Manggala Sutta

singthung

New member


PUBBE CA KATAPUNNATA
(Berkat Jasa-Jasa di Kehidupan Lampau)

Agama Buddha yakin akan kelahiran kembali. Oleh karena itu, umat Buddha meyakini bahwa perbuatan yang dilakukan di kehidupan lampau mempengaruhi kondisi kehidupan sekarang. Perbuatan buruk yang telah dilakukan akan memberikan dampak buruk dalam kehidupan sekarang. Demikian pula, perbuatan terpuji di kelahiran sebelumnya akan membuahkan kesejahteraan, hasil yang menyenangkan dalam kehidupan sekarang. Oleh karena itu jasa-jasa dalam kehidupan yang lampau adalah berkah utama.

Dalam agama Buddha, proses kehidupan tidak hanya dimulai dari kehidupan sekarang. Setiap orang mengalami banyak kelahiran sebelumnya. Kalimat "Pubbe ca Katapunnata" mengandung kata "Pubbe" artinya "yang lampau". Pengertian yang lampau tidak terbatas pada hanya satu kelahiran sebelumnya tetapi serangkaian kehidupan sebelumnya. Setiap orang terlahir di tempat yang berbeda-beda, sesuai dengan hasil perbuatan mereka. Kejahatan yang dilakukan pada kelahiran sebelumnya bukanlah berkah. Karena mereka akan menderita sesuai perbuatan buruknya dalam kehidupan sekarang ini.

Untuk itu, seseorang yang memiliki jasa-jasa di kehidupan lampau memiliki kesempatan untuk memperoleh kebajikan lebih banyak. Dalam perjalanan hidup seseorang, ia senantiasa melakukan perbuatan yang disebut "Kamma." Beberapa perbuatan ini berakibat langsung, tetapi ada juga yang berakibat lama.

Pada saat kematian, benih-benih perbuatan seseorang tidak berhenti, melainkan mengikuti terus ke kelahiran berikutnya. Akibat dari benih-benih ini akan mempengaruhi kondisi kehidupannya kelak. Oleh karena itu, bila seseorang memiliki kebajikan, akan menuntunnya ke kelahiran berikutnya. Hal ini mengakibatkan ia terlahir dalam kondisi yang bahagia.

Ketika seseorang terlahir dengan bekal kebajikan, ia akan memperoleh kesempatan untuk melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan ini. Sehingga ia akan senantiasa menikmati kualitas hidup yang baik pada kelahiran-kelahiran berikutnya.

Seseorang yang memiliki jasa-jasa kebajikan secara fisik dan spiritual lebih baik daripada orang yang banyak melakukan kejahatan di masa lampau. Mereka akan terlahir dengan banyak hambatan fisik maupun spiritual. Sehingga mereka tidak dapat mengharapkan untuk memperoleh kebajikan dalam kehidupan sekarang. Sang Buddha telah menunjukkan pada banyak kesempatan, bagaimana perbuatan seseorang di masa lampau mempengaruhi kehidupannya sekarang. Orang yang berhasil dalam berbagai hal, karena ia memiliki jasa-jasa kebajikan sebelumnya. Karena itu, terlahir dengan jasa-jasa dalam hidup yang lampau adalah berkah utama.

Kita dapat melihat orang yang memiliki banyak kebajikan melalui kualitas mentalnya, mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan sekarang. la juga yakin akan memperoleh kebahagiaan di masa yang akan datang. Mereka memiliki pikiran yang tenang, termasuk pada saat kematiannya.

Meskipun mereka telah menikmati kebahagiaan dalam kehidupan sekarang, ia tetap tidak boleh mengabaikan kebajikan dalam kehidupan ini juga, agar pada kehidupan berikutnya, ia tetap akan terlahir di alam yang berbahagia.

=============================

ATTASAMMAPANIDI CA
(Menuntun Diri ke Arah yang Benar)

Seluruh rangkaian kehidupan manusia akan terus-menerus berlangsung di dunia ini. Sebagian orang mencemari kehidupannya, mereka menghancurkan diri mereka sendiri dengan berbagai cara. Ada yang kecanduan mengkonsumsi minuman keras dan obat terlarang yang menghancurkan masa depan mereka. Orang yang gemar berjudi menyia-nyiakan keberuntungan serta kebahagiaan dirinya sendiri dan keluarganya.

Sebagian lain memilih jalan hidup kriminal dan akhirnya harus mengenyam dalam penjara bahkan kondisi yang lebih buruk. Ada pula yang membenamkan diri tanpa tujuan dan tak memiliki tujuan hidup. Orang tersebut tidak mampu memikul beban hidup yang menimpanya. Mereka ibarat kapal yang berlayar tanpa kemudi.

Sebaliknya ada orang yang memiliki disiplin, pengertian dan pengendalian diri, menjalani hidup dengan baik. Mereka menyadari apa yang harus dicapai dalam hidupnya. Sebagai contoh, orang mengejar keberhasilan duniawi. Memberikan perhatian penuh pada tujuan yang ingin dicapai. Sebagian menekuni profesinya, merencanakan masa depan dengan hati-hati. Pikirannya tidak pernah goyah dengan sasaran yang telah ditetapkan. Mereka memperoleh kesuksesan duniawi -kekayaan, kekuasaan, dan kemasyuran.

Sementara sebagian orang bertujuan mencapai keberhasilan duniawi, ada juga yang bertekad berhasil dalam spiritual. Melalui proses latihan keras, mereka maju pesat untuk mencapai tujuan spiritualnya.

