Mahasi Sayadaw

singthung

New member
MAHASI SAYADAW

Mahasi1948.jpg



His long carrier of teaching through the spoken and printed word had a beneficial impact on many hundreds of thousands in the East and the West.
His personal stature and his life's work rank him among the great figures of contemporary Buddhism.



MAHASI SAYADAW LAHIR PADA 29 JULI 1904 di Seikkhun, sebuah perkampungan makmur yang cukup luas dengan penduduk yang ramah, terhampar kira-kira tujuh mil ke arah barat dari kota sejarah Shwebo di Upper Myanmar. Orang tuanya, U Kan Taw dan Daw Oke,menjaga sebuah toko kecil. Pada usia 6 tahun, Beliau dikirim untuk menerima pendidikan awal kebiaraan di bawah bimbingan U Adicca, ketua bhikkhu dari Vihara Pyanmana di Seikkhun. Enam tahun kemudian, Beliau diajukan sebagai samanera di bawah bimbingan guru yang sama, dan diberi nama Shin Sobhana (yang berarti ‘menguntungkan’). Nama tersebut diberikan atas dasar keberanian sifatnya dan sikapnya yang bermartabat.

Sayadaw adalah murid yang pandai, membuatnya mencapai kemajuan yang luar biasa dalam memelajari kitab suci. Pada waktu U Adicca meninggalkan Sangha, Shin Sobhana melanjutkan pendidikannya di bawah bimbingan Sayadaw U Parama dari Vihara Thugyi-kyaung, Ingyintaw-taik. Pada usia 9 tahun, Beliau harus memutuskan apakah ingin tetap dalam Sangha dan mencurahkan seluruh sisa hidupnya untuk melayani Buddhasasana atau kembali pada kehidupan sebagai umat awam/orang biasa. Shin Sobhana mengetahui dengan baik isi hati nuraninya sendiri dan Beliau pun memilih pilihan yang pertama, yakni untuk tetap berada dalam Sangha dan mengabdi demi Buddhasasana.

Beliau ditahbiskan sebagai bhikkhu pada tanggal 26 November 1923, dengan Sumedha Sayadaw Ashin Nimmala sebagai guru pembimbingnya. Dalam 4 tahun, Shin Sobhana telah menamatkan ketiga kelas dari ujian Kitab Suci Pali yang diadakan oleh pemerintah.

Mingun Jetavan Sayadaw

Bhikkhu Shin Sobhana selanjutnya pergi ke kota Mandalay, yang dikenal karena keunggulannya dalam pembelajaran Buddhis, untuk memelajari kitab suci secara lebih mendalam di bawah bimbingan para Sayadaw yang mengetahui dengan sangat baik apa yang ingin mereka pelajari.Bhikkhu Shin Sobhana tinggal di Vihara Khinmakan Barat untuk tujuan ini, akan tetapi, waktu belajar Beliau sangat singkat tak sampai lebih dari setahun karena Beliau dipanggil ke Moulmein. Kepala Vihara Taik-kyaung di Taungwainggale (yang berasal dari desa yang sama dengan Bhikkhu Sobhana) ingin Beliau membantunya untuk mengajar para muridnya.

Sementara mengajar Taungwainggale, Bhikkhu Sobhana melanjutkan sendiri belajar kitab suci, dan menjadi sangat tertarik untuk mempelajari Mahasatipatthana Sutta. Ketertarikan yang begitu mendalam terhadap metode satipatthana dari meditasi vipassana membawa Beliau ke Thaton, di mana Mingun Jetavan Sayadaw yang terkenal mengajarkan hal itu.

Praktek Meditasi Vipassana

Di bawah instruksi Mingun Jetavan Sayadaw, Bhikkhu Sobhana mengambil latihan meditasi vipassana intensif. Dalam 4 bulan, Beliau telah mendapat hasil yang begitu baik di mana Beliau bisa mengajarkan meditasi ini kepada 3 murid pertama Beliau di Seikkhun pada waktu Beliau berkunjung ke sana pada tahun 1938. Setelah Beliau kembali dari Thaton ke Taungwainggale(yang disebabkan karena sakitnya dan kemudian kematian dari Taik-kyaung Sayadaw) untuk melanjutkan pekerjaan mengajarnya dan untuk memimpin Vihara, Bhikkhu Sobhana duduk dan menamatkan ujian Dhammacariya (Dhamma Teacher) yang diadakan pemerintah pada tahun 1941.

