Bhagavadgita Online

Bab 06 - Jalan Meditasi

bhagavad-gita-geetopadesham.jpg

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

1. Seseorang yang mengerjakan kewajiban yang harus dilakukannya, tetapi tanpa menuntut keuntungan, tanpa pamrih, maka orang itu adalah seorang sanyasi dan seorang yogi; bukan ia yang tak mau menyalakan api pengorbanan dan tak mau melakukan upacara apapun.

Sang Kreshna mengulang lagi sebuah fakta kebenaran bahwa seorang sanyasi yang sejati adalah seorang yogi sekaligus karena telah mempersembahkan (mengorbankan) semua pekerjaan dan hasil-hasil dari pekerjaannya kepada Yang Maha Esa. Sanyasa sendiri juga berarti tidak terikat atau tidak berkeinginan. Seseorang yang hidupnya selalu berkeinginan tanpa habis-habisnya dan selalu terikat pada obyek-obyek duniawi dianggap tidak pernah berkorban untuk Yang Maha Esa (tidak menyalakan api pengorbanan) atau berbuat suatu apapun demi Yang Maha Esa.

2. Sebenarnya, Sanyasa yang sejati (penyerahan total) itu adalah Yoga, oh Arjuna! Dan seseorang bukanlah yogi yang sejati kalau belum mengesampingkan sankalpa-sankalpanya (keinginan-keinginannya yang bermotifkan sesuatu atau suatu tekad untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat duniawi di masa depan).

Segi-segi penting dari sanyasa juga terdapat di dalam karma-yoga. Seorang sanyasi yang sejati sama halnya dengan seorang yogi yang sejati tidak akan terganggu oleh nafsu. Seorang karma-yogi yang sejati tak akan terusik oleh imbalan apapun untuk setiap perbuatan atau tindakannya.

Sankalpa harus dikesampingkan. Semua rencana yang bermotifkan keserakahan pribadi, rencana yang penuh dengan nafsu-nafsu egoisme harus dikesampingkan, karena rencana-rencana semacam ini timbul dari avidya (kekurang-pengetahuan), lahir dari suatu perasaan bahwa "akulah" pelakunya. Seorang karma-yogi yang sejati akan melenyapkan rasa "akunya" (egoisme dan ahankara) dari dirinya Yang dimaksudkan Sang Kreshna di atas bukannya mengesampingkan pekerjaan seseorang, tetapi sebaliknya bekerja dengan mengesampingkan tekad-tekad atau rencana dan itikad yang punya motif atau tujuan yang tertentu untuk kepentingan diri atau egonya; biasanya setiap pekerjaan kita selalu disertai dengan pengharapan akan suatu hasil dan imbalan, bukan saja dari Yang Maha Esa, dari dewa-dewa tetapi dari orang-orang lain, maupun dari pekerjaan itu sendiri. Seyogyanyalah semua pekerjaan dilakukan dengan tekad untuk Yang Maha Esa semata, itu berarti kesatuan dengan Sang Atman dalam segala tindak-tanduk kita sehari-hari dan dalam hidup kita ini. Seorang yogi yang sejati tidak akan berjalan seirama dengan sankalpa-sankalpanya tetapi selalu bekerja tanpa pamrih selama hidupnya dan meditasi (atau dhyana) baginya adalah suatu faktor penunjang yang amat membantunya.

3. Untuk seorang suci yang ingin mencapai yoga, maka jalannya adalah dengan bertindak, untuk orang suci yang sama ini sekali ia telah mencapai yoga, maka ketenangan adalah jalannya.

Untuk mencapai yoga, maka seseorang yogi yang sejati harus bekerja selalu tanpa pamrih, dan setelah ia berhasil menyatu denganNya, maka tindakan sudah tidak penting baginya karena yang bertindak kemudian adalah kehendak Ilahi, dan ia hanyalah alatNya saja. Orang semacam ini akan bekerja dengan dan dalam segala ketenangan dan bagi kesejahteraan semua makhluk. la tak akan mempunyai sankalpa atau rencana-rencana formatif untuk dirinya. Semua pekerjaan atau tindakannya akan selalu sinkron atau sesuai dengan dhyana (meditasiNya), dengan kehendak Sang Atman yang bersemayam di dalam dirinya, dan ini bukan suatu hal yang fiktif atau penuh dengan imajinasi, tetapi betul-betul akan terjadi pada seorang yogi semacam ini dalam kehidupan ini sebenarnya. Om Tat Sat.

4. Seseorang yang sudah lepas dari obyek-obyek sensualnya atau dari tindakan-tindakan dan telah mengesampingkan semua sankalpa-sankalpanya, maka orang ini dianggap telah bersemayam dalam yoga (yogarudha).

