Budidaya jamur

rinakoe

New member
informasi ini saya kutip dari tempo edisi tahun lalu,
semoga bermanfaat..........

Dari Filsafat Lompat ke Jamur

Sarjana Filsafat yang tak buta jamur sukses budi daya jamur.
Sulit rasanya menemukan kaitan antara jamur dan filsafat. Itu pula yang dirasakan Sumedi Purbo, meski dua hal berbeda itu melekat erat pada dirinya. Lelaki yang tinggal di Dusun Grogol, Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman ini, memang lulusan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada tahun 1999. Namun, dari jamurlah ia menemukan jalan kesuksesan hidupnya.

"Boleh jadi sayalah satu-satunya lulusan Filsafat UGM yang berprofesi sebagai petani jamur. Saya tidak peduli dan saya tidak malu menjadi petani," kata lelaki yang kini telah memiliki dua anak dari perkawinannya dengan Painem ini.

Tentu saja Medi--panggilan akrab Sumedi--bukan sembarang petani jamur. Omzet penjualan jamurnya mencapai Rp 100 juta per bulan dengan keuntungan bersih belasan juta rupiah. Sebuah sertifikat sebagai pemuda pelopor tingkat nasional tahun 2001 menjadi bukti tak terbantahkan prestasi pria 36 tahun ini.

Pada awalnya, Medi tak pernah membayangkan bakal serius terjun menekuni budi daya jamur. Pelatihan budi daya jamur yang ditawarkan sebuah lembaga riset asal Taiwan pada 1994 diterimanya dengan setengah hati. Apalagi saat itu ia masih menyandang predikat sebagai seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi ternama.

Kalaupun akhirnya ia memutuskan ikut menjadi peserta pelatihan budi daya jamur bersama 10 pemuda di desanya, hal itu lebih karena pertimbangan solidaritas. "Nggak enak rasanya menolak karena desa saya kebetulan dipilih mewakili Kecamatan Cangkringan untuk mengikuti pelatihan budi daya jamur," paparnya.

Karena niat awalnya hanya iseng, Medi tetap buta tentang jamur. Jangankan makan jamur hasil budi daya, mendengar kata jamur saja ia merinding dan pingin muntah. Hingga setahun lebih setelah pelatihan, Medi tetap tak doyan jamur, meski ia sudah mulai mencoba melakukan budi daya jamur. Medi tetap khawatir keracunan jika mengkonsumsi jamur. Apalagi dalam benaknya tertanam kuat bahwa jamur tumbuh di media yang kotor, seperti kayu lapuk atau sisa kotoran ternak.

Medi dan kawan-kawan peserta pelatihan akhirnya serius mengembangkan budi daya jamur setelah pemerintah Taiwan berjanji akan menampung seluruh hasil produksi mereka. Pada 1996, Medi dan kawan-kawan mendirikan Kelompok Tani Jamur Lancar. Dua tahun kemudian kelompok ini berkembang menjadi Koperasi Jamur Lancar. "Badan hukum koperasi bahkan diserahkan langsung oleh Sultan Hamengku Buwono X," katanya.

Saat itu, para petani jamur anggota Koperasi Jamur Lancar baru merasakan hasil jerih payah budi daya jamur. Setiap bulan mereka mampu mengekspor 5 ton jamur kuping kering ke Taiwan dengan harga Rp 28.500 per kilogram. Padahal Taiwan membutuhkan 40 ton jamur kuping kering setiap bulan.

Namun, masa kejayaan itu hanya dirasakan selama tujuh bulan. Pada bulan kedelapan, Taiwan menghentikan kiriman jamur dari Medi dan kawan-kawan. Berhentinya ekspor jamur ini sebenarnya lantaran di Taiwan sendiri sedang panen raya jamur. Empat bulan setelah dihentikan, kata Medi, Taiwan membuka lagi keran pasokan jamur dari Yogya. "Namun, teman-teman sudah telanjur mutung (patah arang, red) budi daya jamur," ujarnya.

Sendirian, Medi melangkah kembali. Bukannya membudidayakan jamur lagi, namun ia memutuskan memperdalam tentang budi daya jamur. Selama sebulan penuh ia nyantrik ke Yos Surya Adinata dan Suwarta di daerah Karawang, Jawa Barat, yang dikenal sebagai petani jamur andal.

