Pangeran Dhirgayu

singthung

New member
Pangeran Dhirgayu

Jangan memandang terlalu dekat
jangan memandang terlalu jauh
Kebencian tidak akan berakhir kalau dibalas dengan kebencian tetapi
kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih.


Pada jaman dahulu kala, memerintah seorang raja yang besar kekuasaannya, tetapi kerdil jiwanya, rendah budinya, sifatnya tamak dan angkara murka. Brahmadata demikianlah nama raja itu, di kerajaan Kosala baginda bertahta. Banyak sudah kerajaan bertekuk lutut dibawah kekuasaannya, namun raja Brahmadata yang tamak itu belum juga puas hatinya sebelum seluruh kerajaan merdeka tunduk dibawah kekuasaannya.

Pada waktu itu ada sebuah kerajaan bernama kerajaan Kashi. Dirgiti nama rajanya, seorang raja yang bijaksana, halus budinya dan berjiwa besar .. Rakyatnya makmur, cukup sandang pangannya. Tetapi raja Brahmadata yang tamak loba itu tidak rela melihat kerajaan Kashi masih merdeka. Karena itu kerajaan Kashi harus tunduk dibawah kekuasaannya. Akhirnya perang disiapkan tentara yang besar dikerahkan. Setelah persiapan perang selesai maka diserbulah negara Kashi yang kecil itu, sehingga sekali tempur saja, kerajaan Kashi sudah bertekuk lutut. Tetapi untung raja Dirgiti dengan permaisurinya dapat meloloskan diri dan mengungsi ke'sebuah hutan yang penuh rahasia.

"Kerajaan Kashi sudah jatuh. Tetapi dimana raja Dirgiti?"
Demikianlah Brahmadata menjerit karena marahnya. Kemudian raja berkata "Cari raja Dirgiti dan serahkan kepadaku dalam keadaan mati atau hidup". Maka dikerahkanlah bala-tentaranya dan rakyat untuk mencari dimana raja Kashi berada. Tetapi, sudah dicari kesana kemari namun tidak ada yang menemukannya. Raja Brahmadata sangat marah dan menyuruh rakyatnya terus mencarinya dengan janji bahwa barang siapa yang dapat menyerahkan raja Dirgiti akan diberi hadiah yang besar. Namun raja Dirgiti tidak ditemuinya.

Dimanakah raja Dirgiti berada? Disana disebuah hutan yang lebat, yang sangat sukar untuk dilalui oleh manusia. Di hutan itu raja Dirgiti dengan permaisurinya hidup hampir puluhan tahun lamanya. Raja Dirgiti mempunyai seorang anak laki-laki yang sangat cerdas, dan tampan wajahnya. Tutur katanya lemah lembut, selembut kulitnya yang bersih, prilakunya baik dan sopan menyebabkan setiap orang senang kepadanya. Dirgayu demikianlah nama putra raja Dirgiti itu. Dirgayu sekarang sudah berumur 15 tahun. la menjadi anak muda yang sangat menawan hati. Hati siapa yang tidak akan tertarik melihat Dirgayu, pemuda yang tampan yang pengasih dan penyayang kepada sesama manusia.

Pada suatu hari terjadilah malapetaka yang menimpa raja Dirgiti dengan permaisurinya. Karena pengkhianatan tukang cukurnya Dirgiti yang karena gila harta lalu ia melaporkan kepada raja Brahmadata dimana raja Dirgiti berada.

Pada waktu rembang petang raja Dirgiti sedang menikmati keindahan tamannya dengan bunga teratai yang bermacam warna warni itu. Tiba-tiba dari segala jurusan menyerbulah tentara raja Brahmadata. Mereka menangkap raja Dirgiti dan permaisurinya yang tidak berdaya itu. Raja Dirgiti dengan permaisurinya diseret dibawa keistana. Walau bagaimanapun jerit rintih permaisuri raja Dirgiti, namun dia terus diseret oleh tentaranya raja Brahmadata yang tidak mengenal perikemanusiaan dan kasih sayang itu.

