Setuju Nggak Kawin Campur?

wa-one

New member
Banyak orang tua resah, kalau ada anaknya yang beranjak remaja atau dewasa dan mulai pacaran dengan orang yang berasal dari agama lain, atau satus sosial ekonominya beda banget. Itu terungkap dari beberapa pertemuan yang aku ikuti. Terakhir waktu aku ke Semarang, ada seorang Romo yang cerita kalo dia lagi memberi bimbingan kepada orangtua yang curhat kalo anaknya yang cewek jatuh cinta dengan supir keluarga mereka. Kebetulan lain agama pula.

Pasti banyak pengalaman dari orang-orang sekitar kita, entah di kampus, rumah, gereja, atau kantor yang harus berhadapan dengan masalah "kawin campur". Dan tantangan Gereja Katolik memang semakin nyata soal ini, sebab dari data statistik jumlah perkawinan umat katolik, konon terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Gimana menurut kamu soal kawin campur ini? Kita setujui aja atau gimana? Apala alasan kamu?
 
klo gua sih gak papa asal jangan menyimpang dari agama kita klo pacar gua itu agamanya kong hu cu soalnya dari taiwan sedangkan engkong gua dari china jadi kan ada hubunganya jadi klo sembayang sesekali di klenteng ya gpp ini kan chineese religion
 
Sebenarnya pernikahan beda agama itu tidak menjadi masalah selama landasannya kuat untuk menopang. Karena pernikahan berbeda agama akan menyeret kita dalam banyak masalah. Kebanyakan memang muncul dari sisi luar pasangan misalnya keluarga dan saudara.
Misalnya, cowok katolik dan cewek non katolik. Mungkin mereka berdua bisa 'sepakat' tidak masalah untuk menikah campur, namun masalahnya adalah justru apakah keluarga cewek mau jika pernikahan dilakukan dengan pemberkatan di gereja? Sebaliknya, siapkah cowok untuk tidak diakui pernikahannya oleh gereja jika tidak diberkati di gereja sehingga tidak dapat menerima sakramen gereja?
Kalaupun sudah sepakat untuk menikah di gereja, siapkah mereka kalau punya anak? Bagaimana menghadapi orang tua masing2? Pasti orang tua masing2 berharap cucunya dididik sesuai agama keluarga mereka, sehingga terjadi perebutan cucu disini.
Kalaupun dikatakan 'biar anak yang memilih', namun anak baru bisa memilih agama setelah besar, padahal dalam pernikahan katolik disebutkan kewajiban untuk mendidik anak secara katolik, artinya sejak kecil anak harus dididik secara katolik, dibabtis dan bedoa secara katolik. Apakah pihak cewek mau untuk mengalah bahwa sejak kecil anak harus dididik katolik dulu baru dibiarkan memilih agamanya dikemudian hari?
Selalu banyak halangan dan kendala untuk pernikahan campur. Karena itu, biasanya orang tua yang selalu teriak2 karena memang mereka yang akan sangat berhadapan dengan masalah. Biasanya si pengantin sih tahunya enak melulu karena masih dalam fase cinta, tapi kalau orang tua khan melihatnya bukan dalam fase cinta tapi lebih dalam masalah dikemudian hari.
Karena itu, sebaiknya kita sendiri yang mulai menyadari apa2 yang menjadi perhatian kita jika kita menikah campur.
 
Gak setuju,kalo menurut saya setiap manusia telah di sediakan pasangannya masing-masing oleh Tuhan. kita tahu bahwa agama sendiri artinya "tidak kacau" jadi setiap agama mengatur agar segala sesuatunya menjadi teratur, dan setiap agama memiliki prinsip yang berbeda-beda. oleh sebab itu Pernikahan campur tidak akan menyatukan sebuah pasangan yang seutuhnya,secara rohani,maksudnya dihadapan Tuhan, pernikahan adalah sebuah sakramen suci dimana kita berjanji dihadapan Tuhan secara langsung.makasih.
 
Kawin campur...??? aduh... knp ya masih terjadi....???

Tp gw sendiri adalah salah satu produk kawin campur, keluarga nyokap pemeluk muslim & keluarga bokap khatolik. Tp akhirnya nyokap masuk khatolik. Sampai skrg hubungan keluarga nyokap & bokap fine2 aja (untungnya keluarga nyokap bs nerima).

