Sampasadaniya Sutta

singthung

New member
SAMPASADANIYA SUTTA



Demikian yang telah kami dengar:

1. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Nalanda, di Hutan Mangga Pavarika. Kemudian bhikkhu Sariputta menemui Sang Bhagava, memberi hormat dan duduk di sampingnya. Ketika telah duduk di sana, bhikkhu Sariputta berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, demikianlah keyakinan yang kami miliki terhadap Sang Bhagava, bahwasanya tidak pernah ada samana atau brahmana manapun, baik dari masa yang lampau, yang akan datang maupun yang sekarang, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi, daripada Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna (Sambodhi)".

"Sariputta, sungguh luar biasa dan sungguh gagah kata-kata yang kau ucapkan itu. Dengan suara bagaikan raungan singa, engkau menyatakan: "Bhante, demikianlah keyakinan yang kami miliki terhadap Sang Bhagava, bahwasanya tidak pernah ada samana atau brahmana manapun, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna (Sambodhi)."

2. "Sariputta, apakah dengan pikiranmu engkau dapat mengetahui pikiran para Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang pernah ada pada masa lampau bahwa mereka memiliki sila demikian, memiliki ajaran (dhamma) demikian, memiliki kebijaksanaan (panna) demikian, memiliki cara hidup (vihara dhamma) demikian, memiliki kebebasan (vimutti) demikian?"
"Tidak, Bhante."
"Sariputta, apakah dengan pikiranmu engkau dapat mengetahui pikiran para Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang akan ada pada masa yang akan datang, bahwa mereka akan memiliki sila demikian, memiliki ajaran demikian, memiliki kebijaksanaan demikian, memiliki cara hidup demikian, memiliki kebebasan demikian?"
"Tidak, Bhante."
"Sariputta, apakah dengan pikiranmu engkau dapat mengetahui pikiran-Ku, yang sekarang sebagai seorang Arahat, Sammasambuddha, bahwa Aku memiliki sila demikian, memiliki ajaran demikian, memiliki kebijaksanaan demikian, memiliki cara hidup demikian, memiliki kebebasan demikian?"
"Tidak, Bhante."
"Sariputta, dalam hal ini engkau sehenarnya tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui pikiran (cetopariya-nana) para Arahat, Sammasambuddha, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang. Tetapi Sariputta, mengapa sungguh luar biasa dan sungguh gagah kata-kata yang kau ucapkan itu? Dengan suara bagaikan raungan singa, engkau menyatakan: "Bhante, demikianlah keyakinan yang kami miliki terhadap Sang Bhagava, bahwasanya tidak pernah ada samana atau brahmana siapa pun, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna (Sambodhi)?"

"Bhante, sebenarnya kami tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui pikiran para Arahat, Sammasambuddha, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang. Tetapi, meskipun demikian kami memiliki pengetahuan tentang tradisi Dhamma (Dhammanvayo)."

"Bhante, sama seperti perbatasan-negara milik seorang raja yang mempunyai benteng yang kokoh, dengan dinding dan menara penjagaan yang kuat dan hanya mempunyai sebuah pintu saja. Dan di sana, ada seorang penjaga pintu yang pandai, berpengalaman serta cerdas, yang akan mengusir orang-orang yang tidak dikenal dan hanya mengijinkan masuk orang-orang yang dikenal saja. Ketika ia memeriksa dengan menyusuri jalan yang mengelilingi dinding benteng-negara itu, ia tidak melihat adanya sebuah lubang atau celah, di dinding benteng-negara itu, yang cukup untuk dilewati oleh binatang, sekali pun hanya sekecil seekor kucing. Dan ia berpikir: "Seberapa pun besarnya mahluk-mahluk yang akan masuk atau meninggalkan negara ini, mereka semua hanya dapat melalui pintu ini."

"Bhante, hanya dengan cara demikian aku memiliki pengetahuan tentang tradisi Dhamma (Dhammanvayo). Oleh karena, para Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang pernah ada pada masa lampau, dengan meninggalkan lima rintangan batin (pancanivarana) dan noda-noda pikiran (citta-upakkilesa) melalui kekuatan kebijaksanaan, dan dengan pikiran yang terpusat baik pada empat landasan kesadaran (cattarosatipatthana), serta mengembangkan dengan sempurna tujuh faktor Penerangan Sempurna (satta-sambojjhanga), maka mereka telah mencapai kesempurnaan sepenuhnya dalam Penerangan Sempurna (Sambodhi) yang tiada bandingannya (anuttara)."

"Demikian juga, Bhante, oleh karena pada Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang akan datang, dengan meninggalkan lima rintangan batin dan noda-noda pikiran melalui kekuatan kebijaksanaan, dan dengan pikiran yang terpusat baik pada empat landasan kesadaran, serta mengembangkan dengan sempurna tujuh faktor Penerangan Sempurna, maka mereka telah mencapai kesempurnaan sepenuhnya dalam Penerangan Sempurna (Sambodhi) yang tiada bandingannya (anuttara)."

"Dan Bhante sendiri, yang kini sebagai Bhagava, Arahat, Sammasambuddha masa sekarang, dengan meninggalkan lima rintangan batin dan noda-noda pikiran melalui kekuatan kebijaksanaan, dan dengan pikiran yang terpusat baik pada empat landasan kesadaran serta mengembangkan dengan sempurna tujuh faktor Penerangan Sempurna, telah mencapai kesempurnaan sepenuhnya dalam Penerangan Sempurna (Sambodhi) yang tiada bandingannya (anuttara)."

