Wayang Sebuah Bentuk Pengakuan Dunia

kucrut

New member
Kata Wayang itu sendiri berasal dari kata bayang yang merupakan sebuah ritual zaman purbakala sebagai upacara memanggil arwah dengan cara memasang lampu minyak kelapa dan menayangkan bayangan pada dinding atau kain putih yang dibentangkan.

Wayang kemudian berkembang sejak abad ke-IX dan ke-X sebagai media untuk pementasan lakon-lakon yang diciptakan bertemakan sastra epos Ramayana dan Mahabharata, dan kemudian sejak abad-abad pertengahan diciptakan pula lakon-lakon bertemakan agama Islam. Jenis-jenis wayang berkembang pesat dari zaman ke zaman, sehingga pada saat ini terdapat lebih dari 60 jenis wayang, tersebar di seluruh Indonesia.

Beberapa jenis wayang berupa boneka 2 dimensi, terbuat dari kulit, dioperasikan oleh dalang di depan layar kain dan diterangi oleh lampu. Pertunjukkan ini dapat ditonton dari depan atau dari belakang layar, misalnya Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta. Beberapa jenis wayang terdiri dari boneka-boneka tiga dimensi terbuat dari kayu, misalnya Wayang Golek dari Sunda. Adapun wayang yang peran-perannya dimainkan oleh manusia, misalnya Wayang Orang, bahkan ada yang menggunakan gambar pada gulungan kain (Wayang Beber) atau yang tidak memakai alat bantu sama sekali, tetapi hanya suara dan gerak tubuh manusia (Wayang Jemblung Banyumas).

Wayang dianggap sebagai bentuk kesenian istimewa karena memiliki sifat-sifat yang dalam bahasa Jawa disebut adiluhung dan edipeni, yaitu sangat agung, luhur, dan juga indah (etika dan estetika). Para sarjana dunia telah menyebutkan wayang sebagai bentuk drama yang paling canggih di dunia. Wayang berfungsi sebagai tontonan dan tuntunan, dan merupakan gabungan lima jenis seni; yakni:
1. Seni Widya (filsafat dan pendidikan)
2. Seni Drama (pentas dan musik karawitan)
3. Seni Gatra (pahat dan seni lukis)
4. Seni Ripta (sangit dan sastra)
5. Seni Cipta (konsepsi dan ciptaan-ciptaan baru)

Dalam perjalannya, kesenian Indonesia ini memiliki perubahan dan pasang surut. Belum ada penilaian seni dari hasil perkembangannya di abat modren ini. Namun yang pasti, kesenian kuno ini kembali ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu dari 90 maha karya kesenian warisan dunia yang diakui. Penetapan itu berdasarkan hasil sidang UNESCO pada 2024 November 2005 lalu.

Penetapan ini merupakan yang ketiga kalinya dilakukan oleh badan dunia tersebut terhadap kesenian tradisional Indonesia . Penetapan pertama dilakukan UNESCO pada tahun 2003 lalu.

"Mudah-mudahan penetapan tahun 2005 lalu itu sebagai penetapan yang terakhir kali bagi kesenian wayang dan diikuti oleh 30 negara lainnya, seperti beberapa negara sebelumnya yang sudah mengakui wayang," kata Jero Wacik, menteri kebudayaan dan parisawata Indonesia di kantornya.

Dengan penetapan ini, kelestarian kesenian wayang tidak hanya akan dijamin oleh bangsa Indonesia sendiri, tetapi juga akan menjadi perhatian oleh negara-negara dunia. "Bukan diakui tetapi akan menjadi tanggung jawab mereka jika kita tidak mampu merawat dan menjaganya dengan baik," ujarnya prihatin.

Alunan nyanyian sinden dan gending pengiring wayangan, kini gemanya tidak begitu menggetarkan. Diakui Menteri, kesenian ini hanya sayup-sayup berpentas di beberapa tempat tertentu.

Unsur pementasannya bukan lagi menunjukkan sebagai pelestarian kesenian budaya, tapi hanya terpatok pada komersilistis. Sementara untuk tetap menghidupkannya kembali kepakemannya seperti dulu, perlu untuk membuka kembali lembaran-lembaran kuno cerita babat tanah leluhur. Tapi

"Para anggota pementasan yang semula menjunjung tinggi dan mengesahkan kesenian ini, berubah arah. Alasannya karena merasa tidak ada penghargaan terhadap kesetiaan mereka," ujar Jero prihatin.

Jadi yang pertama, agar kesenian ini tetap menjadi milik bangsa Indonesia, adalah mencintai karya seni sendiri dengan menghargainya seperti milik sendiri. Termasuk yang pertama adalah peduli terhadap kehidupan sang pedalang sebagai pembawa cerita, menghidupkan dulu pesinden, serta perawatan atas gending. Wajar jika ramai tidaknya sebuah cerita yang dilakonkan, tergantung kepada besar kecilnya penghargaan yang derikan kepada dalang.

Pengakuan atas Wayang ini, diharapkan bisa memberikan pembaruan terhadap kelangsungan hidup kebudayaan wayang. Karena hasil penetapan oleh UNESCO ini, juga mengikut sertakan penyaluran dana untuk pemeliharaan kesenian wayang di tanah Indonesia.
 
Hebat ya... Trus dalam pewayangan itu ada nggak cerita yang asli memang produksi masyarakat Jawa atau Sunda, karena kalau ceritanya masih diambil dari seputar Mahabrata dan Ramayana, tentunya itu masih berasal dari negara lain dong...
 
Back
Top