Pandora Papers, Dokumen Bongkar Cara Politisi hingga Miliuner Dunia Hindari Pajak

spirit

Mod
w1200

Investigasi yang diberi nama Pandora Papers ini mengacu pada catatan rahasia yang dimuat dalam 14 penyedia layanan offshore. Layanan profesional yang disebut mampu untuk ‘membentuk’ perusahaan cangkang di wilayah dengan aturan pajak rendah atau bahkan tanpa pajak sama sekali.

Sejumlah jurnalis yang tergabung dalam The International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ) membongkar data pejabat dan politisi di banyak negara yang merahasiakan jumlah kekayaan dan menghindari pajak. Sebanyak 600 jurnalis dari 150 media serta 117 negara terlibat dalam investigasi ini.

Investigasi yang diberi nama Pandora Papers ini mengacu pada catatan rahasia yang dimuat dalam 14 penyedia layanan offshore. Layanan profesional yang disebut mampu untuk ‘membentuk’ perusahaan cangkang di wilayah dengan aturan pajak rendah atau bahkan tanpa pajak sama sekali.

Gunanya, untuk memungkinkan pemilik perusahaan menyembunyikan identitas mereka dari publik atau regulator. Seringkali, penyedia membantu mereka membuka rekening bank di negara-negara dengan peraturan keuangan yang ringan.

Sejumlah 2,94 terabyte data, yang terdiri dari dokumen, gambar, email, spreadsheet, dan lainnya dibongkar ICIJ dan dibagikan dengan mitra media di seluruh dunia.

Catatan tersebut mencakup jumlah informasi yang belum pernah ada sebelumnya tentang ‘pemilik manfaat’ dari entitas yang terdaftar di Kepulauan Virgin, Inggris Raya, Seychelles, Hong Kong, Belize, Panama, South Dakota, dan yurisdiksi kerahasiaan lainnya.

Data tersebut mencakup informasi tentang pemegang saham, direktur dan pejabat. Selain orang kaya dan terkenal, data yang dibocorkan tersebut juga memuat orang-orang yang tidak mewakili kepentingan publik dan yang tidak muncul dalam pelaporan, seperti pemilik usaha kecil, dokter, dan lainnya, yang biasanya individu yang jauh dari sorotan publik.

Mengutip laman ICIJ.org, dalam laporan ini mencakup lebih dari 330 politisi yang terpapar kebocoran tersebut berasal dari lebih dari 90 negara. Mereka menggunakan entitas dalam yurisdiksi kerahasiaan untuk membeli real estat, menyimpan uang dalam perwalian, memiliki perusahaan lain dan aset lainnya, terkadang secara anonim.

Investigasi Pandora Papers juga mengungkap bagaimana bank dan firma hukum bekerja sama dengan penyedia layanan luar negeri untuk merancang struktur perusahaan yang kompleks. File menunjukkan bahwa penyedia tidak selalu mengenal pelanggan mereka, meskipun kewajiban hukum meminta mereka untuk berhati-hati untuk tidak melakukan bisnis dengan orang-orang yang terlibat dalam transaksi yang meragukan.

Investigasi juga melaporkan tentang bagaimana penyedia kepercayaan AS telah memanfaatkan undang-undang beberapa negara bagian yang mempromosikan kerahasiaan dan membantu klien kaya di luar negeri menyembunyikan kekayaan untuk menghindari pajak di negara asal mereka.

11,9 Juta Dokumen

Dari 2,9 terabyte data tersebut, ada lebih dari 11,9 juta dokumen. Di antaranya 6,4 juta dengan format dokumen, 2,9 juta foto, 1,2 juta email, hampir setengah juta spreadsheet, hingga file presentasi, audio, video dan format lainnya dengan total hampir satu juta.

Menurut investigasi, beberapa file berasal dari tahun 1970-an, sebagian besar yang ditinjau oleh ICIJ dibuat antara 1996 dan 2020. Mereka mencakup berbagai hal, yakni pembentukan perusahaan cangkang, yayasan, dan perwalian; penggunaan entitas tersebut untuk membeli real estat, kapal pesiar, jet dan asuransi jiwa.

Dengan penggunaannya untuk melakukan investasi dan untuk memindahkan uang antar rekening bank; perencanaan warisan dan masalah warisan lainnya; dan penghindaran pajak melalui skema keuangan yang kompleks. Beberapa dokumen terkait dengan kejahatan keuangan, termasuk pencucian uang.

Data terbaru dari Pandora Papers memuat informasi tentang yurisdiksi yang tidak dieksplorasi dalam proyek ICIJ sebelumnya. Atau yang hanya memiliki sedikit data, seperti Belize, Siprus, dan South Dakota.

