Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

endro88

New member
shalom temen2

mau minta pendapat kalian, papa mertua ku menyarankan istri untuk berpisah dengan aku

kami menikah tahun 2000 dan mempunyai 1 anak laki2 berumur 8 tahun

saat istri dan anakku berada dirumah ortunya d jakarta barat

sedangkan aku sendirian dirumah di jakarta selatan

setelah anakku naik ke kelas 3 SD, maka akan pindah sekolah ke jakarta barat

dan praktis juga kami sudah pisah ranjang dan segala gala nya sejak awal April 2009

dikarenakan karena masalah ekonomi (nganggur)

saya sebagai suami/bapa dianggap gagal oleh mertua dan koko2nya dr istri saya

jadi ga ada sesuatu yg bs aku banggakan lagi, semua sudah hancur...

kalo saya memakasu istriku untuk mengikuti aku (jak sel) maka semua support keuangan dll akan dihentikan secara total

istriku kelihatan lebih memihak ortu daripada suami karena alasan KEAMANAN EKONOMI, jika support dihentikan, maka ANAK sy tidak bisa bersekolah

sedangkan saya sedang NGANGGUR.

bagaimana menghadapi masalah ini???

papa mertua menyarankan untuk pisah dari saya (ULTIMATUM)

bagaimana menghadapi masalah ini selain berdoa??

action apa yg harus saya ambil??

mohon masukan dari teman2 dan dukungan DOA

thanks & gbu
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

Bang Endro,

Turut prihatin dengan keadaan keluarga ya, saya berdoa untuk Abang.

Saya tidak tau apa agama sang mertua.

Keadaan sekarang dalam situasi apapun biarkanlah dulu, karena posisi Endro yg kepepet abis, sebaiknya berusaha mencoba untuk mendapatkan pekerjaan atau berwiraswasta terlebih dulu, ini untuk membangun kekuatan financial Endro sendiri, jangan lupa terus berdoa, coba menjalankan doa novena atau berdoa bersama St. Yosef yg sebagai Santo pelindung Keluarga dan Pekerja.

Apapun jadinya jangan pernah menyetujui perceraian.

Terus berusaha, perluas koneksi yg ada, coba ikut lingkungan untuk menambah kenalan yg seiman, coba konsultasikan dengan Romo Paroki atau Romo yg Endro percaya, mudah mudahan ada jalan keluar yg baik.

Selamat berjuang dan terus berusaha dan jangan putus asa.

May God Bless You
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

Bang Endro,
Saya tidak tau apa agama sang mertua.
Apapun jadinya jangan pernah menyetujui perceraian.
coba konsultasikan dengan Romo Paroki atau Romo yg Endro percaya, mudah mudahan ada jalan keluar yg baik.
May God Bless You

papa mertua serta koko2 dari istri saya semuanya KATOLIK
sy tdk ingin cerai, tapi desakan/tekanan pd ISTRI sy kayaknya ke arah sana
didepan romo kan sudah janji "dalam senang ataupun susah" tp ISTRI sy lebih CONDONG ke arah SANA, bukannya berpihak kepada SUAMI (sy juga sdh kecewa BERAT)

saya sdh konsultasi dengan ROMO Komunitas priasejatikatolik,
besok sy akan konsultasi dengan ROMO paroki, bagaimana dengan ROMO dimana tempat papa mertua sy beribadah (dlm bahasa Mandarin)

sy ingin agar ROmo nya papa mertua sy menasihati papa mertua saya agar tidak SEWENANG2 dalam CAMPUR TANGAN/MERUSAK RT saya

kerusakan ini SUDAH TERJADI, saya LUKA BATIN, dan ANAK sy juga RUSAK dalam MONEY POLITIK yg dilakukan oleh MEREKA

tapi saya tdk punya POWER utk MENYADARKAN ISTRI sy, karena DIA juga sudah JENUH/CAPE dlm memperoleh KESUSAHAN yg saya berikan kepada DIA

usaha utk KOMUNIKASI dengan dia juga GAGAL TOTAL karena dia TIDAK MAU MERESPONS sy