Syukurlah pada waktu itu Dirgayu sedang berada disebuah puncak bukit-bukit yang ada disekitar pegunungan itu sehingga dia tidak ditangkap. Ketika dia kembali didapatinya ibu dan ayahnya yang dicintainya sudah tidak ada lagi. Ditanya tukang kebunnya, dimanakah ibu dan ayahnya?

Dengan bercucuran air mata, diceritakanlah oleh tukang kebun itu peristiwa yang mengerikan menimpa ayah dan ibunya. Dirgayu menangis memanggil ibu dan ayahandanya yang sangat dikasihinya. Betapa hatinya tidak akan hancur, betapa air matanya tidak akan mengalir keluar mengenang ibu dan bapaknya yang sangat dikasihinya sekarang berada di dalam cengkeraman raja Brahmadata yang tamak dan loba itu.

Wajah Dirgahu menjadi merah, matanya berapi-api dan dengan mengepal-ngepalkan tangannya dia berkata seorang diri: "Bunda, ayahnda kau telah pelihara aku, telah kau hidupkan aku dengan cinta kasihmu yang maha agung yang tidak akan aku lupakan. Sekarang ibu dan ayah berada dalam bahaya, jatuh ditangan musuh yang kejam yang mungkin akan membunuh ibu dan ayah. Tidak.... ibu... aku mesti melepaskan ibu dari cengkeraman kekejaman raja Brahmadata.

Setelah berkata demikian, maka larilah Dirgayu menuju ke kerajaan Kosala tempat bertahta raja Brahmadata. Dirgayu terus lari siang dan malam, turun & naik bukit yang curam. Dia terus berlari... berlari untuk membebaskan ayah kandung yang dikasihinya.

Pada waktu itu hari sudah rembang petang. Tanah lapang Kosala sudah penuh oleh rakyat yang akan menyaksikan penyembelihan raja Dirgiti dengan permaisurinya. Ditengah alun-alun itu didirikanlah sebuah panggung yang besar, dimana nanti akan dipertunjukkan penyembelihan raja Dirgiti. Raja dengan diapit oleh para permaisurinya dan para menteri sudah hadir ditanah lapang. Diatas panggung raja Dirgiti dengan permaisurinya berdiri dengan lunglai, namun wajahnya tenang. Rambut permaisurinya raja Dirgiti yang menjurai sampai kelututnya kelihatan menutup sebagian wajahnya yang beruraikan air mata. Permaisuri yang ayu itu, sebentar lagi akan dipotong lehernya. Banyak orang menangis dalam hatinya, karena kasihan kepada nasib permaisuri dan raja Dirgiti yang malang itu. Wanita-wanita sudah pada menutup mukanya, karena tidak tahan melihat sinar mata permaisuri raja Dirgiti yang sayu mengharukan itu. Suasana di alun-alun itu lalu menjadi sepi, sesunyi kuburan. Yang terdengar hanya keluh dan isak tangis yang kedengaran sangat mengiris hati.

Gong sudah berbunyi dua kali, kalau gong sudah dipukul tiga kali berarti putuslah kepala raja Dirgiti dengan permaisurinya, dipotong oleh pedang algojo raja Brahmadata. Suasana sekarang makin sepi, semua orang pada menahan nafas. Hanya kadang-kadang terdengar suara keluhan patah-patah, dan isak tangis yang sangat menyedihkan.

Nun disana, kelihatan seorang pemuda sedang berlari dengan nafas yang terengah-engah. Siapakah pemuda itu? Tidak lain, ialah Dirgayu. Sekarang Dirgayu sudah sampai di tanah lapang. Dia melihat ibunya dengan rambut terurai dan ayah kandungnya diatas panggung yang nampaknya tenang saja menghadapi bahaya yang segera akan menimpa dirinya. Dirgayu terus maju dengan sekuat tenaga masuk dalam gelombang manusia yang berdesak-desak. Dirgayu terus maju mendekati panggung dimana ibu dan bapaknya berada. Sekarang Dirgayu telah berada lima meter dari panggung. Tiba-tiba bapaknya melihat Dirgayu putranya yang sangat dicintainya.