Begitu di Karawang, dia kaget. "Pak Yos ternyata lulusan S3 sebuah perguruan tinggi di Jerman. Sedangkan Pak Suwarta adalah dosen UI," ia bercerita, "Inilah yang kemudian mendongkrak motivasi saya untuk lebih serius menjadi petani jamur."

Sekembali ke Yogya, pada 2000, Medi mendirikan Sanggar Tani Media Agro Merapi, sebuah lembaga pengembangan dan pelatihan agrobisnis jamur. Melalui lembaga tersebut Medi giat melakukan pelatihan budi daya jamur kepada para petani.

Ia bahkan kemudian memperdalam budi daya jamur dengan teknik kultur jaringan di Institut Pertanian Bogor. Jamur yang dibudidayakan bukan lagi sekadar jamur kuping, namun bertambah menjadi jamur tiram dan jamur lingzhe. Pelatihan tidak lagi sebatas wilayah Yogyakarta, namun sudah merambah ke luar provinsi, bahkan sampai ke luar Jawa, seperti Kendari, Bengkulu, Palembang, Lampung, dan beberapa tempat di Kalimantan. Medi memberikan pelatihan secara gratis.

Begitu banyaknya petani jamur binaannya yang tersebar di seluruh Indonesia membuat Medi merasa seperti berada di rumah sendiri saat berkeliling Indonesia. "Sekarang ke mana-mana tidak pernah bingung, selalu saja ada yang minta saya mampir," katanya sembari tertawa.

Kepada para petani binaannya Medi selalu menekankan tidak perlu berorientasi ekspor. Sebab, menurut Medi, permintaan produk jamur untuk pasar domestik masih sangat tinggi. Saat ini, pasar terbesar domestik adalah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. "Kami bahkan masih kewalahan memenuhi permintaan pasar domestik," katanya. "Apalagi saat ini harganya cukup bagus, Rp 37 ribu per kilogram jamur kering."

Menurut Medi, tingkat konsumsi jamur secara nasional di Indonesia masih sangat rendah, sekitar 1 persen. Karena itu, perlu kampanye konsumsi jamur. "Nilai gizi jamur itu sangat tinggi. Bagi saya, sangat aneh kalau rakyat Indonesia ada yang menderita kurang gizi," katanya.

Medi berangan-angan kelak semua supermarket atau mal memajang jamur hasil budi daya masyarakat sendiri. Medi juga mengimbau petani jamur tidak mengekspor jamur, namun memasarkan untuk masyarakat sendiri. "Mengekspor jamur justru malah menyehatkan warga negara lain," katanya.

Medi kini tak lagi malu menjadi petani jamur. "Kalau Pak Yos yang lulusan S3 Jerman dan Pak Suwarta yang dosen UI saja mau jadi petani jamur, kenapa saya harus malu menjadi petani jamur." HERU CN
 
Bls: Re: Budidaya jamur

waha hebat ya, hanya bersumber dari filsafat bisa sukses membudidayakan jamur. Nice Info den ;)
:terimakasih: alhamdulillah...ya Allah, semua ini berkat kemurahan Allah terhadap setiap hamba-Nya yang mau berusaha dan berikhtiar. Filsafat adalah bagian dari upaya untuk membentuk polapikir yang benar dan terarah. Sehingga ketika dalam hidup ini telah dimulai dengan berfikir benar, berkata dengan benar dan dilakukan dengan benar maka insya Allah hasil yang kita dapat juga benar adanya. Selamat berusaha, mencoba dan Sukses buat ANDA. Terima kasih, www.jamurmerapi.com=b=
 
Bls: Budidaya jamur

jamur konsumsi apaan aja sih, selain jamur kuping dan jamur tiram
 
Bls: Budidaya jamur

ngomong-ngomong tentang jamur gw jadi inget masa SD gw dulu
waktu sd gw ikut out bond di bawah kaki pegunungan gitu
gila udah jauh-dingin laper pula
dijalan gw nemuin jamur kuping terus dimasak pake tungku buatan
gila man
rasanya ajip banget deh
 
Back
Top