Belajar Bisnis Orang Tionghoa

Kalina

Moderator
Judul Buku : Rahasia Bisnis Orang Cina
Penulis : Ann Wan Seng
Penerbit : Hikmah, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2006
Tebal : x + 211 halaman

Di dunia ini tak ada orang yang lebih kaya daripada orang Tionghoa, begitu kata penjelajah Arab terkenal Ibnu Batutah. Kata-kata itu memang terbukti, karena kenyataannya orang-orang Tiongkok Rantau menguasai bisnis dunia, tidak hanya di Asia Tenggara saja.

Ada banyak buku yang membahas masalah ini dalam sepuluh tahun terakhir. Di antaranya Lord of the Rim: The Invisible Empire of the Overseas Chinese (1996) karya Sterling Seagrave, yang diterjemahkan menjadi Sepak Terjang Bisnis Para Taipan (2005). Kemudian Essential Outsiders: Chinese and Jews in the Modern Transformation of Southeast Asia and Central Europe (1998) yang disunting Daniel Chirot dan Anthony Reid. Yang cukup baru, meskipun tidak khusus membahas bisnis orang Tiongkok Rantau adalah World on Fire: How Exporting Free Market Democracy Breeds Ethnic Hatred and Global Instability (2003) karya Prof Amy Chua dari Universitas Yale, Amerika Serikat.

Meskipun begitu banyak buku yang telah mengupas sukses orang-orang Tionghoa di luar Tiongkok (Overseas Chinese), buku ini memiliki kelebihan tertentu yang tidak ditemukan di buku lain. Bila banyak buku mengupas sukses orang-orang Tiongkok Rantau secara makro, buku ini bisa dikatakan menyajikannya secara mikro. Pembaca mungkin bisa membandingkan dengan buku suntingan Gary Hamilton, Business Networks and Economic Development in East and Southeast Asia (1991). Ada beberapa topik yang mirip. Tetapi, buku ini lebih menukik.

Penulis buku ini, seorang Tionghoa Muslim Malaysia. Dia juga seorang pedagang yang sukses. Ia menulis dengan gaya bahasa populer yang enak diikuti, mengungkapkan banyak hal yang terkait dengan bisnis orang-orang Tionghoa secara runtut. Ia memulai bukunya dengan menjelaskan sejarah orang Tionghoa dalam berbisnis, lalu dunia bisnisnya, falsafah, konsep, prinsip, sistem, dan seni bisnis mereka. Ia juga membahas cara bisnis, etika, rahasia, petuah-petuah, adat kebiasaan, hingga soal bakat mereka.

Dalam topik falsafah bisnis, orang-orang Tionghoa menggunakan falsafah konfusianisme sebagai dasar untuk mengubah kehidupan mereka dan keluarga. Caranya: hanya dengan kerja keras! Mereka tidak boleh ikut-ikutan dan harus siap jatuh bangun untuk meraih sukses.

Mengenai konsep bisnis, pedagang Tionghoa adalah pedagang sejati, tidak takut bersaing dan rugi. Mereka tidak seharusnya memiliki sifat-sifat dengki dan iri hati kepada pedagang lain (Untuk ini bisa dibandingkan dengan "budaya" sementara pedagang pribumi di negeri ini yang sering antipati pada pemilik toko tetangga yang menjual barang-barang yang sama. Bahkan, tak jarang muncul kisah-kisah saling jegal, termasuk menggunakan cara-cara supranatural seperti santet, terlepas orang percaya atau tidak).

Prinsip-prinsip bisnis orang Tionghoa penting untuk disimak. Menurut penulis buku ini, para pedagang Tionghoa umumnya agresif. Mereka tidak akan melepaskan peluang yang telah diketahuinya. Mereka adalah orang-orang yang berani mengambil risiko, tahan banting, dan tidak menyerah pada nasib.

Lalu soal bakat dagang. Apakah orang-orang Tionghoa memang punya bakat bisnis warisan atau bakat alamiah? Penulis menampiknya dengan mengatakan, siapa pun bisa meniru dan belajar berdagang seperti orang-orang Tionghoa. Tetapi memang ada hal-hal yang seolah inheren pada orang-orang Tionghoa, yakni mereka senang berdagang. Mereka cenderung menggeluti dunia perdagangan karena hal itu dipandang sebagai cara yang paling tepat untuk menjadi kaya dan sejahtera. Bagi mereka, tidak ada orang yang menjadi kaya dengan mendapat gaji, kecuali bekerja sendiri atau menang lotere.

"Minat dan kecenderungan itu tidak ada kaitannya dengan genetik (faktor keturunan) ataupun bakat yang diwariskan secara turun-temurun," kata Ann Wan Seng.

Membaca buku ini kita mungkin bisa membandingkan sukses bisnis para pedagang Tionghoa dengan para pedagang Yahudi. Seperti banyak dikupas dalam buku suntingan Daniel Chirot dan Anthony Reid, sejarah para pedagang Tionghoa di Asia Tenggara mirip dengan para pedagang Yahudi di Eropa Tengah. Mereka sama-sama imigran yang terjepit keadaan sehingga tak mempunyai peluang yang baik kecuali berdagang. Mereka sama-sama menghadapi diskrimininasi sehingga harus bekerja sangat keras untuk bisa mempertahankan kehidupannya. Akibat keberhasilannya menjadi kaya dan makmur, mereka sering menjadi sasaran kebencian berlatar belakang ras dan etnis.

Kemakmuran orang-orang Tiongkok Rantau dan orang-orang Yahudi memang istimewa. Seperti ditulis dalam buku Sterling Seagrave, GNP Tiongkok Rantau di Asia (yang jumlahnya 55 juta orang) adalah USD 450 miliar atau 35 persen lebih besar dari GNP Tiongkok sendiri (yang penduduknya 1,2 miliar jiwa). Sedangkan orang-orang Yahudi (dari Eropa kemudian menyebar ke mana-mana, terutama ke Amerika) adalah kelompok etnis dan agama paling kaya di jagat ini dengan GNP/kapita USD 1.700. Lainnya kurang dari separonya.

Buku ini sangat penting untuk dibaca karena banyak memberikan wawasan tentang apa yang sebenarnya menjadi pilar sukses bisnis orang-orang Tionghoa. Dengan membaca buku ini, pembaca akan semakin memahami dan toleran terhadap kelompok-kelompok lain di luar kelompoknya. Kita akan semakin sadar bahwa sukses bisnis orang-orang Tionghoa umumnya adalah buah dari kerja keras, komitmen, dan loyalitasnya pada apa yang dijalankan dan digeluti. Bahwa ada praktik-praktik yang dianggap menyimpang, itu memang fakta, yang tentu juga terjadi pada kelompok-kelompok masyarakat lain.

Tetapi, secara umum sukses mereka adalah karena memeras keringat. Siapa pun orangnya, dari kelompok mana pun, bisa sukses seperti orang-orang Tionghoa, bila mau meniru mereka. (*)

*) Djoko Pitono, Pengarang dan Editor Buku, tinggal di Surabaya
 
Membaca buku ini kita mungkin bisa membandingkan sukses bisnis para pedagang Tionghoa dengan para pedagang Yahudi. Seperti banyak dikupas dalam buku suntingan Daniel Chirot dan Anthony Reid, sejarah para pedagang Tionghoa di Asia Tenggara mirip dengan para pedagang Yahudi di Eropa Tengah. Mereka sama-sama imigran yang terjepit keadaan sehingga tak mempunyai peluang yang baik kecuali berdagang. Mereka sama-sama menghadapi diskrimininasi sehingga harus bekerja sangat keras untuk bisa mempertahankan kehidupannya. Akibat keberhasilannya menjadi kaya dan makmur, mereka sering menjadi sasaran kebencian berlatar belakang ras dan etnis.

Kayak para pedagang kaum Quraisy juga ya?
 
terlalu luas pembahasan ber-putar2 juga. akhirnya malah ga menarik!
dasar cuma 2.
- untung sedikit laku banyak.(kebalikan prinsip ekonomi, modal dikit laba segudang)
- serikat.(paham komunity, persaudaraan sesama pedagang sejenis) diperkuat/dipererat. efek menghilangkan rasa bersaing. harga bisa dipertahankan datar.
....
ya sudah. gitu aja repot!
 
orang tionghoa emang ulet-ulet, maka gak salah hampir diseluruh penjuru dunia banyak pengusaha sukses asal negara tersebut.

salah satu kunci sukses orang tionghoa yang ane tau tuh, mereka berani pinjem ke bank. pinjem uang ratusan juta, buat modal usaha, mereka ulet dan tau apa yang mau dijual, usaha berjalan lancar, uang pun cepet berputar dan hutang lunas.

saran sy sih, klo agan baru mau mulai bisnis, klo cari pinjaman mending ke yang syariah aja. krn sistemnya enak dan akan jauh lebih menguntungkan. ane tau dari temen yang kerja di BANK INDONESIA

dan sistem syariah ternyata gak cuma buat orang islam aja tapi universal, semua golongan bisa.

12122607_868785273170375_5942989461795681496_n.jpg
 
orang tionghoa emang ulet-ulet, maka gak salah hampir diseluruh penjuru dunia banyak pengusaha sukses asal negara tersebut.

salah satu kunci sukses orang tionghoa yang ane tau tuh, mereka berani pinjem ke bank. pinjem uang ratusan juta, buat modal usaha, mereka ulet dan tau apa yang mau dijual, usaha berjalan lancar, uang pun cepet berputar dan hutang lunas.

saran sy sih, klo agan baru mau mulai bisnis, klo cari pinjaman mending ke yang syariah aja. krn sistemnya enak dan akan jauh lebih menguntungkan. ane tau dari temen yang kerja di BANK INDONESIA

dan sistem syariah ternyata gak cuma buat orang islam aja tapi universal, semua golongan bisa.

12122607_868785273170375_5942989461795681496_n.jpg
 
Back
Top