Balada Gigolo Jadul

gupy15

Mod
enin, 19 Nopember 2007

Balada Gigolo Jadul

BAGAIMANA bentuk dan jadinya jika sebuah institusi entah berantah menyelenggarakan sebuah pendidikan, kursus atau pembekalan untuk menjadi seorang gigolo? Dalam film komedi dewasa Quickie Express yang berangkat dari skenario lucu Joko Anwar dan diterjemahkan dalam bentuk film yang segar oleh Dimas Djayadiningrat, perjalanan menjadi gigolo dihantarkan dengan komikal.

Jojo (Tora Sudiro), Marley (Aming), dan Piktor (Lukman Sardi) yang menjadi tiga sekawan pemuas nafsu seks komersial, tentu saja tidak didandani layaknya gigolo yang wangi, gagah dan segala pencitraan kita kenal. Di tangan Dimas Djay, ketiga sekawan itu disulap menjadi gigolo yang jauh dari bayangan ideal masyarakat awam.

Dengan penampilan dan tampang wagu serta jadul alias ketinggalan zaman, ketiga gigolo yang lucu-lucu itu melayani pelanggan kelas menengah ke atas, yang lucunya juga dihadirkan dengan konyol. Jadi, alih-alih mengharapkan hadir adegan erotis yang memancing atau menimbulkan birahi, film produksi Kalyana Shira itu justru banyak menyajikan adegan banyolan.

Bahkan dari awal, penonton sudah dibawa ke sebuah wilayah plesetan dari tagline film yang berjudul "Di mana ada kemaluan di situ ada jalan". Sebuah sindiran dari ungkapan "Di mana ada kemauan di situ ada jalan".

Kombinasi Komplet

Bagusnya, di film yang akan mulai beredar 22 November itu, kekonyolan, kelucuan dan kewaguan tidak dihadirkan secara tunggal. Sebagai sebuah tontonan drama, film yang sejak awal dimaksudkan sebagai "tribute" untuk Warkop DKI itu, juga diperumit dengan hadirnya cinta yang bergandengan dengan air mata. Sebuah kombinasi komplet dari cermin drama kehidupan yang rumit, kompleks, sulit diterima akal sehat namun memang demikian adanya.

Dimas Djay yang selama ini dikenal sebagai sutradara video klip mampu menghadirkan Quickie Express dengan mengharmoniskan cinta, air mata, dalam simfoni komedi yang tidak berkesudahan.

Meski beberapa adegan mengingatkan kita pada film komedi dewasa sejenis Deuce Bigalow: Male Gigolo (1999) yang dibintangi Rob Schneider dan disutradarai Mike Mitchell, aliran cerita Quickie Express lebih kaya dan tentu saja nuansa Indonesianya lebih kuat.

Bahkan sutradara mampu menyulap nuansa kekinian kota Jakarta menjadi bernuansa tahun 70an dan 80-an, lengkap dengan dandanan, gaya rambut, setting hingga pencahayaan yang sangat retro, buram, antik tapi menawan.

Sebagai film yang juga dimasukkan berkategori komedi gelap itu, film ini tampaknya akan berdiri pada aras tersendiri, mengingat terlalu banyak film horor dan drama remaja yang tampaknya sedang dan akan semakin banyak beredar dalam waktu dekat ini.

Film yang juga diperkaya dengan akting Rudi Wowor yang tampak dingin, Tio Pakusadewo yang liar, Ira Maya Sopha yang binal, serta Ria Irawan yang nakal ini, menjadi sebuah oase yang lain di tengah kungkungan tema seragam film Indonesia. (Benny Benke-45)
www.suaramerdeka.com
 
Back
Top