singthung
New member
SAMPASADANIYA SUTTA
Demikian yang telah kami dengar:
1. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Nalanda, di Hutan Mangga Pavarika. Kemudian bhikkhu Sariputta menemui Sang Bhagava, memberi hormat dan duduk di sampingnya. Ketika telah duduk di sana, bhikkhu Sariputta berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, demikianlah keyakinan yang kami miliki terhadap Sang Bhagava, bahwasanya tidak pernah ada samana atau brahmana manapun, baik dari masa yang lampau, yang akan datang maupun yang sekarang, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi, daripada Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna (Sambodhi)".
"Sariputta, sungguh luar biasa dan sungguh gagah kata-kata yang kau ucapkan itu. Dengan suara bagaikan raungan singa, engkau menyatakan: "Bhante, demikianlah keyakinan yang kami miliki terhadap Sang Bhagava, bahwasanya tidak pernah ada samana atau brahmana manapun, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna (Sambodhi)."
2. "Sariputta, apakah dengan pikiranmu engkau dapat mengetahui pikiran para Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang pernah ada pada masa lampau bahwa mereka memiliki sila demikian, memiliki ajaran (dhamma) demikian, memiliki kebijaksanaan (panna) demikian, memiliki cara hidup (vihara dhamma) demikian, memiliki kebebasan (vimutti) demikian?"
"Tidak, Bhante."
"Sariputta, apakah dengan pikiranmu engkau dapat mengetahui pikiran para Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang akan ada pada masa yang akan datang, bahwa mereka akan memiliki sila demikian, memiliki ajaran demikian, memiliki kebijaksanaan demikian, memiliki cara hidup demikian, memiliki kebebasan demikian?"
"Tidak, Bhante."
"Sariputta, apakah dengan pikiranmu engkau dapat mengetahui pikiran-Ku, yang sekarang sebagai seorang Arahat, Sammasambuddha, bahwa Aku memiliki sila demikian, memiliki ajaran demikian, memiliki kebijaksanaan demikian, memiliki cara hidup demikian, memiliki kebebasan demikian?"
"Tidak, Bhante."
"Sariputta, dalam hal ini engkau sehenarnya tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui pikiran (cetopariya-nana) para Arahat, Sammasambuddha, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang. Tetapi Sariputta, mengapa sungguh luar biasa dan sungguh gagah kata-kata yang kau ucapkan itu? Dengan suara bagaikan raungan singa, engkau menyatakan: "Bhante, demikianlah keyakinan yang kami miliki terhadap Sang Bhagava, bahwasanya tidak pernah ada samana atau brahmana siapa pun, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna (Sambodhi)?"
"Bhante, sebenarnya kami tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui pikiran para Arahat, Sammasambuddha, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang. Tetapi, meskipun demikian kami memiliki pengetahuan tentang tradisi Dhamma (Dhammanvayo)."
"Bhante, sama seperti perbatasan-negara milik seorang raja yang mempunyai benteng yang kokoh, dengan dinding dan menara penjagaan yang kuat dan hanya mempunyai sebuah pintu saja. Dan di sana, ada seorang penjaga pintu yang pandai, berpengalaman serta cerdas, yang akan mengusir orang-orang yang tidak dikenal dan hanya mengijinkan masuk orang-orang yang dikenal saja. Ketika ia memeriksa dengan menyusuri jalan yang mengelilingi dinding benteng-negara itu, ia tidak melihat adanya sebuah lubang atau celah, di dinding benteng-negara itu, yang cukup untuk dilewati oleh binatang, sekali pun hanya sekecil seekor kucing. Dan ia berpikir: "Seberapa pun besarnya mahluk-mahluk yang akan masuk atau meninggalkan negara ini, mereka semua hanya dapat melalui pintu ini."