Sankalpa adalah dasar dari semua aktivitas yang penuh dengan rencana-rencana egoistik, dalam bab IV/10 Sang Kreshna bersabda: "Seseorang yang pekerjaannya bebas dari nafsu dan sankalpa disebut seorang suci." Maka seyogyanyalah seorang yogi yang baik mengesampingkan semua sankalpanya dan tetap bekerja demi kewajibannya yang benar, tanpa nafsu, tanpa rasa egoisme, dan tanpa rasa keterikatan pada dua rasa atau sifat yang berlawanan. Bekerjalah dan terimalah apa saja yang dihasilkan oleh pekerjaan itu sebagai pemberian dari Yang Maha Kuasa. Rantailah ego pribadi dengan memasrahkan diri kepada kehendak Sang Ilahi. Dalam Mahabarata tertulis sebagai berikut: "Oh nafsu, aku tahu akar-akarmu. Engkau lahir dari Sankalpa atau pikiran-pikiran egoistik. Aku tak akan memikirkan engkau, dan kau akan mati karenanya."

5. Sebaiknya seseorang mengangkat dirinya sendiri dengan Dirinya (Sang Atman), dan jangan sampai ia menjatuhkan dirinya. Karena sebenarnya, Dirinya adalah temannya sendiri, dan Dirinya juga adalah musuhnya sendiri.

Angkatlah dirimu sendiri oleh Diri Mu (Sang Atman), bagaimana caranya? Dengan mengejar atau menjalani ajaran-ajaran spiritual seperti karma-yoga atau gnana-yoga atau bhakti-yoga. Jangan kau jatuhkan dirimu ke dalam nafsu-nafsu duniawi yang gelap. Sekali anda mau memperbaiki dan mengangkat diri sendiri, maka jalan ke arahNya akan terbuka lebar. Sang Atman yang bersemayam dalam diri kita ini dapat menjadi musuh atau pun teman dari ego kita sendiri. Sang Atman jadi sahabat kalau kita menjalin hubungan denganNya dan mengesampingkan semua nafsu-nafsu duniawi kita. Sang Atman yang universal sifatNya ini lalu menjadi sahabat, penuntun, penunjuk jalan dan guru kita (Adhi Guru). Tetapi kalau kita jauh dariNya, maka Sang Atman pun jadi "musuh" dan jauh dari kita. Tanpa tuntunan dan jauh dari kasih-sayangNya, kasih-sayang Sang Atman ini, maka apalah arti kehidupan ini.

6. Diri (Sang Atman), adalah teman bagi seseorang yang dirinya (yang rendah) telah dikalahkan oleh Dirinya (yang Tinggi). Tetapi bagi diri yang belum terkendali, maka Sang Diri (Sang Atman) akan bertindak tidak ramah, ibarat seorang musuh.

Yang disebut diri yang rendah adalah indra-indra dan pikiran kita. Seseorang yang berhasil menaklukkan semua ini telah mencapai tahap kesadaran-diri. Kalau diri kita sudah terkendali dengan baik dan menyatu dan bekerja sebagai alatnya Sang Atman, maka Sang Atman pun menjadi sahabat baik kita, menjadi sumber ilham, inspirasi, intuisi, dan guru kita secara spiritual (guru spiritual) dalam segala hal. Tetapi kalau diri kita tetap saja bersifat egois, sombong dan bertahan pada keinginan-keinginan duniawi, maka Sang Atman tidak akan menjadi sumber inspirasi atau penerangan hidup kita melainkan menimbulkan ketidak-harmonisan dalam diri kita, karena hati nurani akan selalu bertentangan dengan tindak-tanduk yang tidak baik dan tidak mengikuti dharma atau kewajiban-kewajiban kita di dunia ini.


7. Seseorang yang telah menguasai dirinya (yang rendah) dan telah mencapai ketenangan dalam mengendalikan dirinya, maka Sang Dia Yang Agung yang bersemayam di dalam dirinya akan bersemayam dengan penuh keseimbangan. la (orang ini) akan selalu merasa damai baik dalam panas maupun dingin, dalam kesenangan dan penderitaan, dan baik dihormati atau tidak dihormati.


Orang yang telah dapat mengendalikan dirinya adalah orang yang tenang dan damai jiwanya dalam arti yang sesungguh-sungguhnya. la adalah orang yang sadar bahwa ia hanyalah alat bagiNya dan sebuah alat fungsinya adalah sama saja baik sewaktu dipakai maupun sedang tidak dipergunakan. Bagi suatu atau sebuah alat, panas dan dingin, dihormati atau tidak adalah sama saja, tidak lebih dan tidak kurang karena ia hanya sebuah alat.


8. Seorang yogi, yang jiwanya telah puas dengan kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan (gnana dan vignana) dan tidak terombang-ambing, yang indra-indranya telah dikalahkan (terkendali), yang merasa bahwa segumpalan tanah-liat, sebuah batu dan sebongkah emas adalah sama saja nilainya, maka orang ini disebut yukta (seorang yang harmonis pengendalian yoganya).