Pada malam serangan Jepang ke Myanmar, Bhikkhu Sobhana harus meninggalkan Taungwainggale dan kembali ke desa asalnya Seikkhun. Hal ini mendatangkan kesempatan baginya untuk mencurahkan seluruh waktunya pada latihannya sendiri, yaitu meditasi Satipatthana Vipassana, dan untuk mengajar sejumlah murid yang makin bertambah. Vihara Mahasi di Seikkhun (yang membuat Beliau lebih dikenal sebagai Mahasi Sayadaw)untungnya tetap bebas dari ketakutan dan kekacauan karena perang. Selama periode ini para murid Sayadaw membujuk Beliau untuk menulis buku Manual of Vipassana Meditation, sebuah pekerjaan berwewenang dan meliputi banyak hal yang menguraikan secara terperinci doktrin maupun aspek-aspek praktis dari meditasi Satipatthana.

Undangan ke Rangoon

Tidak membutuhkan waktu lama sebelum reputasi Mahasi Sayadaw sebagai seorang guru meditasi yang ahli menyebar di seluruh wilayah Shwebo-Sagaing dan mengundang perhatian seorang umat Buddha yang beriman dan kaya, Sir U Thwin. U Thwin ingin memromosikan Buddhasasana dengan membangun sebuah pusat meditasi yang diarahkan langsung guru yang terbukti kebajikan dan kemampuannya. Setelah mendengarkan kursus vipassana yang diberikan oleh Sayadaw, dan mengamati sikap Sayadaw yang tenang, mulia, dan bersahaja, U Thwin tidak merasa kesulitan memutuskan bahwa Mahasi Sayadaw adalah guru meditasi yang dia cari-cari.

Pada tanggal 13 November 1947,Buddhasasana Nuggaha Association yang didirikan di Yangon dengan Sir U Thwin sebagai presiden pertamanya. Tujuan dari asosiasi tersebut adalah untuk meningkatkan pembelajaran kitab suci dan mempraktekkan Dhamma. Sir U Thwin mendanakan sebidang tanah di Hermitage Road, Rangoon, berukuran lebih dari 2 hektar pada asosiasi tersebut, yang ditujukan untuk membangun pusat meditasi. Pada tahun 1978, luas pusat meditasi tersebut bertambah menjadi 9,1 hektar, dimana banyak gedung telah dibangun dan bangunan-bangunan tambahan sedang didirikan.Sir U Thwin mengatakan pada para anggota asosiasi bahwa dia telah menemukan seorang guru meditasi yang cocok, dan dia mengajukan usul bahwa berikutnya Perdana Menteri Myanmar yang mengundang Mahasi Sayadaw ke pusat meditasi tersebut.

Setelah Perang Dunia ke-2, Sayadaw berpindah-pindah tempat tinggal antara desa asalnya, Seikkhun, dan Taungwainggale di Moulmein. Sementara itu, Myanmar telah memperoleh kemerdekaan pada 4 Januari 1948. Pada Mei 1949, selama persinggahan pertama Beliau di Seikkhun, Sayadaw menyelesaikan sebuah terjemahan nissaya Mahasatipatthana Sutta yang baru. Pekerjaan ini melampaui rata-rata terjemahan nissaya dari sutta ini, yang sangat penting bagi siapa saja yang berharap untuk berlatih meditasi vipassana,tetapi membutuhkan bimbingan/petunjuk.

Pada November 1949, berdasarkan undangan pribadi dari Perdana Menteri berikutnya, U Nu, Mahasi Sayadaw turun dari Shwebo dari Sagaing menuju ke pusat meditasi di Rangoon,ditemani oleh 2 orang murid seniornya. Demikianlah awal perwalian Mahasi Sayadaw oleh Sasana Yeiktha di Rangoon. Pada 4 Desember 1949, untuk pertama kali Mahasi Sayadaw secara personal mengajar sebanyak 25 meditator dalam suatu latihan vipassana. Karena pertambahan jumlah meditator, hal itu menjadikan tuntutan bagi Sayadaw untuk memberikan permulaan ceramah yang panjang pada mereka semua. Karena itu, dari Juli 1951 sebuah tape perekam ceramah diputarkan setiap kali ada meditator baru, dengan suatu uraian singkat dari Sayadaw. Dalam kurun waktu 5 tahun dari pembangunan Sasana Yeiktha di Rangoon, banyak pusat meditasi serupa yang dibuka di negara bagian yang lain di mana para anggota Sangha, yang telah berlatih menurut petunjuk latihan meditasi vipassana dari Mahasi Sayadaw, menjadi guru-guru meditasinya.