"Bhante, pada suatu ketika aku pergi menemui Sang Bhagava untuk mendengarkan khotbah Dhamma. Kemudian, Bhante, Sang Bhagava mengajarkan Dhamma kepadaku, yang masing-masing pokok selalu lebih tinggi daripada yang belakangan, dengan dibandingkan terhadap hal-hal yang terang dan hal-hal yang gelap. Bhante, sewaktu Sang Bhagava mengajarkan Dhamma kepadaku, yang masing-masing pokok selalu lebih tinggi daripada yang belakangan, dengan dibandingkan terhadap hal-hal yang terang dan hal-hal yang gelap, maka kami mengerti Dhamma itu, satu Dhamma di antara Dhamma-Dhamma lain yang sempurna, dan kami menjadi yakin terhadap Sang Guru (Sattha). Dalam hati aku mengakui: "Sang Bhagava adalah Sammasambuddha; Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagava; Sangha telah bertindak baik.

3. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan hal-hal mulia (kusala-dhamma), yaitu: empat landasan kesadaran (cattaro satipatthana); empat usaha benar (cattaro sammappadhana); empat jalan kesuksesan (cattaro iddhipada); lima kemampuan (pancaindriya); lima kekuatan (panca-bala); tujuh faktor Penerangan Sempurna (satta sambojjhanga); Jalan Mulia berfaktor delapan (ariya attahangika magga)."

"Di sini, Bhante, seorang bhikkhu dengan menghancurkan kekotoran-kekotoran batin (asava) yang ada dalam dirinya, dan dengan tidak adanya kekotoran-kekotoran batin (anasava), maka pada masa kehidupan sekarang ini juga, setelah mengetahui dan menyadarinya sendiri, ia berdiam dalam keadaan pencapaian kebebasan pikiran (ceto-vimutti) dan kebebasan melalui kebijaksanaan (panna-vimutti)."

"Bhante, inilah ajaran tentang hal-hal mulia yang tak dapat dibandingi, yang telah dipahami sepenuhnya oleh Sang Bhagava; dan di luar apa yang dipahami Sang Bhagava, tak ada lagi yang dapat dimengerti lebih tinggi. Demikian juga, tidak pernah ada samana atau brahmana, manapun, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava berkenaan dengan hal-hal mulia ini."

4. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenan dengan manifestasi landasan indria (ayatanappannatti). Bhante, inilah enam landasan indria dalam dan luar (cha-ajjhattika bahira ayatana); mata dan obyek penglihatan; telinga dan suara; hidung dan bebauan; lidah dan obyek yang dikecap; badan dan obyek yang dapat disentuh; pikiran dan obyek pikiran (dhamma)."

"Bhante, inilah ajaran tentang manifestasi landasan indria yang tak dapat dibandingi, yang telah dipahami sepenuhnya oleh Sang Bhagava, dan di luar apa yang dipahami oleh Sang Bhagava, tak ada lagi yang dapat dimengerti lebih tinggi. Demikianlah juga, tidak pernah ada samana atau brahmana siapa pun, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava berkenaan dengan manifestasi landasan indria ini."

5. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan hal memasuki kandungan (gabbhavakkanti). Bhante, terdapat empat macam cara memasuki kandungan, yaitu: Dalam hal ini, Bhante, seorang mahluk tidak tahu (asampajano) sewaktu memasuki kandungan ibu, tidak tahu sewaktu berdiam dalam kandungan ibu, dan juga tidak tahu sewaktu berlalu dari kandungan ibu. Inilah cara memasuki kandungan yang pertama.

Selanjutnya, Bhante, seorang mahluk tahu (sampajano) sewaktu memasuki kandungan ibu, tetapi ia tidak tahu sewaktu berdiam dalam kandungan ibu, dan juga tidak tahu sewaktu berlalu dari kandungan ibu. Inilah cara memasuki kandungan yang yang kedua.

Selanjutnya, Bhante, seorang mahluk tahu sewaktu memasuki kandungan ibu, juga tahu sewaktu berdiam dalam kandungan ibu; tetapi, ia tidak tahu sewaktu berlalu dari kandungan ibu. Inilah cara memasuki kandungan yang yang ketiga.

Selanjutnya, Bhante, seorang mahluk tahu sewaktu memasuki kandungan ibu, tahu sewaktu berlalu dari kandungan ibu. Inilah cara memasuki kandungan yang keempat. Bhante, inilah ajaran tentang hal memasuki kandungan yang tak dapat dibandingi.

6. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan kemampuan-kemampuan menebak pikiran (adesanavidha). Bhante, terdapat empat macam kemampuan menebak pikiran, yaitu:

Dalam hal ini, Bhante, seseorang dapat menebak pikiran, dengan melalui tanda-tanda (nimitta) yang terlihat; "Pikiran (mano) anda adalah demikian, pikiran anda adalah seperti ini, batin (citta) anda adalah seperti itu." Dan seberapa pun banyaknya ia dapat menebak pikiran, namun kemampuannya hanya begitu saja, dan untuk yang lain tidak dapat. Inilah kemampuan menebak pikiran yang pertama.

Dalam hal ini, Bhante, seseorang dapat menebak pikiran tidak dengan melalui tanda-tanda yang terlihat, tetapi dengan melalui mendengarkan suara manusia (manussa) atau yang bukan manusia (ammanussa), atau para dewa (devata): "Pikiran anda adalah demikian, pikiran anda adalah seperti ini, batin anda adalah seperti itu." Dan seberapa pun banyaknya ia dapat menebak pikiran, namun kemampuannya hanya begitu saja, dan untuk yang lain dapat. Inilah kemampuan menebak pikiran yang kedua.

