12 Miliarder Perusahaan Teknologi di Belakang Joe Biden untuk Kalahkan Donald Trump di Pilpres AS 2020

spirit

Mod
gemuruh-dunia-di-pilpres-as-2020-5_169.jpeg

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah miliarder perusahaan teknologi diketahui berada di belakang Joe Biden dalam Pilpres AS 2020. Mereka menggelontorkan puluhan hingga ratusan miliar rupiah untuk membantu Biden mengalahkan Presiden Donald Trump dan mengambil senat.

Sebagian donatur politik ini adalah pemilik perusahaan yang nilai sahamnya terus naik dalam 11 tahun terakhir. Nama-nama besar di antaranya adalah CEO Netflix Reed Hastings; pendiri LinkedIn, Reid Hoffman; salah satu pendiri Facebook, Dustin Moskovitz.

Menurut Center for Responsive Politics, beberapa negara bagian yang menjadi sentra perusahaan teknologi di AS seperti California, Washington dikenal sebagai basis Partai Demokrat. Namun, banyak dukungan dari pengusaha teknologi di negara bagian lain lantaran mereka kecewa dengan kebijakan Donald Trump terkait imigrasi, perdagangan dan perubahan iklim, serta penanganan Covid-19.

Miliaran uang mereka berikan melalui Komite Aksi Politik (PAC), sejenis tim sukses di Indonesia, lantaran undang-undang di AS membatasi sumbangan langsung ke kandidat maksimal US$ 2.800 (Rp40 juta). Namun, berkat keputusan Mahkamah Agung (MA) soal dana kampanye pada 2010, tidak ada batasan hukum tentang seberapa banyak seseorang bisa menyumbang untuk PAC.

Berikut adalah beberapa donatur politik dan sumbangannya untuk Joe Biden atau kandidat senator Partai Demokrat dari kalangan pengusaha teknologi seperti yang dilaporkan CNBC:

1. Dustin Moskovitz, CEO Asana dan salah satu pendiri Facebook, menyumbang US$ 24 juta (Rp 345 miliar).

2. CEO Twilio Jeff Lawson dan istrinya, Erica, menyumbang US$ 7 juta (Rp100 miliar).

3. Mantan CEO Google, Eric Schmidt, menyumbang US$ 6 juta (Rp86 miliar). Mereka adalah donatur utama untuk PAC Future Forward USA.

4. CEO Netflix, Reed Hastings dan istrinya, Patty Quillin, menyumbang lebih dari US$ 5 juta (Rp71 miliar). Sebagian donasi diberikan kepada kandidat senator Partai Demokrat yang maju di Maine, Texas, dan Iowa.

5. Reid Hoffman, pendiri LinkedIn, menyumbang US$ 14 juta (Rp201 miliar) untuk PAC Biden dari Unite the Country dan American Bridge 21st Century.

6. Vinod Khosla, investor terkemuka di Silicon Valley, menyumbang US$ 1 juta (Rp14 miliar) untuk kandidat senat dan PAC American Bridge 21st Century.

7. Michael Moritz dari Sequoia Capital menyumbang lebih dari US$ 3 juta (Rp43 miliar) untuk mendukung Partai Demokrat di negara bagian yang persaingannya ketat.

8. Jessica Livingston, salah satu pendiri Y Combinator, menyumbang US$ 5 juta (Rp72 miliar) untuk Tech for Campaigns yang memberikan bantuan digital dan teknis kepada kelompok Demokrat.

9. Mantan CEO Microsoft, Steve Ballmer dan istrinya, Connie, menyumbang US$ 7 juta (Rp100 miliar) untuk Everytown for Gun Safety, yang mendukung Biden dan kandidat senator dari Partai Demokrat.

10. Irwin Jacobs, salah satu pendiri Qualcomm, menyumbang hampir US$ 10 juta (Rp14 miliar). Rinciannya US$ 7 juta (Rp100 miliar) untuk sejumlah tim sukses kandidat senator dan US$ 3 juta (Rp 43 miliar) untuk cucunya, Sara Jacobs, yang maju sebagai calon anggota DPR di San Diego County.

11. Kenneth Duda, salah satu pendiri Arista, menyumbang sekitar US$ 4 juta (Rp57 miliar), untuk PAC American Bridge 21st Century dan Pacronym.

12. Marc Merrill, salah satu pendiri Riot Games, yang diakuisisi oleh Tencent China pada 2011, menyumbang lebih dari US$ 1 juta (Rp14 miliar) untuk Unite America, sebuah kelompok yang mendukung kandidat kongres di kedua partai.

.
 
