Pengajaran Matematika Salah Konsep

Gia_Viana

New member
1336297p.jpg


Pengajaran Matematika di Tanah Air saat ini dinilai tidak relevan dengan tren global. Pendidikan di Indonesia masih bertumpu pada aspek kognisi, bukan pemecahan masalah.

”Orientasi pendidikan di kita masih seperti di zaman penjajahan. Hanya bertumpu pada knowledge (aspek kognisi). Padahal, di banyak negara maju, Matematika diarahkan pada expert thinking yang mencakup kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keingintahuan,” tutur Iwan Pranoto, pakar Matematika dari Institut Teknologi Bandung di sela-sela acara diskusi yang diadakan Asosiasi Guru Matematika Indonesia, Rabu (20/1/2010) di Bandung.

Lemahnya kemampuan kecerdasan yang lebih tinggi, yaitu pemecahan masalah pada siswa-siswa Indonesia ini, terlihat dari serangkaian tes Program for International Student Assesment (PISA) yang dilakukan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

”Tes ini mengukur kemampuan siswa-siswa umur 15 tahun untuk menghadapi tantangan hidup pada abad ke-21. Hasilnya, sangat mengecewakan untuk Indonesia. Padahal, kita sudah mengadopsi PISA,” ungkapnya.

Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang juga disampaikan Ahmad Muchlis, dosen Matematika ITB lainnya. Menurut pembimbing Olimpiade Matematika ini, sebuah survei internasional menyebutkan bahwa siswa Indonesia sebetulnya sulit mengejar standar yang baik dalam kemampuan Matematika.

”Tahun 2007, sebanyak 52 persen (yang disurvei) berada di kategori terendah, lower quarter. Hal ini berarti sisanya tidak mencapai standar yang terendah sekalipun,” ujarnya.

Kalaupun ada yang berprestasi misalnya di ajang olimpiade, itu tidak mewakili kondisi keseluruhan siswa di Tanah Air.

”Ini hanya gincu yang coba digembor-gemborkan pemerintah. Seolah dijadikan cermin keberhasilan pendidikan,” ujarnya.

Menurut Didi Suryadi, dosen program studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia, praktik pendidikan di Tanah Air seolah telah melawan arus global.

Di banyak negara maju, seperti Singapura, pendidikan sains, khususnya Matematika, diarahkan untuk dapat membekali siswa dengan kemampuan pemecahan masalah.


Kompas.com
 
Bls: Pengajaran Matematika Salah Konsep

Di banyak negara maju, seperti Singapura, pendidikan sains, khususnya Matematika, diarahkan untuk dapat membekali siswa dengan kemampuan pemecahan masalah.

Kompas.com

namun demikian terbukti indonesia selalu juara dunia lomba matematika tingkat SMP dan SMU di banding singapore
 
Bls: Pengajaran Matematika Salah Konsep

pelajaran yang paling aku suka nih... matematika, pemecahan masalahnya...
semakin sulit soalnya semakin bikin penasaran untuk bisa memecahkannya...
 
Bls: Pengajaran Matematika Salah Konsep

Memang ada benarnya bahwa pendidikan matematika di Indonesia mengalami kemunduran , jaman saya sekolah dulu... kelas 3 atau 4 SD saya sudah mahir mengkonversi pecahan , desimal , atau prosentase. Tapi jaman sekarang..??? Kelas XI (2 SMA) saja kadang-kadang ga tau waktu ditanya soal yang sama... Tapi coba tengok anak2 yg bersekolah di "luar negeri" (baca : swasta) favorit... mereka rata2 memiliki tingkat intelijen lebih tinggi ketimbang anak2 yg bersekolah di sekolah Negeri. Apanya yang salah...?!?! SDM ( Guru ) nya yang kurang...?? Kan "katanya" Kualitas SDM nya sudah ditingkatkan... atau anggaran pendidikan sudah dinaikkan... Tapi Koq masih "terseok-seok yaa?? Jauuuuh dibanding bangsa "Malingsia" yang dulu jadi "murid" Indonesia... Beruntunglah kita bahwa masih banyak anak bangsa yang mengukir nama "INDONESIA" di ajang Olimpiade tingkat dunia. Solusinya (mungkin) karena sistem pendidikan yang ngawur... ganti menteri = ganti peraturan , ganti buku tiap tahun = penerbit untung = orang tua bingung... Segitu aja neng Gia , tanggapan dari saya , takut salah bicara , ntar malah masuk penjara ... ha ha ha . Maaf jika kata2 / kalimatnya agak ngelantur... maklum saya orang bodoh...
 
Bls: Pengajaran Matematika Salah Konsep

Memang ada benarnya bahwa pendidikan matematika di Indonesia mengalami kemunduran , jaman saya sekolah dulu... kelas 3 atau 4 SD saya sudah mahir mengkonversi pecahan , desimal , atau prosentase. Tapi jaman sekarang..??? Kelas XI (2 SMA) saja kadang-kadang ga tau waktu ditanya soal yang sama... Tapi coba tengok anak2 yg bersekolah di "luar negeri" (baca : swasta) favorit... mereka rata2 memiliki tingkat intelijen lebih tinggi ketimbang anak2 yg bersekolah di sekolah Negeri. Apanya yang salah...?!?! SDM ( Guru ) nya yang kurang...?? Kan "katanya" Kualitas SDM nya sudah ditingkatkan... atau anggaran pendidikan sudah dinaikkan... Tapi Koq masih "terseok-seok yaa?? Jauuuuh dibanding bangsa "Malingsia" yang dulu jadi "murid" Indonesia... Beruntunglah kita bahwa masih banyak anak bangsa yang mengukir nama "INDONESIA" di ajang Olimpiade tingkat dunia. Solusinya (mungkin) karena sistem pendidikan yang ngawur... ganti menteri = ganti peraturan , ganti buku tiap tahun = penerbit untung = orang tua bingung... Segitu aja neng Gia , tanggapan dari saya , takut salah bicara , ntar malah masuk penjara ... ha ha ha . Maaf jika kata2 / kalimatnya agak ngelantur... maklum saya orang bodoh...

Benar, ganti buku tiap tahun, dari KBK ke KTSP, sekarang ga tau deh namanya apa lagi. Sekolah negeri di perkampungan, amat sangat memprihantinkan, contohnya aku dulu, sekolah tanpa ada kamar mandi. wah, kalau mau BAK, harus ke pinggir kali. hihihihiihihi

Tidak hanya sistem matematika yang salah konsep, tapi sistem pendidikan yang di terapkan di Indonesia juga. Mengenai kurikulum, dan UN. Sudah cukup murid kelimpungan mencari cara untuk lulus standar, alhasil contek mencontek.
 
Back
Top