Gnana adalah pengetahuan tentang Nirguna, yaitu Yang Tak Terlihat, sedangkan vignana adalah pengetahuan tentang Saguna, yaitu Yang Terlihat. Seseorang yang telah sadar dan penuh dengan kedua ilmu pengetahuan ini (gnana dan vignana), merasa puas dengan kebenaran Sang Brahman sesuai dengan pengalamannya selama ini, sehingga ia tergoyahkan atau terombang-ambing oleh pengalaman-pengalaman duniawi yang nampak dan terasa sehari-hari. Baginya tanah-liat, batu ataupun emas itu sama saja nilainya. la sudah mencapai keharmonisan dalam hidupnya. Orang semacam ini disebut yukta.


9. Seseorang yang memandang sama terhadap teman-temannya, sahabat-sahabatnya dan terhadap musuh-musuhnya, terhadap orang-orang yang tak dikenalnya dan terhadap pihak-pihak yang netral, terhadap orang-orang asing dan sanak-saudaranya, terhadap orang-orang suci dan terhadap orang-orang yang berdosa - orang ini telah mencapai kesempurnaan (kebaikan).


Orang yang telah mencapai kesempurnaan melihat Satu Pencipta (Tuhan) di dalam setiap benda, makhluk dan manusia. Ia bebas secara total dari rasa diskriminasi karena ia sadar bahwa semua ciptaan Yang Maha Esa sebenarnya adalah alat-alatNya belaka.


10. Sebaiknya seorang yogi duduk di suatu tempat yang tenang dan tersendiri, dan secara konstan mengkonsentrasikan pikirannya pada (Jati Dirinya Yang Agung), dan dengan mengendalikan dirinya, lepas dari segala nafsu dan rasa memiliki.


Sang Kreshna menerangkan sebagian teknik meditasi kepada Arjuna. Sebenarnya seluruh proses teknik meditasi tak dapat diterangkan dalam bentuk tulisan. Prosesnya berbeda dari satu orang ke orang lain dan sebaiknya dipelajari dari seorang guru yang bijaksana. Ibarat belajar melukis yang tidak dapat dipelajari begitu saja, maka yoga pun tak dapat dipelajari dari buku-buku meditasi saja. Garis besar atau yang terpenting dalam metode meditasi haruslah disertai dengan kendali atas pikiran kita, sehingga setiap saat pikiran kita dapat diperintahkan untuk diam sesuai kehendak atau tekad kita. Sangat baik kalau seseorang yang ingin belajar meditasi dapat melakukannya di tempat yang tersendiri dan lepas dari gangguan-gangguan suara dan sebagainya. la harus lepas dari pikiran-pikiran egois dan rasa memiliki harta-benda, keluarga dan hal-hal duniawi lainnya, juga ia harus lepas dari keinginan-keinginan indra-indranya. la harus secara konstan setiap harinya menyisihkan sejumlah waktu tertentu dan berusaha dengan tekad yang tulus untuk mengkosentrasikan diri dan pikirannya kepada Sang Atman, dan sebaiknya waktu yang disediakan untuk meditasi ini tidak terganggu oleh kesibukan-kesibukan lainnya, agar meditasi berjalan tanpa gangguan secara mental maupun secara psikis, juga tempat bermeditasi haruslah bersih dan tidak terganggu oleh suara, bau busuk dan gangguan nyamuk dan sebagainya.
 
Last edited:
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 6

11. Di tempat yang bersih sebaiknya ia duduk secara tetap, tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, tertutup oleh rumput-rumput kusha, kulit menjangan dan kain, yang satu melapisi yang lainnya.


12. Di situ, duduk secara tegak di tempatnya, mengarahkan pikirannya pada suatu titik dan mengekang pikiran dan indra-indranya, sebaiknya ia berlatih yoga demi pembersihan jiwanya.