Dalam hal ini, Bhante, seseorang dapat menebak pikiran tidak dengan tanda-tanda yang terlihat dan juga tidak dengan melalui mendengarkan suara manusia atau yang bukan manusia atau para dewa, tetapi dengan melalui merasakan getaran pikiran (vittakavipphara-saddam) seseorang, yang disebabkan oleh vittaka (pengarahan pikiran pada obyek) dan vicara (mempertahankan pikiran pada obyek): "Pikiran anda adalah demikian, pikiran anda adalah seperti ini, batin anda adalah seperti itu." Dan seberapa pun banyaknya ia dapat menebak pikiran, namun kemampuannya hanya begitu saja, dan untuk yang lain tidak dapat. Inilah kemampuan menebak pikiran yang ketiga.

Dalam hal ini, Bhante, seseorang dapat menebak pikiran tidak dengan melalui tanda-tanda yang terlihat, tidak dengan melalui mendengarkan suara manusia atau yang bukan manusia atau para dewa, dan juga tidak dengan melalui cara merasakan getaran pikiran seseorang, yang disebabkan oleh vittaka dan vicara; tetapi, seseorang, yang setelah mencapai samadhi tanpa disertai vittaka dan vicara, dengan pikirannya dapat mengetahui pikiran orang lain: "Sama seperti arah dari kegiatan pikiran (mano sankhara) orang yang baik ini, maka pikiran-pikiran demikian akan merupakan arah pikirannya yang selanjutnya." Dan seberapa pun banyaknya ia dapat menebak pikiran, namun kemampuannya hanya begitu saja, dan untuk yang lain tidak dapat. Inilah kemampuan menebak pikiran yang keempat.

Bhante, inilah ajaran tentang kemampuan-kemampuan menebak pikiran yang tak dapat dibandingi.

7. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan pencapaian-pencapaian pandangan, yaitu:

Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana siapa pun, yang enggan melalui semangat (attapi), usaha (padhana), ketekunan (anuyoga), kewaspadaan (appamada) dan pemikiran yang benar (sammamanasikara), maka ia akan dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan bagian-bagian tubuh ini, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah; yang terselubung kulit dan penuh kotoran. Dalam tubuh ini terdapat: rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput, limpa, paru-paru, usus, selaput usus, isi perut, tinja, empedu, getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, lemak sendi dan air kemih. Inilah pencapaian pandangan yang pertama.

Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana siapa pun, yang dengan melalui semangat (attapi), usaha (padhana), ketekunan (anuyoga), kewaspadaan (appamada) dan pemikiran yang benar (samma-manasikara), maka ia akan dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan bagian-bagian tubuh ini, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah; yang terselubung kulit dan penuh kekotoran.

Dalam tubuh ini terdapat; rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput, limpa, paru-paru, usus, selaput usus, isi perut, tinja, empedu, getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, lemak sendi dan air kemih. Selanjutnya ia merenungkan terhadap kerangka manusia yang diselubungi dengan kulit, daging dan darah. Inilah pencapaian pandangan yang kedua.

Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat (attapi), usaha (padhana), ketekunan (anuyoga), kewaspadaan (appamada) dan pemikiran yang benar (samma-manasikara), maka ia akan dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan bagian-bagian tubuh ini, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah; yang terselubung kulit dan penuh kekotoran.

Dalam tubuh ini terdapat: rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput, limpa, paru-paru, usus, selaput usus, isi perut, tinja, empedu, getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, lemak sendi dan air kemih. Ia merenungkan kerangka manusia yang diselubungi dengan kulit, daging dan darah.

Selanjutnya ia merenungkan terhadap arus kesadaran (vinnana-sota) manusia yang dapat terus berlangsung dalam dunia ini dan dalam dunia selanjutnya. Inilah pencapaian pandangan yang ketiga.

Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat (attapi), usaha (padhana), ketekunan (anuyoga), kewaspadaan (appamada) dan pemikiran yang benar (samma-manasikara), maka ia akan dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan bagian-bagian tubuh ini, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah; yang terselubung kulit dan penuh kekotoran.

Dalam tubuh ini terdapat: rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput, limpa, paru-paru, usus, selaput usus, isi perut, tinja, empedu, getah lambung, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, lemak sendi dan air kemih. Ia merenungkan kerangka manusia yang diselubungi dengan kulit, daging dan darah. Selanjutnya ia merenungkan terhadap arus kesadaran manusia, yang dapat terus berlangsung tidak dalam dunia ini maupun dalam dunia selanjutnya. Inilah pencapaian pandangan yang keempat.

Bhante, inilah ajaran tentang pencapaian-pencapaian pandangan yang tak dapat dibandingi.

8. Begitu juga, Bhante dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan penggolongan individu (puggala pannatti). Bhante, terdapat tujuh macam individu, yaitu: orang yang terbebas melalui dua cara (ubhatobhaga vimutto); orang yang terbebas melalui kebijaksanaan (panna vimutto); orang yang terbebas melalui penyadaran terhadap badan jasmani (kaya-sakkhi); orang yang terbebas melalui pandangan (ditthi-patto); orang yang terbebas melalui keyakinan (saddh-vimutto); orang yang terbebas karena telah menyadari hakekat Kebenaran (Dhammanusari); dan orang yang terbebas karena mengikuti ajaran keyakinan (saddha-nusari).