sangat SAYA SAYANGKAN bahwa MEREKA yg sangat RAJIN BERIBADAH bisa MENGOBRAK ABRIK RT saya,

sebetulnya bukan masalah UANG, tapi mungkin ada KEPUASAN untuk bisa MENGHANCURKAN saya secara TOTALITAS

sy sudah TIDAK PUNYA apa2 lagi, HARGA DIRI ato INTEGRITAS didepan ISTRI maupun ANAK

sudah mendapat STEMPEL SUAMI/BAPAK yg TIDAK BERTANGGUNG JAWAB kepada ANAK dan ISTRI

semuanya sy SERAHKAN ke DALAM TANGAN TUHAN, bahkan sy BERDOA BERTERIMA KASIH kepada BAPA di SURGA bahwa SAYA DIPERCAYA untuk MENDAPAT MENIKMATI COBAAN INI
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

papa mertua serta koko2 dari istri saya semuanya KATOLIK
sy tdk ingin cerai, tapi desakan/tekanan pd ISTRI sy kayaknya ke arah sana
didepan romo kan sudah janji "dalam senang ataupun susah" tp ISTRI sy lebih CONDONG ke arah SANA, bukannya berpihak kepada SUAMI (sy juga sdh kecewa BERAT)
Betul sekali bahwa ketika Katolik mengajarkan "A" bukan berarti orang Katolik tidak bisa berbuat "BC", pelanggaran selalu ada, karena itulah kita harus selalu bergerak ke arah Gereja sehingga lingkaran kesalahan makin lama makin kecil.

saya sdh konsultasi dengan ROMO Komunitas priasejatikatolik,

Hasilnya apa ?

besok sy akan konsultasi dengan ROMO paroki, bagaimana dengan ROMO dimana tempat papa mertua sy beribadah (dlm bahasa Mandarin)

Mudah2an bisa lebih menyadarkan ? Toa Sebio ?

sy ingin agar ROmo nya papa mertua sy menasihati papa mertua saya agar tidak SEWENANG2 dalam CAMPUR TANGAN/MERUSAK RT saya

Kamu akan hadir juga di situ ?, mudah2an papa mertuamu mau mendengar nasihat Romo.

kerusakan ini SUDAH TERJADI, saya LUKA BATIN, dan ANAK sy juga RUSAK dalam MONEY POLITIK yg dilakukan oleh MEREKA

tapi saya tdk punya POWER utk MENYADARKAN ISTRI sy, karena DIA juga sudah JENUH/CAPE dlm memperoleh KESUSAHAN yg saya berikan kepada DIA

Selama Endro tidak ada power itu sebaiknya jangan berjanji apa apa terlebih dahulu karena penolakan sudah terjadi, dalam kondisi seperti sekarang janji janji Endro hanya terlihat janji kosong belaka.

usaha utk KOMUNIKASI dengan dia juga GAGAL TOTAL karena dia TIDAK MAU MERESPONS sy

Tuh kan.

sangat SAYA SAYANGKAN bahwa MEREKA yg sangat RAJIN BERIBADAH bisa MENGOBRAK ABRIK RT saya,

Itu yg saya bilang Gereja Katolik sdh memberikan pengajaran yg benar tapi kalau orang Katoliknya yg menentang dan hanya berlaku untuk kepuasan diri dan mengindahkan ajaranNya bagaimana, justru kamu harus berusaha bersama sama dgn Gereja untuk memerangi hal ini.

Jangan malah berpikir "Tuh kan ngga ada gunanya ke Gereja, lihatlah kelakuan mereka", ini adalah pemikiran yg sangat keliru dan menjerumuskan.

sebetulnya bukan masalah UANG, tapi mungkin ada KEPUASAN untuk bisa MENGHANCURKAN saya secara TOTALITAS

Jangan terjerumus untuk melakukan penghakiman seperti yg mereka lakukan.
Berusaha terus bangkin itu jauh lebih menolong.

sy sudah TIDAK PUNYA apa2 lagi, HARGA DIRI ato INTEGRITAS didepan ISTRI maupun ANAK

sudah mendapat STEMPEL SUAMI/BAPAK yg TIDAK BERTANGGUNG JAWAB kepada ANAK dan ISTRI