Sang Kreshna secara langsung mengajarkan teknik-teknik bermeditasi:
1) Carilah suatu tempat bermeditasi yang baik dan bersih dari segala kotoran, dan juga hal-hal yang kurang baik. Suatu tempat dekat sungai, di gunung, di pura, di taman bahkan di dalam kamar pribadi yang resik dan tenang suasananya akan amat bermanfaat untuk bermeditasi, karena memberikan suasana yang tenteram dan nyaman dalam hati sanubari kita.
2) Tempat duduk untuk bermeditasi ini boleh dibuat atau terdiri dari batu yang rata, atau sepotong papan yang rata, atau bantal dan apa saja yang cukup nyaman sebagai alas duduk. Tetapi harus diusahakan letaknya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, karena kalau terlalu tinggi bisa saja ia terjatuh kalau meditasinya memasuki trans atau tertidur sewaktu melakukan meditasi ini, dan kalau jatuh bisa-bisa melukai dirinya secara serius. Juga diusahakan tidak terlalu rendah agar tidak diganggu oleh serangga yang berbisa, atau nyamuk dan semut. Ini tentu saja berlaku untuk tempat di alam bebas atau di tempat-tempat yang banyak serangganya. Di dalam kamar pribadi yang tenang, sebenamya semuanya dapat diatur dengan baik.
3) Kusha adalah sejenis rumput. Kusha, kulit menjangan dan kain diperlukan pada zaman dahulu. Kusha diletakkan terbawah, kemudian di atas dilapisi dengan kulit menjangan, dan kemudian kain diletakkan teratas. Kalau menggunakan kulit harus diperhatikan bahwa kulit ini berasal dari seekor binatang yang meninggal dunia atau mati secara alami dan bukan terbunuh oleh manusia. Semua ini untuk memberikan rasa nyaman di masa-masa yang lalu. Sekarang ini dapat disesuaikan dengan keadaan; yang penting sederhana dan jauh dari keperluan duniawi yang serba luks, dan cukup kalau sudah terasa nyaman dan baik. (Contoh: kain yang tebal dan hanya selembar pun sebenarnya sudah cukup.)
4) Pikiran harus tenang dan lepas dari nafsu, ego, dan keserakahan. Bermeditasi sebenarnya berarti masuk ke dalam keheningan diri kita sendiri.


13. Tegakkanlah tubuh, kepala, leher, dan pandangan dipusatkan pada ujung hidung, tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri.


14. Tenang dan tanpa rasa takut, teguh dan jauh dari perasaan seksual (brahmacharya), dengan mengendalikan diri dan duduk secara harmonis, pikirannya terpusat padaKu dan mencariKu terus.


Seseorang yang ingin bermeditasi kepadaNya harus duduk tegak, tanpa bergerak dan sebisa mungkin meluruskan kepala dan lehernya secara tegak dengan badannya, dan memusatkan pikirannya seakan-akan memandang ujung hidungnya. Tanpa menoleh ke manapun juga, tanpa rasa takut dan dengan hati yang tenang dan stabil; lepas dari segala macam pikiran harus memusatkan pikiran dan dirinya kepada Yang Maha Esa tanpa henti-hentinya.la harus lepas dari pikiran seksual pada waktu bermeditasi. Bahkan untuk seorang yang ingin menjadi bramacharya ada kriteria-kriteria tertentu yang harus diikutinya, dan kriteria-kriteria ini telah digariskan oleh Manu (manusia yang pertama di bumi) seperti berikut ini:
Seorang bramachari (yang menganut ajaran tidak melakukan hubungan seksual) harus mandi untuk membersihkan dirinya, dan ini harus dilakukannya sccara konstan. Harus pantang memakai perhiasan dan tidak ikut-ikutan dansa-dansi dan pertunjukan musik yang penuh dengan hura-hura. Pantang berjudi dan harus belajar tidur di lantai dan tidak memandang ke arah wanita. la harus sederhana cara makannya dan tidak mengenakan baju-baju yang mewah seperti sutra atau kain-kain yang lembut dan halus yang berkesan mahal, dan selalu harus memuja Yang Maha Esa dan hormat kepada para resi dan berdedikasi kepada guru-gurunya. la harus pantang berdebat dan berdiskusi dengan siapa saja atau mencampuri urusan orang-orang lain. la juga harus selalu berbicara yang jujur dan tidak menghina siapapun. la harus menganut ajaran ahimsa (tidak merusak atau membunuh atau melukai siapa dan apapun dengan cara apapun juga). la harus mengendalikan dirinya sampai lenyap semua rasa nafsu, amarah dan egonya. la harus menjaga agar spermanya tidak terpancar keluar, dan sebisa mungkin tidur seorang diri. Sperma yang terjaga baik di dalam badan seseorang akan menimbulkan sejenis aliran yang misterius di dalam tubuhnya dan cahaya dari aliran ini akan membuat prana dan pikiran orang tersebut itu menjadi stabil, dan akibatnya pikiran pun secara otomatis menjadi terarah dengan baik dan stabil ke arah Yang Maha Esa.
Obyek dan meditasi (dhyana-yoga) adalah meditasi kepadaNya (Yang Maha Pengasih) dan bertujuan mencapai kesatuan denganNya. Dalam melakukan meditasi seseorang harus secara teguh beraspirasi kepadaNya atau bisa-bisa (sering sekali ini terjadi) pikiran kita terbawa oleh ilusi yang aneh-aneh dan menyesatkan. Yang penting adalah menyatukan atau memfokuskan diri pada Sang Atman, "melihat Sang Atman melalui Sang Atman." Pikiran harus terang, tetapi itu saja tidak cukup. Pikiran juga harus selalu dipusatkan kepadaNya. Dan pemusatan pikiran ini harus tulus dan bersih.

