PERSAHABATAN: Mengalir Bagai Air

nurcahyo

New member
PERSAHABATAN: Mengalir Bagai Air


Persahabatan, jelas berbeda dengan pacaran. Dalam pacaran ada unsur "rekayasa", cari muka, pendekatan, menyatakan cinta, komitmen bersama, memberi perhatian khusus, cemburu, dan entah apa lagi. Tapi dalam persahabatan, biasanya semuanya berjalan dengan alamiah, seperti air mengalir. Tanpa kita sadari, dan tak pernah kita rencanakan, tiba-tiba saja si A telah menjadi sahabat kita. Kita merasa dekat dengannya, merasa enak curhat dengannya.

Ada sebuah ungkapan "klise" dalam persahabatan: Sahabat yang baik bukan cuma mereka yang mau berteman dalam suka, melainkan juga berteman dan tetap kompak dalam suasana duka. Sahabat yang baik bukan cuma mereka yang suka memuji dan membela kita, melainkan juga mereka yang mau mengkritik kita jika kita ada kesalahan.

Bagi saya sendiri, ada sebuah makna persahabatan yang sangat saya rasakan. Dalam persahabatan pun ternyata ada proses yang bernama "seleksi alamiah". Hm.. mungkin hal ini sulit diterangkan dengan kata-kata. Jadi saya memberikan contoh berdasarkan pengalaman pribadi saya.

Seorang sahabat saya, bernama A, dulunya adalah bawahan saya ketika kami sama-sama aktif di pers kampus. Dia dekat banget dengan saya. Semula saya agak curiga sama dia. Jangan-jangan dia dekat dengan saya hanya karena saya atasannya, dan dia ingin cari muka pada saya. Tapi ternyata... setelah kami sama-sama menjadi "mantan" pengelola pers kampus itu, sikap dia tidak berubah sama sekali. Dia tetap baik sama saya. Saya akhirnya berkesimpulan, bahwa dia memang sahabat yang baik.

Ada pula orang yang semula saya anggap sahabat, belakangan saya tahu, ternyata dia bukan teman yang cocok buat saya. Sebut saja namanya B. Dia adalah "panutan" di lingkungan saya, karena orangnya alim, dihormati, dan dia adalah pelopor acara-acara keagamaan di lingkungan saya. Saya juga hormat padanya, dan senang berteman dengannya. Ketika saya ada masalah, saya mencoba minta bantuannya. Saya meneleponnya bebeberapa kali, dan meminta pendapatnya tentang masalah saya.

Eh... ternyata tanpa saya duga, sejak saat itu sikapnya jadi berubah. Dia seperti menjauhi saya. Bahkan baru-baru ini, dalam sebuah peristiwa, dia bersikap seolah-olah dia tidak percaya pada saya. Dia kebetulan adalah moderator sebuah milis. Ketika saya mendaftar jadi anggota milis itu, dia dengan berbagai alasan menolak saya, bahkan ada ucapannya yang membuat saya sakit hati. Saya jadi heran, apa sebenarnya salah saya? Saya merasa tak pernah berbuat salah sama dia. Atau dia merasa tidak senang karena saya minta tolong padanya? Jika itu sebabnya, ya sudahlah... saya tidak akan minta tolong lagi sama dia. Saya berkesimpulan bahwa ternyata dia bukan teman yang baik bagi saya. Walaupun dia adalah orang yang sangat alim, ibadahnya kuat, dan dia dihormati di lingkungan saya.

Lantas...... ada teman lain yang - di luar dugaan saya - terlibat dalam masalah ini. Sebut saja namanya si C. Semula saya tidak terlalu "perhatian" sama si C ini. Tapi belakangan kami sering ngobrol, ledek-ledekan, atau saya juga curhat sama dia. Saya juga curhat soal masalah yang saya hadapi dengan si B. Eh... di luar dugaan saya, si C ini secara diam-diam membantu saya. Dia mengajak B bicara. Dan saya benar-benar surprise ketika suatu hari si B datang pada saya untuk minta maaf.

Saya sangat terharu. Ternyata si C adalah seorang sahabat yang baik. Sejak saat itu saya jadi hormat padanya, dan merasa makin dekat dengannya. Saya kini menganggap dia sebagai salah seorang sahabat terbaik saya.

Pengalaman ini membuat saya sadar, bahwa kita janganlah terlalu cepat menilai seseorang. Seorang yang kita anggap baik dan terhormat, ternyata bisa jadi sebaliknya. Sedangkan seorang lain yang kita anggap biasa-biasa saja, ternyata memiliki jiwa yang mulia.

Kita perlu proses, perlu mengenali orang lain secara lebih dalam, sebelum mengambil kesimpulan, apakah dia orang yang tepat untuk jadi teman kita, atau tidak.

Semoga pengalaman saya ini menjadi "guru" yang berharga bagi kita semua.

Penulis: Jonru
Tulisan ini pernah dimuat di Pintunet.com
 
gak cuman persahabatan. tapi juga cinta, yang mengalir seperti air. kadang deras.. kadang juga pelan. tergantung kita sendiri, bagaimana menyikapi cinta dan persahabatan itu sendiri. dalam waktu yang bersamaan, atau waktu yang berbeda. so, perlakukanlah cinta dan persahabatan itu, seperti perlakuan yang kamu harapkan dari cinta dan persahabatan itu senduiri.
 
gak cuman persahabatan. tapi juga cinta, yang mengalir seperti air. kadang deras.. kadang juga pelan. tergantung kita sendiri, bagaimana menyikapi cinta dan persahabatan itu sendiri. dalam waktu yang bersamaan, atau waktu yang berbeda. so, perlakukanlah cinta dan persahabatan itu, seperti perlakuan yang kamu harapkan dari cinta dan persahabatan itu senduiri.
 
gak cuman persahabatan. tapi juga cinta, yang mengalir seperti air. kadang deras.. kadang juga pelan. tergantung kita sendiri, bagaimana menyikapi cinta dan persahabatan itu sendiri. dalam waktu yang bersamaan, atau waktu yang berbeda. so, perlakukanlah cinta dan persahabatan itu, seperti perlakuan yang kamu harapkan dari cinta dan persahabatan itu senduiri.

oh ya, kamu pasti tau kan, lagu Radja, yang judulnya Yakin?
ada lirik ini:
"Aku hanya ingin cinta itu pasti, jangan ada lagi keraguan. Aku hanya ingin cinta yang abadi, seperti air.."

cinta itu juga mengalir seperti air. dan, gak akan pernah mati perannya dalam kehidupan manusia.
 
oh ya, kamu pasti tau kan, lagu Radja, yang judulnya Yakin?
ada lirik ini:
"Aku hanya ingin cinta itu pasti, jangan ada lagi keraguan. Aku hanya ingin cinta yang abadi, seperti air.."

cinta itu juga mengalir seperti air. dan, gak akan pernah mati perannya dalam kehidupan manusia.

wuahh.. iya, tau.. Yakinkan cintamu kepadaku.. tau bangetttt... hehehe.. ya ampun.. ni ian beneran kagak, cie??
 
Back
Top