The Road to The Empire

sintayudisia

New member
Salam kenal.
Saya Sinta Yudisia. Saat ini diberikan amanah sebagai Ketua Wilayah Forum Lingkar Pena Jawa Timur. Forum yang beranggotakan para penulis muda dan juga komunitas para peminat buku dan sastra.
Dalam forum ini saya ingin memperkenalkan novel terbaru saya yang berjudul "The Road to The Empire". Novel TRtTE bertemakan sejarah dengan setting Mongolia pasca Jenghiz Khan. Novel TRtTE sebenarnya merupakan buku III dari Trilogi yang saya tulis. Buku I berjudul Sebuah Janji diterbitkan oleh Gema Insani Press. Buku II berjudul The Lost Prince diterbitkan juga oleh Gema Insani Press. Tapi buku III yaitu TRtTE diterbitkan oleh Lingkar Pena Publishing House. TRtTE terbit pada Januari 2009.
Bagi teman-teman yang berminat dengan buku tersebut bisa hunting di Gramedia, Toga Mas, dll. Saya senang jika teman-teman bisa sharing dan mengkritisi karya saya. Seperti apapun komentar teman-teman, akan saya jadikan pendorong semangat untuk berkarya lebih baik.
Saat ini mungkin sekitar hampir 40 karya termasuk novel, kumpulan cerpen, cerita anak, non fiksi, duet, dan antologi yang sudah diterbitkan. Tapi tentunya tidak ada kata berhenti bagi kita untuk berkarya dan memberikan yang terbaik.
Sekali lagi .... salam kenal

Sinta Yudisia :)
 
Ambisi Jenghiz Khan menguasai dunia dengan melakukan berbagai cara seperti pembunuhan biadab sudah masuk dalam catatan sejarah. Siapa mengira bahwa Jenghiz Khan yang pernah membantai ribuan umat Islam di Timur Tengah, keturunannya sendiri ada yang menjadi muslim. Dia adalah Takudar Khan, anak dari Kaisar Mongolia Tuqluq Timur Khan. Kaisar Tuqluq tertarik dengan Syaikh Jamaluddin yang berkharisma dan membuat perjanjian yang diteruskan kepada anak-anak mereka yaitu Rasyiduddin dan Takudar.

Takudar adalah putra ke satu Tuqluq Khan yang mempunyai adik yaitu Argun Khan dan Buzun. Ketika Tuqluq dikhianati dengan membunuhnya beserta permaisuri, Arghun Khan menggantikan kedudukan ayahnya menjadi kaisar yan berambisi seperti Jenghiz Khan atas bantuan orang kepercayaannya Albuqa Khan. Sementara itu Takudar Khan melarikan diri bersama pembantunya dan belajar di pesantren Baabussalam.

Konflikpun bermunculan di novel ini seperti ambisi Arghun Khan memperluas daerah kekuasaan, sementara Takudar Khan sebagai putra mahkota ingin merebut kekuasaan dengan memerintah secara bijak seperti orang tuanya. Sementara itu adiknya yang terakhir yaitu Buzun yang tetap setia bekerja di istana sangat rindu dengan kakaknya dan berusaha untuk mencarinya dengan keluar dari istana untuk mencari informasi dimana kakaknya berada.

Di dalamnya, terdapat kisah-kisah heroisme yang berbalut romantika percintaan. Juga konspirasi politik yang bertabur dalam novel ini. Buku ini sangat cocok dibaca yang akan memberikan kita pengetahuan lebih luas mengenai perkembangan dunia Islam di Asia.

Informasi buku
Judul : Road to The Empire
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : Lingkar Pena Publishing
Tebal : x + 574 hal
Kategori : Roman Sejarah
Harga : Rp. 63.000
 