15. Sang Yogi ini akan selalu harmonis jiwanya, bersatu dengan Sang Atman, dengan pikiran yang terkendali, menuju ke Damai - ke Nirvana atau Berkah Yang Agung yang ada di dalam DiriKu.

Yang disebut Nirvana, atau Kedamaian, atau Berkah (Kebebasan) ini adalah pemberian atau karunia dari Yang Maha Esa untuk seorang yogi yang penuh dedikasi kepadaNya. Tidak ada kesatuan yang dapat dicapai dengan Yang Maha Esa tanpa ada tekad yang kuat dari sang jiwa itu sendiri, dan Yang Maha Kuasa akan datang menolong mereka yang mencariNya dan membawa mereka ke arah Nirvana ini (kedamaian yang suci). Maka seyogyanyalah seseorang terus menerus berusaha dengan kepasrahan total kepadaNya dan dengan penuh disiplin dan dedikasi ke arahNya. Dan berkahNya akan turun dan menyatukan diri kita dengan DiriNya, dan kesatuan atau persatuan inilah yang disebut moksha (pembebasan).


16. Yoga ini sebenarnya bukan untuk seseorang yang makan terlalu banyak, dan juga bukan untuk seseorang yang terlalu menghindari makanan. Yoga ini pun bukan untuk seseorang yang tidur terlalu banyak atau yang tidak terlalu banyak tidur, oh Arjuna!


17. Yoga ini menghapuskan semua penderitaan seseorang yang berimbang (temperamen) dalam cara ia makan dan berekreasi, yang terkendali tindakan-tindakannya dan teratur bangun-tidurnya.


Seseorang yang mempunyai kebiasaan bermeditasi harus ingat bahwa ia harus hidup secara teratur dan seimbang dalam segala tindak-tanduknya sehari-hari. Adalah salah kalau ia makan terlalu banyak, karena bukannya ia akan makin kuat karenanya tetapi malahan fungsi pernafasannya dalam meditasi akan menjadi kacau, dan bagi seorang bramacharya kelebihan gizi malahan akan merusak semua usahanya untuk mengekang hasrat-hasrat seksualnya. Terlalu banyak makan dan (atau) kekurangan makan selalu akan menghasilkan kekacauan dalam fungsi-fungsi tubuh kita dan hilanglah keharmonisan dalam raga dan usaha spiritual kita. Semua yang kita lakukan sebaiknya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, cukup-cukup sajalah, yang wajar-wajar dan tidak melebihi porsi maupun menguranginya secara drastis. Ini namanya harmonis dalam segala-galanya.
Makanan yang dimakan pun sebaiknya yang sesuai dengan kebutuhan tubuh kita dan cocok dengan pencernaan setiap individu secara masing-masing, tidak ada yang boleh dipaksakan ataupun memakan makanan yang sebenarnya tidak perlu untuk tubuh kita. Juga secara mental dan spiritual harus diperhatikan dengan amat sangat agar tidak memakan sesuatu hasil dari perbuatan tidak baik atau negatif, seperti hasil dari korupsi atau uang haram lainnya, tetapi betul-betul harus hasil keringat yang halal dan suci.
Puasa yang amat berkepanjangan harus dicegah, puasa itu perlu tetapi harus teratur dan tidak merusak tubuh kita, puasa yang teratur akan meningkatkan vitalitas dan tingkat spiritual jiwa dan raga kita. Begitupun dengan rekreasi, ini pun penting untuk kita asal yang sehat dan teratur, untuk pikiran, mental dan raga kita agar segar dan penuh dengan dinamika yang sehat. Rekreasi dalam bentuk olah-raga, perjalanan ke alam bebas seperti ke hutan, gunung, ke sungai dan lain sebagainya ini amat menyehatkan dan sangat menyegarkan tubuh dan pikiran kita, tetapi semua ini harus dilakukan secara teratur dan konstan, sehingga tidak merugikan diri kita maupun lingkungan kita dalam arti yang seluas-luasnya.
Cara-cara kehidupan lainnya seperti berdagang, bekerja, berdoa, memuja Yang Maha Esa, berbuat amal, menolong yang harus ditolong, menghormati orang-tua dan yang pantas dihormati, dan lain sebagainya harus dilakukan dalam batas-batas kewajaran dan tidak berlebih-lebihan. Bangun-tidur pun harus diatur yang seimbang, tidur sebaiknya cukup enam jam saja, tetapi dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan usia seseorang. Seorang yang ingin tekun bermeditasi harus selalu jalan ditengah-tengah, maksudnya penuh disiplin dan seimbang dalam segala perbuatannya. Setiap aksi atau perbuatannya sebaiknya tidak berlebihan, terkendali dan wajar-wajar saja. Tidak usah terburu tetapi juga tidak lambat. la selalu stabil dan berimbang baik dalam bertutur-kata maupun dalam setiap pekerjaannya. la dengan demikian secara lambat laun akan bebas dari segala penderitaan yang diakibatkan oleh perbuatannya sendiri yang terlalu banyak atau yang terlalu sedikit, dan juga oleh akibat-akibat dari perbuatan itu sendiri seperti rasa kurang puas, marah, kesukaran, ketakutan, keresahan dan banyak lainnya.