Badan hukum dalam arsip enam penyedia – perusahaan, yayasan, dan perwalian – semuanya terdaftar antara tahun 1971 dan 2018. Catatan menunjukkan penyedia dan klien mengalihkan bisnis mereka dari satu wilayah ke wilayah lain setelah penyelidikan dan menghasilkan perubahan aturan.

Pada Pandora Papers, setelah melakukan sortasi di berbagai aspek, ICIJ mengidentifikasi lebih dari 200 perwalian yang dibuat, di AS dari tahun 2000 hingga 2019, dengan jumlah terbesar terdaftar di South Dakota. Perwalian itu terhubung dengan orang-orang dari 40 negara (tidak termasuk AS).

ICIJ mengidentifikasi aset dalam perwalian tunggal senilai antara USD 67.000 hingga USD 165 juta atau sekitar Rp2,3 triliun yang dimiliki antara tahun 2000 dan 2019. Data menunjukkan bahwa perwalian AS memiliki aset senilai total lebih dari USD 1 miliar. Itu termasuk real estate AS dan rekening bank di Panama, Swiss, Luksemburg, Puerto Rico, Bahama, dan di tempat lain.

Varifikasi Rincian

ICIJ menggunakan catatan publik untuk memverifikasi rincian yang terkait dengan perusahaan dan untuk memastikan orang yang disebutkan dalam data tersebut sebenarnya adalah pemimpin politik yang diidentifikasi dengan nama tersebut.

"Kami menemukan beberapa positif palsu dan membuangnya. Di antara sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah database Dow Jones Risk and Compliance database, Sayari, Nexis, OpenCorporates, property records in the U.S and U.K. dan catatan perusahaan publik. Lebih dari 330 politisi dan pejabat publik tingkat tinggi, termasuk 35 pemimpin negara telah dikonfirmasi," tulis laporan tersebut.

ICIJ menyusun informasi dalam spreadsheet dan memasukkannya melalui dua putaran pengecekan fakta. Data yang dikumpulkan tentang politisi juga divisualisasikan dalam profil di fitur Power Players.

ICIJ mencocokkan daftar miliarder Forbes dengan Pandora Papers untuk menemukan lebih dari 130 orang yang memiliki entitas dalam wilayah kerahasiaan. Lebih dari 100 miliarder memiliki kekayaan total senilai lebih dari USD 600 miliar pada 2021.

Diketahui, investigasi Pandora Papers mengidentifikasi lebih dari 500 perusahaan BVI yang telah menjadi klien Mossack Fonseca, sebuah firma hukum yang menjadi pusat skandal Panama Papers. Yang diketahui memindahkan bisnis mereka ke penyedia BVI lain setelah ditemukan dalam data.

ICIJ juga mencocokkan perusahaan Panama dari data Panama Papers dengan data yang tersedia untuk pendaftaran perusahaan Panama di OpenCorporates, dan menemukan bahwa setidaknya 113 perusahaan telah mengubah agen terdaftar dan hanya pindah ke Alcogal antara 3 April 2016 dan 2020.

Bersama dengan tim data The Miami, Herald, ICIJ juga menghitung 759 perusahaan BVI yang secara khusus mempertimbangkan untuk pindah ke Trident Trust sebagai bagian dari apa yang disebut "Proyek Mossfon".

Banyak PeJabat Negara

Laporan tersebut memuat temuan banyaknya pejabat negara terkhusus Amerika Serikat yang terdata dalam Pandora Papers. Hal itu, menurut laporan, ditemukan dari Aleman, Cordero, Galindo and Lee (Alcogal) dan Trident Trust.

Tim investigasi menemukan sejumlah besar politisi dan pejabat publik yang saat ini atau sebelumnya menjadi klien Alcogal dan Trident Trust. Sebagian besar perusahaan mereka terdaftar di BVI dan Panama. Klien Alcogal mencakup hampir setengah dari politisi dan pejabat publik yang diidentifikasi dalam Pandora Papers.

Dalam data Beneficial Ownership yang disusun oleh ICIJ, hampir setengah dari perusahaan terkait dengan Alcogal. Alcogal, yang berkantor pusat di Panama, diantara pendirinya memiliki beberapa politisi, salah satunya menjabat sebagai duta besar Panama untuk Amerika Serikat.

Sumber: Liputan6.com

.
 
w1200

Nama Luhut Muncul di Pandora Papers? Ini Penjelasannya

IDXChannel - Laporan Pandora Papers mengungkap kepemilikan aset dan perusahaan di negara bebas pajak. Dikabarkan terdapat nama Menteri Indonesia di dalamnya, yang salah satunya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Sehubungan dengan itu, Menteri Luhut Binsar angkat bicara melalui Juru bicaranya Jodi Mahardi, dan membenarkan beberapa pernyataan dan fakta yang beredar.