"Bhante, hanya dengan cara demikian aku memiliki pengetahuan tentang tradisi Dhamma (Dhammanvayo). Oleh karena, para Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang pernah ada pada masa lampau, dengan meninggalkan lima rintangan batin (pancanivarana) dan noda-noda pikiran (citta-upakkilesa) melalui kekuatan kebijaksanaan, dan dengan pikiran yang terpusat baik pada empat landasan kesadaran (cattarosatipatthana), serta mengembangkan dengan sempurna tujuh faktor Penerangan Sempurna (satta-sambojjhanga), maka mereka telah mencapai kesempurnaan sepenuhnya dalam Penerangan Sempurna (Sambodhi) yang tiada bandingannya (anuttara)."
"Demikian juga, Bhante, oleh karena pada Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang akan datang, dengan meninggalkan lima rintangan batin dan noda-noda pikiran melalui kekuatan kebijaksanaan, dan dengan pikiran yang terpusat baik pada empat landasan kesadaran, serta mengembangkan dengan sempurna tujuh faktor Penerangan Sempurna, maka mereka telah mencapai kesempurnaan sepenuhnya dalam Penerangan Sempurna (Sambodhi) yang tiada bandingannya (anuttara)."
"Dan Bhante sendiri, yang kini sebagai Bhagava, Arahat, Sammasambuddha masa sekarang, dengan meninggalkan lima rintangan batin dan noda-noda pikiran melalui kekuatan kebijaksanaan, dan dengan pikiran yang terpusat baik pada empat landasan kesadaran serta mengembangkan dengan sempurna tujuh faktor Penerangan Sempurna, telah mencapai kesempurnaan sepenuhnya dalam Penerangan Sempurna (Sambodhi) yang tiada bandingannya (anuttara)."
"Bhante, pada suatu ketika aku pergi menemui Sang Bhagava untuk mendengarkan khotbah Dhamma. Kemudian, Bhante, Sang Bhagava mengajarkan Dhamma kepadaku, yang masing-masing pokok selalu lebih tinggi daripada yang belakangan, dengan dibandingkan terhadap hal-hal yang terang dan hal-hal yang gelap. Bhante, sewaktu Sang Bhagava mengajarkan Dhamma kepadaku, yang masing-masing pokok selalu lebih tinggi daripada yang belakangan, dengan dibandingkan terhadap hal-hal yang terang dan hal-hal yang gelap, maka kami mengerti Dhamma itu, satu Dhamma di antara Dhamma-Dhamma lain yang sempurna, dan kami menjadi yakin terhadap Sang Guru (Sattha). Dalam hati aku mengakui: "Sang Bhagava adalah Sammasambuddha; Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagava; Sangha telah bertindak baik.
3. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan hal-hal mulia (kusala-dhamma), yaitu: empat landasan kesadaran (cattaro satipatthana); empat usaha benar (cattaro sammappadhana); empat jalan kesuksesan (cattaro iddhipada); lima kemampuan (pancaindriya); lima kekuatan (panca-bala); tujuh faktor Penerangan Sempurna (satta sambojjhanga); Jalan Mulia berfaktor delapan (ariya attahangika magga)."
"Di sini, Bhante, seorang bhikkhu dengan menghancurkan kekotoran-kekotoran batin (asava) yang ada dalam dirinya, dan dengan tidak adanya kekotoran-kekotoran batin (anasava), maka pada masa kehidupan sekarang ini juga, setelah mengetahui dan menyadarinya sendiri, ia berdiam dalam keadaan pencapaian kebebasan pikiran (ceto-vimutti) dan kebebasan melalui kebijaksanaan (panna-vimutti)."
"Bhante, inilah ajaran tentang hal-hal mulia yang tak dapat dibandingi, yang telah dipahami sepenuhnya oleh Sang Bhagava; dan di luar apa yang dipahami Sang Bhagava, tak ada lagi yang dapat dimengerti lebih tinggi. Demikian juga, tidak pernah ada samana atau brahmana, manapun, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava berkenaan dengan hal-hal mulia ini."
4. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenan dengan manifestasi landasan indria (ayatanappannatti). Bhante, inilah enam landasan indria dalam dan luar (cha-ajjhattika bahira ayatana); mata dan obyek penglihatan; telinga dan suara; hidung dan bebauan; lidah dan obyek yang dikecap; badan dan obyek yang dapat disentuh; pikiran dan obyek pikiran (dhamma)."
"Bhante, inilah ajaran tentang manifestasi landasan indria yang tak dapat dibandingi, yang telah dipahami sepenuhnya oleh Sang Bhagava, dan di luar apa yang dipahami oleh Sang Bhagava, tak ada lagi yang dapat dimengerti lebih tinggi. Demikianlah juga, tidak pernah ada samana atau brahmana siapa pun, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava berkenaan dengan manifestasi landasan indria ini."
5. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan hal memasuki kandungan (gabbhavakkanti). Bhante, terdapat empat macam cara memasuki kandungan, yaitu: Dalam hal ini, Bhante, seorang mahluk tidak tahu (asampajano) sewaktu memasuki kandungan ibu, tidak tahu sewaktu berdiam dalam kandungan ibu, dan juga tidak tahu sewaktu berlalu dari kandungan ibu. Inilah cara memasuki kandungan yang pertama.
Selanjutnya, Bhante, seorang mahluk tahu (sampajano) sewaktu memasuki kandungan ibu, tetapi ia tidak tahu sewaktu berdiam dalam kandungan ibu, dan juga tidak tahu sewaktu berlalu dari kandungan ibu. Inilah cara memasuki kandungan yang yang kedua.
Selanjutnya, Bhante, seorang mahluk tahu sewaktu memasuki kandungan ibu, juga tahu sewaktu berdiam dalam kandungan ibu; tetapi, ia tidak tahu sewaktu berlalu dari kandungan ibu. Inilah cara memasuki kandungan yang yang ketiga.
Selanjutnya, Bhante, seorang mahluk tahu sewaktu memasuki kandungan ibu, tahu sewaktu berlalu dari kandungan ibu. Inilah cara memasuki kandungan yang keempat. Bhante, inilah ajaran tentang hal memasuki kandungan yang tak dapat dibandingi.
6. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan kemampuan-kemampuan menebak pikiran (adesanavidha). Bhante, terdapat empat macam kemampuan menebak pikiran, yaitu:
Dalam hal ini, Bhante, seseorang dapat menebak pikiran, dengan melalui tanda-tanda (nimitta) yang terlihat; "Pikiran (mano) anda adalah demikian, pikiran anda adalah seperti ini, batin (citta) anda adalah seperti itu." Dan seberapa pun banyaknya ia dapat menebak pikiran, namun kemampuannya hanya begitu saja, dan untuk yang lain tidak dapat. Inilah kemampuan menebak pikiran yang pertama.
Dalam hal ini, Bhante, seseorang dapat menebak pikiran tidak dengan melalui tanda-tanda yang terlihat, tetapi dengan melalui mendengarkan suara manusia (manussa) atau yang bukan manusia (ammanussa), atau para dewa (devata): "Pikiran anda adalah demikian, pikiran anda adalah seperti ini, batin anda adalah seperti itu." Dan seberapa pun banyaknya ia dapat menebak pikiran, namun kemampuannya hanya begitu saja, dan untuk yang lain dapat. Inilah kemampuan menebak pikiran yang kedua.
Dalam hal ini, Bhante, seseorang dapat menebak pikiran tidak dengan tanda-tanda yang terlihat dan juga tidak dengan melalui mendengarkan suara manusia atau yang bukan manusia atau para dewa, tetapi dengan melalui merasakan getaran pikiran (vittakavipphara-saddam) seseorang, yang disebabkan oleh vittaka (pengarahan pikiran pada obyek) dan vicara (mempertahankan pikiran pada obyek): "Pikiran anda adalah demikian, pikiran anda adalah seperti ini, batin anda adalah seperti itu." Dan seberapa pun banyaknya ia dapat menebak pikiran, namun kemampuannya hanya begitu saja, dan untuk yang lain tidak dapat. Inilah kemampuan menebak pikiran yang ketiga.