Surabaya Post – Buku baru yang dikemas secara eklusif, The Road to The Empire diluncurkan dan sekaligus dibedah di Galeri Surabaya (GS) Kompleks Balai Pemuda, Jumat (16/1) malam ini. Novel berlatar belakang sejarah Mongolia ini merupakan karya wanita penulis, Sinta Yudisia.
Sebagai pembedahnya, penulis yang juga sastrawan Surabaya, Rusdi Zaki dan Sinta Yudisia sendiri yang kini mahasiswi psikologi Untag Surabaya. Sementara Sirikit Syah (cerpenis yang juga aktivis perempuan dan pakar media) sebagai moderatornya.
Sebelum meluncurkan buku The Road to The Empire, sebetulnya Sinta sudah menulis sekitar 40 buku dalam bentuk antologi, kumpulan cerpen (best saller: Pink), non fiksi, cerita anak hingga sebelas novel (best saller: Lafadz Cinta).
Namun namanya kurang begitu dikenal, karena minim promosi. “Saat itu saya belum banyak kenalan yang bisa mempromosikan karya. Sekarang saya kenal beberapa penulis, salah satunya Mbak Sirikit yang banyak kenal dengan teman-teman media,” kata Sinta saat jumpa pers di Surabaya, Rabu (14/1).
Buku yang diluncurkan ini, kata wanita kelahiran Jogjakarta, Februari 1974, merupakan karya trilogi. Namun dua buku sebelumnya kurang promosi dan tidak diproduksi secara luks seperti The Road to The Empire. “Saya merasa kalau buku ini spesial. Mudah-mudahan bisa diterima pembaca,” jelasnya.
Cuplikan kisahnya, Takudar, putra pertama Kaisar Tuqluq Timur Khan, terpaksa menyelamatkan diri, menjauhi pusat Mongolia ketika pembunuhan keji terhadap ayahandanya dan permaisuri Ilkhata, sang bunda.
Bertahun-tahun peristiwa itu disembunyikan pejabat dan kerabat istana. Disinyalir, pembunuhan akibat Taqluq Khan pernah bersahabat dengan syaikh Jamaluddin dan berjanji, usai mempersatukan Mongolia yang tercerai berai oleh pertikaian, dia akan menjadi muslim. Sayang, kaisar wafat dalam peristiwa pembunuhan.
Baik Tuqluq Timur maupun Jamaluddin, berpesan kepada putra mereka jika dewasan nanti saling mencari tahu dimana keberadaan masing-masing dan bahu membahu untuk mengembalikan kejayaan Mongolia, sekaligus martabat kaum muslimin. Takudar, dalam pelariannya ke arah barat akhirnya terdampar di Bukhara.
Rasyiduddin, putra syaikh Jamaluddin, menemukan Takudar dalam keadaan nestapa, sendiri, tanpa harta, saudara hingga kekuasaan. Satu-satunya yang mengiringi hanya Uchatadara, gadis pelayan setianya.
Jamaluddin dan Takudar akhirnya menetap di Syakhrisyabz, satu desa kecil di Bukhara. Di sinilah dia menemukan jati dirinya sebagai seorang muslim, sebagaimana yang diwasiatkan mediang kaisar. Kehidupanpun nyaman dan tenang.
Nun jauh di Mongolia, Arghun Khan, bergerak dengan kekuatan raksasa menyapu ke arah barat menuju Jerusalem. Tujuannya sama dengan leluhurnya, Jenghiz Khan: menjadi satu-satunya penguasa semesta bumi.
Jamaluddin dan para syeikh mengingatkan kedudukan Takudar yang bukan rakyat biasa tapi putra mahkota. Dia harus merebut tahta demi keadilan. Di samping itu dia juga menahan laju kebengisan pasukan Arghun Khan yang ternyata adik kandungnya sendiri.
 