Diketahui Menteri Luhut pernah terlibat dalam perusahaan Petrocapital yang berasal dari Negara Panama dan memiliki modal disetor senilai USD 5.000.000, yang salah satu bidang usahanya adalah minyak dan gas bumi.

“Bapak Luhut B. Pandjaitan menjadi Direktur Utama/Ketua Perusahaan pada Petrocapital S.A pada tahun 2007 hingga pada tahun 2010,” kata Jodi saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa (5/10/2021).

Menurut Jodi Perusahaan ini rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis di luar negeri, terutama di wilayah Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

“Namun, dalam perjalanannya, terdapat berbagai macam kendala terkait dengan lokasi geografis, budaya, dan kepastian investasi, sehingga Bapak Luhut B. Pandjaitan memutuskan untuk mengundurkan diri dari Petrocapital dan fokus pada bisnis beliau yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Diketahui, Petrocapital S.A. adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Republic Panama. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2006 oleh Edgardo E.Dia dan Fernando A.Gil.

“Selama Bapak Luhut B. Pandjaitan menjabat di Petrocapital sampai dengan mengundurkan diri pada tahun 2010, Petrocapital belum berhasil untuk mendapatkan proyek investasi yang layak,” ungkapnya.

Meskipun demikian, Jubir Luhut mengaku selain dengan Petrocapital, Luhut tidak ada kerjasama dengan perusahaan minyak dan gas negara, dan tidak pernah ada perubahan nama dari Petrocapital menjadi Pertamina Petrocapital SA. (TIA)

.
 
bakal seru nih. sanggah menyanggah

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Dian Ediana Rae mengatakan lembaganya masih meneliti laporan Pandora Papers, sebutan untuk bocoran data finansial dari 14 agen perusahaan cangkang di negara suaka pajak. "Kami masih sedang melakukan penelitian," ujar Dian kepada Tempo, Senin, 4 Oktober 2021.

Pandora Papers adalah bocoran laporan finansial dan kesepakatan bisnis yang mengungkap kepemilikan aset dan perusahaan cangkang di negara suaka pajak.

Laporan tersebut diketahui mencantumkan nama sejumlah pesohor Tanah Air, antara lain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Seperti kasus-kasus sebelumnya, tutur Dian, PPATK akan menganalisis, memeriksa, dan mencermati nama-nama yang muncul dalam dokumen-dokumen tersebut untuk disandingkan dengan database yang dimiliki PPATK. Ia mengatakan PPATK sudah memiliki kerangka kerja sama tukar-menukar informasi melalui nota kesepamahaman dan perjanjian kerja sama dengan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan dan aparat penegak hukum.
 
2020_04_13_92538_1586745277._large.jpg

Disebut di Pandora Papers, Presiden Ekuador Diinvestigasi

TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa Agung Ekuador pada Kamis, 21 Oktober 2021, melakukan sebuah penyelidikan tahap awal terhadap Presiden Ekuador Guillermo Lasso atas tuduhan penipuan pajak. Investigasi dilakukan setelah ketua oposisi Yaku Perez melancarkan tuduhan kalau Lasso ada sangkut-pautnya dengan Pandora Papers.

Perez pernah mencalonkan diri sebagai Presiden Ekuador. Dia menyerukan agar dilakukan investigasi pada keuangan Lasso dan pembayarannya pada pajak setelah sejumlah perusahaan cangkang milik Lasso disebut dalam Pandora Papers.

Presiden Ekuador Guillermo Lasso. Sumber: Reuters

Pandora Papers adalah sebuah kumpulan dokumen yang disebut International Consortium of Investigative Journalists mengungkap transaksi perusahaan cangkang yang melibatkan politikus dunia dan sosok pengusaha.

Perez mendesak tim investigasi untuk mengecek rekening Lasso dan orang-orang dekatnya sejak 2013 atau ketika dia masih menjadi seorang kandidat Presiden Ekuador. Kantor Kejaksaan Agung mengatakan investigasi awal atas dugaan penipuan pajak sudah dijalankan pada 18 Oktober 2021.

Kepresidenan Ekuador belum mau berkomentar mengenai hal ini. Lassa saat ditanya mengenai Pandora Papers menggambarkan hal itu sebagai informasi lawas dan di luar kontek. Dia menegaskan sudah melepaskan tanggung jawab perusahaan-perusahaan yang disebut dalam dokumen itu pada 2017 atau saat dia maju lagi dalam pemilu Presiden Ekuador.

Dewan Nasional Ekuador juga sedang menginvestigasi perusahaan-perusahaan yang disebut dalam Pandora Papers. Pada Rabu, 20 Oktober 2021, Lasso dipanggil oleh sebuah komisi legislatif untuk memberikan klarifikasi, namun dia tidak mau datang.

Sumber: Reuters
 
Back
Top