Polinasi: Servis Alam yang Terabaikan

nurcahyo

New member
Polinasi: Servis Alam yang Terabaikan

Oleh Ramadhani Eka Putra
[SIZE=-2]
[/SIZE]Sebagian besar manusia mempercayai bahwa salah satu faktor terpenting dalam perkembangan peradaban manusia adalah pertanian. Teknologi pertanian ditemukan sekitar 6000 tahun yang lalu di daerah Asia Tengah dan telah menjadi bagian dari peradaban manusia. Meskipun demikian, pertanian masa kini dan masa 6000 tahun yang lalu memiliki beberapa persamaan, yaitu salah satu tujuan akhir dari pertaniannya adalah untuk mencapai ketersediaan buah dan benih. Sebagian besar dari mereka percaya bahwa proses penyerbukan bunga merupakan kunci penting dalam keberhasilan produksi buah dan biji.

Penyerbukan adalah proses perpindahan serbuk sari yang merupakan sel kelamin jantan pada tumbuhan ke kepala putik yang merupakan bagian bunga yang memiliki sel kelamin betina. Proses penyerbukan bunga pada tanaman pangan diyakini terjadi secara alami dengan bantuan angin. Akan tetapi kemudian diketahui bahwa tanaman pangan yang terbantu oleh angin sebagai sarana penyerbukan hanya mensuplai 90 persen dari total makanan di 146 negara yang ada di dunia. FAO memperkirakan bahwa 70 persen dari tanaman membutuhkan bantuan lebah (terutama lebah liar) dalam penyerbukan untuk menghasilkan buah, sedangkan sisanya terbantu oleh serangga lain atau hewan lainnya.

polinasi_1_1.BMP



1. Bunga memproduksi ovule yang merupakan sel kelamin betina pada saat bunga betina mekar.
2. Agen penyerbuk mengunjungi bunga untuk mengambil nektar atau/dan serbuk sari.
3. Pada saat meninggalkan bunga, agen secara sadar/tidak sadar meletakkan serbuk sari (sel kelamin jantan), dari bunga jantan dari jenis tumbuhan yang sama, pada kepala putik dari bunga betina.
4. Serbuk sari tersebut selanjutnya bergerak memasuki tabung serbuk sari dan membuahi ovule. Proses ini dikenal sebagai proses fertilisasi dan merupakan proses penting dalam pembentukan biji dan daging buah.

Dari pengantar tersebut, timbul suatu pertanyaan yaitu seberapa besar pengaruh dari hewan-hewan mungil ini dalam sistem kehidupan manusia? Untuk menjawab pertanyaan ini secara kuantitatif sangat sulit dilakukan, akan tetapi salah satu penelitian menyatakan bahwa nilai dari servis yang diberikan oleh hewan-hewan ini, secara global dapat mencapai nilai 200 milyar US dollar.

Mengapa nilai dari servis yang diberikan oleh agen-agen penyerbuk ini sangat tinggi? Hal ini berkaitan dengan kualitas dari buah yang dihasilkan.

Para petani tentu kadang menemukan buah abnormal yang memiliki ukuran relatif lebih kecil, warna yang kurang menarik, atau rasa yang kurang segar. Pada umumnya petani akan menduga bahwa penyebab bentuk abnormal tersebut adalah kekurangan nutrisi atau serangan hama, dan mengabaikan kemungkinan lainnya seperti penyerbukan.

polinasi_1_2.BMP



Sebelah kiri merupakan timun yang memiliki bentuk kurang menarik walau dapat dijual dengan harga yang relative lebih murah. Sebelah kanan merupakan perbandingan apel yang kurang penyerbukan dengan apel yang memiliki tingkat penyerbukan yang cukup dimana tidak seluruh warna apel menjadi merah.

Sesungguhnya tanaman pangan membutuhkan frekuensi kunjungan dari agen-agen penyerbukan dalam jumlah yang optimal untuk menghasilkan buah yang baik dari segi kuantitas dan kualitas. Sebagai contoh, semangka yang menunjukkan peningkatan kualitas dalam warna dan rasa sejalan dengan peningkatan frekuensi kunjungan agen-agen penyerbukan. Contoh lain adalah: kopi yang membutuhkan frekuensi kunjungan tinggi untuk meningkatkan jumlah biji kopi yang dihasilkan, dan bunga Chrysanthemum (bahan utama untuk insektisida pyrethrum) yang akan menghasilkan kualitas racun lebih baik apabila terjadi peningkatan frekuensi kunjungan agen penyerbukan.

Akan tetapi sayangnya, agen-agen penyerbukan yang berupa hewan kecil ini bekerja secara rahasia dan sebagian besar kelompok hewan ini berasal dari hewan yang lebih dikenal sebagai perusak, sehingga perannya dalam penyerbukan dalam sebuah sistem pertanian menjadi terabaikan. Bahkan perencanaan pertanian modern lebih cenderung menitikberatkan pada penggunaan nutrisi tambahan dan pengendalian hama untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Hal ini berarti pula peningkatan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani. Selain itu pula, penggunaan bahan kimia yang berlebihan, bukan tidak mungkin melahirkan masalah baru, yaitu : tingginya tingkat kerusakan pada tanah dan penggunaan insektisida seringkali melahirkan hama serangga subtipe baru yang jauh lebih merusak

polinasi_1_3.BMP




FAO memperkirakan terdapat lebih dari 100.000 spesies serangga, burung, dan mammalia yang terlibat dalam proses penyerbukan dan dapat dikatakan bahwa hampir seluruhnya tidak pernah dianggap sebagai komponen penting dalam sistem pertanian bahkan seringkali tidak dianggap sebagai hal penting dalam ilmu pertanian. Akan tetapi akhir-akhir ini para ilmuwan memprediksikan kekhawatiran akan terjadinya "krisis polinasi" seiring dengan temuan-temuan yang menunjukkan penurunan populasi dari agen-agen penyerbukan di dunia.

Satu contoh paparan kasus yang disajikan berikut berkaitan dengan fungsi serangga sebagai penyerbuk di Malaysia. Hal ini merupakan suatu rahasia mengapa Malaysia dapat menjadi penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.

Pada tahun 1960-an satu perusahan multinasional mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Malaysia dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan minyak kelapa sawit. Mereka berhasil menanam tanaman tersebut di Malaysia akan tetapi terdapat satu masalah yaitu kelapa sawit tersebut hanya menghasilkan buah dalam jumlah sedikit karena serbuk sari dari bunga jantan seringkali gagal mencapai bunga betina.

Perusahaan tersebut selanjutnya mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah besar untuk melakukan penyerbukan dengan tangan sampai para ilmuwan menemukan kumbang Elaeidobius kamerunicus sebagai salah satu agen utama penyerbukan pada tanaman kelapa sawit (Gambar 4). Setelah melalui proses penyaringan dan karantina, kumbang ini diperkenalkan pada perkebunan kelapa sawit di Malaysia pada tahun 1981. Hasilnya adalah biaya penyerbukan menjadi nol dan produksi buah meningkat dari 13 ton menjadi 23 ton hanya dalam waktu 5 tahun! Mencengangkan bukan? (Bersambung).

polinasi_1_4.BMP

Ramadhani Eka Putra, Mahasiswa Program Doktor pada Laboratorium Ekologi, Universitas Kanazawa, Jepang. Email : ramadhaniputra@yahoo.com
 
Back
Top