makna paskah

Status
Not open for further replies.

Mrs_Sumart1

New member
Paskah biasanya hanya diadakan dalam ruang gereja dalam bentuk kebaktian (misa), perjamuan kudus (ekaristi), dan paling banter aksi sosial dan mungkin acara rutin ?mencari telur Paskah? bagi anak-anak.
Paskah Kristen berpusat pada kebangkitan Kristus yang adalah puncak dari karya penyelamatan yang dikerjakan Kristus. Bagi iman Kristen, hal itu amat vital dan mendasar. Sedemikian pentingnya, Paulus bahkan mengatakan: tanpa Kebangkitan Kristus, iman Kristen runtuh dan tidak ada apa-apanya. Jadi, apabila pemahaman dan penghayatan akan Paskah kurang berkembang dan tidak mendalam, maka mudah diduga bagaimana ?nasib? dari iman Kristen.
Bila Paskah yang begitu vital dan mendasar ternyata kurang dihayati dan dipahami, bisa jadi iman Kristen juga kurang berkembang dan hidup. Bisa jadi tak cukup ada dampak yang signifikan (tanda-tanda yang kuat dan nyata) dari kebangkitan Kristus itu dalam hidup sehari-hari. Dengan ungkapan yang ?keras? mungkin dapat dikatakan bahwa kita masih tetap tinggal dalam kematian dan belum merasakan kebangkitan
Sebelum Yesus menampakkan diri kepada para murid sesudah kematianNya, para murid hidup dalam keputusasaan dan kehampaan. Iman mereka, hidup mereka, sikap mereka, menggambarkan betapa mereka dikuasai oleh kematian, keputusasaan, dan ketakutan.
Namun, ketika mereka menerima pernyataan dan kenyataan bahwa Yesus sudha bangkit, hidup mereka, sikap mereka, keberanian mereka demikian berubah. Pendek kata, telah terjadi perubahan hidup yang revolusioner.
Di depan mahkamah agama yang mengadilinya, mereka bahkan dengan tegas berani bersaksi: ?Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan? (Kisah Rasul 4: 12).
Suatu keberanian bersaksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dulu mereka takut bersaksi, sekarang mereka secara terbuka dan dalam risiko tinggipun dapat dengan tenang melakukannya.
Dampak dari kebangkitan Kristus tampak nyata dalam seluruh aspek kehidupan manusia, bukan dalam kehidupan rohani semata, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi hidupnya tidak lagi ke bawah, namun ke atas (Kolose 3: 1-3). Dan itu bukan sekadar slogan.
Mengapa ada perubahan yang demikian besar? Karena melalui kebangkitan Kristus, kita menjadi ciptaan baru. Sedemikian berbedanya, sehingga bagaikan hidup dan mati. Yang lama sudah berlalu, sudah mati, sudah berakhir dan baru sesungguhnya sudah muncul, sudah hidup.
Manusia yang lama diciptakan kembali menjadi manusia yang baru. Ya, Paskah adalah penciptaan kembali di dalam Kristus manusia baru. Dengan kata lain, manusia lama dengan segala dosa dan kesalahan, sudah ?dikubur?, dan muncul manusia baru yang memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan kekekalan. Meski itu masih dalam proses menuju kepada kesempurnaan, namun ia berjalan dengan nyata dan pasti.
Melalui kerangka Paskah Perjanjian Lama, dalam Paskah orang dibebaskan dari perbudakan Mesir, menyeberangi Laut Teberau, mendapatkan Sepuluh Hukum di Sinai, dan melalui padang gurun terus mengarah ke Kanaan, menyeberangi Yordan dan akhirnya memasuki Kanaan.
Orang yang memiliki semangat kemerdekaan dan pembaruan Paskah akan terus melaju ke depan dan makin menuju kesana. Sebagai orang yang sudah dibebaskan, dan menjadi umat perjanjian, semangat Paskah menjadikan mereka terus menjauh dari Mesir dan mendekat ke Kanaan.