Surabaya Post – Buku baru yang dikemas secara eklusif, The Road to The Empire diluncurkan dan sekaligus dibedah di Galeri Surabaya (GS) Kompleks Balai Pemuda, Jumat (16/1) malam ini. Novel berlatar belakang sejarah Mongolia ini merupakan karya wanita penulis, Sinta Yudisia.
Sebagai pembedahnya, penulis yang juga sastrawan Surabaya, Rusdi Zaki dan Sinta Yudisia sendiri yang kini mahasiswi psikologi Untag Surabaya. Sementara Sirikit Syah (cerpenis yang juga aktivis perempuan dan pakar media) sebagai moderatornya.
Sebelum meluncurkan buku The Road to The Empire, sebetulnya Sinta sudah menulis sekitar 40 buku dalam bentuk antologi, kumpulan cerpen (best saller: Pink), non fiksi, cerita anak hingga sebelas novel (best saller: Lafadz Cinta).
Namun namanya kurang begitu dikenal, karena minim promosi. “Saat itu saya belum banyak kenalan yang bisa mempromosikan karya. Sekarang saya kenal beberapa penulis, salah satunya Mbak Sirikit yang banyak kenal dengan teman-teman media,” kata Sinta saat jumpa pers di Surabaya, Rabu (14/1).
Buku yang diluncurkan ini, kata wanita kelahiran Jogjakarta, Februari 1974, merupakan karya trilogi. Namun dua buku sebelumnya kurang promosi dan tidak diproduksi secara luks seperti The Road to The Empire. “Saya merasa kalau buku ini spesial. Mudah-mudahan bisa diterima pembaca,” jelasnya.
Cuplikan kisahnya, Takudar, putra pertama Kaisar Tuqluq Timur Khan, terpaksa menyelamatkan diri, menjauhi pusat Mongolia ketika pembunuhan keji terhadap ayahandanya dan permaisuri Ilkhata, sang bunda.
Bertahun-tahun peristiwa itu disembunyikan pejabat dan kerabat istana. Disinyalir, pembunuhan akibat Taqluq Khan pernah bersahabat dengan syaikh Jamaluddin dan berjanji, usai mempersatukan Mongolia yang tercerai berai oleh pertikaian, dia akan menjadi muslim. Sayang, kaisar wafat dalam peristiwa pembunuhan.
Baik Tuqluq Timur maupun Jamaluddin, berpesan kepada putra mereka jika dewasan nanti saling mencari tahu dimana keberadaan masing-masing dan bahu membahu untuk mengembalikan kejayaan Mongolia, sekaligus martabat kaum muslimin. Takudar, dalam pelariannya ke arah barat akhirnya terdampar di Bukhara.
Rasyiduddin, putra syaikh Jamaluddin, menemukan Takudar dalam keadaan nestapa, sendiri, tanpa harta, saudara hingga kekuasaan. Satu-satunya yang mengiringi hanya Uchatadara, gadis pelayan setianya.
Jamaluddin dan Takudar akhirnya menetap di Syakhrisyabz, satu desa kecil di Bukhara. Di sinilah dia menemukan jati dirinya sebagai seorang muslim, sebagaimana yang diwasiatkan mediang kaisar. Kehidupanpun nyaman dan tenang.
Nun jauh di Mongolia, Arghun Khan, bergerak dengan kekuatan raksasa menyapu ke arah barat menuju Jerusalem. Tujuannya sama dengan leluhurnya, Jenghiz Khan: menjadi satu-satunya penguasa semesta bumi.
Jamaluddin dan para syeikh mengingatkan kedudukan Takudar yang bukan rakyat biasa tapi putra mahkota. Dia harus merebut tahta demi keadilan. Di samping itu dia juga menahan laju kebengisan pasukan Arghun Khan yang ternyata adik kandungnya sendiri.-
 
[ Kamis, 15 Januari 2009 ]
Seri Ketiga Pangeran Takudar

Sinta Yudisia Wisudanti termasuk penulis Jawa Timur yang cukup produktif. Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Timur itu kembali unjuk gigi dengan novel terbarunya berjudul The Road to the Empire. Novel bergenre fiksi sejarah dengan latar Mongolia itu merupakan kelanjutan dari dua karyanya terdahulu, yaitu Sebuah Janji (2003) dan The Lost Prince (2007).

Novel ketiga ini menceritakan perjuangan Takudar, anak pertama dari ketiga putra Tuqluq Timur Khan. Kali ini, Takudar harus menyelamatkan diri dan menjauhi pusat Mongolia setelah orang tuanya dibunuh secara keji. ''Perjuangan Takudar lebih berat karena di tempat persembunyiannya itu keadaannya serbasulit. Tanpa harta, tanpa saudara, perlindungan dan kekuasaan,'' jelas Sinta dalam diskusi bukunya itu di Restoran Tamansari kemarin.

Dari tiga novel tersebut, Sinta mengakui, karya ketiganya lebih menyedot perhatian. Tak heran jika waktu pengerjaannya pun lebih lama. Bila dua karya sebelumnya Sinta hanya butuh waktu 3-4 bulan, untuk The Road to the Empire, proses pengerjaannya nyaris satu tahun
 
Harian Duta Masyarakat

The Road of the Empire, Tawaran Baru

SURABAYA ? Berjejalnya karya sastra di Indonesia yang berangkat dari pemikiran liberal, menuntut tanggung jawab para penulis dari kalangan Islam. Tentu saja, harus ada karya yang lebih menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang tak sekadar mengedepankan nilai seksualitas semata. Di sinilah, kehadiran karya Sinta Yudisia, berjudul The Road of the Empire: Kisah Takudar Khas, Pengeran Muslim Pewaris Mongol, patut disambut public yang merindukannya.