Mungkin yang perlu di pertanyakan, bagaimana strategi Gereja untuk menekan angka kawin campur...???

Sebenernya pertanyaan itupun udah ada jawabannya,
Saat (alm) Mgr.Leo Soekoto mencetuskan perkumpulan/wadah MUDIKA (Muda-mudi Khatolik) salah satu misinya yg menarik adalah untuk mengurangi/menghindari adanya kawin campur. Jd gak salah klo kita aktif di MUDIKA dan cari jodoh disana.

Jd, buat org tua yg tdk ingin anaknya kawin campur, sebaiknya arahkan anaknya untuk aktif di MUDIKA.

Dan untuk kaum muda, aktiflah dalam setiap kegiatan MUDIKA.... carilah jodohmu disana....(jgn cari jodoh di mall/tmpt dugem&tmpt2 yg nggak jelas lainnya).



Tuhan memberkati.
 
Bukan masalah Setuju Ato Nggak Kawin Campur.

Sebenarnya kawin campur ato nggak setiap pasangan yg mo nikah sudah harus tahu konsekuensinya. Hidup berkeluarga itu akan kompleks masalahnya.
Jadi :
1. Bagi yang tidak setuju kawin campur, mengurangi resiko perceraian/masalah dalam keluarga. (Pihak keluarga, orang tua/mertua, famili).
2. Membina keluarga harus dilandasi cinta dan mau "berkorban". Tidak mudah menjalani "kawin campur", namun bukan berarti tidak bisa.
3. Lebih mudah membina keluarga dalam satu iman daripada dua iman,karena iman adalah salah satu landasan hidup berkeluarga, menjadi tuntunan dalam hidup.
4. Jika "terpaksa harus kawin campur", pikirkan seribu kali sebelumnya.
5. "Kawin campur" jika masih dalam satu iman (misal Katolik & Kristen) dimungkinkan walaupun mungkin dalam tata cara akan ada perbedaan.
6. Dukungan dan persetujuan kedua belah pihak keluarga harus ada, jika tidak maka ke depannya akan sulit dan timbul permasalahan.
7. Untuk menghindari/mencegah kawin campur, perbanyak bergaul dengan saudara seiman karena iman akan semakin bertumbuh dalam persatuan. (True friend is two bodies in one soul).
8. Banyak berdoa mohon petunjuk agar dapat jodoh yang seiman.
 
Betul... menikah satu agama saja sudah rumit dan banyak masalah, apalagi masih ditambah dengan beda agama pula... Hati-hati dan banyak komunikasi untuk menjaga perasaan masing2 dan saling mengerti
 
buatku sih tidak masalah, lagian tidak pernah melihat apa agama cewek tsb! buatku agama suatu yg pribadi......
 
Mungkin hal yang sering tidak kita perhatikan adalah lingkungan atau orang lain yang ada disekitar kita. Mungkin bagi kita (aku dan pasanganku) tidak ada masalah. Tapi bisa jadi bagi orang tuaku atau orang tua pasanganku menjadi masalah. Atau untuk keluargaku yang lain?
Kita tidak selamanya bisa menganggap remeh 'masalah' pandangan orang lain ini karena bisa jadi suatu kali kita akan mendapat masalah dengan ketidaksetujuan mereka itu. Mungkin suatu kali yang justru menjadi korban adalah anak kita yang mungkin akhirnya menjadi serba sulit.
Saya punya seorang teman yang menikah beda agama. Akhirnya anaknya yang 'pusing'. Di rumah neneknya yang satu diajari berbeda dengan neneknya yang lain, dan keduanya bertentangan satu sama lain. Akhirnya anak menjadi tidak mapan dalam pendidikan agamanya.
 
agama menjadi ruwet karena individu yang membuat ruwet.. sampai sekarang (saya tidak menikah tetapi ayah dari dua orang anak dengan ibu yang berbeda) saya menganjurkan anak-anak untuk memilih agma sesuai apa yang dia mau; bukan karena di wariskan.. jadi buats aya bodo amat pandangan orang. saling menghormati juga termasuk dalam memilih dan pilihan agama individu.. cheers
 