Ketika kamu sudah merasa sampai di titik dasar seharusnya kamu cuma bisa berjalan naik untuk meraih apa yg kamu inginkan, kamu tidak perlu takut jatuh lagi, raihlah keinginanmu dgn penuh semangat, ayoooooo jgn berputus asa, dibantu dgn doa pasti kamu bisa

semuanya sy SERAHKAN ke DALAM TANGAN TUHAN, bahkan sy BERDOA BERTERIMA KASIH kepada BAPA di SURGA bahwa SAYA DIPERCAYA untuk MENDAPAT MENIKMATI COBAAN INI

Betul sekali..... ayooo, ayoooo terus berusaha untuk meraih itu semua.
Terus berpegangan kepada Tuhan maka kamu tidak akan tenggelam dalam badai ini.

Coba rajin berdoa Rosario supaya Bunda Maria bisa menemani kamu saat ini, keuntungan kamu sebagai orang Katolik dalam keadaan seperti ini kamu masih ditemani oleh para Kudus, percayalah maka kamu akan bangkit.

Coba ambil sakramen Tobat dulu.

MGBU
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

nasihat ROMO kepada SAYA, bawa MASALAH ini dalam DOA, dan selalu TEKUN BERDOA, menerima/PASRAH terhadap MASALAH ini dan minta JALAN KELUAR dari TUHAN

Mungkin TEMAN2 bisa membantu dalam DOA untuk SAYA dan KELUARGA saya
agar suatu HARI saya BISA BERKUMPUL lagi menjadi suatu KELUARGA yang UTUH
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

Mas saya bukan Katolik, tapi saya ikut doain sambil berharap akan segera ada jlan kelurnya... jangan pernah putus asa untuk berusaha, karena Tuhan Maha Kuasa.. betapa banyak orang yang memiliki masalah yang mungkin jauh lebih berat dari yang mas alami, tapi akhirnya Tuhan memberikan jalan keluar dengan cara yang mudah...
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

sekedar masukan saja dari sy

kalo sedang MARAHAN/KONFLIK dengan ISTRI/SUAMI, KOMUNIKASI jangan
sampai TERPUTUS (karena mempertahankan EGOnya)

karena kita sudah dipersatukan, dan tidak bisa diceraikan, makanya

PENGERTIAN dan HATI yg benar2 LAPANG utk membicarakan dan MENCARI

SOLUSI, jangan ngeBLOK pasangan kita

itu saja UNEG2 dari sy
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

masukan dari temen:


Ketika terjadi konflik horisontal dengan keluarga, tetangga, rekan kerja,
dll maka hubungan kita sering terputus. Saya menggambarkan hubungan yang
terputus itu dengan gambaran “membangun jembatan”. Jujur saja kita semua
pernah mengalami apa yang disebut membangun jembatan dan menghancurkan
jembatan. Menghancurkan jembatan terjadi saat kita memutuskan hubungan dan
membangun jembatan adalah ketika berusaha membangun hubungan atau membangun
kembali hubungan. Dalam kenyataannya seringkali terjadi beberapa
kemungkinan:



1.. KITA MEMBIARKAN JEMBATAN ITU HANCUR. Kita tidak berniat membangun
jembatan hubungan karena kita merasa bahwa kita tidak lagi memiliki alasan
untuk berhubungan dengan orang tersebut. Sebenarnya memang bisa saja karena
satu dan lain hal kita tidak lagi berurusan dengan orang-orang tertentu.
Namun dalam hal ini alasan yang telah dikemukakan di atas lebih mengandung
kemarahan ketimbang kemungkinan lainnya. Prinsip ‘membiarkan jembatan itu
hancur’ hanya akan membuat kita tidak dapat mengampuni orang lain dan kita
membiarkan diri kita atau bahkan memelihara hidup kita tetap di dalam
kemarahan (kita tidak merasa marah karena kemarahan itu lambat laut
terpendam dan sebenarnya tidak hilang, tetapi bila terpicu ia akan muncul
kembali).