Keberhasilan dicapai melalui keputusan yang mantap untuk melangkah ke arah tujuan yang diinginkan dalam kehidupan. Sekali keputusan ditetapkan, mereka bekerja keras untuk mencapai sasarannya.

Di sini, Sang Buddha telah menunjukkan bahwa keberhasilan harus dicapai melalui arah tujuan yang mantap. Orang lain dapat memberikan petunjuk dan saran. Namun, keberhasilan harus dilakukan oleh orang itu sendiri.

Pada saat seseorang dapat menuntun dirinya sendiri ke arah yang benar, ia tidak akan ragu-ragu, ia tidak akan goyah oleh keragu-raguan dan ketidakpastian. Ia memiliki kepercayaan diri. Ia tidak tergantung pada orang lain atau kekuatan lain di luar dirinya. Mereka yang memiliki tujuan yang benar, tidak akan mengikuti jalan yang salah dan tidak memanjakan diri dengan perbuatan-perbuatan yang tercela.

Bila kebajikan seseorang telah tertanam dengan kuat, mereka harus senantiasa waspada dan menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat menjauhkan diri mereka dari jalan yang benar. Mereka harus selalu waspada dalam setiap kesempatan untuk meyakinkan bahwa mereka berjalan di arah yang benar dengan mantap.

Oleh karena itu, melangkah di arah yang benar tidaklah cukup. Mereka harus senantiasa waspada dengan kemajuan yang diperoleh, agar tidak tersesat.

Setiap orang harus berhasil dalam kehidupannya dengan mulai melatih diri di jalan benar sejak dini.

Meskipun seseorang telah tersesat namun ia tetap dapat mengubah jalan hidupnya ke hal-hal yang positif. Sang Buddha dalam hal ini telah menjelaskan bahwa seseorang yang menuntun dirinya ke arah yang benar adalah berkah utama.


===========================

BAHU SACCAN CA
(Pengetahuan yang Luas)


Dalam kehidupan, memiliki pengetahuan luas adalah berkah utama. Tanpa pengetahuan yang cukup orang tidak dapat menuntun hidupnya dengan lebih baik. Di masa lalu, kebanyakan orang memperoleh pengetahuan dengan mendengarkan orang yang berpengetahuan. Oleh karena itu, pada masa lalu orang yang memiliki pengetahuan dikatakan "Bahussuta" -seseorang yang telah banyak mendengar.

Pada zaman tersebut, hubungan guru-murid masih sakral. Murid-murid akan duduk di bawah kaki gurunya untuk mempelajari berbagai hal. Pemikiran religius dan filosofi diturunkan dari generasi ke generasi melalui budaya lisan dan kemampuan menghafal.

Dalam budaya mendengar murid harus memiliki daya ingat yang tajam. Di samping itu, murid-murid yang berkeinginan untuk belajar, harus memiliki tekad yang kuat. Pada zaman itu, meskipun mereka dapat membaca, mereka juga tetap menemui orang yang memiliki pengetahuan dan mendengarkan perbincangan mereka untuk memahami berbagai pokok permasalahan.

Pada zaman Sang Buddha, para brahmana dan yang lainnya mengunjungi Sang Buddha dengan tujuan bertanya dan mendengarkan ajaran Beliau. Banyak di antara mereka sangat terkesan dengan ajaran Sang Buddha sehingga mereka melepaskan keyakinan sebelumnya dan menjadi pengikut Beliau. Pengetahuan Beliau membimbing mereka menuju pencerahan.

Pengetahuan yang luas merupakan kunci keberhasilan hidup. Jenis pengetahuan yang ia milikilah yang dapat menolongnya mencapai keberhasilan. Ia harus memahami dengan baik pokok-pokok permasalahan yang penting dalam kehidupan. Ia harus menyadari, sedikit banyak, sifat-sifat kehidupan, makna perilaku manusia dan tujuan dan kehidupan individu di dalam masyarakat. Ia harus tahu apa yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Membimbing orang lain mengetahui apa yang pantas dan penting, ia juga harus belajar untuk menerima nasehat dan tuntunan.

Pada zaman Sang Buddha, banyak orang berkelana untuk mencari pengetahuan spiritual. Pangeran Siddharta pun bertemu dengan banyak guru-guru spiritual, Ia tidak puas dengan pengetahuan yang telah diperoleh dari guru-gurunya. Karena itu, Beliau mengembangkan kemampuan dengan caranya sendiri. Pencerahan Sang Buddha merupakan hasil dari pengetahuan yang telah diperoleh.

Dalam kehidupan modern sekarang pun, agar dapat berhasil dalam kehidupan, pengetahuan adalah sarana yang terpenting. Tidak seperti di zaman-zaman dahulu, pada zaman sekarang kita dapat belajar banyak melalui aneka ragam sarana. Dewasa ini, orang mencari pengetahuan melalui komputer dan dari sumber-sumber informasi yang lain. Dengan bantuan teknologi seperti internet, orang dapat mencari pengetahuan seluas mungkin.

Di zaman modern, pengetahuan diperoleh melalui berbagai media. Kehidupan modern berjalan seiring dengan sistem teknologi komunikasi yang demikian pesat. Pada akhirnya, pengetahuan yang luas sangat penting dalam kehidupan modern sekarang karena pengetahuan yang luas (Bahusaccan) sesungguhnya merupakan berkah utama.