Kemarin saya sharing dengan seorang teman, keluarganya itu 'campuran'. Si Bapak dari Jawa, menikah sama si Ibu dari Belanda. Si Ibu ini Katolik, namun si Bapak ini bukan. Karena 'sama-2' toleran, mereka menikah dengan tetap menjalankan agamanya sendiri2. Dampaknya si anak jadi 'ditengah2' dan tidak jelas. Dan waktu si anak mau menikah, bingung lagi karena tidak jelas mau ikut agama apa. Terakhir, waktu keluarga si anak ini berantakan, istrinya kabur ke luar negeri nikah lagi, suaminya tetap ada di Indonesia, maka saya menjadi bertanya-tanya : Sebenarnya apa yang dituju? Toleran pada perbedaan agama dan kemudian mengesampingkan kesatuan pola pikir atau ... memang tidak ada hubungannya antara perbedaan agama tadi dengan kehancuran keluarga? Ataukah ini kebetulan saja?
 
kalo menurut g c, ini ada hubungn nya ama perbedaan agama...
bagaimanapun keluarga yg 1 agama akan lebih mudah dalam ngejalaninnya.... dalam pemecahan masalah jg jd lebih enak, kalo 1 keluarga punya pandangan yg sama...

kalo g kadang agak ribet jg, bokap ma nyokap masih kong hu cu, jd biasa kalo lg diskusi masalah tertentu jd ada sedikit ketidaksesuaian gt... karena beda pandangan....

jd kalo g c lebih setuju dgn jangan kawin campur... utk menghindari perceraian, pertengkaran, dan seperti yg rahwana bilang, kasian anak2 nya... pendidikan agamanya jd terombang - ambing gt.... gk jelas....

ya bukan berarti kawin campur pasti bakal berakhir dgn perceraian c, cm bisa menambah konflik aja yg memungkinkan terjadinya pertengkaran, dan bahkan perceraian...
 
Betul... karena menikah itu kompleks... Problem yang dihadapi kemudian menjadi banyak mulai dari kenyataan bahwa suami istri bisa berbeda pandangan mengenai cara menangani sesuatu baik itu anak, rumah, orang lain, ataupun orang tua masing2. Belum lagi kehadiran keluarga lain dalam rumah tangga akan menimbulkan konflik horisontal tersendiri. Apalagi dikaitkan dengan masalah sosial, misalnya penghasilan suami kalah dengan istri dan sebagainya.

Masalah2 itu sudah berat, apalagi kalau ditambah dengan perbedaan iman diantara kedua suami istri. Gesekannya akan bertambah. Kecuali, kalau mereka sudah yakin banget mampu melakukannya... Tapi still, saya tidak menyarankan untuk mencobanya.
 
klo gw sih setujunya kawin campur antar ras. kayaknya bakal rame aja... bosen klo ras-nya sama.
tapi soal agama sih ogah. bukan apa2. gw pikir orang yg berpasangan ma gw harus memiliki nilai2 hidup yang sama. repot klo ga sama n gw malez klo harus repot2...
 
nah sekarang kok ngelantur menjadi pereceraian.. memangnya kalau menikah satu faham kemudian akan mempermudah atau malah tidak terjadi adanya perceraian?

Kalau dua manusia sudah menikah; maka mereka berhak menentukan ke arah mana perkawinan mereka dan apa tujuannya.
mau mertua rebutan cucu? memangnya anak tersebut maianan? Yang menikah siapa yang ribut siapa?

Aku sendiri punya keluarga yang memang menikah berbeda agama.. selama ini mereka asyik saja. Malah sudah punya cucu dan masih rajin beribadah dengan agama masing-masing. Di keluargaku sendiri ada 3 agama besar, Hindu-Islam-Protestan. Malah biasa saja tuh melihat aku malah tidak memeluk agama manapun. Jadi balik lagi: selama keputusan menikah memang karena mereka berhasrat menikah dan bukan karena menyenangkan keluarga apalagi lingkungan, beda agama ya biasa aja.
Anak-anak sampai sekarang masaih belum memilih agama manapun di Indonesia. Mereka bilang: dan when I am on 17 years birthday, I'll pick one or nothing at all!