Pusat-pusat meditasi ini tidak dibatasi untuk Myanmar,tetapi juga termasuk negara-negara Buddhis Theravada lainnya, seperti Thailand dan Sri Lanka. Ada juga pusat-pusat meditasi di Kamboja dan India. Menurut sensus tahun 1972, total jumlah meditator terlatih di semua pusat-pusat meditasi ini (termasuk di Myanmar dan di luar Myanmar) melebihi 700.000 orang. Sebagai penghargaan atas ilmu pengetahuannya yang terkenal dan hasil-hasil spiritual yang dicapai, Mahasi Sayadaw dianugerahi oleh Presiden dari Myanmar Bersatu pada tahun 1952 dengan gelar terhormat 'Aggamahapandita' (The Exalted Wise One ~Manusia Agung yang Bijaksana).

Konsili Buddhis keenam Chattha Sangayana

Segera setelah memperoleh kemerdekaan, pemerintah Myanmar memulai rencana pengadaan Konsili Buddhis ke-6 (Sangayana) di Myanmar, di mana empat negara-negara Buddhis Theravada lainnya (Sri Lanka, Thailand, Kamboja, dan Laos) ikut berpartisipasi. Untuk tujuan ini, pemerintah mengirim sebuah utusan ke Thailand dan Kamboja, yang terdiri dari Nyaungyan Sayadaw, Mahasi Sayadaw, dan 2 orang awam pria. Para utusan itu mendiskusikan rencana pemerintah Myanmar tersebut dengan para bhikkhu ketua Buddhis dari dua negara itu.

Dalam sejarah Konsili Buddhis ke-6, yang mana dibuka dengan kemegahan dan upacara pada 17 Mei 1954,Mahasi Sayadaw memegang peranan yang sangat penting, mengerjakan tugas berat yang membutuhkan ketepatan dan keahlian, yaitu sebagai Final Editor (Osana) dan Questioner (Pucchaka). Ciri khas dari konsili ini adalah pengeditan terhadap kitab komentar (Atthakatha) dan kitab subkomentar (Tika), sebaik mungkin dikerjakan menurut Teks Canon.

Dalam pengeditan terhadap literatur kitab komentar ini, Mahasi Sayadaw bertanggung jawab untuk membuat analisa kritis, tafsiran dugaan, dan merekonsilisasi sepenuhnya beberapa bagian yang krusial, tetapi berlainan bagian. Hasil yang signifikan dari Konsili Buddhis ke-6 ini adalah kebangkitan kembali minat dalam mempelajari ajaran Buddhis Theravada di antara para Buddhis Mahayana. Pada tahun 1955, sementara konsili sedang berlangsung, 12 bhikkhu dan seorang awam wanita dari Jepang tiba di Myanmar untuk belajar ajaran Buddhis Theravada. Para bhikkhu tersebut resmi masuk ke Sangha Buddhis Theravada sebagai samanera sedangkan yang wanita menjadi umat Buddha. Kemudian pada Juli 1957, pada pembentukan Asosiasi Buddhis Moji, Konsili Buddha Sasana Myanmar mengirim sebuah utusan Buddhis Theravada ke Jepang. Mahasi Sayadaw adalah salah satu yang mewakili Sangha Birma dalam utusan itu.

Pada tahun 1957 itu, Mahasi Sayadaw juga mengerjakan tugas dalam menulis sebuah pengantar dalam bahasa Pali untuk Visuddhimagga Atthakatha, untuk menyanggah pernyataan-pernyataan tertentu yang salah yang dibuat oleh pengarang sebelumnya, Bhikkhu Buddhaghosa. Sayadaw menyelesaikan tugas sulit ini pada tahun 1960,pekerjaannya menghasilkan setiap nilai khusus yang mempelajari dan memperdalam pemahaman. Kemudian Sayadaw juga menyelesaikan 2 volume (dari 4 volume) terjemahan Birma-nya terhadap kitab komentar yang terkenal ini dan pekerjaan klasik mengenai meditasi Buddhis.

Misi-Misi Dunia

SRI LANKA

Berdasarkan permintaan pemerintah Sri Lanka, sebuah misi khusus yang dipimpin oleh Sayadaw U Sujata, seorang wakil yang terkemuka dari Mahasi Sayadaw, pergi ke Sri Lanka pada bulan Juli 1955 untuk mempromosikan meditasi Satipatthana. Utusan yang tinggal di Sri Lanka selama lebih dari setahun tersebut melakukan pekerjaan yang mengagumkan,dengan membangun 12 pusat meditasi permanen dan 17 pusat meditasi sementara.

