Agenda "Segitiga" Belum Disepakati

kurdadia

New member
RAMALLAH, RABU - Menjelang pertemuan segitiga dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice, Palestina dan Israel masih berdebat soal tujuan dan agenda pertemuan. Palestina ingin pertemuan itu menghasilkan kesepakatan final, sedangkan Israel tidak ingin membahas isu-isu pokok.

Juru runding Palestina, Saeb Erekat, mengatakan, agenda pertemuan belum dirancang meski pertemuan akan berlangsung kurang dari satu pekan lagi. Pihak Palestina sendiri ingin pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan final.

Namun, Pemerintah Israel menolak untuk membicarakan isu-isu penting hingga mereka mempelajari lebih jauh hasil pertemuan Hamas-Fatah di Mekkah. Demikian dikatakan juru bicara Pemerintah Israel Miri Eisin.

Hasil pertemuan Hamas-Fatah antara lain menyepakati pembentukan pemerintahan persatuan nasional. Mereka juga sepakat untuk berbagi kekuasaan. Dua isu itu diharapkan dapat menghentikan pertikaian internal Palestina, sekaligus mendorong negara Barat agar segera mencabut embargo terhadap Palestina.

Hasil pertemuan sama sekali tidak menyinggung pengakuan terhadap keberadaan Israel. Karena itu, Israel menyatakan tidak puas.

Radio Tentara melaporkan, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert bersama Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri mengadakan pertemuan, Selasa (13/2) malam. Namun, hasil pertemuan belum diumumkan.

Harapan Palestina yang besar terhadap pertemuan dengan Israel dan AS sepertinya belum tentu akan terwujud. Pasalnya, hingga kini AS belum memperlihatkan sikap yang jelas mengenai arah pertemuan.

Menyusul tercapainya kesepakatan Hamas-Fatah di Mekkah, Rice hanya mengatakan bahwa AS akan membantu memperkuat rasa saling percaya kedua belah pihak (Palestina dan Israel). "Selebihnya, kita akan melihat apa yang akan terjadi," kata Rice.

Dari New York dilaporkan, Palestina berupaya menjelaskan hasil kesepakatan Hamas-Fatah di depan Dewan Keamanan PBB. Utusan Palestina Riyad Mansour menegaskan, negara-negara Barat seharusnya mencabut sanksi ekonomi terhadap Palestina setelah Hamas dan Fatah sepakat untuk berbagi kekuasaan.

Dia juga menegaskan bahwa Presiden Palestina Mahmoud Abbas siap untuk terlibat lagi dalam perundingan damai dengan Israel pekan depan di Jerusalem bersama PM Ehud Olmert dan Rice.

"Kami siap. Kami telah menyatukan rakyat kami dan merapatkan barisan kepemimpinan. Sekarang, pertanyaan yang muncul adalah apakah Israel siap untuk memulai perundingan yang sesungguhnya," ujar Mansour.

Mansour menambahkan, pemerintah koalisi yang dibentuk Hamas dan Fatah tidak akan menggunakan kekerasan untuk mendirikan negara Palestina merdeka.

Duta Besar Israel di PBB Dan Gillerman menegaskan, tidak akan ada perdamaian selama ada salah satu pihak yang menolak untuk mengakui keberadaan pihak lainnya.

Hubungan Israel-Palestina agaknya mulai memanas menjelang pertemuan segitiga. Kondisi ini diperburuk dengan proyek penggalian di kompleks Masjid Al Aqsa oleh Israel yang membuat Muslim di seluruh dunia marah.

Saat ini Israel masih meneruskan penggalian tanah di dekat pintu Maghariba, pintu barat kompleks Masjid Al Aqsa.

Kecaman

Kecaman terhadap proyek tersebut dari berbagai pihak terus berdatangan. Mufti Jerusalem Timur dan khatib pada Masjid Al Aqsa Sheikh Dr Ekrima Saeed Sabri, Rabu (14/2), mengatakan, jika penggalian terus dilanjutkan, tembok sebelah barat di kompleks Masjid Al Aqsa terancam runtuh.

Sabri menilai, reaksi dunia Arab terhadap proyek itu kurang kuat. "Masalahnya tidak cukup hanya mengutuk dan memberi pernyataan, tapi butuh reaksi nyata di lapangan. Masjid Al Aqsa bukan hanya merupakan tanggung jawab Palestina, tapi seluruh umat Islam," katanya.

Dari Jakarta, Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan, Selasa, memprotes keras proyek penggalian yang dianggap akan merusak keutuhan dan keberadaan Masjid Al Aqsa.

Ketua DPP PPP Hasrul Azwar dan Ketua DPP PPP Akhmad Farial meminta PBB, Organisasi Konferensi Islam, dan negara di Timur Tengah melakukan berbagai perlawanan terhadap upaya yang dilakukan oleh Israel.

"Israel silakan berbeda pendapat dengan Hamas, atau PLO, tapi Israel tidak boleh melakukan penyerangan terhadap Islam, apalagi penyerangan itu dilakukan dengan merusak Masjidil Aqsa. Kalau terus dilakukan, maka Israel jelas menjadi musuh umat Islam seluruh dunia," ujar Hasrul.

Secara terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma�ruf Amin di Jakarta, Selasa, mengatakan, penggalian di Kompleks Al Aqsa tersebut memancing kemarahan umat Islam di seluruh dunia.
 
Back
Top