Betapa sedih hatinya memikirkan putranya yang datang menentang mara bahaya. Sekarang Dirgayu . melangkahkan kakinya mendekati ayah bundanya, tetapi belum beberapa tindak dia berjalan tiba-tiba terdengar ayahnya berkata :

"Oh Dirgayu jangan memandang terlalu dekat,
jangan memandang telalu jauh.
Kebencian tidak akan berakhir kalau dibalas dengan kebencian,
tetapi kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih".

Tertegun Dirgayu mendengar kata-kata ayahnya yang diucapkan dengan suara yang terputus-putus. Tiba-tiba terdengarlah suara gong yang dipukul ketiga kalinya. Dan bersamaan dengan suara gong itu, putuslah leher ayah dan ibunya, disambar oleh pedang algojo raja Brahmadata. Dilihatnya badan ibu dan ayahnya roboh berlumuran darah. Kejadian yang mengerikan itu dilihat sendiri oleh Dirgayu dengan sedih. Ah betapa hatinya tidak akan hancur, betapa dia tidak akan menangis menjerit melihat kepala ibu dan bapaknya terlepas dari tubuhnya, dipenggal oleh pedang algojo raja Brahmadata. Suasana di alun-alun lalu menjadi ramai oleh tangis dan jerit kesedihan dari kaum wanita yang hadir disana. Dirgayu tidak tahan melihat kepala dan tubuh ayah bundanya menggeletak diatas panggung berlumuran darah. Banyak orang yang pingsan karena tidak tahan melihat peristiwa berdarah yang mengerikan itu.

Dirgayu lalu lari dari tanah lapang itu yang sedang diliputi oleh suasana yang mengharukan itu. Dirgayu terus lari kedalam hutan. Sampai didalam hutan, Dirgayu lalu menangis. Dilemparkannya dirinya ke sana kemari sambil memanggil "Ibu... ibu... ibu... ayah... oh ayahanda yang tercinta, mengapa sampai hati meninggalkan ananda ... ibu...." Demikianlah tangis Dirgayu yang menyayat-nyayat mengharukan itu.

Sudah seminggu Dirgayu tinggal seorang diri didalam hutan. Setiap hari ia menangis dan termenung teringat dengan ayah dan bundanya. Dirgayu selalu teringat dengan kata-kata ayahnya yang terakhir sebe-lum kepalanya putus dari lehernya. Kata-kata inilah satu-satunya warisan dari ayahnya yang sangat tinggi nilainya. Kata-kata itu selalu terdengar bilamana dia termenung seorang diri.

Kebencian tidak akan berakhir kalau dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih.

Sering Dirgayu berkata seorang diri...... Benar apa yang dikatakan oleh ayahanda bahwa kebencian ini akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih. Betapa agungnya cinta kasih itu.......Dan sekarang aku tidak boleh membenci, "tidak boleh lagi bersedih. Siapakah sebenarnya yang membikin kesedihan di dunia ini. Yang membikin kesedihan itu, tiada lain adalah diriku sendiri. Maka dari itu, hanya akulah yang akan dapat menghilangkan kesedihan ini. Maka itu dengan pengertian yang benar ini, Dirgayu akhirnya dapat melenyapkan kesedihan hatinya, Berangkatlah dia ke kota untuk mencari pekerjaan. Kemanakah dia pergi? Ke kota kerajaan Kosala, kesanalah dia pergi, ketempat raja yang membunuh ibu dan ayahnya. Akhirnya Dirgayu diterima jadi tukang memandikan gajah raja Brahmadata. Dalam waktu yang singkat terkenallah Dirgayu didalam istana raja Brahmadata, karena budinya yang halus, tutur katanya yang sopan dan tindak tanduknya yang merendah ditambah dengan parasnya yang tampan.

Raja juga sangat tertarik melihat wajah dan sopan santunnya Dirgayu. Maka diangkatnyalah Dirgayu menjadi pengiring raja. Dimana raja berada Dirgayu selalu mendampinginya.