Mengikuti selesainya pembangunan sebuah pusat meditasi di suatu tempat yang diberikan oleh pemerintah Sri Lanka, sebuah misi yang lebih besar yang dipimpin oleh Mahasi Sayadaw meninggalkan Myanmar menuju ke Sri Lanka pada 6 Januari 1959, melalui India. Misi tersebut berada di India selama kira-kira 3 minggu, yang mana selama waktu itu para anggota misi menggunakannya untuk mengunjungi beberapa tempat suci yang berhubungan dengan kehidupan dan karya Sang Buddha. Mereka memberikan ceramah Dhamma pada saat yang sesuai, dan melakukan interview dengan Perdana Menteri Shri Jawaharlal Nehru, Presiden India Dr. Rajendra Prasad, dan Wakil Presiden Dr. S. Radhakrishnan.

Suatu peristiwa yang dapat menjadi catatan kunjungan tersebut adalah adanya sambutan hangat yang diterima dari orang-orang golongan tertekan, yang merupakan pemeluk agama Buddha di bawah sistem pemerintahan pemimpin mereka sebelumnya, Dr. Babasaheb Ambedkar. Misi tersebut kemudian meninggalkan Madras menuju Sri Lanka pada 29 Januari 1959 dan tiba di Kolombo pada hari yang sama. Pada Minggu tanggal 1 Februari, pada upacara pembukaan sebuah pusat meditasi bernama 'Bhavana Majjhathana', Mahasi Sayadaw menyampaikan pidato dalam bahasa Pali setelah Perdana Menteri Bandaranayake dan beberapa yang lainnya berbicara. Para anggota utusan selanjutnya pergi ke pulau pada tour yang diperpanjang, mengunjungi beberapa pusat meditasi di mana Mahasi Sayadaw memberi pembahasan mengenai meditasi vipassana. Mereka juga melakukan pemujaan pada beberapa tempat ziarah Buddhis yang terkenal, seperti Polonnaruwa, Anuradhapura dan Kandy.

Kunjungan misi Birma ke tempat bersejarah ini di bawah inspirasi kepemimpinan oleh Mahasi Sayadaw,merupakan suatu simbol pertalian persahabatan yang erat dan klasik di antara dua negara Buddhis Theravada ini. Hal itu membawa keuntungan bagi pergerakan agama Buddha di Sri Lanka yang merupakan kebangkitan minat kembali terhadap meditasi, yang nampaknya telah menurun.

INDONESIA

Pada Februari 1954, seorang pengunjung datang ke Sasana Yeiktha yang tampaknya merupakan seorang anak muda keturunan China untuk mempraktekkan meditasi vipassana. Meditator tersebut adalah seorang guru agama Buddha dari Indonesia yang bernama Bung An yang menjadi tertarik terhadap meditasi vipassana. Di bawah bimbingan Mahasi Sayadaw dan Sayadaw U ?anuttara, Bung An telah membuat kemajuan yang sangat pesat di mana dalam waktu kurang dari 1 bulan, Mahasi Sayadaw memberi dia pembahasan terperinci mengenai perkembangan pengetahuan. Kemudian Bung An ditahbiskan sebagai bhikkhu dan diberi nama Bhikkhu Jinarakkhita, dengan Mahasi Sayadaw sebagai guru pembimbingnya.

Setelah kembali sebagai bhikkhu Buddhis ke Indonesia, Buddha Sasana Council menerima permintaan untuk mengirim seorang bhikkhu Birma untuk meningkatkan pekerjaan pembabaran ajaran Buddha di Indonesia. Dari permintaan itu diputuskan bahwa Mahasi Sayadaw, sebagai pembimbing dan penasehat dari Ashin Jinarakkhita, harus pergi. Dengan 13 orang bhikkhu Theravada yang lain, Mahasi Sayadaw melakukan kegiatan-kegiatan misionari yang begitu penting seperti mengabdikan batas-batas pentahbisan (simas), menahbiskan bhikkhu-bhikkhu,meresmikan anggota baru Sangha, dan memberikan kursus atau ceramah Dhamma, khususnya yang berkaitan dengan meditasi vipassana.