==============================

SIPPAN CA
(Memiliki Keterampilan)​


Dalam semua berkah utama yang disampaikan oleh Sang Buddha, beliau menjelaskan salah satunya adalah seseorang harus memiliki keterampilan. Sang Buddha menekankan hal ini karena sangat penting bagi setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam beberapa hal.

Bahkan dalam pendidikan modern pun, keterampilan sangat diperlukan. Pendidikan akademi tidaklah cukup. Nilai tambah seseorang menjadi lebih karena keterampilan yang dimiliki. Belajar dari buku saja tidak cukup untuk terjun ke masyarakat sosial. Zaman dahulu, pendidikan yang didapatkan oleh seorang pangeran pun tidak dianggap cukup, sampai dengan ia dapat menguasai suatu keterampilan. Pangeran Siddharta belajar tentang kebijaksanaan dalam bekerja, filosofi, dan agama.

Tetapi sebagai Pangeran, Beliau harus memiliki keterampilan. Beliau tidak akan dipandang sebagai orang yang sesuai untuk diberikan kepercayaan kecuali Ia memiliki keterampilan. Beliau harus memamerkan kemampuannya di depan umum, pada pertemuan orang-orang penting dalam kerajaan.

Orang yang memiliki banyak keterampilan tidak akan mengalami kesulitan, mereka mampu memperoleh mata pencaharian dan memenuhi kebutuhan hidupnya dalam segala situasi. Mereka dapat mengatasi berbagai macam keadaan.

Di beberapa universitas modern, pelajar dibebaskan dari kegiatan akademis agar mereka dapat keluar dan melatih keterampilan, misalnya pelajar wanita menekuni kerajinan tangan, pelajar pria pun mengasah keterampilan yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Memiliki keterampilan memungkinkan orang dapat menuju kualitas hidup yang lebih baik. Mereka yang tidak memiliki keterampilan hanya akan membuang-buang waktunya dengan percuma. Membicarakan orang lain di waktu senggang, atau melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan.

Sang Buddha menjelaskan bahwa memiliki keterampilan adalah berkah utama, tentu saja orang tersebut juga harus tetap memiliki pikiran yang bersih.

Sebagian orang memanfaatkan waktu senggangnya dengan berburu. Ini bukanlah kegiatan yang sehat, sebab kegiatan tersebut menyakiti makhluk hidup lainnya.

Keterampilan yang dimiliki haruslah dapat memberikan manfaat pada diri sendiri dan juga orang lain.

Sang Buddha juga menganjurkan kepada para bhikkhu agar memiliki banyak keterampilan. Banyak bhikkhu di zaman Sang Buddha ahli dalam membuat jubah. Sang Buddha telah membuktikan bahwa keterampilan akan membawa keberuntungan karena dapat memberikan berkah baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.

Keterampilan seseorang seharusnya mulai dilatih sejak masa kecil, sehingga mereka dapat memiliki kualitas kehidupan yang baik. Kesimpulannya, memiliki keterampilan sesungguhnya adalah berkah utama.


 
ANAKULA CA KAMMANTA
(Bekerja Bebas Dari Pertentangan)


Sang Buddha menjelaskan "bekerja tanpa cela" adalah berkah utama. Kita perlu mengetahui jenis pekerjaan yang tidak tercela. Kata Pali yang digunakan untuk menyatakan "bekerja" adalah "kammanta".

Kata ini dapat diartikan sebagai kegiatan, mata pencaharian, perbuatan, pekerjaan, bahkan kegiatan bisnis pun dapat dikatakan sebagai "kammanta". Kesimpulannya, segala kegiatan yang dilakukan baik untuk mengumpulkan nafkah maupun tindakan yang hanya membuang waktu dapat dikategorikan sebagai "kammanta".

Orang disibukkan dengan profesi, mata pencaharian dan pekerjaan. Tetapi, kegiatan-kegiatan yang dilakukan seharusnya "anakula"-tanpa cela. "Anakula" juga berarti segala tindakan yang tidak mengakibatkan perselisihan atau kecemasan.

Kehidupan manusia penuh dengan gangguan dan kekacauan. Orang terombang ambing karena kebencian, keserakahan, iri hati dan sikap-sikap lain yang tidak sehat. Gangguan dan perselisihan ini berakibat penderitaan. Oleh karena itu sudah menjadi tanggung jawab setiap orang untuk menjalani kehidupan yang jauh dari perselisihan sehingga dapat mengurangi penderitaan.

Sudah seharusnya tujuan kehidupan manusia adalah memberikan kontribusi menuju keutuhan sosial dan tidak menambah perselisihan yang sudah ada. Dimanapun juga seseorang harus memilih cara hidup yang tidak menimbulkan gangguan dalam kehidupan masyarakat.

Dalam ajaran sang Buddha kegiatan berdagang senjata, menjual dan menyiapkan minuman keras, menjual racun adalah mata pencaharian yang tercela. Orang harus menjauhkan diri dari bentuk kegiatan tersebut. Umat Buddha harus menjauhkan diri dari pekerjaan yang dapat merugikan. Bila seseorang menjalani pekerjaan atau profesi dengan sikap tidak tercela, ia harus meyakini pekerjaan yang dilakukan dapat memberi manfaat besar untuk orang banyak.

Kebiasaan dalam bekerja pun seharusnya tidak tercela. Menjadi seorang pedagang bukanlah pekerjaan tercela, bila hanya menjual barang yang bermanfaat dan dilakukan dengan benar. Bila barang yang dijual tidak sesuai beratnya atau mutunya tidak dapat diterima, hal ini sudah tercela.