Bhante, inilah ajaran tentang penggolongan individu yang tak dapat dibandingi.

9. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan usaha (padhana). Bhante, terdapat tujuh faktor penerangan sempurna (satta sambojjhanga), yaitu: faktor penerangan sempurna kesadaran (sati sambojjhanga); faktor penerangan sempurna-penelitian terhadap kebenaran (dhammavicaya sambojjhanga); faktor penerangan sempurna semangat (viriya sambojjhanga); faktor penerangan sempurna gairah (piti sambojjhanga); faktor penerangan sempurna ketentraman (pasaddhi sambojjhanga); faktor penerangan sempurna konsentrasi (samadhi sambojjhanga); dan faktor penerangan sempurna keseimbangan batin (upekkha sambojjhanga).

Bhante, inilah ajaran tentang usaha (padhana) yang tak dapat dibandingi.

10. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan ukuran kemajuan praktek (patipada). Bhante, terdapat empat macam ukuran kemajuan praktek, yaitu: praktek yang sukar dengan kemajuan lambat (dukkha patipada dandhabhinna); praktek yang sukar dengan kemajuan cepat (dukkha patipada dankhippabhinna); praktek yang mudah dengan kemajuan cepat (sukha patipada khippabhinna); dan praktek yang mudah dengan kemajuan cepat (sukha patipada khippabhinna).

"Bhante, di sini praktek yang sukar dengan kemajuan lambat itu dianggap rendah karena dua hal, yaitu karena dari sukarnya maupun karena dari lambatnya. Bhante, di sini praktek yang sukar dengan kemajuan cepat itu dianggap rendah, yaitu, karena dari sukarnya. Bhante, di sini praktek yang mudah dengan kemajuan lambat itu dianggap rendah, yaitu karena dari lambatnya. Bhante, di sini praktek yang mudah dengan kemajuan cepat itu dianggap mulia karena dua hal, yaitu karena mudahnya maupun karena dari cepatnya."

"Bhante, inilah ajaran tentang ukuran kemajuan yang tak dapat dibandingi."

11. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan tingkah laku pembicaraan (bhassa-samacara). Dalam hal ini, Bhante, seseorang seharusnya tidak hanya tidak berbicara bohong saja, tetapi juga, dalam berusaha memenangkan persoalan dirinya sendiri, ia seharusnya tidak mengucapkan kata-kata fitnah (vebhutiya-vaca), kata-kata kasar (pisunavaca) dan kata-kata kemarahan (sarambba-vaca); ia selalu mengucapkan kata-kata dengan lembut tentang kebijaksanaan, yang berharga untuk diingat, dan diucapkan pada waktu yang sesuai."

"Bhante, inilah ajaran tentang tingkah laku pembicaraan yang tak dapat dibandingi."

12. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan laku sila manusia (purisa sila samacara). Dalam hal ini, Bhante, seseorang berwatak benar (sacca) dan yakin (saddha); bukan penipu (na kuhaka), bukan pembujuk (na lapaka), bukan pengecoh (na nemittika), bukan pemerdaya (na nipphesika) dan bukan seorang yang tamak untuk memperoleh keuntungan; ia menjaga pintu-pintu indrianya (indriyesu guttadvaro), bersikap sedang-dalam hal makan (bhojane mattannu), bersikap adil (samakari) tidak lengah tetapi tekun (jagariyanuyoga), tidak malas (atandito), penuh semangat, dan rajin (aradhaviriya), ahli dalam jhana, memiliki kesadaran (sati), berbicara dengan sopan (kalyanapatibhano), pandai (gatima), cerdas (dhitima), terpelajar (matima), tidak melekat pada nafsu indria, tetapi memiliki kesadaran dan berhati-hati (nipako)."

"Bhante, inilah ajaran tentang laku sila manusia yang tak dapat dibandingi."

13. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan cara-cara pengajaran (anusasana vidha). Bhante, terdapat empat macam cara pengajaran, yaitu:

'Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikirannya yang bijaksana (yoniso manasikara), bahwa apabila seseorang melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap tiga belenggu (sannojana), orang ini akan menjadi sotapanna (pemenang-arus); ia akan terlepas dari kesengsaraan-kesengsaraan dan pada masa mendatang ia pasti mencapai Penerangan Sempurna (sambodhi).

Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa apabila seseorang melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap tiga belenggu, juga setelah menghancurkan nafsu indria (raga), kebencian (dosa) dan ketidaktahuan (moha), orang ini akan menjadi sakadagami, dan hanya sekali lagi saja lahir kembali ke dunia ini untuk mengakhiri penderitaan."

"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa apabila seseorang melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap lima belenggu yang lebih besar (orambhagiya sanojana), orang ini akan lahir kembali secara spontan (opapatika) di alam dewa; dan di sana ia akan mencapai nibbana, yang karenanya ia tidak akan pernah kembali lagi ke dunia (anagami)."

"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa apabila seseorang melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap kekotoran-kekotoran batin (asava), dan dengan tidak adanya kekotoran-kekotoran batin (anasava), maka pada masa kehidupan sekarang ini juga, setelah mengetahui dan menyadarinya sendiri, orang ini berdiam dalam keadaan pencapaian kebebasan pikiran (ceto vimutti) dan kebebasan melalui kebijaksanaan (pannavimutti)."

"Bhante, inilah ajaran tentang cara-cara pengajaran yang tak dapat dibandingi."

14. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan pengetahuan kebebasan yang akan dicapai oleh orang-orang tertentu (puggala vimutti-nana)."

