Sarath Ratanavadi, Orang Terkaya di Bisnis Energi Thailand

spirit

Mod
w1200

Lebih Dekat dengan Sarath Ratanavadi, Orang Terkaya di Bisnis Energi

Bisnis.com, JAKARTA - Aksi protes terhadap rencana Sarath Ratanavadi membangun proyek batu bara di Thailand bagian selatan justru membuatnya tersadar terhadap peluang baru membangun salah satu perusahaan energi berbasis gas terbesar di Thailand, Gulf Energy Development Public Company Limited.

Ketimbang membangun pembangkit listrik bertenaga batu bara di dekat pantai pasir putih yang merupakan istana musim panas bagi keluarga Kerajaan Thailand, Sarath mengubahnya menjadi fasilitas gas alam ringan.

Sarath bersama istrinya dan afiliasi Gulf, seperti Gulf Holdings Company Limited dan Gulf Capital Holdings Limited adalah pemegang saham mayoritas sebesar 73,42 persen, menurut laporan keuangan perusahaan pada 2021.

Saat ini, dia memegang jabatan Direktur dan Wakil Ketua Dewan Pengawas. Kekayaan Sarath terus tumbuh hingga US$11,7 miliar, menjadikannya orang terkaya ke-151 versi Bloomberg Billionaires Index.

Sarath adalah insinyur setelah meraih gelar master jurusan teknik dari University of Southern California dan menyelesaikan pendidikan sarjana di Chulalongkorn University. Tahun 2002 menjadi awal transformasi perusahaannya yang berdiri sejak 1996 menuju pembangkit listrik tenaga gas dan operator gas, serta energi ramah lingkungan, seperti biomassa, panel surya, turbin angin, dan pembangkit listrik tenaga air.

Selain menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Gulf Power Generation Company Limited, dia juga menjabat di beberapa entitas milik Gulf dan Samutprakarn Cogeneration Company Limited yang menjalankan bisnis pembangkit listrik berteknologi diesel hingga 2016. Perusahaan holding tersebut berhasil menjadikan Sarath sebagai miliarder dunia baru setelah IPO perusahaan pada 2017 dengan nilai kekayaan awal senilai US$2,2 miliar. Keberuntungan itu juga didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi di penjuru Asia Tenggara pada 2010.

Tak lama setelah listing, Sarath langsung menyiapkan 150 miliar baht (US$4,6 miliar) untuk investasi di sejumlah negara Asean, seperti Myanmar, Laos, dan Vietnam. Vietnam menjadi pijakan pertama Gulf untuk menancapkan kukunya di luar negeri dengan membangun bisnis energi terbarukan. Gulf juga berhasil menyepakati proyek pembangkit listrik untuk Duqm Refinery di Oman pada 2018. Proyek ini menghasilkan listrik berkapasitas 326 megawatt dan air 1.667 meter kubik per jam.

Mata tajam Sarath pada sektor energi bersih ini telah membuat perusahaan yang berbasis di Bangkok menghasilkan listrik berkapasitas lebih dari 11.900 megawatt di lebih dari 30 proyek. Melalui Gulf LNG Company Limited, Sarath bisa menyediakan 300.000 ton gas alam cair (LNG) per tahun setelah mengantongi lisensi pengapalan LNG. Gulf Energy membangun joint venture 70:30 dengan perusahaan minyak dan perusahaan gas milik negara PTT Pcl untuk membangun terminal dan pelabuhan LNG senilai US$1,3 miliar di pantai timur Thailand pada 2019.

Proyek ini akan beroperasi pada 2025. Kendati pundi-pundi utama bisnis berasal dari sektor energi, Sarath juga mendiversifikasi ke bidang lain di sektor infrastruktur dan telekomunikasi. Pada 2021, Sarath mengakuisisi saham mayoritas di raksasa telekomunikasi InTouch Holdings menjadi sebanyak 42,25 persen dan unit nirkabelnya, Advanced Info Service (AIS). Gulf Energy bermitra dengan konglomerat Singapura Singtel dalam usaha baru untuk mendirikan pusat data di Thailand.

Pada awal 2022, Sarath menggaet lapak perdagangan kripto terbesar di dunia, Binance untuk menyusun platform pertukaran aset digital di Thailand seiring dengan meningkatnya permintaan di Asia Tenggara.

Di dunia pendidikan, Sarath berkontribusi menjadi ketua yayasan sekolah internasional NIST, sekolah non profit di Bangkok. Sarath juga pernah menjadi Direktur Eksekutif Amata Spring Country Club, klub golf eksklusif di Bangkok yang juga menyelenggarakan kejuaraan golf terkenal di Asia.

.
 
Back
Top