Dewasa ini, banyak jenis makanan yang dijual dalam keadaan terkontaminasi. Hal ini juga merupakan cara hidup yang tercela.

Kebiasaan bekerja dengan perilaku yang benar harus dimulai sejak kecil. Bila anak dididik melakukan berbagai hal dengan perilaku tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain, mereka akan belajar untuk berbuat yang tidak tercela. Mereka yang menjalani kegiatan-kegiatan yang tidak sehat merusak masa depan anaknya sendiri.

Banyak pelaku bisnis yang berperilaku tercela mengikut-sertakan anak-anaknya. Ini akan berdampak pada masalah-masalah lain.Sang Buddha menjelaskan "bekerja tanpa cela" sebagai berkah utama karena akan berdampak positip ke seluruh masyarakat.

Mata pencaharian yang benar adalah kegiatan yang dikelola dengan baik untuk mendapatkan manfaat yang diharapkan. Kegiatan tidak dapat dikelola dengan baik bilamana tidak dilakukan pada saat yang tepat, tidak sistematis dan tidak antusias. Kegiatan yang membuahkan hasil yang baik bila kita dapat menghargai waktu, mengelola secara benar dan usaha tanpa mengenal lelah.


===================

DANAM CA
(Berdana)​


"Dana" secara umum berarti memberi. Tetapi, sesungguhnya Dana ini juga memiliki pengertian luas. Bukan hanya semata-mata dana amal. Memberi materi, hadiah tentunya diartikan sebagai, dana.

Pada saat kita menyediakan makanan dan kebutuhan-kebutuhan lain kepada para Bhikkhu, juga disebut "dana". Agar memiliki keinginan untuk memberi, seseorang harus memiliki kemurahan hati dalam pikirannya. Bila ia memberi dalam keadaan terpaksa, tidak dapat dikatakan "dana" yang benar. Hal ini hanya akan menjadi kegiatan rutin. Agar tindakan memberi tersebut benar-benar bermanfaat, haruslah timbul dari pengertian yang benar mengenai dana.

Pikiran dari pemberi sangatlah penting. Seseorang harus memberi dengan perasaan senang. Agar perbuatan tersebut membuahkan hasil yang baik, keinginan yang mendasari perbuatannya haruslah benar-benar murni.

Motivasi mementingkan diri sendiri akan mengurangi kualitasnya. Jika memberi untuk mendapatkan hasil timbal balik, ini sama saja dengan transaksi bisnis, kualitas spiritualnya menjadi berkurang. Si pemberi seharusnya hanya memikirkan kebutuhan orang yang menerima. Dengan sikap tersebut perbuatannya akan bermanfaat.

Memberi tidak hanya dalam bentuk materi. Seseorang dapat mendanakan makanan, baju atau berupa barang lain yang dibutuhkan.

Akan tetapi, kebajikan, juga digolongkan sebagai "dana". Bila seseorang berbicara dengan kata-kata yang baik kepada orang lain, ini juga disebut dana. Senyum yang tulus juga salah satu bentuk dana.

Memberi juga berarti, pengertian sempurna. Bila kita bersedia memaafkan orang lain yang telah melakukan kesalahan, ini juga berarti, kita telah melakukan "dana". Beberapa atasan yang menegur bawahannya dengan kasar, bila mereka melakukannya dengan baik, ini juga termasuk "dana". Dana yang benar memberikan perasaan bahagia dan lapang kepada si penerima. Oleh karena itu kata-kata yang baik dan menyenangkan adalah dana yang besar.

Secara spiritual, umat awam berkewajiban memberikan dana kepada para Bhikkhu. Ini adalah dana spiritual yang tinggi. Pada saat kita berdana materi kepada bhikkhu, kita membantu upaya mereka dalam mencapai kebebasan. Karena itu, melalui dana kita telah ikut mendukung usaha spiritual mereka

Sebagai kaum spiritual para bhikkhu selalu memberikan nasehat dan petunjuk. Mereka mendanakan Dhamma. Ini adalah dana yang tertinggi, Karena itu sang Buddha menyatakan "Sabba danam dhamma danam jinati", (Dana Dhamma melebihi segala bentuk dana).

Bila setiap orang menjalani kehidupannya dengan senantiasa melakukan dana kehidupan di dunia akan sejahtera. Oleh karena itu sang Buddha menjelaskan dana (memberi) adalah berkah utama dan membawa keselamatan. Akibat dari berdana membuahkan hasil berlipat ganda. Dalam pandangan agama Buddha dijelaskan sebagai berikut:


"Pemberi dana mendapatkan kegembiraan dari hasil perbuatannya, Ia akan dihormati orang yang bijaksana, Nama baiknya akan dikenal luas, ia akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain, setiap orang akan menilai ia patut dipercaya".


===========================

DHAMMACARIYA CA
(HIDUP SESUAI DHAMMA)


Makna kata "Dhammacariya" adalah "berperilaku sesuai dhamma". Dhamma sendiri secara umum diartikan sebagai kebenaran.

Perilaku yang benar adalah hasil dari cara hidup yang benar. Seseorang yang menjalani cara hidup benar selalu waspada untuk tidak melakukan hal-hal buruk atau kejahatan.

Pengertian "kebajikan" sendiri diartikan beragam sesuai cara pandang orang masing-masing.