Apa yang dikerjakannya dalam perjalanan sekarang adalah perjalanan ke Kanaan. Menengok kebelakangan atau kembali kepada yang lama, atau membelok atau bahkan berhenti sekalipun, adalah sebuah kegagalan. Apakah semangat Paskah masih menjiwai kita bersama dan mendorong perjalanan hidup kita? Sampai dimanakah kita sekarang ini? Jangan gila Mesir sehingga ingin kembali ke Mesir atau kembali menjadi budak Mesir (dosa). Atau maju ke depan tetapi hatinya masih tertambat di Mesir. Atau malah kita belum keluar dari Mesir?
Nah, kalau kita sudah menuju hidup baru, mesti bisa dirasakan oleh orang lain. Yesus Kristus mengistilahkan hidup orang percaya harus menjadi garam dan terang di tengah-tengah lingkungannya.
Layaknya ikan laut yang hidup di tengah tengah lingkungannya yang asin, namun tetap tawar rasanya. Demikian pula dengan hidup orang percaya (Kristen) harus senantiasa mewarnai dalam artian mempengaruhi dalam hal yang positip bagi lingkungannya.
Orang Kristen ditantang untuk menjadi garam dan terang di tengah lingkungannya yang sering justru kurang kondusif bagi terciptanya iklim yang positip. Justru di situlah, saat iklim yang ada kurang kondusif, orang percaya bisa menjadi berkat bagi sesamanya.
Di tengah lingkungan yang tidak adil, kehadirannya harus membawa dan menegakkan panji-panji keadilan. Di tengah-tengah ketidakbenaran, kehadirannya harus menyuarakan suara kebenaran. Di tengah-tengah kehidupan yang bobrok dan maksiat, kehadirannya harus membawa kedamaian dan perbaikan.
Di tengah-tengah kehidupan yang tidak jujur (korupsi), kehadirannya harus membawa kejujuran yang tulus. Di tengah-tengah masyarakat yang hipokrit (munafik), kehadirannya harus membawa ketulusan. Pendek kata, sesuatu yang berdampak positip harus keluar dari kehidupan anak-anak Tuhan.
Oleh karenanya, tantangan yang ada di depan adalah hidup yang memberkati orang lain. Semuanya itu bisa terlaksana kalau ada kasih (belas kasihan) yang dinyatakan untuk orang lain. Dengan landasan kasih yang dipraktikkan inilah, orang percaya memulai kehidupannya untuk memberikan warna baru bagi kehidupan di sekitarnya.
Menciptakan kualitas kehidupan yang lebih baik adalah tantangan yang mengadang di depan kita. Terlebih kita saat ini hidup di tengah-tengah bangsa Indonesia yang tengah dilanda krisis berkepanjangan akibat salah urus (mismanajemen) negara, semenjak zaman dahulu.
Kehidupan berbangsa yang berkualitas menjadi persoalan tersendiri bagi bangsa ini. Jadilah terang di tengah kegelapan, jadilah garam di tengah ketawaran hidup ini. Bangsa ini memerlukan figur dan pribadi yang jujur, berkarakter baik untuk menyongsong perubahan yang dramatik di era milenium ini, terlebih untuk mengantarkan bangsa ini keluar dari krisis ekonomi-politik berkepanjangan.
Diberkati untuk memberkati merupakan tanggung jawab orang beriman. Setelah dirinya diberkati dengan berkat rohani dan jasmani, sebagai ungkapan rasa syukurnya, adalah memberkati orang lain. Apabila tercipta fenomena saling berkompetisi dalam membagi berkat, maka kehidupan ini akan terasa harmonis dan menyenangkan.
Melalui momentum hari Paskah tahun ini, umat kristiani dipanggil untuk hidup dalam dimensi memberkati orang lain di sekitarnya. Tidak ada pilihan, karena hidup memberkati adalah norma yang harus dilakoni dan dijalani.
Untuk mewujudkan hal ini, umat Kristiani harus senantiasa bersandar dan meminta pertolongan Tuhan Allah. Setiap hari, harus membina hubungan yang harmonis dengan Roh Kudus melalui kehidupan doa dan mentaati Firman Allah.
Hanya dengan demikian, kehidupan yang berkualitas akan dapat tercipta dengan benar, yaitu kehidupan yang berdampak positip bagi orang lain. Bukankah kehidupan yang demikian, yang saat ini dirasakan sangat jarang ada (langka) di tengah kehidupan yang sarat dengan hedonisme, materialisme, individualistik dan cenderung kurang acuh dengan orang lain.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top