2.. KITA RAGU-RAGU MEMBANGUN JEMBATAN. Kita ingin membangun jembatan
tetapi kita ragu-ragu karena: a. Bisa saja saya bangun dari seberang sini
tetapi dia tidak mau membangun dari seberang sana; b. Bisa saja saya bangun
dari dari seberang sini tetapi nanti malah dia hancurkan kembali. Niat
membangun memang ada tetapi masih bergantung pada orang lain. Memang tidak
sedikit orang yang berada di posisi ini. Bagi mereka upaya harus dimulai
dari kedua belah pihak maka upaya membangun hubungan yang retak akan
berhasil. Tetapi bila kita berada pada posisi ini, sekalipun kita sudah
berniat, maka kita tidak ubahnya tetap berada pada posisi 1 yang membiarkan
jembatan itu tetap hancur.

3.. KITA MEMBANGUN JEMBATAN. Resiko dari membangun jembatan sudah
dikemukakan pada posisi 2. Membangun jembatan memang membutuhkan biaya yang
besar yang mencakup: mau rugi, mau merendahkan diri, mau menyangkal diri,
ketulusan, memiliki kasih yang tak menuntut balas. Apapun resikonya baik
jembatan dihancurkan kembali oleh orang yang kita ajak berdamai, atau dia
membiarkannya, atau malah ditanggapinya dengan positif, pada prinsipnya
kita harus tetap membangun jembatan itu lagi. Membangun jembatan memang
tidak selamanya mendapat tanggapan positif dari seberang tetapi bukan
berarti kita berhenti dan tidak ada kata sia-sia untuk orang yang hadir
untuk membawa damai. Persoalannya sekarang bukanlah soal ‘mampu’ atau
‘tidak mampu’ tetapi ‘mau’ atau ‘tidak’.


Mungkin sekarang kita sedang dilanda hal yang tidak menyenangkan dari
sesama kita. Untuk menegur, mengkritisi dan mengingatkan memang tetap harus
kita lakukan, tetapi itu tidak menghalangi kita untuk tetap membangun
jembatan hubungan dengannya.



Daniel Zacharias
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

Meletakkan harapan sepenuhnya pada nasib dan tetap diam berarti mengurangi usaha . Dengan usaha dan doa ,nasib yang baru akan dapat dicapai. Tanpa usaha dan doa ,nasib dan berkah tidak dapat diperoleh .....mulailah berusaha !!
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

Buat Mas Endro...

Ini berat mas, tapi Tuhan gak pernah ninggalkan umatNya....

Saran saya, mas berikan pengertian sama istri mas....

Ambil dia dari orang tua......ini bukan masalah ortu lagi, dalam keluarga ini adalah masalah anda berdua sebagai suami istri...satu daging..

Percayakah mas sama Tuhan.....klo mas berusaha dan istri mas mau bersatu, gak ada yang bisa menghancurkan keluarga mas.....pekerjaan to mas....anything will come to you....ora et labora ya....

Thanks....Tuhan berkati mas, istri anak, dan mertua...
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

Buat Mas Endro...

Ini berat mas, tapi Tuhan gak pernah ninggalkan umatNya....

Saran saya, mas berikan pengertian sama istri mas....

Ambil dia dari orang tua......ini bukan masalah ortu lagi, dalam keluarga ini adalah masalah anda berdua sebagai suami istri...satu daging..

Percayakah mas sama Tuhan.....klo mas berusaha dan istri mas mau bersatu, gak ada yang bisa menghancurkan keluarga mas.....pekerjaan to mas....anything will come to you....ora et labora ya....

Thanks....Tuhan berkati mas, istri anak, dan mertua...

AMIN mas atas DOAnya
sy menunggu DIA saja, semoga DIA diberi PENCERAHAN
berhubung KONDISI sy juga LEMAH, maka sy hanya BISA MENUNGGU dan BERUSAHA untuk MEMPERBAIKI segi EKONOMI sy

agar suatu HARI, kami boleh BERSATU kembali

GBU
 
Bls: Mertua menyarankan untuk pisah - minta pendapat & doa

Menghadapi Pasangan yang Sulit Berubah

SINAR HARAPAN -

Masih ingatkah Anda akan impian dan harapan yang ada dalam benak Anda pada saat akan menikah dulu? Kemungkinan besar Anda pasti berharap kalau calon suami/istri Anda tersebut adalah seseorang yang akan terus menunjukkan cinta, perhatian, pengertian, dukungan, dan sebagainya, kepada diri Anda.