Beberapa golongan tertentu berpendapat, tidak menjadi masalah dengan membunuh binatang bahkan sesama manusia. Tetapi, di dalam agama Buddha, kebajikan memiliki makna yang lebih sehat. Pengertian agama Buddha tentang kebajikan adalah tidak membiarkan segala tindakan yang menyakiti diri sendiri maupun makhluk lain.

Mereka yang menjalani cara hidup dengan benar, mengikuti tuntunan yang sudah ada. Tuntunan ini membantu seseorang dalam menjalani hidup yang penuh kebajikan. Contoh sederhana, ia harus menghindari pembunuhan karena itu adalah kehidupan dan tidak ada alasan lain.

Sang Buddha mengajarkan kebajikan ini dihadapan semua guru-guru yang membimbing umat manusia.

Seseorang tidak boleh mengambil barang yang bukan miliknya. Ia hanya menerima barang yang diberikan. Dengan kata lain, ia tidak boleh mencuri. Mencuri pendapat orang lain pun termasuk kejahatan. Orang yang baik juga tidak melakukan hubungan seks yang salah. Dengan mengikuti tuntunan ini kehidupan sosial menjadi baik dan bersih. Ia juga harus menjauhkan diri dari kebohongan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan orang lain.

Seseorang seharusnya tidak melakukan perbuatan yang dapat merusak nilai-nilai kehidupan sosial. Membuat cerita yang tidak benar, menyebabkan perselisihan adalah bentuk perilaku yang berakibat ketidak harmonisan. Orang yang baik menghindari hal-hal tersebut. Mereka selalu santun, ucapannya dapat diterima semua orang karena memiliki belas kasih yang tinggi.

Orang yang baik selalu sadar akan pentingnya hubungan yang harmonis. Dalam lingkungan masyarakat yang dipenuhi orang-orang baik, rasa damai dan tenteram akan selalu terasa di mana-mana.

Mereka tidak memenuhi pikirannya dengan hal-hal yang tidak berguna yang tidak menuntun ke cara hidup sehat. Mereka tidak mencampuri urusan pribadi orang lain, karena hal ini akan menimbulkan masalah dalam pergaulan masyarakat. Ia tidak mementingkan diri sendiri, senantiasa berpikir untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan dari kebajikannya.

Kehidupan orang baik penuh dengan cinta kasih. Tanpa kebencian sebaliknya memiliki kesabaran. Meskipun ia dibenci, sikapnya tetap tenang dan tidak terganggu.

Orang demikian senantiasa berusaha mencapai kualitas spiritual yang lebih tinggi. Dan menjadi panutan bagi orang lain dalam menjalani hidup yang terbaik. Karena itu, ia tidak hanya melatih kebajikan untuk dirinya, tapi juga untuk orang banyak. Pandangan hidup mereka pun merupakan berkah.

Kita dapat melihat contoh raja Asoka. Beliau merubah seluruh hidupnya menjadi raja agama Buddha, karena sangat terkesan dengan kebajikan Bhikkhu Nigrodha. Melakukan kebajikan sesuai Dhamma sesungguhnya adalah berkah utama.


========================

NATAKANANCA SANGAHO
(Menolong Sanak Keluarga)​


Dalam kelompok masyarakat, setiap orang memiliki pertalian satu sama lain melalui suatu ikatan hubungan. Masing-masing keluarga memiliki anggota dalam rumah tangganya sendiri. Pertalian ini berkembang lagi menjadi hubungan yang lebih luas. Ini menunjukkan, keseluruhan masyarakat sosial terbentuk dari serangkaian kelompok keluarga yang dekat.

Dalam sekelompok manusia tidak ada yang dapat hidup sendiri. Setiap orang memiliki saling ketergantungan. Siapapun tidak memiliki kemampuan untuk dapat menolong semua manusia yang ada di dunia. Akan tetapi, ia dapat menolong anggota keluarganya sendiri. Begitu pula terhadap kerabat-kerabat mereka.

Sudah menjadi kodrat manusia untuk membantu keluarga dan kerabat-kerabatnya dimanapun diperlukan. Di saat mereka membutuhkan, sudah menjadi kewajiban kita untuk memberikan bantuan.

Sanak keluarga akan membantu kita bila kita membutuhkan mereka. Apabila kita tidak membantu pada saat kita mampu, merekapun akan bersikap sama terhadap kita pada saat kita membutuhkan bantuan. Karena itulah, seyogyanya kita memberikan perhatian kepada mereka.

Ada beberapa orang yang cenderung tidak perduli kepada orang lain meskipun ia sendiri mampu untuk menolong. Sikap ini tidak manusiawi.

Meskipun tidak dapat menolong secara material, akan tetapi ia dapat membantu melalui kebajikan. Sebagian orang mengabaikannya. Dengan menolong orang lain, kita akan mendapatkan banyak manfaat. Dengan memiliki nama baik karena menolong orang lain, kita akan diterima dalam lingkungan masyarakat. Hal ini sangat membantu, karena orang lain akan datang memberikan bantuan saat kita membutuhkan.

Ada juga manfaat spiritual yang diperoleh. Ketika menolong orang lain, akan dirasakan kepuasan dari hasil perbuatan tersebut. Setelah melakukan perbuatan baik akan timbul perasaan tenang. Oleh karena itu, menolong sanak keluarga, kerabat, atau orang lain secara alami akan menimbulkan kepuasan batin. Dalam agama Buddha, menolong orang lain adalah kebajikan moral. Sang Buddha memuji para bhikkhu yang senantiasa menolong orang tuanya yang tidak berdaya.