18. Sewaktu pikiran yang penuh disiplin dipusatkan pada Jati DiriNya (Sang Atman) sendiri (dan tidak pada hal-hal yang lainnya), bebas dari semua nafsu, maka disebutlah orang ini harmonis dalam yoganya.
Inilah intisari dari meditasi, seseorang yang menyerahkan dirinya secara total atau penuh kepada Sang Atman, maka ia akan mengenal Sang Atman secara lebih jelas, dan seperti yang kita ketahui dari Bhagavat Gita maka Sang Atman yang bersemayam di dalam diri kita ini merupakan saksi dari setiap tindakan kita, bahkan dari pikiran dan pancaindera kita sendiri. la mengetahui semua kejujuran, kepalsuan dan kemunafikan kita, tidak ada yang terhindar dari penglihatanNya, maka dikatakan kalau kita bebas dari segala nafsu-nafsu kita, rnaka Sang Atman akan nampak lebih jelas dan terasa semua instruksi dan nasehat-nasehatnya untuk kita. Maka disebut, seseorang yang disiplin dengan meditasinya, dan puas dengan dirinya sendiri, dan pikirannya tidak menerawang pada obyek-obyek indranya yang terdapat di luar dirinya sendiri, maka sekali ia mencapai kestabilan harmonislah meditasi atau yoganya.

19. Seperti pelita yang terletak di suatu tempat yang tak berangin, tidak berkedip, begitulah juga seorang yogi yang telah mengendalikan pikirannya, bersatu dengan Sang Atman, Sang Jati Dirinya Sendiri.
Lampu pelita tidak mungkin dapat bertahan dari terjangan angin kalau diletakkan di tempat yang bertiup banyak angin (atau tempat yang terbuka), begitupun pikiran dan hati kita tak akan mungkin stabil kalau setiap saat selalu diterjang oleh angin-angin nafsu dan pikiran kita. Maka sebaiknya pelita ini diletakkan jauh dari nafsu-nafsu ini agar tidak terganggu pancaran cahayanya. Seseorang yang ingin mantap dan stabil meditasinya harus menjauhi obyek-obyek nafsunya, dan mengendalikan dirinya sesuai dengan keburuhan-kebutuhannya yang cukup saja, tidak lebih dan tidak kurang; jangan mengumbar-umbar nafsu tanpa kendali dan hilang ditelan oleh gelombang-gelombang nafsu ini, yang sifatnya amat dahsyat dan menyesatkan, dan menggelapkan pikiran dan jiwa kita. Bangkitlah ke tingkat intelektual (buddhi) kita dan tinggalkan tingkat yang rendah di mana ego dan nafsu kita meraja-lela tanpa kendali. Dan sekali kita bekeija dengan intelektual kita yang penuh dengan 'rasio,' maka meditasi kita akan stabil dan tercapailah persatuan dengan Sang Atman.

20. Sewaktu pikiran yang terkendali oleh upaya-upaya konsentrasi menjadi stabil, sewaktu seseorang melihat (sadar akan) Dirinya oleh dirinya dan merasa bahagia dengan Dirinya;
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 6

21. Sewaktu ia menemukan kebahagiaan Nan Agung (tak ada taranya)----kebahagiaan yang dapat terjangkau oleh buddhi (intelektual) tetapi jauh dari indra-indra sekali tercapai tahap ini, maka seseorang tak akan pergi jauh dari kebenaran ini.

22. Dan setelah mendapatkan sesuatu yang begitu besar labanya itu, ia berpikir tak ada hal-hal lain yang lebih menguntungkan dari hal tersebut, dan sekali ia merasa mantap, ia tak tergoyahkan oleh kepedihan yang amat sangat sekalipun.

23. Dan hal itu disebut yoga, yang memutuskan hubungan dengan kedukaan (penderitaan). Yoga ini harus ditekuni sepenuh hati dan tanpa henti-hentinya (dengan hati yang tak tergoyahkan).