"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa seseorang, apabila melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap tiga belenggu, orang ini akan menjadi Sotapanna (pemenang arus); ia akan terlepas dari kesengsaraan-kesengsaraan dan pada masa mendatang ia pasti mencapai Penerangan Sempurna (Sambodhi)."

"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa seseorang, apabila melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap tiga belenggu, juga setelah menghancurkan nafsu indria (raga), kebencian (dosa) dan ketidaktahuan (moha), orang ini akan menjadi sakadagami, dan hanya sekali lagi saja lahir kembali ke dunia ini untuk mengakhiri penderitaan."

"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa seseorang, apabila melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap lima belenggu yang lebih besar (orambkagiya sannojana), orang ini akan lahir kembali secara spontan (opapatika) di alam dewa; dan di sana ia akan mencapai nibbana, yang karenanya ia tidak akan pernah lahir kembali ke dunia (anagami)."

"Bhante, Sang Bhagava mengetahui melalui pemikiran-Nya yang bijaksana, bahwa seseorang, apabila melaksanakan apa yang Beliau ajarkan, maka dengan penghancuran total terhadap kekotoran-kekotoran batin (asava), dan dengan tidak adanya kekotoran-kekotoran batin (anasava), maka, pada masa kehidupan sekarang ini juga, setelah mengetahui dan menyadarinya sendiri, orang ini berdiam dalam keadaan pencapaian kebebasan pikiran (ceto vimutti) dan kebebasan melalui kebijaksanaan (panna vimutti)."

"Bhante, inilah ajaran tentang pengetahuan kebebasan yang akan dicapai oleh orang-orang tertentu (puggala vimutti nana) yang tak dapat dibandingi."
 
15. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan 'faham tentang kekekalan' (sassata-vada)."

"Bhante, terdapat tiga macam 'faham tentang kekekalan', yaitu:

'Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat, usaha, ketekunan, kewaspadaan dan pemikiran yang benar, maka ia dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan berbagai macam kelahirannya pada masa lampau: pada satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, duapuluh kelahiran, tigapuluh kelahiran, empatpuluh kelahiran, limapuluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, beberapa ratus kelahiran, beberapa ribu kelahiran, beberapa ratus ribu kelahiran, secara, begini: Di suatu tempat demikian, namaku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, makananku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan demikian, batas usiaku adalah sekian tahun. Kemudian, setelah aku berlalu dari keadaan itu, aku lahir kembali di suatu tempat demikian: di sana namaku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, makananku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan demikian, batas usiaku adalah sekian tahun. Dan setelah aku berlalu dari keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di sini. Demikianlah ia dapat mengingat kembali bermacam-macam kelahirannya pada masa lampau, dengan berbagai ragamnya dengan berbagai keterangannya. Dan ia berkata kepada dirinya sendiri: pada masa yang lampau, aku mengetahui apakah dunia ini pernah mengalami proses perkembangan (samvatta), atau pernah mengalami proses kehancuran (vivatta). Tetapi aku tidak mengetahui masa yang akan datang: apakah dunia akan mengalami proses perkembangan atau akan mengalami proses kehancuran. Baik jiwa (atta) maupun dunia (loka) adalah kekal adanya, tidak membentuk sesuatu yang baru, tetap bagaikan puncak gunung karang atau bagaikan tiang yang terpancang kokoh. Dan walaupun mahluk-mahluk berpindah-pindah, mati dan lahir kembali dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya, namun demikian mereka tetap kekal selamanya. Inilah 'faham tentang kekekalan' yang pertama.

"Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat, usaha, ketekunan, kewaspadaan dan pemikiran yang benar, maka ia dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan berbagai macam kelahirannya pada masa lampau: pada satu proses perkembangan-kehancuran dunia, dua proses perkembangan-kehancuran dunia, tiga proses perkembangan-kehancuran dunia, empat proses perkembangan-kehancuran dunia, tiga proses perkembangan-kehancuran dunia, sepuluh proses perkembangan-kehancuran dunia, secara begini: Di suatu tempat demikian, namaku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, makananku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan demikian, batas usiaku adalah sekian tahun. Dan setelah aku berlalu dari keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di suatu tempat demikian: di sana namaku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan demikian, batas usiaku adalah sekian tahun. Dan setelah aku berlalu dari keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di sini. Demikianlah ia dapat mengingat kembali bermacam-macam kelahirannya pada masa lampau, dengan berbagai ragamnya, dengan berbagai keterangannya. Dan ia berkata kepada dirinya sendiri: pada masa yang telah lampau, aku mengetahui apakah dunia ini pernah mengalami proses perkembangan, atau pernah mengalami proses kehancuran. Tetapi aku tidak mengetahui masa yang akan datang: apakah dunia akan mengalami proses perkembangan atau akan mengalami proses kehancuran. Baik jiwa maupun dunia adalah kekal adanya, tidak membentuk sesuatu yang baru, tetap bagaikan puncak gunung karang atau bagaikan tiang yang terpancang kokoh. Dan walaupun mahluk-mahluk berpindah-pindah, mati dan lahir kembali dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya, namun demikian mereka tetap kekal selamanya. Inilah 'faham tentang kekekalan' yang kedua."