Dalam hal ini, Bhante, seseorang dapat menebak pikiran tidak dengan melalui tanda-tanda yang terlihat, tidak dengan melalui mendengarkan suara manusia atau yang bukan manusia atau para dewa, dan juga tidak dengan melalui cara merasakan getaran pikiran seseorang, yang disebabkan oleh vittaka dan vicara; tetapi, seseorang, yang setelah mencapai samadhi tanpa disertai vittaka dan vicara, dengan pikirannya dapat mengetahui pikiran orang lain: "Sama seperti arah dari kegiatan pikiran (mano sankhara) orang yang baik ini, maka pikiran-pikiran demikian akan merupakan arah pikirannya yang selanjutnya." Dan seberapa pun banyaknya ia dapat menebak pikiran, namun kemampuannya hanya begitu saja, dan untuk yang lain tidak dapat. Inilah kemampuan menebak pikiran yang keempat.
Bhante, inilah ajaran tentang kemampuan-kemampuan menebak pikiran yang tak dapat dibandingi.
7. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan pencapaian-pencapaian pandangan, yaitu:
Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana siapa pun, yang enggan melalui semangat (attapi), usaha (padhana), ketekunan (anuyoga), kewaspadaan (appamada) dan pemikiran yang benar (sammamanasikara), maka ia akan dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan bagian-bagian tubuh ini, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah; yang terselubung kulit dan penuh kotoran. Dalam tubuh ini terdapat: rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput, limpa, paru-paru, usus, selaput usus, isi perut, tinja, empedu, getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, lemak sendi dan air kemih. Inilah pencapaian pandangan yang pertama.
Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana siapa pun, yang dengan melalui semangat (attapi), usaha (padhana), ketekunan (anuyoga), kewaspadaan (appamada) dan pemikiran yang benar (samma-manasikara), maka ia akan dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan bagian-bagian tubuh ini, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah; yang terselubung kulit dan penuh kekotoran.
Dalam tubuh ini terdapat; rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput, limpa, paru-paru, usus, selaput usus, isi perut, tinja, empedu, getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, lemak sendi dan air kemih. Selanjutnya ia merenungkan terhadap kerangka manusia yang diselubungi dengan kulit, daging dan darah. Inilah pencapaian pandangan yang kedua.
Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat (attapi), usaha (padhana), ketekunan (anuyoga), kewaspadaan (appamada) dan pemikiran yang benar (samma-manasikara), maka ia akan dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan bagian-bagian tubuh ini, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah; yang terselubung kulit dan penuh kekotoran.
Dalam tubuh ini terdapat: rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput, limpa, paru-paru, usus, selaput usus, isi perut, tinja, empedu, getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, lemak sendi dan air kemih. Ia merenungkan kerangka manusia yang diselubungi dengan kulit, daging dan darah.
Selanjutnya ia merenungkan terhadap arus kesadaran (vinnana-sota) manusia yang dapat terus berlangsung dalam dunia ini dan dalam dunia selanjutnya. Inilah pencapaian pandangan yang ketiga.
Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat (attapi), usaha (padhana), ketekunan (anuyoga), kewaspadaan (appamada) dan pemikiran yang benar (samma-manasikara), maka ia akan dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan bagian-bagian tubuh ini, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah; yang terselubung kulit dan penuh kekotoran.
Dalam tubuh ini terdapat: rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput, limpa, paru-paru, usus, selaput usus, isi perut, tinja, empedu, getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, lemak sendi dan air kemih. Ia merenungkan kerangka manusia yang diselubungi dengan kulit, daging dan darah. Selanjutnya ia merenungkan terhadap arus kesadaran manusia, yang dapat terus berlangsung tidak dalam dunia ini maupun dalam dunia selanjutnya. Inilah pencapaian pandangan yang keempat.
