anak anak ini bertaruh nyawa untuk sekolah

satriani

New member
c4mofbhy2wmemiwtpwhq.jpeg

Sofiah dan kawan-kawannya mesti bertaruh nyawa untuk bersekolah. Salah melangkah, byuur! Deras arus Sungai Ciberang, Lebak, Banten bisa merenggut hidup mereka. Setiap pagi, Sofiah mesti berjuang untuk bersekolah di SD Negeri 02 Sanghiang Tanjung.

Seperti dikutip Reuters Kamis (19/1/2012), Sofiah mengaku harus menempuh waktu 30 menit lebih lama bila ingin melintasi jembatan yang lain. Pastinya, dia akan berjalan lebih jauh dan telat ke sekolah.

Karena itu, salah satu syarat utama bagi para siswa SD itu untuk melintas di jembatan itu, yakni harus bisa berenang. Bila tidak, jangan coba-coba melintas di jembatan 'maut' itu.

Menurut Kepala Desa Sanghiang Tanjung Epi Sopian, banjir mengakibatkan kerusakan parah pada jembatan itu . Jembatan itu dibangun pada 2001 dan hancur saat diterjang banjir besar beberapa waktu lalu.

sumber: http://www.detiknews..com/read/2012/01/20/084318/1820636/10/lihat-anak-sd-di-banten-mesti-bertaruh-nyawa-di-jembatan-untuk-sekolah?9911012

comment : ntar, benerin toilet dulu ya :D
 
Ini kan di daerah lebak? :D

Menyedihkan, saat para anggota DPR mau bangun toliet dengan harga miliaran sementara rakyat di desa susah payah untuk pergi ke sekolah saja, karena jalan jembatan ambruk..
 
Anak-anak yang tinggal dikota besar yang doyan bolos patut belajar dari perjuangan sofiah, memalukan mental belajar kita kalo sampe kalah dari anak sekecil dia, rela menantang maut demi dapat pendidikan..
 
Ya Allah , hebat sekali sofiah dan kawan-kawaaaaan :terharu:
itu pemda benerin dong jembatan nya , tolong fasilitasi dengan baik "para calon penerus bangsa" yg ingin menuntut ilmu ituuuuu.. saya gak tega liatnya, takut nyemplung
 
Dari pengalaman keseharianku ada satu fenomena dalam dunia pendidikan di negara ini, coba deh perhatikan :

anak-2 yang tinggal di daerah dengan pinggiran atau yang jauh dari perkotaan itu semangat untuk bersekolah dan menuntut ilmunya sangat tinggi walau dengan keadaan yang jauh dari standar minimal untuk pendidikan, bahkan bila harus menantang maut sekalipun tidak akan memadamkan semangat mereka dalam menuntut ilmu. Contohnya seperti anak-2 di desa Lebak, Banten ini.

Tapi sebaliknya anak-2 yang tinggal di perkotaan dan mudah mendapatkan fasilitas dan akses pendidikan justru malah berleha-leha dan cenderung malas untuk menuntut ilmu, mereka lebih senang dengan bermalas-malasan, nongkrong di pusat-2 perbelanjaan atau hanya sekedar bolos dari sekolah untuk urusan yang tidak ada manfaatnya...
 
anak-2 yang tinggal di daerah dengan pinggiran atau yang jauh dari perkotaan itu semangat untuk bersekolah dan menuntut ilmunya sangat tinggi walau dengan keadaan yang jauh dari standar minimal untuk pendidikan, bahkan bila harus menantang maut sekalipun tidak akan memadamkan semangat mereka dalam menuntut ilmu. Contohnya seperti anak-2 di desa Lebak, Banten ini

Tapi sebaliknya anak-2 yang tinggal di perkotaan dan mudah mendapatkan fasilitas dan akses pendidikan justru malah berleha-leha dan cenderung malas untuk menuntut ilmu, mereka lebih senang dengan bermalas-malasan, nongkrong di pusat-2 perbelanjaan atau hanya sekedar bolos dari sekolah untuk urusan yang tidak ada manfaatnya

apakah benar mayoritas pelajar di daerah jauh dari perkotaan mayoritas seperti ini den pale? mungkin karena daerah jauh dari perkotaan itu, minim fasilitas, tidak ada mall, game center, dll, kebalikan dari perkotaan

yang salah mungkin fasilitasnya, ketika fasilitas yang sedikit itu hilang didaerah jauh dari perkotaan, seperti jembatan yang satu2nya, tidak ada alternatif lain, jadi repot

kalau melihat dari prestasi nilai dan tingkat kelulusan, sepertinya mayoritas anak sekolah di perkotaan lebih tinggi dibanding daerah jauh dari perkotaan ya
 
apakah benar mayoritas pelajar di daerah jauh dari perkotaan mayoritas seperti ini den pale? mungkin karena daerah jauh dari perkotaan itu, minim fasilitas, tidak ada mall, game center, dll, kebalikan dari perkotaan

yang salah mungkin fasilitasnya, ketika fasilitas yang sedikit itu hilang didaerah jauh dari perkotaan, seperti jembatan yang satu2nya, tidak ada alternatif lain, jadi repot

kalau melihat dari prestasi nilai dan tingkat kelulusan, sepertinya mayoritas anak sekolah di perkotaan lebih tinggi dibanding daerah jauh dari perkotaan ya

kalau masalah prestasi sebenarnya sama saja sih pak pres, banyak juga anak-2 yang tinggal di pinggiran berprestasi dalam nilai dan tingkat kelulusan, tetapi karena jauh dari yang namanya "publikasi" maka tidak akan pernah diketahui oleh pihak luar.
tetapi secara jujur banyak juga yang anjlok prestasi dan tingkat kelulusannya, karena memang selama proses pembelajarannya unsur-unsur penunjang keberhasilan ini jauh dari ada, tenaga guru misalnya, fasilitas sumber daya informasi, dan lain sebagainya, tetapi dengan segala kekurangan yang ada itu mereka masih juga bisa bersaing dengan anak-2 di perkotaan.
 
Back
Top