"Dalam hal ini, Bhante, samana dan brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat, usaha, ketekunan, kewaspadaan dan pemikiran yang benar, maka ia dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan berbagai macam kelahirannya pada masa lampau: pada sepuluh proses perkembangan-kehancuran dunia, dua puluh proses perkembangan-kehancuran dunia, tigapuluh proses perkembangan-kehancuran dunia, empatpuluh proses perkembangan-kehancuran dunia: Di suatu tempat demikian, namaku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, makananku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan demikian, batas usiaku adalah sekian tahun. Kemudian, setelah aku berlalu dari keadaan itu, aku lahir kembali di suatu tempat adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, makananku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan demikian, batas usiaku adalah sekian tahun. Dan setelah aku berlalu dari keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di sini. Demikianlah ia dapat mengingat kembali bermacam-macam kelahirannya pada masa lampau, dengan berbagai ragamnya dengan berbagai keterangannya. Dan ia berkata kepada dirinya sendiri: pada masa yang telah lampau, aku mengetahui apakah dunia ini pernah mengalami proses perkembangan, atau pernah mengalami proses kehancuran. Tetapi aku tidak mengetahui masa yang akan datang: apakah dunia akan mengalami proses perkembangan atau akan mengalami proses kehancuran. Baik jiwa maupun dunia adalah kekal adanya, tidak membentuk sesuatu yang baru, tetap bagaikan puncak gunung karang atau bagaikan tiang yang terpancang kokoh. Dan walaupun mahluk-mahluk berpindah-pindah, mati dan lahir kembali dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya, namun demikian mereka tetap kekal selamanya. Inilah 'faham tentang kekekalan' yang ketiga.

"Bhante, inilah ajaran tentang 'faham tentang kekekalan' yang tak dapat dibandingi."

16. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan pengetahuan ingatan terhadap kehidupan-kehidupan lampau (pubbenivasanussati nana)."

"Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat, usaha, ketekunan, kewaspadaan dan pemikiran yang benar, maka ia dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia merenungkan berbagai macam kelahirannya pada masa lampau: pada suatu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, duapuluh kelahiran, tigapuluh kelahiran, empatpuluh kelahiran, limapuluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, melalui banyak masa perkembangan (samvatta-kappa), melalui banyak masa kehancuran (vivatta-kappa), dan melalui banyak masa perkembangan-kehancuran (samvatta-vivatta kappa): Di suatu tempat demikian, namaku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, makananku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan demikian, batas usiaku adalah sekian tahun. Kemudian, setelah aku berlalu dari keadaan itu, aku lahir kembali di suatu tempat demikian: di sana namaku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, makananku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan demikian, batas usiaku adalah sekian tahun. Dan setelah aku berlalu dari keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di sini. Demikianlah ia dapat mengingat kembali bermacam-macam kelahirannya pada masa lampau, dengan berbagai ragamnya, dengan berbagai keterangannya."

"Bhante, terdapat mahluk-mahluk yang panjang usianya tidak dapat diketahui, baik dengan hitungan maupun perkiraan. Dan meskipun sebelumnya mereka pernah hidup dalam bentuk perwujudan (atta-bhava) apapun juga, apakah yang berbentuk (rupi) atau tidak berbentuk (arupi), memiliki persepsi (sanni), tanpa persepsi (asanni), atau bukan memiliki persepsi dan bukan tanpa persepsi (nevasannisasanni); namun demikian, ia dapat mengingat kembali bermacam-macam kelahirannya pada masa lampau, dengan berbagai ragamnya, dengan berbagai keterangannya."

"Bhante, inilah ajaran tentang pengetahuan ingatan terhadap kehidupan kehidupan lampau yang tak dapat dibandingi."

17. Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan pengetahuan tentang timbul dan lenyapnya mahluk-mahluk (cutupapata-nana).

"Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat, usaha, ketekunan, kewaspadaan dan pemikiran yang benar, maka ia dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, dengan kemampuan mata-dewa (dibba cakkhu) yang murni, yang melebihi mata manusia, ia dapat melihat bagaimana setelah mahluk-mahluk berlalu dari satu perwujudan, muncul dalam perwujudan lain. Ia mengetahui bahwasanya mahluk-mahluk berada dalam keadaan rendah atau mulia, indah atau jelek, bahagia atau menderita adalah sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka sendiri: "Mahluk-mahluk ini, Saudara, memiliki perbuatan tidak baik melalui jasmani, ucapan dan pikiran, penghina para suci, penganut pandangan-pandangan keliru, dan melakukan perbuatan-perbuatan menurut pandangan keliru. Maka, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), alam neraka (niraya). Tetapi mahluk-mahluk yang lain, Saudara, memiliki perbuatan baik melalui jasmani, ucapan dan pikiran, bukan penghina para suci, penganut pandangan-pandangan benar, dan melakukan perbuatan-perbuatan menurut pandangan benar. Maka, pada saat kehancuran tubuhnya setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia (suggati), alam surga (sagga). Demikianlah, dengan kemampuan mata-dewa yang murni yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana mahluk-mahluk berlalu dari satu perwujudan ke perwujudan lain. Ia mengetahui bahwasanya mahluk-mahluk berada dalam keadaan rendah atau mulia, indah atau jelek, bahagia atau menderita, adalah sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka sendiri."

"Bhante, inilah ajaran tentang pengetahuan timbul dan lenyapnya mahluk-mahluk (cutupapata-nana) yang tak dapat dibandingi."

18. "Begitu juga, Bhante, dalam hal ini tak dapat dibandingi cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma yang berkenaan dengan macam-macam iddhi (perbuatan-perbuatan gaib). Bhante, terdapat dua macam iddhi."

