Tindakan Uposatha

singthung

New member
Tindakan Uposatha




Bilamana, O para bhikkhu, tindakan Uposatha sempurna di dalam delapan faktor, maka buah dan manfaatnya pun berlimpah, bersinar dan merebak. Dan bagaimana tindakan Uposatha sempurna di dalam delapan faktor yang membuatnya memiliki buah dan manfaat yang melimpah, bersinar dan merebak?26

Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia merenungkan demikian: "Selama hidup, para Arahat meninggalkan pembunuhan dan tidak melakukannya; dengan kail dan senjata yang disingkirkan, mereka penuh kesadaran, baik hati dan hidup dalam kasih sayang terhadap semua makhluk. Hari ini aku juga, selama siang dan malam ini, akan melakukan hal yang sama. Aku akan meniru para Arahat di dalam hal itu, dan tindakan Uposatha akan terpenuhi olehku." Inilah faktor pertama yang dimilikinya.

Selanjutnya, dia merenungkan: "Selama hidup, para Arahat meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan dan tidak melakukannya; mereka menerima hanya apa yang diberikan, mengharapkan hanya yang diberikan, dan berdiam dengan hati yang jujur, bebas dari keinginan mencuri. Hari ini aku juga, selama siang dan malam ini, akan melakukan hal yang sama...." Inilah faktor kedua yang dimilikinya.

"Selama hidup, para Arahat meninggalkan kehidupan seksual dan hidup selibat, jauh dari seksualitas, menahan diri dari praktek hubungan seksual yang kasar. Hari ini aku juga, selama siang dan malam ini, akan melakukan hal yang sama ...." Inilah faktor ketiga yang dimilikinya.

"Selama hidup, para Arahat meninggalkan perbuatan berbicara yang tidak benar dan tidak melakukannya, mereka adalah pembicara kebenaran, pengikut kebenaran, dapat dipercaya dan dapat diandalkan, bukan penipu dunia. Hari ini aku juga, selama siang dan malam ini, akan melakukan hal yang sama ...." Inilah faktor keempat yang dimilikinya.

"Selama hidup, para Arahat meninggalkan anggur, minuman keras dan apa pun yang bersifat meracuni, yang menjadi landasan bagi kelalaian dan tidak melakukannya. Hari ini aku juga, selama siang dan malam ini, akan melakukan hal yang sama ...'' Inilah faktor kelima yang dimilikinya.

"Selama hidup, para Arahat makan hanya sekali sehari dan menahan diri untuk tidak makan pada malam hari atau pada saat yang tidak tepat. Hari ini aku juga, selama siang dan malam ini, akan melakukan hal yang sama ...." Inilah faktor keenam yang dimilikinya.

"Selama hidup, para Arahat tidak menari, menyanyi, melihat pertunjukan musik instrumen dan pertunjukan yang tidak pantas, dan mereka tidak menghias diri dengan mengenakan kalung bunga dan menggunakan wangi-wangian dan minyak-minyakan. Hari ini aku juga, selama siang dan malam ini, akan melakukan hal yang sama ...." Inilah faktor ketujuh yang dimilikinya.

"Selama hidup, para Arahat meninggalkan penggunaan tempat tidur dan alas duduk yang mewah dan tidak melakukannya; mereka menggunakan tempat beristirahat yang rendah - bisa tempat tidur yang kecil atau alas jerami. Hari ini aku juga, selama siang dan malam ini, akan melakukan hal yang sama ...." Inilah faktor kedelapan yang dimilikinya.

Bilamana, O para bhikkhu, tindakan Uposatha sempurna di dalam delapan faktor ini, buah dan manfaatnya pun berlimpah, bersinar dan merebak. Dan sampai sejauh mana tindakan Uposatha itu akan memiliki buah dan manfaat yang berlimpah, bersinar dan merebak?

