Banyak Orang Cerdas Gagal

spirit

Mod
Inspirasi-Banyak-Orang-Cerdas-Gagal-1.jpeg

Pada masa Perang Dunia I, seorang psikolog bernama Dr. Lewis Terman mencoba untuk menjawab pertanyaan yang memang dipertanyakan banyak orang dengan melakukan sebuah eksperimen yang memakan waktu selama 40 tahun.

Eksperimen ini merupakan eksperimen terlama yang pernah dilakukan dalam bidang psikologi dan dia berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama apakah orang-orang cerdas memiliki kesempatan sukses lebih besar dibandingkan orang-orang biasa melalui eksperimen tersebut.

Dr. Lewis Terman memulai eksperimen dengan mencari anak-anak paling cerdas di setiap sudut Amerika Serikat. Standar kecerdasan yang dibuat Dr. Terman pada eksperimennya adalah anak-anak yang memiliki skor IQ minimal 140 yang berarti anak-anak yang berada pada level jenius.

Sekedar informasi, skor IQ rata-rata orang berada pada angka 90-109. Jika kamu memiliki skor IQ di atas angka tersebut maka kamu dianggap sangat cerdas dan bila kamu memiliki skor IQ di atas 140 maka kamu dianggap jenius.

Dari standar yang dibuat maka ditemukan 1.487 anak dari seluruh Amerika Serikat yang memenuhi syarat Dr. Terman. Ini berarti mereka adalah anak-anak jenius kebanggaan bangsa Amerika Serikat.

Albert Einstein yang fenomenal memiliki skor IQ 160. Dengan kata lain ke 1.487 anak tersebut jelas sama cerdasnya dengan Einstein atau bahkan lebih cerdas. Dari sini, Dr. Terman mendedikasikan hidupnya untuk mengikuti dan mempelajari ke 1.487 anak-anak tersebut.

Setelah beberapa tahun mengikuti mereka, Dr. Terman menyadari bahwa mereka-mereka ini adalah anak yang selalu mendapatkan nilai terbaik di sekolah, memenangkan berbagai macam kompetisi sekolah, dan begitu seterusnya yang membawa Dr. Terman pada kesimpulan bahwa anak-anak ini yang akan menjadi pemimpin masa depan.

Mereka akan menjadi triliuner, politisi kenamaan, dan bahkan presiden masa depan Amerika Serikat. Faktanya, hal tersebut jauh dari kenyataan. Ketika anak-anak jenius ini tumbuh dewasa, hanya sedikit sekali dari mereka yang sebenarnya mencapai hal besar dalam hidup. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang memenangkan Noble Prize.

Dua dari mereka yang dulunya ditolak menjadi kandidat anak-anak jenius Amerika Serikat, yang mereka anggap kurang jenius, faktanya malah memenangkan Noble Prize dalam bidang Fisika!

Setelah menghabiskan begitu banyak waktu melakukan riset, Dr. Terman menyimpulkan eksperimennya dengan kutipan “Kita Sudah Melihat Bahwa Intelektual dan Pencapaian Sama Sekali Tidak Berkaitan”.

Menjadi orang cerdas merupakan satu hal yang perlu disyukuri dan memperoleh pencapaian dalam hidup merupakan cerita yang berbeda. Hanya karena seseorang sedikit lebih cerdas dibandingkan dirimu bukan berarti dia akan lebih sukses darimu dalam hidup.

Baik di Amerika Serikat dan juga Indonesia, budaya yang terbentuk adalah kecerdasan dianggap satu-satunya alat penting dalam mencapai kesuksesan, dimana pada kenyataannya hal tersebut tidak sepenuhnya benar.

Jadi jangan biarkan orang lain membodohi kamu hanya karena kamu tidak sepintar teman-temanmu atau kamu tidak memiliki nilai sebaik teman-temanmu di sekolah dengan mengatakan bahwa kamu tidak akan berhasil atau kamu tidak akan bisa menjadi pemimpin di masa yang akan datang.

Kamu mungkin tidak begitu cerdas di sekolah namun kamu pasti punya talenta besar di bidang lain yang tidak semua orang miliki.

Mari kita ambil contoh sederhana. Cristiano Ronaldo pesepak bola asal Portugal tidak lulus sekolah bahkan dikatakan bodoh oleh teman-temannya. Namun, dia memiliki talenta luar biasa dalam hal sepak bola yang dia sadari sejak kecil dan pilihan jatuh pada mengikuti sekolah sepak bola daripada sekolah umum.

Talenta dan kerja keras membawa dia menjadi salah satu pemain sepak bola terbaik sepajang sejarah sepak bola yang pernah ada. Di usia yang baru 33 tahun sudah banyak prestasi yang dia capai baik itu di lapangan hijau atau di luar lapangan hjau.

Cristiano Ronaldo menjadi bukti bahwa kecerdasan bukan segalanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa intelektualitas dinilai terlalu berlebihan, namun kerja keras sudah pasti dapat menjamin kamu untuk mencapai keberhasilan.

Akan lebih baik lagi bila kita sudah dianugerahi kecerdasan di atas rata-rata dan memiliki mental pekerja keras maka dapat dipastikan pencapaian yang kita peroleh pasti akan luar biasa! Bill Gates adalah contoh sempurna untuk kalimat ini.

Dianugerahi kejeniusan dengan skor IQ 160 sama seperti Albert Einstein, Bill Gates tidak hanya jenius, pekerja keras, namun dia juga orang yang sangat sederhana dan rendah hati yang menjadikan dia sebagai sosok inspiratif bagi miliuner dunia lainnya.