Novel The Road of the Empire, yang disunting Maman S Mahayana, dosen sastra Universitas Indonesia, ini diterbitkan Lingkar Pena Depok, cukup memberikan harapan baru bagi kehadiran penulis-penulis lainnya yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena. Dalam peluncurannya yang akan digelar di Galeri Surabaya, Jumat (16/1), selain Sinta Yudisia yang bakal bertutur tentang proses kreatifnya, dibahas Sirikit Syah dan Rusdi Zaki (penyair dan dosen Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya).

?Kita harus memberikan kesempatan bagi lahirnya penulis-penulis Muslim yang memang mempunyai bakat dan karya yang menjanjikan di masa depan,? tuturnya, Rabu (14/1) kemarin.

Selama ini, terdapat kecenderungan karya sastra Indonesia dipenuhi dengan karya berselera di seputar masalah perempuan dan seksualitas. ?Cerita ini digali dari fakta sejarah di masa lalu. Saya melakukan riset selama beberapa bulan dan menulisnya, hingga menjadi buku, lebih dari setahun,? tutur Sinta Yudisia.

The Road to The Empire, berkisah tentang Takudar, putra pertama dari ketiga putra kaisar Tuqluq Timur Khan
 
Resensi The Road to The Empire
Penulis Resensi : Rini NB Hadiyono
Sub judul: Kisah Takudar Khan Pangeran Muslim Pewaris Mongol
Penulis: Sinta Yudisia
Penerbit: Lingkar Pena Publishing House
Tebal: 586 halaman
Cetakan: I, Desember 2008
Skor: 8

Bahwa Sinta Yudisia mempunyai potensi menulis yang mengilap, saya tak menyangkal sedikit pun. Saya membaca berulang-ulang esai beliau di La Tahzan Cinta Takkan Menyerah (alias The Real Dezperate Housewives) dan yang belum lama ini terbit, La Tahzan for Mothers. Sempat pula saya membaca cerpennya di Annida dan proses kreatifnya di sebuah buku keroyokan lain, yang di mata saya, digulirkan dengan cukup memikat.
Membaca novel yang sangat kental napas Mongolnya ini, mau tak mau saya ngos-ngosan juga. Bukan tak berminat pada sejarah, apa lagi yang berbau oriental, tetapi saya memiliki memori yang banyak bad sectornya. Seperti halnya membaca karya fantasi yang berseri-seri (sehingga saya tak menyentuh Harry Potter dan Lord of The Rings), saya kesulitan mengingat nama karakter yang banyak dan mirip-mirip serta berejaan tak 'lazim' di kuping. Maka untuk sekadar supaya tidak terbolak-balik antara Takudar Khan dengan saudara-saudaranya saja, saya perlu menjenguk ke sini : http://www.ismaili.net/histoire/history07/history702.html
Detailnya Sinta memaparkan latar belakang dan deskripsi karakter, berikut dialog-dialog padat, patut diacungi jempol. Narasi panjang dengan kalimat yang terjaga kebakuannya lebih sering menenggelamkan saya hingga lupa siapa A dan siapa B, kemudian mondar-mandir ke halaman sebelumnya. Ditambah lagi, saya baru menyelesaikan baca Takdir Cinta ketika memulai sehingga mengalami sedikit jet lag. Tentu saja perbedaannya segera terasa, sebab TC menyoroti pihak Baghdad sebagai mayoritas, sedangkan di sini Mongol lebih menonjol.
Saya terpukau oleh unsur-unsur oriental yang hadir sangat kuat dalam novel ini. Dengan fasih, Sinta menyelipkan bait syair Sutra yang Bijak dan yang Dungu. Sejumlah bagian saya nikmati bagaikan menyantap film silat klasik yang sering ditonton sewaktu SD, misalnya ketika Urghana turun tangan menyelamatkan kakek-nenek dan cucunya yang dituduh mencuri oleh pembesar korup. Deskripsi fisik tak begitu saya perhatikan, karena setelah menemui beberapa karakter wanita: Almamuchi, Han Shiang, dan Urghana; semua digambarkan cantik.
Tanpa bermaksud menyepelekan genre lain, saya nyatakan salut pada Sinta Yudisia yang mampu menulis fiksi sejarah dengan napas panjang dan riset mendalam seperti ini.
 

