Mural "Kami Lapar Tuhan"

spirit

Mod
612727c09b362.jpg

JAKARTA, KOMPAS.com -
Pembuat mural yang berisi kritik terhadap pemerintah di Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, angkat bicara.
Mural yang kini telah dihapus aparat itu dibuat oleh empat seniman yang juga warga Jakarta. Namun, para pembuat mural itu memilih merahasiakan identitas mereka.
Mereka memilih menggunakan akun Instagram anonim tembokperlawanan_ guna mengunggah karya-karyanya.

Saat dihubungi pada Kamis (26/8/2021), admin akun itu menjelaskan bahwa mural tersebut dibuat pada hari Minggu lalu.

Tujuan mereka membuat lukisan tembok itu adalah untuk menyuarakan keresahan rakyat tanpa maksud menghina atau memprovokasi siapa pun.

"Mural ini enggak mengandung unsur rasis, menghina, atau provokasi. Hanya bersuara mewakili keresahan rakyat," kata admin akun tersebut.

Mural yang dibuat itu menampilkan gambar dua buah televisi yang berdampingan. Televisi pertama bertuliskan "Yang bisa dipercaya dari TV Cuma Adzan", sedangkan televisi kedua bertuliskan "Kami Lapar Tuhan".

Kemudian di samping kanan kedua televisi tersebut terdapat kalimat "Jangan takut tuan-tuan, ini cuma street art".

Admin akun tembokperlawanan menegaskan bahwa mural tersebut menggambarkan keresahan warga saat ini terkait mural kritik sosial di berbagai daerah yang dihapus aparat.

"Karena PPKM, kita enggak mungkin berkerumun apalagi demo, jadi lebih baik kita bersuara lewat dinding," katanya.

Admin akun tembokperlawanan menyesalkan mural yang telah mereka buat itu kini justru dihapus oleh aparat.

Padahal, menurut mereka, mural sudah mewarnai tembok-tembok kota, termasuk di Jakarta.

Mural itu telah dihapus pada Kamis sore tadi sekitar pukul 15.45 WIB. Penghapusan mural itu dilakukan oleh warga atas perintah aparat keamanan setempat. Sejumlah aparat pun turut mengawasi penghapus mural itu.

Warga menimpa seluruh mural menggunakan cat tembok warna hitam.

Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi sebelumnya mengaku telah berkoordinasi dengan Camat Tanah Abang Yassin Pasaribu untuk menghapus mural tersebut. Irwandi beralasan, mural tersebut berisi pesan yang tak mendidik.

Ia khawatir jika mural itu dibiarkan, maka akan menjadi preseden buruk dan dicontoh oleh warga Jakarta lainnya.

"Kalau ekspresi begitu semua kita izinkan, nanti se-Jakarta ekspresi begitu, 'kami lapar butuh makan". Enggak mendidik lah," kata Irwandi.

Penulis : Ihsanuddin Editor : Irfan Maullana

.
 
Back
Top