Namun kini, bagaimana realitasnya? Kalau mau jujur, apakah harapan tersebut masih sesuai dengan kenyataan yang ada?

Para ahli pernikahan berpendapat bahwa banyak pasangan yang pada awalnya memiliki ekpektasi yang tinggi terhadap pasangannya, di kemudian hari menuai banyak kekecewaan.

Lebih jauh mereka mengatakan bahwa jika seseorang memasuki pernikahan dengan suatu pengharapan bahwa pada akhirnya ia akan menemukan kebahagiaan melalui diri pasangannya, maka ada kemungkinan ia tidak akan menemukannya.

Salah satu masalah yang sering dikeluhkan bagi mereka yang telah menikah adalah masalah kepribadian atau kebiasaan pasangan yang sulit berubah.

Tidaklah mengherankan jika banyak suami/isteri yang kemudian mengatakan bahwa mereka tidak tahan lagi dengan sikap atau perbuatan pasangannya (Norman Wright).

Terhadap hal ini kita perlu berhati-hati, sebab di balik keinginan kita untuk mengubah kebiasaan/kepribadian pasangan kita, tersembunyi suatu motivasi yang sangat egois (self-centered).

Para ahli pernikahan menyebutkan ada dua alasan utama mengapa kita ingin mengubah kepribadian/kebiasaan pasangan kita.

Pertama, kita ingin pasangan kita berlaku seperti yang kita lakukan (replikasi/duplikasi), apalagi jika kita beranggapan bahwa cara kitalah yang paling benar. Kita ingin 杜engkloning・pasangan kita.

Kedua, kita ingin pasangan kita memenuhi kebutuhan kita. Semakin tinggi kebutuhan kita, semakin besar agenda yang kita siapkan bagi pasangan kita.

Tidaklah mengherankan jika banyak suami/istri yang memiliki kedua motivasi di atas akan mengalami rasa frustrasi, stres, dan putus asa jika tuntutan mereka tidak tercapai.

Mereka tidak menyadari bahwa pasangan mereka bukanlah robot・yang dapat dikendalikan semaunya.

Selama konsep mereka terhadap pernikahan tidak berubah, sangatlah sulit untuk berharap kalau mereka dapat 杜engerjakan pernikahan・mereka tersebut.

Meskipun demikian, hal tersebut bukanlah berarti tidak ada jalan keluar bagi pernikahan yang sedang dirundung masalah, namun patut diingat bahwa tidak akan pernah ada solusi yang instan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam pernikahan.

Mungkin saja dibutuhkan waktu yang cukup panjang, yang menguras emosi, energi, harga diri, dan sebagainya. Terhadap kondisi yang demikian adalah baik jika kita tidak berhenti untuk berharap, sebab bukankah adanya harapan merupakan salah satu tanda bahwa kita adalah manusia yang beriman kepada-Nya?

Dalam membangun sebuah harapan terhadap pernikahan, ada sebuah konsep yang patut untuk dipikirkan dan direnungkan, yakni bahwa tujuan utama yang sesungguhnya dari sebuah pernikahan bukanlah untuk memperoleh kebahagiaan, melainkan sebagai sarana untuk saling bertumbuh secara karakter (Yakub Susabda).

Hal ini bukan berarti bahwa kita tidak membutuhkan kebahagiaan, namun jika kita menempatkan perasaan bahagia・ (yang sangat temporer sifatnya) sebagai ukuran mutlak dari sebuah pernikahan.

Maka tidaklah mengherankan jika begitu banyak pasangan yang bercerai hanya karena merasa sudah tidak bahagia lagi dengan pasangannya.

Erich Fromm, salah seorang psikolog terkenal, mengatakan bahwa mencintai seseorang bukan hanya sekadar perasaan yang menggebu-gebu--melainkan sebuah keputusan, sebuah janji.

Jika cinta hanya sekadar perasaan, tidak akan pernah ada dasar untuk berjanji saling mencintai selamanya.