Pada suatu hari raja pergi berburu diiringi oleh Dirgayu dan para menteri serta hulubalangnya. Setelah selesai berburu, ditepi hutan didirikan kemah-kemah untuk tempat beristirahat. Raja berada dalam kemahnya bersama dengan Dirgayu. Rupanya raja sangat capek sekali. Raja tertidur dipangkuan Dirgayu. Dirgayu melihat raja dari ujung kaki sampai ujung rambutnya. Dan tiba-tiba terbayang kembali bagaimana ibu dan ayahandanya disembelih oleh algojo raja Brahmadata yang sekarang berada di pangkuannya,Air-mata Dirgayu sekarang jatuh bercucuran karena terkenang kepada ayah bundanya yang sangat dicintainya. Tiba-tiba Dirgayu menjadi marah kepada raja yang ada dipangkuannya.

"Raja ... raja, kau telah membunuh ibu dan ayahku.... sekarang aku Dirgayu puteranya raja Dirgiti akan membunuh kau".....Pedang sudah dihunus oleh Dirgayu siap untuk ditetakkan dileher raja. Pedang sudah diangkat dan ketika hendak diayunkan kebatang leher raja Brahmadata tiba-tiba terdengarlah suara.

Oh Dirgayu jangan memandang terlalu dekat jangan memandang terlalu jauh....
kebencian tidak akan berakhir kalau dibalas dengan kebencian,
tetapi kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih."

Mendengar sabda gaib ayahnya, terjatuhlah pedang Dirgayu. Begitu pedang itu jatuh dari tangan Dirgayu bangunlah raja, meloncat sambil menjerit: "Dirgayu aku bermimpi Dirgayu. Rasanya raja Dirgiti tadi datang kemari untuk membunuh aku. Jadi kau anaknya Dirgiti", kata raja dengan suara gemetar. Sekarang mata raja tertumbuk pada pedang yang ada di tanah. Raja menjerit: "Dirgayu .... kau anaknya Dirgiti .... kau hendak membunuh aku? Raja Brahmadata hendak mengambil pedang itu, tapi terlambat karena Dirgayu sudah mendahului mengambil pedang itu lalu berkata: "Raja ..... sekarang rahasia sudah terbongkar. Akulah Dirgayu, putera raja Dirgiti yang telah tuanku sembelih. Sekarang tidak ada jalan lain, tuanku harus aku bunuh". Raja Brahmadata sangat kecil hatinya dan menyembah Dirgayu. "Jangan bunuh aku Dirgayu.... jangan......" tangis raja Brahmadata.

"Tidak ada jalan lain tuanku, tuanku harus kubunuh. Tetapi kalau tuanku berjanji tidak akan membunuh saya, maka tuanku tidak akan saya bunuh." Raja berjanji tidak akan membunuhnya.

Demikianlah Dirgayu tidak jadi membunuh raja Brahmadata. Setelah itu kembalilah raja keistananya diiringi oleh Dirgayu. Sampai diistana, raja lalu bertanya kepada Dirgayu :
"Dirgayu aku heran, apa sebabnya kau tidak membunuh aku, sedangkan aku sudah membunuh ayah dan ibumu. Bahkan kau mengatakan bahwa kau sendiri telah melihat sendiri ayah dan ibumu disembelih.-tetapi sekarang mengapa kau tidak mau membunuh aku? Mengapa?"

Dirgayu lalu menjawab: " Amanat ayah hamba yang terakhir sebelum algojo tuanku membunuh ayah hamba, ayahanda ada memberikan pesan yang terakhir. Pesan dari ayah inilah yang selalu hamba ingat, sehingga hamba tidak pernah mau membunuh tuanku. Kata-kata ayahanda yang terakhir berbunyi demikian :
"Kebencian tidak akan berakhir kalau dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian itu akan berakhir kalau dibalas dengan tidak bend (cinta kasih)".

Raja Brahmadata termenung, kemudian dengan air mata berlinang-linang dipeluknya Dirgayu. "Dirgayu betul kau masih muda, tetapi jiwamu luhur Dirgayu. Aku terlalu banyak menyebar kebencian didunia ini, sehingga aku merasa tidak pemah tenteram. Sekarang aku sadar.... Aku tidak akan lagi berperang saling membunuh hanya karena Iri/tamak dan angkara.

Kebencian tidak akan berakhir kalau dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih........
Dirgayu.... sekarang semuanya sudah berakhir.....
kebencian sudah musnah dihatiku, yang tinggal hanya cinta kasih dan kasih sayang.

 
Back
Top