"Bhante, ada iddhi yang masih disertai kekotoran-kekotoran batin (sasava) dan bersifat keduniawian (saupadhi), yang disebut iddhi tidak suci (anariya). Bhante, ada iddhi yang tidak disertai kekotoran-kekotoran batin (anasava) dan tanpa sifat keduniawian (anupadhi), yang disebut iddhi suci (ariya).

Bhante, apakah iddhi yang masih disertai kekotoran-kekotoran batin dan bersifat keduniawian, yang disebut iddhi tidak suci itu? Dalam hal ini, Bhante, samana atau brahmana yang mana pun, yang dengan melalui semangat, usaha, ketekunan, kewaspadaan dan pemikiran yang benar, maka ia dapat memusatkan pikirannya. Dan setelah pikirannya menjadi teguh, ia melakukan iddhi dalam aneka ragamnya: dari satu ia menjadi banyak atau dari banyak ia kembali menjadikan dirinya satu; ia menjadikan dirinya dapat dilihat atau ia menjadikan dirinya tidak dapat dilihat; tanpa merasa terhalang ia berjalan menembusi dinding, benteng atau gunung, seolah-olah berjalan melalui ruang kosong; ia menyelam dan timbul melalui tanah, seolah-olah menyelam dalam air; ia berjalan di atas air tanpa tenggelam, seolah-olah berjalan di atas tanah; dengan duduk bersila ia melayang-melayang di udara, seperti seekor burung dengan sayapnya; dan dengan tangan ia dapat meraba bulan dan matahari yang begitu dahsyat dan perkasa; ia dapat pergi mengunjungi alam-alam Brahma dengan membawa tubuh kasarnya."

"Bhante, inilah iddhi yang masih disertai kekotoran-kekotoran batin dan bersifat keduniawian, yang disebut iddhi tidak suci."

"Bhante, apakah iddhi yang tidak disertai kekotoran-kekotoran batin dan tanpa sifat keduniawian, yang disebut iddhi suci itu? Dalam hal ini, Bhante, apabila seorang bhikkhu menginginkan berdiam tanpa persepsi akan hal yang menjijikkan di antara hal yang menjijikkan, maka ia dapat berdiam di sana tanpa persepsi akan hal yang menjijikkan; apabila ia menginginkan berdiam dengan persepsi akan hal yang menjijikkan di antara hal yang menjijikkan, maka ia dapat berdiam di sana dengan persepsi akan hal yang menjijikkan; apabila ia menginginkan berdiam tanpa persepsi akan hal yang menjijikkan di antara hal yang menjijikkan dan hal yang tidak menjijikkan, maka ia dapat berdiam di sana tanpa persepsi akan hal menjijikkan; apabila ia menginginkan menghindari keduanya, yaitu hal yang menjijikkan dan hal yang tidak menjijikan, maka ia dapat berdiam disana dengan persepsi akan hal yang menjijikan; atau, apabila ia menginginkan menghindari keduanya, yaitu hal yang menjijikkan dan hal yang tidak menjijikkan, dan berdiam dengan seimbang serta memiliki kesadaran (sati) dan pengertian tentang (sampajanna), maka ia dapat berdiam di sana dengan seimbang serta memiliki kesadaran dan pengertian terang.

"Bhante, inilah iddhi yang tidak diserai kekotoran-kekotoran batin dan tanpa sifat keduniawian, yang disebut iddhi suci."

"Bhante, inilah ajaran tentang macam-macam iddhi (perbuatan-perbuatan gaib) yang tak dapat dibandingi, yang telah dipahami sepenuhnya oleh Sang Bhagava; dan di luar apa yang dipahami Sang Bhagava, tak ada lagi yang dapat dimengerti lebih tinggi. Demikian juga, tidak pernah ada samana atau brahmana yang mana pun, yang memiliki pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava berkenaan dengan macam-macam iddhi ini."

19. "Bhante, apa pun juga yang dapat dicapai oleh seorang warga keluarga yang memiliki keyakinan, semangat dan kekuatan; yang dapat dicapai dengan kekuatan manusia, semangat manusia, perjuangan manusia dan daya tahan manusia; hal itu semuanya telah dicapai oleh Sang Bhagava. Karena Bhante, Sang Bhagava tidak lagi melekat pada nafsu kesenangan-kesenangan indria, yang rendah, kasar, milik duniawi tidak suci dan tidak memberi manfaat; dan karena, Bhante, Sang Bhagava tidak lagi menjalankan praktek penyiksaan diri, yang menyakitkan, tidak suci dan tidak memberi manfaat; maka; Sang Bhagava dapat mencapai empat jhana, tingkat batin yang tinggi (abhicetasika), yang membuat Beliau dapat tinggal dengan bahagia pada masa sekarang ini juga, dengan sekehendak hati, tanpa kesukaran dan tanpa kesulitan."

"Bhante, apabila seseorang bertanya: Kawan, Sariputta, apakah pernah ada samana atau brahmana yang mana pun pada masa lampau, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna? Maka ketika ia bertanya demikian, Bhante, aku berkata tidak ada. Apabila seorang bertanya: Kawan, Sariputta, apakah akan ada samana atau brahmana yang mana pun pada masa yang akan datang, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi dari pada Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna? Maka, ketika ia bertanya demikian, Bhante, aku berkata tidak ada. Apabila seseorang bertanya: Kawan, Sariputta, apakah ada samana atau brahmana yang mana pun pada masa sekarang, yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi daripada Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna? Maka ketika ia bertanya demikian, Bhante, aku berkata tidak ada."

