden Johnson tanggal 20 Oktober 1965. CIA khawatir betul Sukendro ditendang Sukarno setelah kejadian G30S/PKI sebagai bagian dari pertarungan AD dan PKI.

"Mantan PANGAU Omar Dani yang terlibat urusan 30 September, meninggalkan Indonesia kemarin untuk kunjungan yang diperpanjang di luar nageri karena didesak AD. Untuk kompensasinya, Sukarno meminta Jenderal Sukendro mengasingkan diri. Kalau dia pergi, AD akan kehilangan otak politik terbaiknya," kata CIA menyayangkan.

CIA kembali melaporkan pada 26 Oktober 1965 kalau Sukendro menolak mengasingkan diri. Namun pada akhirnya pada 29 Oktober 1965, Sukarno berhasil memaksa Sukendro hengkang dari Indonesia. Alasan lain kenapa nama Sukendro menghilang adalah, Soeharto menjebloskannya ke penjara di awal Orde Baru.

Berikut ini adalah laporan CIA tanggal 15, 20, 26, dan 29 Oktober 1965 yang menyebutkan Sukendro:

15 OKTOBER 1965

AD terus melawan Komunis Indonesia.

Jenderal Sukendro, satu-satunya yang selamat dari brain trust (kelompok pemikir-red) AD setelah pembunuhan 30 September, mengatakan kepada pejabat Amerika kemarin bahwa dia pikir situasi cukup baik. Dia mengakui, pertanyaan besar apakah AD bisa memberantas Komunis dengan Sukarno yang merasa keberatan.

Sukendro bicara soal situasi di Jawa Tengah dimana unit AD bingung dengan babak awal upaya kudeta dan di sana Komunis tetap kuat.

Pemimpin utama Komunis Aidit telah (KALIMAT DISENSOR) dilaporkan ditangkap AD. Ada indikasi bahkan elemen pro-Komunis di sekitar Sukarno mencoba menjadikan Aidit sebagai kambing hitam untuk skandal 30 September.

Aksi rusuh terjadi kemarin dan berganti sasaran dengan merusak universitas di Jakarta yang dikelola oleh warga Tionghoa. Meskipun universitas ini pro-Beijing, dari serangan ini bisa dianggap sama kalau kelompok anti-China adalah juga kelompok anti-Komunis. Kedubes Komunis China rumornya jadi target rusuh, lantas dijaga AD. Komandan AD di Jakarta meminta pelaku rusuh berhenti merusak.

20 OKTOBER 1965

AD masih mencincang Komunis.

AD memerintahkan pemimpin Komunis di wilayah Jakarta untuk melaporkan diri ke otoritas polisi atau militer. Penangkapan pemimpin Komunis berlanjut dan (KALIMAT DISENSOR) antara 1.300 dan 1.400 orang sudah ditahan.

Koran di Jakarta kemarin begitu jauh menulis kalau Sukarno bertanggung jawab atas kekacauan ini. Kedubes kita mengatakan ini adalah bukti kekuatan Sukarno mengecil.

Sukarno sementara itu melakukan yang terbaik untuk meredam gerakan AD dan memulihkan kehormatan Komunis. Manuvernya cuma sedikit berdampak terhadap semangat anti-Komunis.

Juga ada tanda-tanda AD akan menyejajarkan diri untuk melawan Menlu Subandrio yang masih merupakan penasihat terdekat Sukarno.

Mantan PANGAU Omar Dani yang terlibat urusan 30 September, meninggalkan Indonesia kemarin untuk kunjungan yang diperpanjang di luar nageri karena didesak AD. Untuk kompensasinya, Sukarno meminta Jenderal Sukendro mengasingkan diri. Kalau dia pergi, AD akan kehilangan otak politik terbaiknya.

26 OKTOBER 1965

Para jenderal memimpin jalan untuk melawan Komunis dan yang terlibat urusan 30 September.

Target AD adalah Menlu Subandrio, yang terlibat upaya kudeta oleh 2 orang yang sudah ditangkap sebelumnya. Unjuk rasa hari ini melibatkan 10.000 pemuda meminta dia dicopot

PARAGRAF DISENSOR

Jenderal Sukendro menolak arahan Sukarno untuk mengasingkan diri. Beberapa koran anti-Komunis tetap terbit meski diminta tutup. Pemimpin buruh Komunis yang diam berbulan-bulan, bersuara lagi.

PARAGRAF DISENSOR

Sambil ini berlanjut (KALIMAT DISENSOR) Komunis memulai kampanye sabotase dan terorisme. (KALIMAT DISENSOR) Persiapan Komunis untuk 'perang gerilya' di sini dan area lain di Jawa dan Sumatera.

29 OKTOBER 1965

PETA INDONESIA DENGAN PETA JAWA DIPERBESAR

Kedubes AS di Jakarta yakin situasi keamanan terus memburuk di beberapa area kunci.

Ini khususnya benar di Jawa Tengah dimana Komunis merasa perlu menyerang sebelum terlambat. AD sebaliknya khawatir dengan kesetiaan unit mereka di sana.

Situasi sama juga didapatkan di Jawa Timur. Satu masalah adalah komandan militer di sana ragu-ragu melawan Komunis, dan mereka jadi punya waktu berhimpun. Beberapa laporan terkonfirmasi menyebutkan ketegangan meningkat di ibukota.

Dalam menilai situasi ini, pejabat AS di Jakarta menyimpulkan karena militansi Komunis, periode kekerasan akan terjadi. Mereka merasa, keseimbangan ada di sisi AD dan ada kesempatan nyata untuk bergerak melawan kendali penuh Komunis.

Dari sisi politik, manuver dari kekuatan yang bertikai terus berlanjut. Sukarno akhirnya berhasil memaksa Jenderal Sukendro keluar negeri beberapa minggu. AD menerbitkan pemberitahuan maksud untuk mengendalikan pers.

sumber
 
Back
Top