THAILAND

Pada awal-awal tahun 1952,berdasarkan permintaan dari Menteri Thailand bagi Persamuan Sangha, Mahasi Sayadaw telah mengirim Sayadaw U Asabha dan U Indavamsa ke Thailand untuk mempromosikan Satipatthana Vipassana. Berterima kasih atas usaha-usaha mereka,metode Mahasi Sayadaw mendapat penerimaan luas di Thailand. Dari tahun 1960, banyak pusat meditasi yang telah dibangun dan jumlah meditator Mahasi melebihi 100 ribu orang.

NEPAL

Sudah menjadi ciri khas dari Sayadaw yang memiliki ketaatan pemikiran tunggal dan tidak memihak yang ditujukan terhadap Buddhasasana di mana, tanpa menghiraukan usianya yang semakin tua dan kesehatan yang melemah, Beliau tetap mengemban misi ke Inggris, Eropa, dan Amerika pada tahun 1979 dan 1980, serta ke India dan Nepal pada tahun 1981.

Aktivitas Lainnya

Abhidhajamaharatthaguru Masoeyein Sayadaw, yang memimpin Sanghanayaka Executive Board pada Konsili Buddhis ke-6, mendesak Mahasi Sayadaw untuk mengajar 2 kitab komentar kepada Sangha di Sasana Yeiktha. Kitab Komentar Visuddhimagga Atthakatha dari Bhikkhu Buddhaghosa dan Kitab Komentar Visuddhimagga Mahatika dari Bhikkhu Dhammapala adalah 2 kitab yang berhubungan terutama dengan teori dan praktek meditasi Buddhis, meskipunmereka juga menawarkan penjelasan yang bermanfaat tentang nilai-nilai ajaran yang penting, sehingga kedua kitab tersebut amat diperlukan bagi para calon guru meditasi.

Mahasi Sayadaw memulai pekerjaan ini pada 2 Februari 1961, selama satu setengah atau dua jam sehari. Berdasarkan pada catatan ceramah yang dibuat oleh para muridnya, Sayadaw yang mulai menulis terjemahan nissaya dari Visuddhimagga Mahataka, menyelesaikannya pada 4 Februari 1966.Nissaya ini adalah sebuah pencapaian yang sangat luar biasa. Bagian dari kitab tersebut jika dilihat menurut sudut pandang yang berbeda oleh agama-agama yang lain(samayantara) sebagian besar sangat tepat karena Sayadaw membiasakan dirinya dengan filosofi dan istilah Hindu kuno dengan memelajari semua referensi yang ada, termasuk karya-karya dalam bahasa Sankrit dan Inggris.

Hingga tahun 1978 Mahasi Sayadaw telah menyumbang 67 volume ke dalam daftar literatur Buddhis Birma. Jarak tidak memungkinkan bagi kita untuk mendaftarkan semua volume buku tersebut ke sini, tetapi sebuah daftar lengkap yang terbaru dari volume tersebut telah dilampirkan ke buku terbitan Sayadaw,yaitu A Discourse on Sakkapa?ha Sutta (yang diterbitkan pada bulan Oktober 1978).

Pada suatu ketika, Mahasi Sayadaw dikritik berat di beberapa tempat atas anjurannya yang menurut dugaan orang menyimpang dari metode pencatatan timbul dan lenyapnya gerakan dinding perut dalam meditasi vipassana. Hal itu disimpulkan secara salah yang mana metode ini dianggap merupakan sebuah inovasi dari Sayadaw, mengingat hal itu telah dibuktikan beberapa tahun sebelum Mahasi mengadaptasinya, di mana tak ada yang lebih ahli dari Yang Mula (orisinal) Mingun Jetavan Sayadaw, dan bahwa topik mengenai subjek itu tidak bertentangan dengan ajaran Sang Buddha. Alasan pemilihan Mahasi Sayadaw terhadap metode ini adalah bahwa rata-rata para meditator menemukan kemudahan dalam mencatat manifestasi dari elemen yang bergerak ini (vayodhatu). Walaupun dikatakan memermudah, akan tetapi ternyata cukup membebankan semua yang datang berlatih di berbagai pusat meditasi yang mengajarkan teknik Mahasi.