"Bhante, apabila seseorang bertanya: Kawan, Sariputta, apakah pernah ada samana atau brahmana yang mana pun pada masa lampau, yang mempunyai pengetahuan sama dengan Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna? Maka ketika ia bertanya demikian, Bhante, aku berkata ada. Apabila seseorang bertanya: Kawan, Sariputta, apakah akan ada samana atau brahmana yang mana pun pada masa yang akan datang, yang mempunyai pengetahuan sama dengan Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna? Maka ketika ia bertanya demikian, Bhante, aku berkata ada. Apabila seseorang bertanya: Kawan, Sariputta, apakah ada samana atau brahmana yang mana pun pada masa sekarang, yang mempunyai pengetahuan sama dengan Sang Bhagava dalam hal Penerangan Sempurna? Maka ketika ia bertanya demikian, Bhante, aku berkata tidak ada."

"Bhante, apabila seseorang bertanya demikian: Apa sebab bhikkhu Sariputta mengakui satu hal dan mengingkari satu hal? Maka ketika ia bertanya demikian, Bhante, aku menjawab: Kawan, di hadapan Sang Bhagava sendiri aku telah mendengar, di hadapan Sang Bhagava sendiri aku telah diberitahu bahwasanya para Arahat, Sammasambuddha pada masa lampau telah memiliki pengetahuan yang sama dalam hal Penerangan Sempurna. Hal ini, kawan, di hadapan Sang Bhagava sendiri aku telah mendengar, di hadapan Sang Bhagava sendiri aku telah diberitahu, bahwasanya para Arahat, Sammasambuddha pada masa yang akan datang akan memiliki pengetahuan yang sama dalam hal Penerangan Sempurna. Hal ini, kawan, di hadapan Sang Bhagava sendiri aku telah mendengar, di hadapan Sang Bhagava sendiri aku telah memberitahu, bahwasanya tidaklah mungkin, tidak pernah terjadi dan suatu keadaan yang tidak pernah ada, apabila dalam satu sistim-dunia (lokadhatu) yang sama dapat lahir dua orang Arahat, Sammasambuddha secara bersamaan."

"Bhante, ketika ditanya demikian dan aku menjawab demikian, apakah dengan begitu aku telah menyatakan apa yang sesuai dengan yang telah diucapkan oleh Sang Bhagava, atau apakah aku tidak menuduh Sang Bhagava dengan apa yang tidak benar; dan apakah dengan begitu aku telah menerangkan Dhamma sesuai dengan Dhamma dan apakah ada alasan bagi penganut ajaran lain untuk mencela Dhamma itu?"

"Benar, Sariputta, ketika ditanya demikian dan engkau menjawab demikian, maka engkau telah menyatakan apa yang sesuai dengan yang telah diucapkan oleh Sang Bhagava, dan engkau tidak menuduh Sang Bhagava dengan apa yang tidak benar; dan dengan begitu engkau telah menerangkan Dhamma sesuai dengan Dhamma, dan tidak ada alasan bagi penganut ajaran lain untuk mencela Dhamma itu."

20. Ketika Sang Bhagava telah selesai bersabda demikian, bhikkhu Udayi berkata kepada Sang Bhagava demikian: "Sungguh luar biasa, Bhante! Sungguh mengagumkan, Bhante! Betapa sederhana, puas dan tulusnya Sang Tathagata; walaupun Sang Tathagata begitu perkasa dan begitu agungnya, tetapi Beliau tidak mengumumkan diri-Nya sendiri. Tetapi, apabila pertapa penganut ajaran lain yang mana pun dapat memahami sekali pun hanya satu dari ajarannya sendiri, maka karena hal itu mereka segera akan melambai-lambaikan bendera ke mana-mana. Sungguh luar biasa, Bhante! Sungguh mengagumkan, Bhante! Betapa sederhana, puas dan tulusnya Sang Tathagata; walaupun Sang Tathagata begitu perkasa dan begitu agungnya, tetapi Beliau tidak mengumumkan diri-Nya sendiri."

"Maka ingatlah hal ini, Udayi, bahwasanya betapa sederhana, puas dan tulusnya Sang Tathagata; walaupun Sang Tathagata begitu perkasa dan begitu agungnya, tetapi Beliau tidak mengumumkan diri-Nya sendiri. Tetapi, Udayi, apabila pertapa penganut ajaran lain yang mana pun dapat memahami sekali pun hanya satu dari ajarannya sendiri, maka karena hal itu mereka segera akan melambai-lambaikan bendera ke mana-mana. Maka ingatlah hal ini, Udayi, bahwasanya betapa sederhana, puas dan tulusnya Sang Tathagata; walaupun Sang Tathagata begitu perkasa dan begitu agungnya, tetapi Beliau tidak mengumumkan diri-Nya sendiri."

21. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada bhikkhu Sariputta begini : "Karenanya, Sariputta, engkau harus sering mengkhotbahkan Dhamma ini kepada para bhikkhu dan bhikkhuni para upasaka dan upasika. Sariputta, orang bodoh yang memiliki keragu-raguan dan kebimbangan apa pun juga mengenai diri Sang Tathagata, bila mereka telah mendengar khotbah dhamma ini, maka mereka akan menghapus keragu-raguan dan kebimbangan apa pun juga yang mereka miliki mengenai diri Sang Tathagata."

Demikianlah, dengan cara ini bhikkhu Sariputta menyatakan keyakinannya di hadapan Sang Bhagava. Karena itu, sebutan lain bagi pengakuannya ini adalah "Sampasadaniya", "Keyakinan yang memberi rasa puas"
 
Back
Top