Attachments

  • Cover The Road to The Empire.jpg
    Cover The Road to The Empire.jpg
    563.1 KB · Views: 702
  • Buku III The Road to The Empire.jpg
    Buku III The Road to The Empire.jpg
    226.9 KB · Views: 389
Buku I : Sebuah Janji
Buku II : The Lost Prince
 

Attachments

  • Buku I Sebuah Janji.jpg
    Buku I Sebuah Janji.jpg
    120 KB · Views: 519
  • BUku II The Lost Prince.jpg
    BUku II The Lost Prince.jpg
    471.3 KB · Views: 386
Promosi Lafaz Cinta

Buku saya yang lain, Lafaz Cinta : Serpih-serpih Cinta Mekah-Groningen
Best seller pada tahun 2008 pada penerbit Mizan

Sekilas ....

Ketika doanya di Raudhah Al Syarifah tak terkabulkan, hati Seyla hancur berkeping-keping. Zen yang diharapkan menjadi suaminya kelak, lebih memilih Lila dengan alasan yang sulit dimengerti Seyla. Demi menata kembali hatinya, Seyla memutuskan hijrah ke kota Groningen. Di kota yang jauh lebih modern inilah, Seyla menemukan bermacam cinta dalam berbagai rupa. Hingga Seyla terseret arus pesona seorang pangeran bermata teduh bernama Karl van Veldhuisen. Namun kenyataan pahit kembali menghadang cinta Seyla, Karl telah bertunangan dengan Constance Martina du Barry. Beranikah Seyla merebut hati Karl seperti halnya Lila yang merampas Zen darinya? Akankah Seyla menghujat Sang Khalik yang memupuskan harapan cintanya setelah ia sengaja berdoa di tempat suci itu? Benarkah ujian cinta terberat adalah keimanan kita? Kisah cinta Seyla digulirkan secara menarik oleh Sinta Yudisia. Pembaca tidak hanya diajak mencicipi keagungan cinta, tapi juga merasakan kesucian kota Makkah serta keindahan kota Groningen.
 
Armanusa Kala Hati Terbelah

Novel Armanusa Kala Hati terbelah adalah roman sejarah dengan setting Mesir.
Armanusa adalah seorang putri pembesar Mesir yang terpesona dengan perilaku santun dan ksatria dari salah seorang pimpinan pasukan Islam ketika pasukan tersebut memasuki Mesir.
Supaya nggak penasaran .... baca aja bukunya
 

Attachments

  • Armanusa.jpg
    Armanusa.jpg
    156.2 KB · Views: 167
Pink

Kumpulan Cerpen Pink diterbitkan oleh Mizan
Berisi beberapa cerpen dengan setting beragam, Indonesia, Rumania, dll
Bisa diperoleh di Gramedia, Toga Mas, dll
 

Attachments

  • Pink.jpg
    Pink.jpg
    421.4 KB · Views: 762
Mempelai Tanpa Pengantin

Mempelai Tanpa Pengantim adalah Kumpulan Cerpen yang ditulis bersama dengan Fahri Azisa. Cerpen-cerpen di dalamnya memuat tema-tema keluarga dan fase-fase menjelang berumah tangga
Diterbitkan oleh Lingkar Pena Publishing House
Bisa didapatkan di Gramedia, Toga Mas, dll
 

Attachments

  • Mempelai Tanpa Pengantin.jpg
    Mempelai Tanpa Pengantin.jpg
    48.7 KB · Views: 1,189
IBF Award

PENERIMA PENGHARGAAN IBF AWARD 1430/2009

• DEWAN JURI BUKU ISLAM TERBAIK MEMUTUSKAN PENERIMA PENGHARGAAN IBF AWARD 1430/2009 SBB :

1. BUKU ISLAM TERBAIK KATEGORI FIKSI ANAK
Judul : Ibuku Chayank, Muach !
Penulis : Sri Izzati
Penerbit : Dar ! Mizan
2. BUKU ISLAM TERBAIK KATEGORI FIKSI DEWASA
Judul : The Road To The Empire
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
3. BUKU ISLAM TERBAIK KATEGORI NONFIKSI
Judul : Muhammad SAW : The Super Leader Super Manager
Penulis : Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec
Penerbit : Tazkia Multimedia & ProLM Center
4. TERJEMAHAN TERBAIK
Judul : 5 Tantangan Abadi Terhadap Agama
Penulis : Saiyad Fareed Ahmad & Saiyad Salahudin Ahmad
Penerjemah : Rudy Harisyah Alam
Penerbit : Mizan

Jakarta, 14 Februari 2009
Dewan Juri
Ketua : Prof. Dr. Nasaruddin M.A.
Anggota : Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, M.A.
Helvy Tiana Rosa, S.S, M.Hum
Bambang Trimansyah, S.S.
Ir. Anif Punto Utomo, MTI
 
Back
Top