Itu pilihan mereka; walaupun merak sering di libatkan ke acara-acara ke agamaan di Indonesia, they don't find it very interesting!
 
Last edited:
nah sekarang kok ngelantur menjadi pereceraian.. memangnya kalau menikah satu faham kemudian akan mempermudah atau malah tidak terjadi adanya perceraian?

mempermudah iya, tp g emang gk bisa mastiin kalo nikah 1 agama itu tdk akan terjadi perceraian, tp paling tdk, itu bisa mengurangi 1 masalah. itu menurut g,

karena dalam aturan katolik itu sendiri, bercerai itu memang tidak blh, karena apa yg di persatukan oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh manusia... kalo sepasang suami istri sama2 penganut katolik yg taat, sebisa mungkin mereka akan menghindari perceraian karena itu melanggar aturan gereja....

Kalau dua manusia sudah menikah; maka mereka berhak menentukan ke arah mana perkawinan mereka dan apa tujuannya.
mau mertua rebutan cucu? memangnya anak tersebut maianan? Yang menikah siapa yang ribut siapa?

soal yg nikah itu siapa, memang benar org yg menikah itu berhak menentukan kearah mana perkawinan mereka, tp gk semua org jg bisa mengatasi masalah2 perbedaan kyk gt...

dan terkadang org tua agak susah mengontrol rasa ingin mengatur anak...
bukan berarti org tua tersebut menganggap kalo anak itu mainan, hanya saja kadang2 org selalu merasa dirinya adalah yg paling benar, sehingga dia merasa anak atau cucu nya jg harus mendapatkan yg terbaik... makanya baru bisa sampai ketahap ingin mengatur anak dan cucu nya...

sebenarnya ini gk bakal jd "masalah semua org", cm ini "bisa jg" menjadi masalah.

Aku sendiri punya keluarga yang memang menikah berbeda agama.. selama ini mereka asyik saja. Malah sudah punya cucu dan masih rajin beribadah dengan agama masing-masing. Di keluargaku sendiri ada 3 agama besar, Hindu-Islam-Protestan. Malah biasa saja tuh melihat aku malah tidak memeluk agama manapun. Jadi balik lagi: selama keputusan menikah memang karena mereka berhasrat menikah dan bukan karena menyenangkan keluarga apalagi lingkungan, beda agama ya biasa aja.

memang bisa saja, tp tidak bisa dipungkiri, kalo kita ini hidup berdampingn dgn lingkungan keluarga, jd walaupun tujuan menikah bukan untuk menyenangkan keluarga, tp alangkah baiknya kalo kita menikah dan bisa menyenangkan keluarga pula.

Anak-anak sampai sekarang masaih belum memilih agama manapun di Indonesia. Mereka bilang: dan when I am on 17 years birthday, I'll pick one or nothing at all!

Itu pilihan mereka; walaupun merak sering di libatkan ke acara-acara ke
agamaan di Indonesia, they don't find it very interesting!


nah, seperti yg g bilang, masalah ini memang gk bakal terjadi pada setiap org, dan seperti nya keluarga wnks adalah salah satu keluarga yg berhasil ngejalanin semua perbedaan ini tanpa masalh....

balik lg ini cm masalah pendapat... kalo menurut pendapat g, ya lebih baik tidak menikah beda agama, supaya kemungkinn masalah yg timbul setelah pernikahan itu berkurang satu.... kalo wnks gk setuju dan wnks merasa fine ngejalanin keluarga dgn penuh perbedan itu, ya sah2 aja..... :)
 
whoa... banyak banget nih dapet comment..tapi senang juga kok.

saya sendiri sangat menghargai pendapat orang cuman kalau apa-apa selalu di hubung-hubungkan dengan perceraian koq naif sekali..

saya masih tidak mengerti arti dari "perkawinan utnuk mebuat keluarga senang" karena memang tidak pernah ada di kamus saya. Kalaupun saya memutuskan menikah nantinya..dan keluarga saya tidak menyukai ide tersebut ya bye-bye aja keluarga... saya akan buat keluarga saya sendiri.

kami mempunyai aturan di keluarga untuk tidak mencampuri urusan masing-masing begitu kami 19 tahun. Karena kami anggap umur itu sudah cukup bisa membuat keputusan buat dirinya sendiri.