~ladypinem.com
 
Inspirasi-Banyak-Orang-Cerdas-Gagal-1.jpeg

Pada masa Perang Dunia I, seorang psikolog bernama Dr. Lewis Terman mencoba untuk menjawab pertanyaan yang memang dipertanyakan banyak orang dengan melakukan sebuah eksperimen yang memakan waktu selama 40 tahun.

Eksperimen ini merupakan eksperimen terlama yang pernah dilakukan dalam bidang psikologi dan dia berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama apakah orang-orang cerdas memiliki kesempatan sukses lebih besar dibandingkan orang-orang biasa melalui eksperimen tersebut.

Dr. Lewis Terman memulai eksperimen dengan mencari anak-anak paling cerdas di setiap sudut Amerika Serikat. Standar kecerdasan yang dibuat Dr. Terman pada eksperimennya adalah anak-anak yang memiliki skor IQ minimal 140 yang berarti anak-anak yang berada pada level jenius.

Sekedar informasi, skor IQ rata-rata orang berada pada angka 90-109. Jika kamu memiliki skor IQ di atas angka tersebut maka kamu dianggap sangat cerdas dan bila kamu memiliki skor IQ di atas 140 maka kamu dianggap jenius.

Dari standar yang dibuat maka ditemukan 1.487 anak dari seluruh Amerika Serikat yang memenuhi syarat Dr. Terman. Ini berarti mereka adalah anak-anak jenius kebanggaan bangsa Amerika Serikat.

Albert Einstein yang fenomenal memiliki skor IQ 160. Dengan kata lain ke 1.487 anak tersebut jelas sama cerdasnya dengan Einstein atau bahkan lebih cerdas. Dari sini, Dr. Terman mendedikasikan hidupnya untuk mengikuti dan mempelajari ke 1.487 anak-anak tersebut.

Setelah beberapa tahun mengikuti mereka, Dr. Terman menyadari bahwa mereka-mereka ini adalah anak yang selalu mendapatkan nilai terbaik di sekolah, memenangkan berbagai macam kompetisi sekolah, dan begitu seterusnya yang membawa Dr. Terman pada kesimpulan bahwa anak-anak ini yang akan menjadi pemimpin masa depan.

Mereka akan menjadi triliuner, politisi kenamaan, dan bahkan presiden masa depan Amerika Serikat. Faktanya, hal tersebut jauh dari kenyataan. Ketika anak-anak jenius ini tumbuh dewasa, hanya sedikit sekali dari mereka yang sebenarnya mencapai hal besar dalam hidup. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang memenangkan Noble Prize.

Dua dari mereka yang dulunya ditolak menjadi kandidat anak-anak jenius Amerika Serikat, yang mereka anggap kurang jenius, faktanya malah memenangkan Noble Prize dalam bidang Fisika!

Setelah menghabiskan begitu banyak waktu melakukan riset, Dr. Terman menyimpulkan eksperimennya dengan kutipan “Kita Sudah Melihat Bahwa Intelektual dan Pencapaian Sama Sekali Tidak Berkaitan”.

Menjadi orang cerdas merupakan satu hal yang perlu disyukuri dan memperoleh pencapaian dalam hidup merupakan cerita yang berbeda. Hanya karena seseorang sedikit lebih cerdas dibandingkan dirimu bukan berarti dia akan lebih sukses darimu dalam hidup.

Baik di Amerika Serikat dan juga Indonesia, budaya yang terbentuk adalah kecerdasan dianggap satu-satunya alat penting dalam mencapai kesuksesan, dimana pada kenyataannya hal tersebut tidak sepenuhnya benar.

Jadi jangan biarkan orang lain membodohi kamu hanya karena kamu tidak sepintar teman-temanmu atau kamu tidak memiliki nilai sebaik teman-temanmu di sekolah dengan mengatakan bahwa kamu tidak akan berhasil atau kamu tidak akan bisa menjadi pemimpin di masa yang akan datang.

Kamu mungkin tidak begitu cerdas di sekolah namun kamu pasti punya talenta besar di bidang lain yang tidak semua orang miliki.

Mari kita ambil contoh sederhana. Cristiano Ronaldo pesepak bola asal Portugal tidak lulus sekolah bahkan dikatakan bodoh oleh teman-temannya. Namun, dia memiliki talenta luar biasa dalam hal sepak bola yang dia sadari sejak kecil dan pilihan jatuh pada mengikuti sekolah sepak bola daripada sekolah umum.

Talenta dan kerja keras membawa dia menjadi salah satu pemain sepak bola terbaik sepajang sejarah sepak bola yang pernah ada. Di usia yang baru 33 tahun sudah banyak prestasi yang dia capai baik itu di lapangan hijau atau di luar lapangan hjau.

Cristiano Ronaldo menjadi bukti bahwa kecerdasan bukan segalanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa intelektualitas dinilai terlalu berlebihan, namun kerja keras sudah pasti dapat menjamin kamu untuk mencapai keberhasilan.

Akan lebih baik lagi bila kita sudah dianugerahi kecerdasan di atas rata-rata dan memiliki mental pekerja keras maka dapat dipastikan pencapaian yang kita peroleh pasti akan luar biasa! Bill Gates adalah contoh sempurna untuk kalimat ini.

Dianugerahi kejeniusan dengan skor IQ 160 sama seperti Albert Einstein, Bill Gates tidak hanya jenius, pekerja keras, namun dia juga orang yang sangat sederhana dan rendah hati yang menjadikan dia sebagai sosok inspiratif bagi miliuner dunia lainnya.



~ladypinem.com
pada intinya kerja keras itu harus
 
melihat Cristian Ronaldo, kesuksesan yang beliau miliki itu berkat skill yang ia miliki. jadi bulan berarti kecerdasan tidak mempengaruhi, tetap mempengaruhi.
 
Back
Top