Bahkan binatang pun menolong sesamanya, di zaman Sang Buddha. Ada sebuah kisah mengenai seekor gajah yang menolong induknya yang buta.

Bila kerabat kita dipecat atau tidak mampu, kita berkewajiban menolong mereka. Sang Buddha sendiri melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, Beliau dapat dijadikan sebagai panutan. Menolong orang lain adalah berkah utama dan membawa keselamatan karena berdampak pada kehidupan sosial yang utuh dan harmonis.

Sudah menjadi kewajiban kita untuk saling memperhatikan. Sang Buddha menjelaskan kebajikan ini dalam syair berikut:

Bila orang bijaksana hidup makmur, menolong sanak keluarga dan kerabat. Melalui kebajikannya, ia memperoleh nama baik kemanapun ia berada. Ia akan dipuji orang banyak sebagai orang bajik dan pada kelahiran berikutnya, ia akan terlahir di alam surga yang menyenangkan.

 
ANAVAJJANI KAMMANI
(Perbuatan Tanpa Cela)


Kata Pali "Anavajjani Kammani" berarti perbuatan yang tidak salah, perbuatan yang tidak dilarang, perbuatan yang tidak tercela, perbuatan yang tidak perlu dihindari, atau terjadi karena berakibat buruk. Semua ini menunjukkan bahwa dari segala sisi, perbuatan itu adalah baik.

"Kammani" artinya perbuatan, bekerja atau bentuk pekerjaan yang dapat berupa mata pencaharian, jenis pekerjaan, atau jabatan.

Mengapa Sang Buddha menekankan tentang perbuatan yang benar? Perbuatan/tindakan menggambarkan pelakunya. Mulanya mempengaruhi cara berpikir kita dan pada akhirnya menjadi pola hidup.

Jenis pekerjaan yang kita lakukan akan menentukan kondisi saat ini dan masa depan kita. perbuatan yang benar akan membawa kebahagiaan duniawi dan spiritual. Bagi mereka yang memuaskan diri dengan perilaku-perilaku yang buruk, mungkin akan tampak sukses tetapi bersifat sementara.

Kesuksesan yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak benar, tidak permanen, hanya sementara dan merugikan. Mereka yang menggunakan cara-cara yang tidak benar pasti akan mengalami penderitaan batin bahkan fisik. Kita dapat melihat contoh dari orang yang membiasakan diri dengan perbuatan yang tidak benar, ia dapat menjadi seorang pembunuh. Selalu dipenuhi dengan pikiran tentang membunuh dan menghancurkan orang lain.

Pada zaman Sang Buddha terdapat kisah seorang pejagal babi. Ia telah membunuh banyak babi sebagai mata pencahariannya. Sebelum dibunuh, babi-babi tersebut disiksa dengan berbagai cara. Mereka dikejar hingga berteriak ketakutan dan pada saat disiksa, mereka berteriak kesakitan. Menjelang kematian si pejagal babi berlari seperti babi yang dikejarnya. Ia berlari dengan tangan dan kaki sambil berteriak seperti babi yang kesakitan dan meninggal secara mengenaskan. Perbuatan buruknya telah merubah kehidupannya, membuatnya merosot dan berakhir menjadi manusia babi.

Bagi mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan baik akan tumbuh menjadi manusia yang penuh kebajikan dan masyarakat akan mengasihi serta menyukainya. Mereka hidup bahagia.

Perbuatan-perbuatan yang benar memberikan banyak manfaat, tidak hanya kepada si pelaku tetapi juga kepada orang lain. Singkatnya, perbuatan tanpa cela adalah melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dengan benar.

Menuntun diri ke dalam kehidupan yang tiada cela harus memiliki sila yang baik. Untuk menjalankan sila, ia harus mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk. Jika perilaku seseorang bermoral, batinnya akan merasa damai. Ia akan selalu tenang, terkendali, dan mampu menahan hawa nafsu. Ia tidak akan terpengaruh oleh rasa takut dan malu.

Di dalam masyarakat atau sekelompok orang, bila seseorang melatih diri dan berperilaku yang benar, orang lain pun akan ikut merasakan pengaruhnya. Orang yang memiliki kebajikan mempengaruhi lingkungannya menjadi sebuah lingkungan yang penuh dengan orang-orang bajik.

Banyak cara untuk melakukan perbuatan yang benar. Ia dapat menebarkan rasa damai dan harmoni di dalam rumah tangga dan lingkungannya. Ia dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan terdidik, membantu orang lain ke arah keagamaan. Karena semua ini, Sang Buddha menjelaskan perbuatan tanpa cela sebagai berkah utama.

=================================

ARATI PAPA
(Menjauhi Kejahatan)​


Arti "Arati" di sini adalah tidak melekat, tidak melekat pada kejahatan. Sedangkan kata "Papa" adalah perbuatan jahat atau tidak bijak.

Perbuatan jahat selalu mengakibatkan manusia tersesat. Hal ini disebabkan karena mereka tunduk pada perbuatan jahat dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang tidak baik. Sepanjang hari pikirannya selalu dihinggapi oleh hal-hal yang buruk. Ia selalu berpikir tentang cara-cara untuk berbuat jahat. Perbuatan-perbuatan jahat selalu mengakibatkan kemerosotan akan keharmonisan keluarga.