Jadi ya buat saya ya tetap, menikah karena pilihan sendiri dan bertanggung jawab dengan pilihan tsb
 
whoa... banyak banget nih dapet comment..tapi senang juga kok.

saya sendiri sangat menghargai pendapat orang cuman kalau apa-apa selalu di hubung-hubungkan dengan perceraian koq naif sekali..

saya masih tidak mengerti arti dari "perkawinan utnuk mebuat keluarga senang" karena memang tidak pernah ada di kamus saya. Kalaupun saya memutuskan menikah nantinya..dan keluarga saya tidak menyukai ide tersebut ya bye-bye aja keluarga... saya akan buat keluarga saya sendiri.

kami mempunyai aturan di keluarga untuk tidak mencampuri urusan masing-masing begitu kami 19 tahun. Karena kami anggap umur itu sudah cukup bisa membuat keputusan buat dirinya sendiri.

Jadi ya buat saya ya tetap, menikah karena pilihan sendiri dan bertanggung jawab dengan pilihan tsb

byk ya?? :tongue:


sebenarnya bukan "perkawinan utk membuat keluarga senang" c.... tp kalo bisa menikah sambil menyenangkan keluarga akan lebih baik....


kalo g c agak beda pendapat soal "bye2" dgn keluarga.. kalo menurut g, gk bakal ada "bye2" kalo namnya sama keluarga. kalo istri, masih ada istilah "mantan istri", tp kalo keluarga, sampai kapan pun ttp keluarga...

dan soal "tdk saling mencampuri urusan stelah 19 tahun" g jg kurang setuju, bagaimana pun, menurut g sampai kapan pun keluarga, terutama " org tua" masih berhak untuk memberikan pengarahan kepada anak nya...

ya mungkin karena g sama wnks beda pengalaman, dan beda didikan keluarga jg, jd dalam memandang hal jg agak berbeda...

btw, kok kyknya g keluar dari topik "stuju dgn perkawinan campur ato tdk" ya?
 
byk ya?? :tongue:


sebenarnya bukan "perkawinan utk membuat keluarga senang" c.... tp kalo bisa menikah sambil menyenangkan keluarga akan lebih baik....


kalo g c agak beda pendapat soal "bye2" dgn keluarga.. kalo menurut g, gk bakal ada "bye2" kalo namnya sama keluarga. kalo istri, masih ada istilah "mantan istri", tp kalo keluarga, sampai kapan pun ttp keluarga...

dan soal "tdk saling mencampuri urusan stelah 19 tahun" g jg kurang setuju, bagaimana pun, menurut g sampai kapan pun keluarga, terutama " org tua" masih berhak untuk memberikan pengarahan kepada anak nya...

ya mungkin karena g sama wnks beda pengalaman, dan beda didikan keluarga jg, jd dalam memandang hal jg agak berbeda...

btw, kok kyknya g keluar dari topik "stuju dgn perkawinan campur ato tdk" ya?

but hey..thanks anyway...
every heads has their own ideas... yang pasti sih saya setuju mnegenai perkawian campuran selama tidak ada paksaan dalam melakukannya (no money involve..:)))

walau untuk saya perkawinan merupak produk yang paling tidak produktif bagi insan manusia..but who am I to judge!
 
kebetulan baru2 ini saya mengikuti KPP and banyak banget kasus kawin campur, lebih dari 50% nya malah...bahkan lebih banyak Katolik-Islam daripada Kristen-Islam. Saya sendiri kristen and calon saya Katolik.
Kami berdua sudah sepakat and kompromi mengenai perbedaan ini ... dan saya pun bersedia untuk memenuhi persyaratan yg harus dilengkapi. saya pribadi menghargai agama katolik dengan segala tata caranya. begitupun pasangan saya yg bisa memahami kepercayaan yang saya anut.
jadi, kesimpulannya saya setuju aja kawin campur, tinggal bagaimana individunya melaksanakan komitmen yg sudah dibuat. bagi kami, tidak ada kata bercerai ...

masalah keluarga yg setuju dan tidak setuju, itulah budaya timur. kita diajarkan utk menghormati orang tua...tapo bagaimanapun, kita yg menjalankannya...so, doa aja ...pasti ada jalan keluar.
 
Back
Top