Melalui meditasi yang berkesinambungan, pikiran akhirnya akan dapat dikendalikan dan teguh tertanam dalam hadirat Yang Maha Esa semata. Sang yogi yang sudah mencapai tahap seperti ini kemudian tinggal di dunia ini tanpa terpengaruh oleh hal-hal duniawi untuk selama-lamanya. Yang dimilikinya hanyalah satu, yaitu kebahagiaan yang sadar akan ke Maha EsaanNya. Ia tak memerlukan bentuk-bentuk kebahagiaan duniawi lainnya, baginya Yang Maha Esa adalah semuanya. Kebahagian semacam ini sukar dan tak dapat diterangkan atau berada di luar jangkauan indra-indra kita, karena hanya dapat dihubungkan oleh buddhi kita yang telah bersih dan jernih, dan sifatnya ini amat abadi, suci, nyata, dan agung.
Seorang yogi yang telah mencapai kebahagiaan ini akan berpikir bahwa tidak ada keuntungan atau laba yang lebih tinggi nilainya daripada kebahagiaan ini di dunia. Baginya semua bentuk kekayaan duniawi seperti harta, kedudukan, kekuasaan, kehormatan, kebanggaan atau keterkenalan dan lain sebagainya adalah bersifat hanya sementara saja, jauh, tak menentu dan sia-sia saja untuk dipertahankan atau dianggap milik pribadi. Bahkan kebahagiaan di svarga-loka pun dianggapnya tidak ada gunanya sama sekali. Dalam keadaan menderita sekalipun ia tegar seakan batu-karang. Badannya boleh hancur tetapi jiwanya tak tergoyahkan. Halilintar, panas, hujan dan dingin boleh menyentuh dan merusak raganya, tetapi jiwanya tak akan tersentuh sedikitpun. Kehinaan dan penderitaan bisa saja menyerang dirinya tetapi jiwanya tak akan terganggu atau terusik, rasa damai di dalam jiwanya akan berjalan terus, karena yogi ini telah bangkit jauh dari tubuhnya, dari raga duniawinya. Di dunia ini ia dianggap memiliki raga, tetapi sebenamya bagi ia sendiri raga itu telah mati dan bersifat spiritual karena digunakannya untuk tujuan-tujuan bersatu denganNya. Tak ada seorangpun atau kekuatan apapun yang dapat mendominasinya, karena ia telah tegar di dalam Yang Maha Esa dan bekerja di dunia ini dalam kehidupan yang bersifat abadi, yaitu semata-mata untuk Yang Maha Esa.
Keadaan semacam ini --- yang disebut kebebasan dari semua penderitaan adalah yoga yang sejati, yang merupakan kesadaran akan Yang Maha Kuasa secara nyata. Tetapi kondisi yoga semacam ini tidak mudah dicapai, harus dilalui dengan praktek-praktek nyata yang tegar dan tanpa mudah putus asa, atau dengan kata lain tanpa henti-hentinya. Seorang pemula biasanya selalu patah-semangat kalau tidak langsung melihat hasil meditasinya, dan setelah beberapa hari, beberapa minggu, atau pun beberapa bulan yang penuh meditasi dan disiplin yang ketat ia tak melihat sesuatu hasil, maka ia akan ragu-ragu dan mulai berpikir: "Derita disiplin ini sudah terlalu banyak bagiku, tak kulihat suatu akhir (hasil) dari usaha-usahaku ini. Aku jadi ragu apakah disiplin ini akan menghasilkan sesuatu?" Dan bisa saja pemula itu patah semangat di tengah jalan. Maka sebaiknyalah meditasi dan disiplin yang ketat dihayati, diyakini dan dicintai, dan jangan sekali-kali ada perasaan kalah untuk seorang pemula, sebab jalannya memang panjang dan harus selalu yakin akan petuah-petuah gurunya bahwa akhir jalan memang menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Untuk itu buktinya adalah sang guru atau orang-orang suci lainnya. Suatu hari lambat atau cepat ia pasti akan mencapai tujuannya, yaitu Yang Maha Esa.

24. Menanggalkan semua nafsu (keinginan-keinginan) yang lahir dari sankalpa (tekad atau imajinasi yang penuh dengan keserakahan), mengendalikan semua indra-indranya dari semua segi dengan pikirannya;