Segala bentuk kejahatan dimulai dari pikiran manusia. Oleh karena itu, perlu ditanamkan pengertian pada semua orang bahwa perbuatan baik dan buruk berasal dari pikiran. Bila pikiran dapat terkendali dengan baik, kita akan dapat memiliki pengendalian diri dalam setiap perbuatan kita. Dengan pikiran yang terlatih memungkinkan kita untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa manusia tunduk pada perbuatan jahat? Pada sebagian orang, melakukan kejahatan adalah sumber kenikmatan. Mereka bergembira dengan perbuatannya itu. Tetapi, kesenangan yang dirasakannya itu hanya ilusi belaka. Mereka menyadari bahwa perbuatannya salah setelah menerima penderitaan akibat dari perbuatannya. Oleh karena itu, mereka yang tidak ingin mendapat bencana di kemudian hari harus selalu waspada untuk menjauhi perbuatan jahat. Dalam agama Buddha, menjauhi kejahatan adalah kewajiban utama. Bait berikut ini dengan jelas menyatakan intisari ajaran Sang Buddha dan bagi mereka yang selalu mengikuti Jalan-Nya akan selalu menjauhkan diri dari bentuk-bentuk perbuatan jahat.

Sabba papassa akaranam
Kusalassa upasampada
Sacitta pariyo dapanam
Etam Buddhana sasanam

Dalam agama Buddha, kejahatan diterangkan secara jelas. Semua umat diharapkan untuk menjauhi lima bentuk kejahatan. Dengan kata lain, mereka diharapkan dapat menjalankan lima sila untuk mengjauhi lima perbuatan jahat tersebut.

Di kehidupan modern ini, kaum muda sangat mudah sekali tergoda untuk melakukan perbuatan jahat. Para orangtua, guru, dan bhikkhu haruslah benar-benar memperhatikan mereka. Tekanan hidup dapat mengakibatkan mereka jatuh dalam kebiasaan buruk seperti minum-minuman keras dan penyalahgunaan obat terlarang. Masyarakat modern haruslah memikirkan jalan untuk mencegah para kaum muda dari godaan-godaan buruk. Oleh sebab itu, dalam lingkungan masyarakat perlu ditanamkan kesadaran mengenai ajaran-ajaran Sang Buddha kepada mereka, pada generasi muda. Dapat menjauhi perbuatan jahat, tanpa keraguan adalah berkah utama.

Kebajikan dari menjauhi kejahatan dapat dipetik dari kisah seorang penduduk desa yang pergi ke sebuah hutan untuk mencari dua ekor ternaknya yang tersesat. Di tengah hutan, muncul seekor ular besar yang kemudian melilit tubuhnya. Timbul amarahnya dan ia berkeinginan untuk memotong ular besar tersebut dengan pisau yang sedang dipegangnya agar ia dapat membebaskan diri. Tetapi sebagai umat Buddha, ia menyadari bahwa membunuh adalah perbuatan jahat, maka ia membuang pisaunya.

Keajaiban pun muncul, karena ular tersebut merasakan belas kasih darinya, ular tersebut melepaskan lilitannya dan menghilang ke dalam hutan. Menjauhi kejahatan membawa akibat seketika.

========================

VIRATI PAPA
(Tidak Melakukan Kejahatan)​


Sang Buddha menempatkan dua berkah yang berhubungan tentang menjauhi perbuatan jahat sebagai bagian dari berkah utama karena manusia sangat mudah terseret ke dalam perbuatan jahat. Yang pertama adalah "Arati papa" dan yang kedua adalah "virati papa".

Tidak melakukan kejahatan, melatih pikiran agar disiplin sangat penting. Perbuatan seperti apakah yang dikatakan jahat? Perbuatan jahat dapat digambarkan sebagai bentuk sikap/perilaku yang menimbulkan bencana pada diri sendiri maupun orang lain.

Ada berbagai bentuk kejahatan. Umat awam harus mampu menjauhi lima kejahatan utama yaitu membunuh, mencuri, berbuat asusila, berbohong, dan minum minuman keras. Jika diperhatikan, setiap perbuatan tersebut bila dilakukan akan memberi dampak merugikan bagi diri sendiri dan masyarakat.

Mari kita lihat perbuatan membunuh. Bila perbuatan ini dilakukan akan mengakibatkan ketidaktentraman lingkungan masyarakat. Manusia yang melakukan perbuatan tersebut karena alasan-alasan sepele. Sekali kita membunuh manusia atau binatang, kita tidak dapat menghidupkan mereka kembali. Membunuh binatang juga membawa bencana sosial karena di dalam mata rantai kehidupan, setiap binatang memiliki tempatnya masing-masing.

Perbuatan jahat kedua adalah mencuri. Jika kita melakukan perampokan, stabilitas lingkungan akan terganggu. Keamanan masyarakat akan memburuk akibat perbuatan ini yang tidak memikirkan orang lain. Tidak memberikan upah/gaji yang sesuai juga termasuk perbuatan mencuri. Kejahatan ketiga adalah perbuatan asusila. Perbuatan ini mengakibatkan kehancuran dan kesedihan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kejahatan keempat adalah mengucapkan kata-kata yang tidak benar. Kita akan kehilangan kepercayaan dalam hubungan sosial ketika mulai berbohong. Kita tidak dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang harmonis bila terdapat kejujuran. Akibatnya kegiatan sosial dan masyarakat cenderung merosot.

Kejahatan kelima adalah minum minuman keras. Dewasa ini, kehidupan masyarakat sangat buruk karena dipengaruhi oleh minuman keras dan obat-obatan terlarang.

