Dari Energi Kimia Menjadi Listrik

gupy15

Mod
www.suaramerdeka.com
07 Juli 2008
Sumber Energi Alternatif
Dari Energi Kimia Menjadi Listrik

Di tengah ramainya pemberitaan blue energy untuk masa depan dan kontroversi penggunaan pembangkit listrik tenaga air yang disebut Banyugeni sebagai penyedia energi alternatif, fuel cell muncul sebagai salah satu jawaban yang menjanjikan.

FENOMENA fuell cell menjadi penting karena mampu mengeliminasi kekhawatiran masyarakat tentang bahaya pencemaran lingkungan akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Saat ini fuel cell dianggap sebagai suatu sumber listrik yang sangat bersih, ramah lingkungan, aman dan mempunyai risiko yang sangat kecil. Di beberapa negara maju, fuel cell banyak diaplikasikan untuk menggerakkan kendaraan bermotor.

Sistem fuel cell merupakan pembangkit energi listrik berbahan bakar hidrogen yang bersumber dari hidrokarbon (fosil) dan tidak tertutup kemungkinan suatu saat akan menjadi bahan bakar. Sistem tersebut mengubah secara langsung energi kimia (hidrokarbon) menjadi energi listrik.

Secara teknis, fuel cell terdiri dari dua lempeng elektroda yang mengapit elektrolit. Oksigen dilewatkan pada satu sisi elektroda, sedangkan hidrogen dilewatkan pada sisi elektroda lainnya sehingga menghasilkan listrik, air, dan panas.

Cara kerjanya, hidrogen disalurkan melalui katalisator anoda. Oksigen (yang diperoleh dari udara) memasuki katalisator katoda. Didorong oleh katalisator, atom hidrogen membelah menjadi proton dan elektron yang mengambil jalur terpisah di dalam katoda. Proton melintas melalui elektrolit. Elektron-elektron menciptakan aliran yang terpisah. Ini dapat dimanfaatkan sebelum elektron-elektron itu kembali ke katoda untuk bergabung dengan hidrogen dan oksigen, dan membentuk molekul air.

Hidrokarbon

Sistem fuell cell mencakup fuel reformer yang dapat memanfaatkan hidrogen dari semua jenis hidrokarbon, seperti gas alam, metanol, atau bahkan gas/ bensin. Mengingat fuel cell bekerja secara kimia dan bukan pembakaran seperti mesin konvensional, maka emisinya sangat rendah. Ini bila dibandingkan dengan mesin konvensional yang paling bersih sekalipun.

Penggunaan fuel cell sebagai penghasil listrik sudah dikembangkan sejak lama. Saat itu lebih dari 200 sistem fuel cell dipasang di berbagai dunia. Antara lain di rumah sakit, rumah perawatan, hotel, perkantoran, sekolah, bandar udara, dan penyedia tenaga listrik. Namun, memang penggunaannya pada sebuah kendaraan bermotor itu masih merupakan sesuatu hal yang baru.

Menampung hidrogen untuk digunakan pada mobil tidaklah mudah. Saat ini, hidrogen dibawa di dalam tabung bertekanan tinggi, yang mampu menahan tekanan sampai 10.000 pounds per square inch (psi) atau 700 atmosfer.

Membawa-bawa tabung dengan tekanan sebesar itu, sama saja seperti membawa-bawa sebuah bom, tentunya diperlukan pengamanan yang khusus. Jika tabung itu sampai meledak, bisa dibayangkan apa yang terjadi.

Tampaknya Daimler-Chrysler, sebuah industri pembuat kendaraan bermotor terkemuka di dunia, pekan lalu mengklaim telah berhasil mengatasi persoalan yang dibawa oleh tabung penyimpan hidrogen tersebut. Seandainya belum, tentu Daimler-Chrysler tidak akan memproduksi secara massal.

Dapat diterapkan

Sistem fuel cell skala kecil dan sedang, sebenarnya dapat dipertimbangkan untuk dapat diterapkan di Indonesia. Kita dapat mengadopsi apa yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat dan Jepang dengan menyediakan generator listrik ukuran kecil.

Bagi Indonesia, ini merupakan suatu hal yang sangat mungkin karena kita mempunyai cadangan gas alam yang sangat besar, yaitu 92,5 trilyun kaki kubik. Itu dapat digunakan untuk bahan bakar generator fuel cell. Negara kita dengan pertumbuhan konsumsi energi listrik sebesar 14,4 persen per tahun akan sangat membutuhkan sistem ini pada masa mendatang. Gunanya, membantu memecahkan masalah kekurangan energi listrik nasional.

Di seluruh dunia potensi pasar untuk generator listrik fuel cell sebagai pembangkit tenaga listrik (power plant) antara 1 - 30 MW cukup besar.
Hal ini didasarkan pada estimasi kebutuhan energi listrik fuell cell sampai dengan tahun 2010 di seluruh dunia, yaitu 10.000 Gigawatt (GW). Termasuk untuk Uni Eropa sekitar 500 GW.

Data ini menunjukkan, pada sekitar tahun 2010 akan terjadi pergeseran secara besar-besaran dalam bidang ketenagalistrikan dari sistem konversi energi panas menjadi energi listrik menjadi konversi energi kimia menjadi energi listrik. (Amien Nugroho, pengamat teknologi-80)
 
Kyknya banyak juga ilmuwan indonesia yg senang neliti mslh fuelcell.
Akhir2 ini memang byk sekali aplikasi fuelcell dari rumah energi sampai u/ kendaraan bermotor.
Memang mobil yg menggunakan energi ini sudah dipasarkan, di tempatku malah sudah digunakan u/ menghemat penggunaan bbm smp kira2 30%.
 
Last edited:
gw liat di tv beberapa minggu lalu mobil2 bernergi kimia sudah mulai dipasarkan di luar. Masih uji coba kali yah......
Tapi di sini rata2 orang2 beralih ke bahan bakar gas dari bensin. Maklum harga minyak semakin meningkat.
 
walaupun masih dalam tahap uji coba, kalau diluar negeri sambutannya bagus banget...
kebalikannya dengan kondisi di indonesia
 
Back
Top