Seseorang mungkin, jika dia suka, akan melatih anapanasati. Mahasi Sayadaw sendiri menahan diri dari keikutsertaan mempermasalahkan kritik-kritik terhadap dirinya mengenai poin ini, tetapi dua orang yang telah memelajari metode Sayadaw mengeluarkan buku masing-masing untuk memertahankan metode Mahasi, dengan demikian memungkinkan mereka yang tertarik dalam kontroversi ini untuk dapat memertimbangkan diri mereka dalam memilih metode yang sesuai dan benar. Kontroversi ini meluas di Sri Lanka di mana beberapa anggota Sangha, yang tidak berpengalaman dan tidak memiliki pengetahuan yang baik dalam praktek meditasi, menyerang dengan mempublikasikan metode Mahasi Sayadaw di koran dan majalah-majalah. Karena kritik ini dituliskan dalam bahasa Inggris yang mencakup seluruh dunia, kedamaian tidak bisa dipertahankan lagi, dan karena itu Sayadaw U ?anuttara dari Kaba-aye (Kampus World Peace Pagoda) berusaha sekuat tenaga merespon kritik-kritik tersebut di halaman koran Buddhis Sri Lanka yang terbit berkala, World Buddhism.

Reputasi internasional Mahasi Sayadaw telah menarik banyak perhatian pengunjung dan para meditator dari luar negeri, beberapa mencari pencerahan bagi permasalahan kehidupan beragama mereka dan sebagian lagi bermaksud untuk mempraktekkan meditasi di bawah bimbingan langsung Sayadaw. Di antara meditator pertama dari luar negeri ada pendiri British Rear-Admiral E.H. Shattock yang datang meninggalkan Singapura dan berlatih meditasi di Sasana Yeiktha pada tahun 1952. Sekembalinya ke Inggris, dia menulis dan menerbitkan sebuah buku, An Experiment in Mindfulness yang berhubungan dengan pengalamannya mengikuti latihan meditasi. Turis asing lainnya, yaitu Robert Duvo, seorang Perancis kelahiran Amerika dari California. Dia datang dan berlatih meditasi di suatu pusat meditasi, di mana kedatangan pertamanya hanya sebagai meditator awam tetapi berikutnya dia datang sebagai seorang bhikkhu. Dia kemudian menerbitkan sebuah buku dalam bahasa Perancis mengenai pengalaman-pengalaman meditasinya dan metode satipatthana vipassana.

Fakta-fakta menyebutkan bahwa seharusnya pembuatan Anagarika Shri Munindra dari Buddha Gaya di India, yang menjadi murid terdekat Mahasi Sayadaw, yang juga menghabiskan beberapa tahun dengan beliau, mempelajari Kitab Injil dan berlatih vipassana. Kemudian dia mengarahkan meditasi kepada banyak orang dari Barat yang datang di International Meditation Centre di Buddha Gaya. Salah satu di antara mereka yaitu anak muda Amerika, Joseph Goldstein, yang menulis sebuah buku yang mudah dimengerti tentang vipassana yang berjudul The Experience of Insight: A Natural Unfolding.

Beberapa dari hasil karya Sayadaw telah diterbitkan di luar negeri, seperti Satipatthana Vipassana Meditation dan Practical Insight Meditation oleh Unity Press, San Francisco, California, USA, serta The Progress of Insight oleh Buddhist Publication Society, Kandy, Sri Lanka. U Pe Thin (sekarang almarhum) dan Myanaung U Tin, dua orang meditator handal, tanpa pamrih dan tidak mementingkan diri sendiri membantu dalam menghubungkan Sayadaw dengan para pengunjung dan meditatornya dari luar negeri serta dalam menerjemahkan beberapa kursus yang diberikan oleh Sayadaw mengenai meditasi vipassana ke dalam bahasa Inggris.

Akhir Perjuangan

Sosok seorang Mahasi Sayadaw sangatlah dipuja-puja oleh para muridnya yang berterima kasih pada Beliau, yang jumlahnya tak terhitung di Myanmar maupun di luar negeri. Walaupun itu adalah doa yang sangat diharapkan dari para muridnya yang tekun yang berharap Mahasi Sayadaw bisa hidup untuk beberapa tahun dan dapat melanjutkan menunjukkan berkah dari Buddha Dhamma pada semua makhluk yang mencari kemerdekaan dan pelepasan, tentang hukum yang tidak dapat ditawar-tawar mengenai akhir yang tidak kekal, dengan kesekonyong-konyongan yang tragis, tidak mementingkan diri sendiri, dan mengabdikan hidupnya sampai pada 14 Agustus 1982. Seperti layaknya seorang putra Sang Buddha, Beliau hidup dengan keberanian, menyebarkan ajaran Sang Guru ke seluruh penjuru dunia, dan membantu ribuan orang untuk memasuki Jalan Pencerahan dan Pelepasan.

 
Last edited:
Back
Top