Donald Trump Ajukan Gugatan Penghitungan Suara Ulang

Dilansir dari The Guardian (5/11/2020), Donald Trump telah berjanji untuk membawa pemilu ini ke mahkamah agung (supreme court) pada Rabu petang waktu setempat, menggugat untuk menghentikan penghitungan suara di dua negara bagian dan meminta penghitungan ulang.

Namun saat ini belum ada bukti bahwa tuntutan tersebut membawa efek pada hasil pemilu.

Vanita Gupta, presiden dan CEO Leadership Conference on Civil and Human Rights (CEO Konferensi Kepemimpinan tentang Hak Sipil dan Hak Asasi Manusia) mengatakan bahwa rakyat Amerika harus percaya bahwa suara mereka akan tetap dihitung. Ia juga memperingatkan mengenai sejarah disinformasi pemungutan suara oleh Trump.

"Dia semakin putus asa, semakin tidak berdasar tuduhan mengenai cara negara menghitung suara, tentang proses demokrasi kita dan otoritasnya sendiri atas proses ini," kata Gupta.

Sebenarnya proses pengadilan pasca pemilu adalah hal normal. Tuntutan hukum selalu diajukan pada hari pemilihan atau hari sesudahnya sebagai respons atas masalah seperti kerusakan peralatan, kesalahan pencetakan atau pemilihan yang tak dibuka tepat waktu.

Tahun ini hal tersebut berada di bawah pengawasan yang lebih ketat karena presiden telah menghabiskan tahun itu dengan sering membuat klaim tak berdasar mengenai kecurangan pemilu.

Agar tuntutan Trump bisa dipenuhi, surat suara yang harus diperebutkan harus berjumlah cukup besar, atau setidaknya hasilnya berpotensi untuk menentukan hasil pemilu.

Hingga Rabu malam, para ahli hukum pemilu mengatakan bahwa tak satupun dari tuntutan hukum ini memenuhi dua kualifikasi tersebut.

"Kasus ini tampaknya tidak terlalu kuat, mereka juga tampaknya tak signifikan dalam soal suara," kata Paul Smith, wakil presiden untuk mitigasi dan strategi di Pusat Hukum Kampanye.

.
 
Jelang Hasil Akhir Pemilu AS: Joe Biden Kumpul dengan Keluarga, Trump Menyendiri

w1200

Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. Foto: Reuters​

Penghitungan suara Pemilu AS 2020 mendekati akhir. Kandidat Partai Demokrat, Joe Biden, sementara unggul atas petahana, Donald Trump.

Menurut data Fox News, Biden telah mengantongi 264 suara elektoral atau tersisa 6 suara lagi untuk memenangi Pemilu. Sementara Trump mendapatkan 214 suara elektoral.

Dikutip dari CNN, Biden bersama tim kampanyenya mengamati dengan cermat dan sabar hasil Pemilu AS. Mereka berharap hasil akhir dapat diketahui segera dan menempatkan Biden sebagai Presiden AS terpilih.

Sumber CNN dari tim kampanye Biden menyebut, mantan Wapres di era Presiden Barack Obama itu tengah menghabiskan waktu berkumpul bersama keluarga dan penasihat seniornya di rumah.

w1200

Calon presiden dari Partai Demokrat AS Joe Biden. Foto: Brian Snyder/REUTERS​

Setelah itu, Biden direncanakan menyampaikan pidato di Chase Center, Wilmington, Delaware, pada Jumat (6/11) malam waktu setempat.

Berbagai persiapan di Chase Center tengah dilakukan. Penasihat Biden terlihat sudah berada di Chase Center untuk menyiapkan pidato Biden.

Berbeda dengan Biden yang berkumpul dengan keluarganya, Trump justru disebut menyendiri lantaran hasil penghitungan suara sejauh ini tak berpihak kepadanya.

Seorang penasihat kampanye Trump, menyatakan kandidat petahana tersebut semakin mengisolasi diri usai mengeklaim adanya kecurangan di Pemilu.

"Dia kebanyakan sendirian di sini (Gedung Putih)" kata penasihat kampanye itu.

Sementara itu seorang sumber yang dekat dengan Gedung Putih menyebut, jarak suara elektoral yang jauh membuat beberapa pejabat senior Gedung Putih dan tim kampanye secara diam-diam mundur dari Trump.

Mereka menilai penghitungan di Pennsylvania dan Georgia menunjukkan Trump sepertinya tidak akan memenangi Pilpres AS.

"(Pilpres AS) sudah berakhir," kata salah satu penasihat utama Gedung Putih.



 
Back
Top