Seandainya, para bhikkhu, seseorang akan menjalankan kedaulatan dan kepemimpinan terhadap enam belas negara besar yang menyimpan tujuh harta berharga yaitu Anga, Magadha, Kasi, Kosala, Vajji, Malla, Ceti, Vamsa, Kuru, Pancala, Maccha, Surasena, Assaka, Avanti, Gandhara, Kamboja:27 nilainya tidak sebanding dengan seperenambelas dari tindakan Uposatha yang sempurna di dalam delapan faktor itu. Apa alasannya? Karena kekuasaan manusia tidak ada artinya dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi.

Bagi dewa-dewa di alam Empat Raja Besar, satu hari satu malam sama dengan lima puluh tahun manusia, tiga puluh hari itu sama dengan satu bulan, dan dua belas bulan seperti sama dengan satu tahun. Usia kehidupan para dewa di alam Empat Raja Besar itu lima ratus tahun surgawi. Para bhikkhu, jika seorang wanita atau pria di sini melakukan Uposatha yang sempurna di dalam delapan faktor ini, dengan hancurnya tubuh, setelah kematian, ada kemungkinan bagi mereka untuk terlahir kembali di tengah tengah para dewa di alam Empat Raja Besar. 8erdasarkan hal inilah maka kukatakan bahwa kekuasaan manusia tidak ada artinya dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi.

Bagi dewa-dewa Tavatimsa, satu hari satu malam sama dengan seratus tahun manusia ... Usia kehidupan para dewa Tavatimsa itu seribu tahun surgawi ... Bagi dewa-dewa Yama, satu hari satu malam sama dengan dua ratus tahun manusia... Usia kehidupan para dewa Yama itu dua ribu tahun surgawi ... Bagi dewa-dewa Tusita, satu hari satu malam sama dengan empat ratus tahun manusia . .. Usia kehidupan para dewa Tusita itu empat ribu tahun surgawi ... Bagi dewa-dewa Yang Senang Mencipta, satu hari satu malam sama dengan delapan ratus tahun manusia ... Usia kehidupan para dewa Yang Senang Mencipta itu delapan ribu tahun surgawi ... Bagi dewa-dewa Yang Mengontrol Apa yang Diciptakan oleh Yang Lain, satu hari satu malam sama dengan seribu enam ratus tahun manusia; tiga puluh hari seperti itu sama dengan satu bulan, dan dua belas bulan seperti itu sama dengan satu tahun. Usia kehidupan para dewa Yang Mengontrol Apa yang Diciptakan oleh Yang Lain itu enam belas ribu tahun surgawi. Para bhikkhu, jika seorang wanita atau pria di sini melakukan Uposatha yang sempurna di dalam delapan faktor ini, dengan hancurnya tubuh, setelah kematian, ada kemungkinan bagi mereka untuk terlahir kembali di tengah tengah para dewa Yang Mengontrol Apa yang Diciptakan oleh Yang Lain. Berdasarkan hal inilah maka kukatakan bahwa kekuasaan manusia tidak ada artinya dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi.




NB:
26 Uposatha adalah hari Buddhis untuk kegiatan religius, yang diadakan pada hari hari bulan purnama dan bulan baru (dengan "semi-Uposatha" di hari- hari perempatnya). Di hari-hari ini umat Buddha yang taat pergi ke vihara, mengambil Delapan Sila , dan menjalani hari itu dengan bermeditasi, belajar dan melakukan kebaktian. Delapan Sila mirip dengan Sepuluh Sila bagi samanera, hanya di sini sila ketujuh dan kedelapan bagi samanera digabungkan, dan sila kesembilan samanera menjadi sila kedelapan. Sila kesepuluh samanera (yaitu tidak menerima emas dan perak, penggunaan uang) tidak dimasukkan karena tidak praktis bagi umat awam.

27 Ini adalah keadaan di India utara yang dialami oleh Sang Buddha dan para siswanya.

 
Back
Top