Bahan Bakar Alternatif Biogas Methane/Metan

Rizki9anteng

New member


KETIKA banyak keluarga mengeluhkan mahalnya harga minyak tanah atau elpiji, hal itu tidak terjadi pada Sri Rejeki, 42.
Pasalnya, warga Jetis Pasariman RT/RW 37/08, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Yogyakarta, itu dalam memenuhi kebutuhan menyalakan api kompornya menggunakan biogas tinja.
?Dahulu kalau memasak saya pakai gas elpiji isi 12 kg. Sejak saya pakai biogas tinja tiga tahun lalu, saya sudah tidak pernah lagi beli elpiji.?
Ia mengaku awal menggunakan biogas tinja muncul kesan ganjil. Karena sumber apinya berasal dari tinja 18 keluarga yang tinggal di RT-nya. ?Awalnya memang agak gimana gitu, dan kalau bocor baunya tidak karu-karuan. Tahu sendirilah bagaimana bau tinja,? ujarnya.
Dari 52 keluarga yang tinggal di kawasan bantaran Sungai Code itu, hanya dua warga yang mau memakai biogas tinja. Selain Sri Rejeki adalah keluarga Agus Kadarusman, 47, tetangga dekatnya.
Biogas tinja itu merupakan proyek Pemerintah Kota Yogyakarta yang dikerjalcan pada 2005. Proyek itu menghabiskan dana Rp140 juta, sudah termasuk membangun fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Ketika muncul proyek itu, harga minyak tanah dan gas elpiji tidak semahal sekarang. Mungkin karena itu banyak warga yang menolak ditawari menggunakan biogas tinja. Dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, ada beberapa warga yang mulai melirik biogas tinja.
Sayang sekali, tinja yang dihasilkan 18 keluarga di lingkungan itu tidak mencukupi kebutuhan biogas untuk seluruh warga. Idealnya, tinja yang dihasilkan dan 10 keluarga hanya mampu untuk menyalakan satu kompor. Jadi dengan tinja yang dihasilkan dari 18 keluarga itu hanya cukup untuk dua kompor
Tinja yang dihasilkan warga Jetis Pasariman tidak semua masuk ke penampungan yang disebut digester. Hanya tinja dari 18 keluarga yang masuk ke instalasi itu. ?Karena mereka sudah memiliki septictank sendiri. Sehingga kalau dibongkar biayanya besar,? kata Hem BJ Mulyanto, suami Sri Rejeki.
Sebenarnya membuat biogas tinja itu sangat mudah. Caranya setiap lokasi mandi cuci kakus (MCK) milik warga disalurkan dengan dua pipa. Satu saluran untuk limbah cair, lainnya limbah padat (tinja).
Untuk limbah cair dialirkan ke IPAL kemudian air yang sudah bersih dibuang ke Sungai Code. IPAL memproses air limbah menjadi air bersih.
Sedangkan limbah padat ditampung di digester berupa lubang yang dibeton berbentuk setengah lingkaran. Limbah tensebut dibiarkan membusuk secara alami dan akan menghasilkan gas metan yang dapat dijadikan bahan bakar.
Gas metan yang dihasilkan dari digester disalurkan ke rumah warga dengan pipa paralon. Dari jipa paralon tersebut disalurkan dengan selang ke kompor yang dituju.
?Jadi, untuk memasak, saya hanya modal korek api saja. Tidak usah mikir beli gas elpiji,? ujar Heru.
Sejak menggunakan biogas tinja, dua keluanga tersebut tidak lagi ada pengeluaran untuk minyak tanah maupun gas elpiji.
Di Yogyakarta, keberadaan instalasi biogas tinja tersebut menjadi percontohan. Sejumlah instansi dan negara lain banyak yang berkunjung ke lokasi itu untuk melihat langsung, antara lain dari Jerman, Belanda, Filipina, dan Malaysia. (Med Indo)
 
kalau takut bocor gak usah pake kompor gas
kalau takut kebakaran gak usah masak pake api
kalau takut kesetrum gak usah pakai listrik

ketakutan hanyalah penghambat bagi kemajuan kita
 
Back
Top