Agar terhindar dari perbuatan jahat, seseorang harus meningkatkan kedisiplinan dalam pikirannya. Mempraktekan ajaran Sang Buddha akan sangat membantu dimana pengendalian diri merupakan hal yang paling utama. Ketika Sang Buddha menjelaskan bahwa tidak melakukan kejahatan adalah suatu berkah, Beliau juga menekankan agar pikiran pun bebas dari hal-hal buruk.Agar berhasil menjauhkan diri dari kejahatan, kita seharusnya benar-benar tidak melakukan kesalahan bahkan dalam pikiran sekalipun.

Kesimpulannya, menjauhi perbuatan jahat sesungguhnya adalah berkah utama. Mereka yang selalu menjauhi perbuatan jahat tidak akan merubah sikapnya, meskipun memiliki kemampuan untuk melakukannya. Mereka menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan, walau ada kesempatan untuk melakukannya.

Suatu ketika, Cakkana, seorang pemuda yang telah menjauhkan diri dari kejahatan diminta oleh kakaknya untuk mengambil daging kelinci yang akan digunakan untuk mengobati ibunya yang sedang sakit keras. Cakkana menemukan seekor kelinci yang tertangkap dalam jebakan, tetapi ia membebaskan kelinci tersebut karena ia telah menjauhkan diri dari kejahatan. Kemudian ia merefleksikan kebajikan yang telah ia lakukan dan melalui perbuatan baiknya itu ia dapat menolong ibunya.

Perbuatan bajik adalah kekuatan untuk menjauhkan diri dari kejahatan.

============================

MAJJAPANA CA SANNAMO
(Menghindari Minuman Keras)​


Hampir seluruh masyarakat modern mulai terjangkit kebiasaan minum minuman keras. Contohnya di Rusia, jatuhnya Republik Soviet sebagian besar disebabkan karena penduduk negara tersebut mempunyai kebiasaan minum yang berlebihan. Pekerjaan di kantor dan pabrik mengalami penurunan produktivitas karena mereka minum. Presiden Gorbachev menentang keras kebiasaan tersebut selama jam kerja. Inilah contoh nyata akibat buruk minuman keras, negara dan masyarakat akan mengalami kemerosotan.

Kerugian yang dialami akibat minum minuman keras adalah kecelakaan. Perasaan damai dan tenang akan hilang akibat kebiasaan minum dari orang-orang sekitarnya. Sebagian orang juga menghabiskan kekayaannya untuk minuman keras. Orang yang memiliki kebiasaan minum sejak usia muda biasanya disebabkan karena pertimbangan mode. Mereka cenderung berpikir bahwa minum minuman keras identik dengan modernisasi.

Pada mulanya, banyak orang minum minuman keras untuk "kepercayaan diri". Akan tetapi, mereka menjadi ketagihan dan mengalami kesulitan untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Beberapa orang berpikir minuman keras dapat memberikan mereka kekuatan baru. Secara ilmu pengetahuan, hal ini merupakan suatu kesalahan karena orang yang berada di bawah pengaruh minuman keras akan menjadi beringas dan melakukan perbuatan yang tidak wajar. Ini bukan disebabkan oleh kekuatan yang diperoleh, tetapi kesadaran dalam pikirannya telah terkikis. Pengendalian dirinya lenyap dan ia akan berperilaku sangat buruk. Secara fisik, kebiasaan minum juga akan merusak sel-sel otak sehingga kapasitas pikirannya akan menurun.

Seseorang yang memiliki kebiasaan ini akan kehilangan rasa tanggung jawabnya. Kasus kecelakaan lalu lintas paling banyak disebabkan oleh pengendara yang sedang mabuk. Penyalahgunaan obat-obatan juga termasuk dalam jenis konsumsi zat-zat keras. Penyalahgunaan obat-obatan telah menjadi ancaman global karena banyak kehidupan anak muda yang rusak sehingga diperlukan usaha dari seluruh pihak untuk menekan peredaran obat-obat terlarang.

Sekalipun telah menggunakan cara yang paling modern, akan tetapi kegagalan cenderung terjadi untuk merehabilitasikan mereka yang telah rusak oleh kebiasaan tersebut. Umat Buddha memiliki kewajiban moral untuk menjauhkan masyarakat dari obat-obatan terlarang. Para anak muda harus dilatih untuk mengatakan `tidak' terhadap zat adiktif ini, meskipun mereka dipaksa untuk mencobanya. Di negara Buddhis pun, kebiasaan minum sudah menjadi kegiatan di waktu-waktu senggang.

Para orangtua memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anaknya dari orang jahat yang membujuk mereka untuk menggunakan zat-zat adiktif ini. Para orangtua dan guru wajib memikirkan cara untuk memberantas ancaman ini. Ketika seorang kepala keluarga minum minuman keras, seluruh keluarga akan mengalami perpecahan. Dalam keluarga yang demikian, anak-anak tidak akan tertolong karena mereka juga memiliki kecenderungan untuk melakukan kejahatan.

Sang Buddha telah menegaskan bahwa menghindari minuman keras adalah berkah utama. Minum minuman keras dapat menggelapkan pikiran dan membuat pikiran menjadi kalut sehingga tidak akan berhasil dalam spiritual. Bahkan keberhasilan duniawi pun tidak akan mungkin diperolehnya. Oleh karena itu, menghindari minuman keras akan membawa keselamatan.


 
Back
Top