Bocah Kelas 6 SD yang Melahirkan Bayi Hasil Perkosaan

Kalina

Moderator
Biar Dirawat Orang, Saya Mau Sekolah Lagi
Seorang bocah SD asal Jenggawah harus menerima dampak perkosaan. Di usia yang menginjak 13 tahun, dia harus menimang bayi. Namun, dia bertekad memilih tetap melanjutkan sekolahnya di bangku SD hingga lulus.

BUNGA termangu di sebuah kursi plastik. Sesekali, dia membenahi kebaya yang dipadukan dengan baju kuning. Gadis 13 tahun ini menatap bayi mungil di depannya yang tertidur pulas di atas dipan kayu.

Sulit dipercaya, gadis cilik ini adalah ibu dari sang bayi. Tapi, itulah kenyataannya. Siswi kelas 6 SD Jenggawah ini melahirkan bayi di Puskesmas Jenggawah, Sabtu (10/2), pukul 10.30. Saat dilahirkan, berat bayi berjenis kelamin perempuan itu 2,8 kg.

Sebuah kelahiran yang sejatinya tak dikehendaki. Namun, itu buah perkosaan yang mau tidak mau harus diterima oleh Bunga. Dia diperkosa oleh Tosan yang juga juragan ibunya, Jumati. Tosan kini mendekam di penjara, menanti vonis di Pengadilan. Demi keamanan, Bunga harus mengungsi dari rumahnya, di Desa Mangaran, Ajung. Sementara ini, dia tinggal di rumah Aminah, di Langsatan, Sukomakmur, Ajung.

Bayang-bayang perkosaan itu sering muncul jadi mimpi buruk, meski berulangkali pula berhasil ditepis. Hal ini tak mempengaruhi perasaan Bunga pada anaknya. Sayang nggak sama anaknya? "Ya, sayang," jawabnya, lirih.

Namun, Bunga merasa belum mampu membesarkan anak. Dia hendak menyerahkan anaknya untuk dirawat orang mampu. Bunga ingin terus melanjutkan sekolah. "Saya tetap ingin melanjutkan sekolah. Sampai lulus SD. Biar, anak ini dirawat orang," kata Bunga.

Tekad sekolah ini sudah ditunjukkan Bunga, saat hamil. Saat kehamilannya terkuak, dia memang enggan sekolah. Apalagi, pihak sekolah semula tak mengijinkan Bunga bersekolah. Bahkan, pihak sekolah sempat berkonsultasi dengan Kepala Dinas Pendidikan, Achmad Sudiyono untuk menanyakan kelanjutan sekolah siswanya yang hamil.

Achmad mempersilakan Bunga tetap memperoleh pendidikan di rumahnya. Dan, menerima pelajaran di rumah itu dijalani oleh Bunga setengah bulan.

Koordinator Divisi Layanan dan Pendampingan Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) Dewi Masyitoh mengatakan, dirinya mendatangi tempat Bunga bersekolah. Dia meminta, agar Bunga tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar di selokah. Sebab, jika tak mengikuti pelajaran di sekolah, bakal berpengaruh pada psikologi anak.

"Dia masih anak-anak. Belum waktunya memikul beban karena dipingit dan diasingkan. Dia butuh sekolah, main dan bergaul dengan rekannya. Dia harus tetap sekolah dengan didampingi," ujar Dewi.

Akhirnya, permintaan P3A itu dipenuhi oleh pihak sekolah. Syaratnya, Bunga harus mengenakan seragam khusus sehingga kehamilannya tak terlihat. "Akhirnya, saya belikan seragam khusus itu," katanya.

Walhasil, saat kehamilannya memasuki tiga bulan, Bunga tetap bersekolah. Namun, dia mulai diungsikan ke rumah guru yang bersimpati. Yakni, guru agama di SD-nya Diana Kholidah.

Bayangan bakal memperoleh cemooh dari rekan-rekannya di sekolah ternyata tak terbukti. Menurut Bunga, rekan sekolah menerima dia apa adanya. Padahal, dia yakin mereka tahu kondisinya, yang sedang hamil karena perkosaan.

"Mereka biasa saja. Ya, mau main dan bergurau dengan saya," paparnya.

Bahkan, dalam kondisi perutnya membesar, dia juga main sepak bola dan voli dengan teman-temannya. Dia bahkan terus bersekolah sampai ujian semesteran berakhir. Seminggu sebelum melahirkan, dia masih bersekolah. "Nanti, kalau sudah nggak sakit, saya akan sekolah lagi," paparnya.

Namun, dia hanya ingin mencari ijazah SD. Karena tak punya biaya, dia akan mengasah ketrampilannya. Selama ini, Bunga piawai menjahit. "Saya mau memperdalam belajar jahit. Nanti, biar buka usaha jahit saja," ujarnya.

Bunga memang lahir dari keluarga kurang mampu. Mustafa, ayahnya tak bekerja. "Bapaknya kena gangguan jiwa, karena jatuh dari pohon kelapa. Sejak, anaknya (Bunga,red) belum lahir," papar Jumatin, ibunya.

Ibunya buruh tani. Sesekali, dia juga jadi pembantu di rumah Tosan. Bunga ikut membantu mata pencaharian rumahnya. Dia jadi baby sitter anak Tosan. Sering bertemu, agaknya bikin Tosan tergiur, hingga perkosaan itu terjadi. Demi keamanan korban agar leluasa bersaksi di Pengadilan, Bunga diamankan di rumah guru agamanya, Diana Kholidah. Lalu, dia diungsikan lagi ke rumah tetangga Diana, yakni Aminah alias Bu Andi.

Menurut Koordinator Divisi Layanan dan Pendampingan P3A Dewi Masyitoh mengatakan, korban perkosaan yang usianya di bawah 18 tahun masih belum merasakan nikmatnya punya anak. Mereka belum memiliki rasa keibuan. "Rasa keibuannya belum ada. Ada bayi atau tidak sama saja. Yang penting, nggak sakit," katanya.

Menurut Dewi, Bunga juga tak keberatan bayinya dibawa orang. "Saat saya tanya, saat sudah besar nanti tak ingin merawat anaknya, dia jawab nggak. Dia hanya ingin lihat saja," paparnya.
 
lengkap banget penderitaan keluarga ini.. bapak kandungnya gila.. karena jatuh dari pohon kelapa, sejak Bunga belum lahir. ibunya, harus menyambung hidup keluarganya dengan menjadi buruh tani dan pembantu. Bunga juga ikut bantu jadi baby sitter. hm.. malangnya.. huaaaaaaa anak ini, diperkosa ma juragan ibunyaaaa. jahat bangettt
 
Iya jahat sekali, bener2 keterlaluan, dia ga mikir kalo dibales kekeluarganya gmn coba, bodo amat, kepada korban smg diberi ketabahan, Yang jelas perzinahan dan perkosaan adalah hal yg terkutuk!!
 
akhh yang benmer nak kelas 6 sd dah melahirkann ????

apa iyaa dia dah menss??

Siklus mensturasi wanita kan berbeda-beda mas, bisa jadi gadis ini mengalami pubertas lebih cepat. untuk keluarga ini, yang tabah ya.. @-->
 
Bls: Bocah Kelas 6 SD yang Melahirkan Bayi Hasil Perkosaan

bayi baru lahir mahkluk yang tidak berdosa,dan itu anugrah yang maha kuasa,apa salahnya kita pelihara.....!
 
Bls: Bocah Kelas 6 SD yang Melahirkan Bayi Hasil Perkosaan

fenomena ini seringkali menimpa kaum pinggiran
 
Back
Top