Megha
New member
Berbahagialah kaum perempuan yang menikah dengan pria kaya.
Karena, ternyata perempuan akan lebih susah orgasme saat berhubungan seks dibanding jika ia menikah dengan pria berkantong tipis.
Pernyataan ini ternyata bukan sekedar teori belaka. Karena berdasarkan hasil riset yang dilakukan Dr. Thomas Pollet, psikolog dari Universitas Newcastle, Inggris, Frekuensi orgasme perempuan meningkat bersamaan dengan meningkatnya pendapatan pasangannya. Waw...... !
Seperti yang dikutip dari The Times, Senin, 19/1-2009, fenomena ini adalah bentuk "adaptasi evolusi" para perempuan, yang membuat mereka memilih pria berdasarkan kualitas yang mereka inginkan.
Orgasme perempuan menjadi titik perhatian karena sejauh ini belum terlihat manfaat secara reproduktif. Perempuan bisa hamil baik ia mengalami orgasme atau tidak saat berhubungan badan.
Pollet bersama rekannya, Professor Daniel Nettle, dalam penelitiannya mengatakan bahwa orgasme ini bentuk evolusi yang mendorong perempuan memilih pasangan yang dipersepsikan "kualitas bagus".
Kesimpulan yang diambil oleh dua profesor ini berdasarkan Survei Kesehatan dan Kehidupan Keluarga Cina yang dilakukan terhadap 5.000 orang di negara itu. Survei ini, diantaranya, mempertanyakan kehidupan seks, pendapatan, dan sejumlah faktor lain.
Diantara mereka, terdapat 1,534 perempuan yang memiliki suami yang menjadi dasar survei. Hasilnya tidak berbeda jauh dengan survei di negara Barat yakni:
- 121 (7,9 persen) menyatakan selalu orgasme
- 408 (26,6 persen) sering orgasme
- 762 (49,7 persen) kadang orgasme
-- 243 (15,8 persen) jarang atau tidak pernah orgasme sama sekali.
Ada beberapa faktor yang terkait dengan seringnya orgasme. Salah satu yang mencolok adalah kekayaan si suami. Semakin tebal kantong suami, semakin sering mereka orgasme.
"Semakin naiknya pendapatan memiliki efek sangat positif terhadap frekuensi orgasme yang dilaporkan perempuan. Para suami yang kaya ini pasangan yang makin didamba karena membuat perempuan semakin sering orgasme," kata Pollet
Kasus ini bukan hanya terjadi para perempuan dari negeri Cina. Penelitian sebelumnya di Jerman dan Amerika Serikat juga menunjukkan hasil serupa.
Benar atau tidaknya penelitian ini berpulang pada diri Anda ! (r/tt/ly)
Last edited:
