Counter Steering : Body Intellegence

andy_baex

New member
Sumber: www.honda-tiger.or.id

Pada awalnya saya mengalami apa yang dialami pemoge anyar yaitu melebar ketika menikung. Motor serasa terlempar keluar. Ada yang menjelasken bahwa harus dilakuken teknik counter steering. Sayang, penjelasannya ndak jelas, sekedar belok kekiri stang kekanan. Ndak jelas.

Seiring dengan naiknya 'jam terbang' sikit demi sikit saya bisa mengatasi. Jam terbang saya meningkat pesat hanya dalam beberapa bulan saja. Ke Banjarmasin-balikpapn, dan kemarin Jakarta-Jogjakarta-Surabaya-Denpasar-Jember-Blitar-Jogjakarta.

Tanggal 24 kemarin saya berempat yang sebaya dari Jakarta via Bandung ke Jogjakarta. Road kaptain kuenceng bianget di-tikungan2 pegunungan Pasundan. Heran, saya bisa mengikuti! Foot Step Fatboy yang ground clearencenya rendah ber-kali2 menyaruk tanah .... sreeeek, sreeeek, sreeeeek. Gaya sentrifugal sudah ndak terasa lage. Tanpa saya sadari saya mengakuisisi teknik counter steering.
Ketika sedang riding rame2 dari Kuta ke Karang Asem yang terjadi sebaliknya. Iring2an yang berjalan ditikungan2 terasa lambat. Beberapa kali saya tanpa sengaja nyelonong mendahului yang lain di-tikungan2. Saya jadi kikuk dan kedodoran karena mempraktekken counter steering pada kecepatan yang kurang kenceng. Kalau belok kekiri saya kemepeten. Kalau belok kekanan saya melenceng berada dijalur kanan. Lagi2 beloknya terlalu tajem. Ah, begitu analisa saya, berarti counter steering membutuhken ketepatan kecepatan pada radius2 tikungan tertentu.

Ketika pulang saya memisahken diri, to adventure as lone rider. Rombongan keutara saya ke Banyuwangi, Jember, dan transit di Blitar. Sendirian sebagai solo rider. Pada saat dari Lumajang ke Turen, jalan berkelok sepanjang 70 km non stop full tikungan karena melalui pegunungan Tengger. Saya menempel sebuah RX-King yang lincah dan gesit menyusuri kelokan2 dengan kecepatan tinggi. Saya lihat kecepatannya antara 60-80. Dengan terus2an .... sreeeek, sreeeek, sreeeeek, ... saya mengikuti RX-King.

Dipuncak jalanan disebuah warung si RX-King berhenti dan saya ikut2an stop. Ketika balaklava saya buka si RX-King tampak kaget. Barangkali ia menduga saya anak muda. Setelah ngobrol2 ternyata ia rutin mondar-mandir jalan itu. Pantes, ia enak saja menikung. Seperti yang saya duga, ia bertanya : umur sampiyan berapa? Saya tipu dia : lima puluh sembilan. Dan wajahnya tambah bengong, .... hihihihahaha, ...

Di Blitar sesudah 12 jalan saya baru menempuh 500 km. Masih bugar, kuat dua jam atau 70 km lagi tetapi bresssss hujan lebat disertai petir. Waktu itu sudah senja dan langit gelap gulita. Bintik2 air di helm membuat sinar2 pecah dan saya bak orang buta terpaksa jalan pelan, membuntuti sebuah mobil. Terpaksa menginap di Blitar. Esoknya, 300 km dari Blitar ke Jogjakarta saya jalani sambil uro2 (bersenandung) dan singsot2 (bersiul).

Di Wonogiri saya berhenti nge-teh sambil ngrokok2. Ada yang bertanya, kok sendirian? Pertanyaan ini tergolong FAQ, frequently asked question. Kadang2 bikin kesel juga. Nah, saat itu sifat iseng saya muncul. Maka terjadi tanya jawab sbb :

"Kok, sendirian? Biasanya yang rame2?"
"O, ndak, ndaaaaak, .... Saya ndak sendirian"
"Lho, dengan siapa?"
"Dengan Sby-Kalla"

Hehehe, ....
Apa yang saya alami adalah yang disebut body intellegence. Raga kita beradaptasi terhadap apa yang di-alami tubuh kita ber-ulang2. Jika kita kedinginan secara reflex tubuh gita akan gemetaran untuk menghangatken badan. Ketika pertamakali latihan angkat besi, telapak tangan akan sakit dan bisa melepuh. Jika latihan diterusken ber-ulang2 over and over, again and again, maka akan terjadi penebalan pada kulit. Yang dalam Bahasa jawa disebut ngapal atau kapalen. Ketika kita belajar naik sepeda, jalannya hoyag-hayig (goyah), lama2 keseimbangan tercapai. Itulah body intellegence.

Begitu juga dengan tikung menikung. Jika kita nikung, nikung, nikung, over and over, agai and again, lama kelamaan body intellegence akan membuat kita bisa. Ada dua jenis yaitu yang berbakat dan yang ndak berbakat. Yang berbakat sebentar saja bisa melakuken counter steering. Yang ndak bakat macem saya, perlu ratusan bahkan ribuan km untuk bisa. Dibidang lain, matematika mislnya, saya cukup berbakat. Ketika yang lain kemekelen ndak bisa2 sampai keringatnya gembrobyos kotos2, saya gampang saja . Tetapi ada yang lebih berbakat dari saya. Saya menyelesaiken dalam belasan langkah ia bisa menyelesaiken lebih singkat. Sudah belasan langkah, ... salah ... hihihi.

yang merasa terbantu tolong reputasi ya
 
Kurang begitu paham bre, karena memang tidak membaca. Untuk power steering mobil memang sudah kita ketahui bersama kegunaannya.
 
Back
Top