Bhante, inilah ajaran tentang pencapaian-pencapaian pandangan yang tak dapat dibandingi.
8. Begitu juga, Bhante dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan penggolongan individu (puggala pannatti). Bhante, terdapat tujuh macam individu, yaitu: orang yang terbebas melalui dua cara (ubhatobhaga vimutto); orang yang terbebas melalui kebijaksanaan (panna vimutto); orang yang terbebas melalui penyadaran terhadap badan jasmani (kaya-sakkhi); orang yang terbebas melalui pandangan (ditthi-patto); orang yang terbebas melalui keyakinan (saddh-vimutto); orang yang terbebas karena telah menyadari hakekat Kebenaran (Dhammanusari); dan orang yang terbebas karena mengikuti ajaran keyakinan (saddha-nusari).
Bhante, inilah ajaran tentang penggolongan individu yang tak dapat dibandingi.
9. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan usaha (padhana). Bhante, terdapat tujuh faktor penerangan sempurna (satta sambojjhanga), yaitu: faktor penerangan sempurna kesadaran (sati sambojjhanga); faktor penerangan sempurna-penelitian terhadap kebenaran (dhammavicaya sambojjhanga); faktor penerangan sempurna semangat (viriya sambojjhanga); faktor penerangan sempurna gairah (piti sambojjhanga); faktor penerangan sempurna ketentraman (pasaddhi sambojjhanga); faktor penerangan sempurna konsentrasi (samadhi sambojjhanga); dan faktor penerangan sempurna keseimbangan batin (upekkha sambojjhanga).
Bhante, inilah ajaran tentang usaha (padhana) yang tak dapat dibandingi.
10. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan ukuran kemajuan praktek (patipada). Bhante, terdapat empat macam ukuran kemajuan praktek, yaitu: praktek yang sukar dengan kemajuan lambat (dukkha patipada dandhabhinna); praktek yang sukar dengan kemajuan cepat (dukkha patipada dankhippabhinna); praktek yang mudah dengan kemajuan cepat (sukha patipada khippabhinna); dan praktek yang mudah dengan kemajuan cepat (sukha patipada khippabhinna).
"Bhante, di sini praktek yang sukar dengan kemajuan lambat itu dianggap rendah karena dua hal, yaitu karena dari sukarnya maupun karena dari lambatnya. Bhante, di sini praktek yang sukar dengan kemajuan cepat itu dianggap rendah, yaitu, karena dari sukarnya. Bhante, di sini praktek yang mudah dengan kemajuan lambat itu dianggap rendah, yaitu karena dari lambatnya. Bhante, di sini praktek yang mudah dengan kemajuan cepat itu dianggap mulia karena dua hal, yaitu karena mudahnya maupun karena dari cepatnya."
"Bhante, inilah ajaran tentang ukuran kemajuan yang tak dapat dibandingi."
11. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan tingkah laku pembicaraan (bhassa-samacara). Dalam hal ini, Bhante, seseorang seharusnya tidak hanya tidak berbicara bohong saja, tetapi juga, dalam berusaha memenangkan persoalan dirinya sendiri, ia seharusnya tidak mengucapkan kata-kata fitnah (vebhutiya-vaca), kata-kata kasar (pisunavaca) dan kata-kata kemarahan (sarambba-vaca); ia selalu mengucapkan kata-kata dengan lembut tentang kebijaksanaan, yang berharga untuk diingat, dan diucapkan pada waktu yang sesuai."
"Bhante, inilah ajaran tentang tingkah laku pembicaraan yang tak dapat dibandingi."
12. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan laku sila manusia (purisa sila samacara). Dalam hal ini, Bhante, seseorang berwatak benar (sacca) dan yakin (saddha); bukan penipu (na kuhaka), bukan pembujuk (na lapaka), bukan pengecoh (na nemittika), bukan pemerdaya (na nipphesika) dan bukan seorang yang tamak untuk memperoleh keuntungan; ia menjaga pintu-pintu indrianya (indriyesu guttadvaro), bersikap sedang-dalam hal makan (bhojane mattannu), bersikap adil (samakari) tidak lengah tetapi tekun (jagariyanuyoga), tidak malas (atandito), penuh semangat, dan rajin (aradhaviriya), ahli dalam jhana, memiliki kesadaran (sati), berbicara dengan sopan (kalyanapatibhano), pandai (gatima), cerdas (dhitima), terpelajar (matima), tidak melekat pada nafsu indria, tetapi memiliki kesadaran dan berhati-hati (nipako)."
"Bhante, inilah ajaran tentang laku sila manusia yang tak dapat dibandingi."
13. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan cara-cara pengajaran (anusasana vidha). Bhante, terdapat empat macam cara pengajaran, yaitu:
'Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikirannya yang bijaksana (yoniso manasikara), bahwa apabila seseorang melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap tiga belenggu (sannojana), orang ini akan menjadi sotapanna (pemenang-arus); ia akan terlepas dari kesengsaraan-kesengsaraan dan pada masa mendatang ia pasti mencapai Penerangan Sempurna (sambodhi).
Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa apabila seseorang melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap tiga belenggu, juga setelah menghancurkan nafsu indria (raga), kebencian (dosa) dan ketidaktahuan (moha), orang ini akan menjadi sakadagami, dan hanya sekali lagi saja lahir kembali ke dunia ini untuk mengakhiri penderitaan."
"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa apabila seseorang melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap lima belenggu yang lebih besar (orambhagiya sanojana), orang ini akan lahir kembali secara spontan (opapatika) di alam dewa; dan di sana ia akan mencapai nibbana, yang karenanya ia tidak akan pernah kembali lagi ke dunia (anagami)."
"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa apabila seseorang melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap kekotoran-kekotoran batin (asava), dan dengan tidak adanya kekotoran-kekotoran batin (anasava), maka pada masa kehidupan sekarang ini juga, setelah mengetahui dan menyadarinya sendiri, orang ini berdiam dalam keadaan pencapaian kebebasan pikiran (ceto vimutti) dan kebebasan melalui kebijaksanaan (pannavimutti)."
"Bhante, inilah ajaran tentang cara-cara pengajaran yang tak dapat dibandingi."
14. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan pengetahuan kebebasan yang akan dicapai oleh orang-orang tertentu (puggala vimutti-nana)."
"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa seseorang, apabila melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap tiga belenggu, orang ini akan menjadi Sotapanna (pemenang arus); ia akan terlepas dari kesengsaraan-kesengsaraan dan pada masa mendatang ia pasti mencapai Penerangan Sempurna (Sambodhi)."
"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa seseorang, apabila melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap tiga belenggu, juga setelah menghancurkan nafsu indria (raga), kebencian (dosa) dan ketidaktahuan (moha), orang ini akan menjadi sakadagami, dan hanya sekali lagi saja lahir kembali ke dunia ini untuk mengakhiri penderitaan."
"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa seseorang, apabila melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap lima belenggu yang lebih besar (orambkagiya sannojana), orang ini akan lahir kembali secara spontan (opapatika) di alam dewa; dan di sana ia akan mencapai nibbana, yang karenanya ia tidak akan pernah lahir kembali ke dunia (anagami)."
"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa seseorang, apabila melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap kekotoran-kekotoran batin (asava), dan dengan tidak adanya kekotoran-kekotoran batin (anasava), maka, pada masa kehidupan sekarang ini juga, setelah mengetahui dan menyadarinya sendiri, orang ini berdiam dalam keadaan pencapaian kebebasan pikiran (ceto vimutti) dan kebebasan melalui kebijaksanaan (panna vimutti)."
"Bhante, inilah ajaran tentang pengetahuan kebebasan yang akan dicapai oleh orang-orang tertentu (puggala vimutti nana) yang tak dapat dibandingi."