Apakah Ajaran Buddha Terbatas Semata-mata Pada Teori Dan Ritual Saja?

singthung

New member
APAKAH AJARAN BUDDHA TERBATAS SEMATA-MATA PADA TEORI DAN KEGIATAN RITUAL SAJA?

137.jpg


Untuk menilai ajaran agama Buddha harus dilihat bagaimana para pengikut di beberapa negara pada jaman lampau mempraktikkan ajaran ini. Ajaran Buddha akan mengalami perubahan ke arah tata cara keagamaan yang secara keseluruhan berbeda dari apa yang Sang Buddha maksudkan.

Lima sila, yang merupakan kebajikan utama seorang umat Buddha, sekarang merupakan lima kalimat yang diucapkan awal upacara atau pertemuan. Lima sila yang seharusnya 100% dipraktikkan sekarang menjadi rangkaian kata-kata pali yang 100% tidak dipraktikkan.

Dewasa ini, lima sila hanya dapat ditemukan pada para bhikkhu yang menuntun umat umat yang taat. Ada ribuan orang yang selalu mengucapkan sila-sila ini di berbagai tempat, tetapi hanya satu atau dua orang yang mampu mempraktikkannya. Komunitas Buddhis memiliki keyakinan untuk menghindari lima perbuatan tercela tersebut. Bila keyakinan ini dijaga dengan teguh maka komunitas tersebut akan terus berkembang.

Ajaran Buddha merupakan sebuah ajaran yang harus dipraktikkan dalam hidup sehari hari. Ajaran Buddha merupakan cara hidup yang terbaik seorang umat manusia. Ajaran Buddha mengajarkan cara yang benar untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Adalah tidak bermanfaat dengan hanya mempelajari teori teori Buddhis atau hanya terus memikirkannya. Prinsip prinsip dan kebajikan yang terdapat dalam ajaran Buddha hendaknya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari jika tidak seseorang tidak dapat dikatakan sebagai umat Buddha yang sebenarnya.

Upacara-upacara, ritual-ritual, stupa-stupa, dan tempat-tempat suci bukanlah intisari ajaran Buddha. Hal ini juga penting untuk keberlangsungan agama, ibarat kulit pohon yang juga perlu agar pohon tersebut tetap hidup. Ketika upacara atau ritual sebuah agama diabaikan, agama tersebut akan punah. Oleh karena itu, upacara dan ritual juga menjadi penting. Akan tetapi, itu bukanlah esensi dari agama. Keberadaan agama bukanlah diperuntukkan untuk hewan melainkan khususnya untuk umat manusia. Bila manusia mengabaikan agama, bila ia tidak membekali kehidupannya dengan ajaran agama, agama tersebut semata-mata hanya menjadi teori dan upacara ritual.

Agama di beberapa negara, mengalami perubahan bentuk. Faktanya, Buddha tidak pernah memikirkan sekelompok orang akan memahat, mengukir, membangun, atau menggambar diri-Nya pada tanah liat, lilin, atau batu, dan terus memujanya. Melakukan hal ini tidaklah salah atau berbahaya. Akan tetapi, ini bukanlah yang Buddha harapkan dari pengikut-Nya. Satu-satunya harapan Beliau adalah umat manusia dapat menempuh Jalan Mulia yang Beliau tunjukkan. Tanpa mengikuti jalan ini, mereka hanya terus memuja-Nya dari pagi hingga malam, tidak hanya satu hari, tetapi ratusan tahun, ia tidak akan pernah mencapai pencerahan. Jika seseorang ingin mencapai pencerahan, ia harus mampu melaksanakan jalan hidup yang telah Beliau tunjukkan. Seseorang dapat menjadi pengikut Buddha yang sebenarnya apabila ia mengikuti Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Agama Buddha bukanlah agama yang mengagumi orang yang lemah, melainkan agama yang menjunjung tinggi kebajikan. Kita memilih Buddha sebagai guru spiritual kita karena kebesaran dan kebajikan-Nya. Kita bukan memuja tubuh-Nya tetapi kebajikan-Nya. Oleh karena itu, guru spiritual kita adalah tubuh dari kebajikan tertinggi. Ketika tidak ada kebajikan, maka Buddha pun tidak ada. Ada ribuan kebajikan seperti murah hati, dermawan, cinta kasih, belas kasihan, simpatik, sederhana, adil, melayani orang lain, dan sabar. Bila tidak ada kebajikan ini maka Buddha juga tidak ada. Kita harus mengenali diri kita sendiri dan tidak melihat sambil lalu tetapi dengan jujur dan serius, berapa banyak kebajikan yang ada dalam diri kita. Kita harus memikirkan hal ini.

Banyak di antara mereka yang mengaku sebagai umat Buddha tetapi dipenuhi dengan perbuatan tercela seperti mencuri, berbohong, tidak jujur, melekat, iri hati. Banyak di antara mereka berjuang untuk memperoleh kekayaan, kekuasaan, dan kemenangan. Mereka lupa apa yang pantas dilakukan dan manusiawi, tidak mengenal ajaran Buddha. Mereka yang mengetahui ajaran ini hanya semata-mata dalam pelayanan kematian, berdana, doa perlindungan, dan mengamati 5 sila. Ajaran Buddha merupakan satu tempat khusus. Pengikutnya ada di mana-mana. Ketika anda menyadari hal ini kita tahu bahwa kita ini adalah saat yang tepat di mana kita harus berdiskusi untuk merencanakan cara-cara dan memperkenalkan ajaran Buddha dalam praktik kehidupan orang sehari-hari. Bila masyarakat menjauhi praktik agama dan jalan kehidupan keagamaan pasti ada alasannya. Kita harus mencoba mencari dan menemukan penyebabnya.

Agama hendaknya disesuaikan dalam kebutuhan hidup manusia, dan juga kebutuhan pada dewasa ini. Tetapi tidak merugikan atau menyalahi prinsip-prinsip utama dan cita-cita luhur agama tersebut.

Jika manusia tidak dapat disadarkan melalui khotbah, dan tidak mengikuti ajaran-ajaran yang telah didengar, maka seharusnya cara-cara yang lebih sesuai dapat dikembangkan. Sistem yang baru dapat dipergunakan.

Buddha tidak memberikan khotbah pada Kisa Gotami, yang sedang terbelenggu oleh karena cintanya yang besar terhadap anaknya. Beliau mengubah cara yang dapat membuat Kisa Gotami memahami tentang kematian. Oleh karena itu, banyak cara di mana mereka yang tidak dapat me-mahami khotbah dapat terbantu.

Metode penyampaian Sang Buddha adalah paling unggul, karena kemampuan Beliau memahami kebutuhan setiap orang. Sehingga metode Beliau mengandung unsur pendekatan dengan para pendengar-Nya. Sistem Beliau yang luar biasa seyogyanya meberikan inspirasi bagi umat-umat-Nya dijaman sekarang.


Sumber:
The Greatest Man Who Ever Lived
Ven. Weragoda Sarada Mahathero
Published by: Singapore Buddhist Meditation Centre​



 
Last edited:
Back
Top