Oleh karena itu, perubahan paradigma terhadap tujuan pernikahan seperti yang dikatakan di atas harus segera diwujudkan.

Salah satu faktor yang menentukan dari pertumbuhan karakter tersebut adalah bagaimana kita beradaptasi dan menyesuaikan diri (fleksibel) terhadap kebiasaan/kepribadian tertentu dari pasangan kita (Norman Wright).

Dapat beradaptasi dan fleksibel berarti tidak bersikap kaku, bisa menerima perbedaan-perbedaan yang ditemui di dalam diri pasangan, bisa melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan yang kemungkinan akan mengubah sistem hidup diri sendiri dan mengusahakannya terus-menerus.

Faktor adaptasi dan fleksibel ini melingkupi aspek pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development), di mana kedua hal ini membutuhkan banyak perubahan dan hanya pasangan yang mampu beradaptasi yang tentunya akan lebih mudah menerima perubahan-perubahan yang akan terjadi.

Sehubungan dengan hal tersebut, setiap suami/ istri perlu menyadari bahwa perubahan itu hendaknya dimulai dari diri sendiri, sebab memang mudah untuk melihat seekor semut di mata pasangan kita, namun gajah di pelupuk mata sendiri tak disadari.

Jadi besar kemungkinannya pasangan kita akan berubah jika melihat diri kita sendiri telah berubah.

Namun patut untuk diingat bahwa proses perubahan tentu tidak terjadi dalam waktu yang singkat, sebab membutuhkan waktu, kesabaran, dan usaha seseorang. Dirinyalah yang bertanggung jawab untuk berubah, bukan pasangannya (Lanny Pranata).

Oleh karena itu, daripada terus memaksa pasangan kita menjadi seperti diri kita, adalah lebih baik jika kita menangkap keuntungan dari perbedaan yang ada, sebab penggabungan/integrasi dua sudut pandang yang berbeda akan memberikan hasil yang lebih baik.

Hal tersebut seperti melihat hanya dengan menggunakan sebelah mata. Kita akan kehilangan persepsi yang dalam. Hal tersebut terjadi karena kita hanya melihat dengan satu sudut pandang saja.

Sudah barang tentu itu bukan merupakan suatu hal yang salah jika kita ingin pasangan kita memenuhi kebutuhan kita, namun hal tersebut menjadi salah jika kita hanya mementingkan diri kita sendiri dan memandang pasangan kita impersonal.

Untuk mencegah sikap yang demikian, pertimbangkanlah faktor-faktor berikut ini.

Pertama, Tuhan memang merancang setiap individu itu unik dan berbeda satu sama lain. Bila kita menyadari realitas ini, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan/kepribadian pasangan.

Kedua, sebagai makhluk dengan natur dosa dan penuh kelemahan, memang adalah lebih mudah bagi kita untuk melihat kekurangan pasangan kita dibandingkan kelebihannya. Usaahakanlah untuk berlaku sebaliknya.

Ketiga, terkadang letak akar permasalahannya bukanlah pada kebiasaan/kepribadian pasangan, melainkan karena kita sendiri tidak mampu melihat keunikan pasangan kita dan menyesuaikan diri terhadapnya.

Pernikahan itu ibarat dua ekor landak yang hidup di daerah dingin. Ketika salju turun dan udara menjadi sangat dingin, keduanya menjadi sangat kedinginan dan mulai saling merapatkan diri. Namun demikian, ketika mereka saling merapat, tanpa sadar mereka mulai saling menusuk dengan bulunya yang berduri. Kalau mereka memisahkan diri, mereka akan kedinginan lagi. Agar tetap merasa hangat, mereka harus belajar bagaimana saling menyesuaikan diri.

Hal demikian juga berlaku dalam pernikahan. Jika kita benar-benar mengasihi pasangan kita, maka kita tidak akan menuntut suami atau istri kita agar menjadi seseorang dengan versi yang sesuai dengan agenda pribadi・kita.

Biarkanlah pasangan kita menjadi dirinya sendiri. Jadikan perbedaan yang ada sebagai sarana untuk bertumbuh secara karakter.
 
Back
Top