nurcahyo
New member
Batu Bara Muda Kini Menjadi Energi Alternatif
Batu bara muda berkalori rendah kini semakin menjadi alternatif energi pembangkit listrik dan diminati pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Kecenderungan ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat semakin langkanya batu bara kalori tinggi.
Port Manager North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT) Kotabaru PT Arutmin Indonesia Asmar Yudha, di Kotabaru, Kalimantan Selatan, Selasa (22/3), mengatakan, akhir-akhir ini permintaan akan batu bara kalori rendah semakin meningkat. Hal itu disampaikan Asmar dalam sosialisasi Penghargaan Empat Tahun Kecelakaan Nihil (Zerro Accident) yang diterima NPLCT.
PT Arutmin Indonesia di Kalsel memproduksi batu bara kalori rendah dengan merek dagang Ecocoal. Ecocoal merupakan merek dagang batu bara jenis lignite yang hanya diproduksi oleh Arutmin dan dianggap lebih ramah lingkungan.
Penambangan batu bara muda ini termasuk mudah dan murah, namun karena kalorinya hanya sekitar 4.500 kilokalori dalam setiap kilogram, maka harganya juga murah. "Permintaan Ecocoal semakin meningkat dan kini sudah menembus pasar dunia seperti ke China dan India," kata Asmar.
Produksi Ecocoal tahun 2004 mencapai 2,4 juta ton dari total produksi 14,6 juta ton, dan di tahun-tahun mendatang diperkirakan akan meningkat. Padahal, sebelumnya produk batu bara muda ini tidak dilirik penambang karena di pasaran tidak ada harganya.
Biaya ekstra
Saat ini harga batu bara muda di pasaran berkisar 22 dollar AS per ton, sedangkan batu bara tua bisa mencapai 50 dollar AS. "Sekarang tidak ada lagi batu bara yang tak laku karena kebutuhan energi dunia semakin meningkat," kata Asmar.
Asisten Manager NPLCT Kotabaru PT Arutmin Indonesia Budiyono mengatakan, ke depannya Arutmin akan terus meningkatkan kemampuan teknologi untuk meningkatkan nilai ekonomi batu bara muda. "Hanya saja extra cost (biaya ekstra) untuk batu bara muda ini memang mahal, sekitar 7 dollar sampai 10 dollar AS per ton," katanya.
Sumber : Kompas
Batu bara muda berkalori rendah kini semakin menjadi alternatif energi pembangkit listrik dan diminati pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Kecenderungan ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat semakin langkanya batu bara kalori tinggi.
Port Manager North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT) Kotabaru PT Arutmin Indonesia Asmar Yudha, di Kotabaru, Kalimantan Selatan, Selasa (22/3), mengatakan, akhir-akhir ini permintaan akan batu bara kalori rendah semakin meningkat. Hal itu disampaikan Asmar dalam sosialisasi Penghargaan Empat Tahun Kecelakaan Nihil (Zerro Accident) yang diterima NPLCT.
PT Arutmin Indonesia di Kalsel memproduksi batu bara kalori rendah dengan merek dagang Ecocoal. Ecocoal merupakan merek dagang batu bara jenis lignite yang hanya diproduksi oleh Arutmin dan dianggap lebih ramah lingkungan.
Penambangan batu bara muda ini termasuk mudah dan murah, namun karena kalorinya hanya sekitar 4.500 kilokalori dalam setiap kilogram, maka harganya juga murah. "Permintaan Ecocoal semakin meningkat dan kini sudah menembus pasar dunia seperti ke China dan India," kata Asmar.
Produksi Ecocoal tahun 2004 mencapai 2,4 juta ton dari total produksi 14,6 juta ton, dan di tahun-tahun mendatang diperkirakan akan meningkat. Padahal, sebelumnya produk batu bara muda ini tidak dilirik penambang karena di pasaran tidak ada harganya.
Biaya ekstra
Saat ini harga batu bara muda di pasaran berkisar 22 dollar AS per ton, sedangkan batu bara tua bisa mencapai 50 dollar AS. "Sekarang tidak ada lagi batu bara yang tak laku karena kebutuhan energi dunia semakin meningkat," kata Asmar.
Asisten Manager NPLCT Kotabaru PT Arutmin Indonesia Budiyono mengatakan, ke depannya Arutmin akan terus meningkatkan kemampuan teknologi untuk meningkatkan nilai ekonomi batu bara muda. "Hanya saja extra cost (biaya ekstra) untuk batu bara muda ini memang mahal, sekitar 7 dollar sampai 10 dollar AS per ton," katanya.
Sumber : Kompas