25. Sedikit demi sedikit, ia mencapai ketenangan dengan bantuan buddhinya yang dikendalikan oleh ketegarannya dan memusatkan pikirannya pada Jati Dirinya, janganlah ia berpikiran hal-hal yang lainnya.
Dalam dua sloka di atas terlihat intisari ajaran Sang Kreshna mengenai Sadhana (disiplin) untuk yoga ini:
a. Menanggalkan semua bentuk nafsu dan keinginan, karena semua ini lahir dari sankalpa dan membuat atau pikiran tidak tenang. Dengan menanggalkan nafsu-nafsu ini, kita diajak untuk bertenang-diri.
b. Pengendalian atau penghentian keinginan-keinginan indra adalah tahap yang berikutnya. Dengan tekad kita, maka pikiran kita harus dicoba untuk menguasai indra-indra kita dari setiap sisi dan sudut.
c. Dan setelah gelombang-gelombang nafsu atau keinginan kita sudah mereda, maka dengan bantuan buddhi kendalikan lagi gelombang-gelombang ini dengan ketegaran intelektual kita. Dengan kata lain belajar untuk menghilangkan rasa takut. Karena mereka yang telah berhasil mengendalikan indra-indra mereka akan diserang oleh rasa takut seperti "pikiranku terkendali, dapatkah aku berpikir dengan baik sekarang?"; "indra-indraku terkendali, dapat kah aku bekerja atau berfungsi dengan baik?"; dan lain sebagainya. Semua rasa takut itu akan hilang kalau seorang guru yang baik dan bijaksana ada di sisi anda dan selalu memberikan semangat, wejangan dan berkahnya tanpa bosan-bosannya. Dan di atas semua guru-guru di dunia ini siapa lagi yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui kalau bukan Sang Atman, Sang Adhi Guru sendiri yang bersemayam dalam diri kita ini.
d. Pikiran kita (mana) harus selalu bersandar pada Sang Atman. Jangan lupa bahwa obyek meditasi adalah Yang Maha Esa, dan sekali duduk bermeditasi kendalikan pikiran-pikiran yang selalu terbang ke obyek-obyek yang lain. Tariklah pikiran yang lari ini ke obyek utama yang semula, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Caranya jadikanlah pikiran itu bersifat menerima dengan sadar kehadiran Yang Maha Esa dalam segala aspek kehidupan kita, dan disiplin ini penting sekali untuk tujuan spiritual. Sekalipun telah tercapai stabilitas dalam pikiran kita bisa saja, pikiran ini melayang lagi ke arah yang lainnya, jadi selalulah berlatih tanpa bosan dan henti, dan dedikasi dan iman yang kuat. Kuasailah sang pikiran ini dan bawalah ia kembali ke jalan Yang Maha Esa, inilah seninya meditasi.
e. Seorang yogi harus bertindak seperti seorang polisi, dan sang pikiran diibaratkan seperti seorang pelarian. Maka, pekerjaan seorang polisi haruslah selalu mengejar para pelarian ini dan mengembalikan mereka ke jalan yang benar, dan sudah tugas seorang polisi untuk dengan tanpa bosan-bosannya bekerja seumur hidup menangkap para pelarian ini. Ketekunan semacam ini disebut abhyasa dan merupakan suatu tindakan yang amat positif dalam meditasi. Tangkaplah selalu pikiran-pikiranmu dan giringlah mereka ini ke jalan yang satu itu, yaitu jalan ke Jati Diri kita sendiri (Sang Atman). Dengan kata lain abhyasa berarti, "giringlah kembali pikiran itu dari pengembaraannya dan tunjukkanlah jalan ke Sang Atman."
Abhyasa ini seharusnya dilakukan setiap hari, dan bukan soal satu atau dua jam meditasi yang penting saja, tetapi kesadaran dan pengendalian diri yang dicapai dalam meditasi ini seharusnya terlaksana juga sepanjang hari dalam segala tindak-tanduk kita seharian itu, bahkan pada waktu tidur sekalipun. Jagalah baik-baik dan kendalikan diri dan pikiran kita, sehari-hari sama seperti waktu kita mengendalikan pikiran kita sewaktu bermeditasi. Jangan sampai kontrol diri kita lepas, karena lima menit saja kita marah atau kehilangan kesabaran karena sesuatu hal, maka sia-sialah satu atau dua jam meditasi kita. Jadi siaga dan siaplah selalu; dengan penuh ketekunan dan dedikasi sadarlah bahwa meditasi itu ibarat sebuah gunung yang tinggi dan penuh dengan tanjakan dan halangan-halangan yang berat dan ibarat sebuah pendakian maka jalan itu masih jauh dan puncaknya sukar untuk ditaklukkan. Tetapi seseorang yang penuh dengan dedikasi dan iman pasti akan mencapainya, karena hukum alam (kosmos) akan berlaku di dalam dunia spiritual ini, yang selalu mendorong usaha seseorang ke tujuanNya, sekali hal itu telah ditetapkan oleh yang bersangkutan. Tak ada usaha yang sia-sia kalau dilakukan demi Yang Maha Kuasa, percayalah dan yakinlah akan hal ini! Yang diperlukan adalah kesabaran yang penuh dengan iman dan dedikasi!

26. Semakin sering pikiran yang tidak stabil dan gemar mengembara ini lari jauh, semakin sering jugalah seseorang seharusnya menahan dan menariknya kembali ke arah Jati Dirinya (Sang Atman).

Tentu saja usaha menarik kembali pikiran kita yang gemar lari kesana-kemari mencari obyek-obyek indranya adalah usaha yang amat sulit dan memerlukan tekad yang amat kuat. Sering sekali seseorang merasa amat letih dan sia-sia saja dan febih baik menyerah saja. Dan sedikit saja kita lengah dan kalah sang pikiran ini sudah mengatur siasat baru dan bingunglah orang yang sedang berusaha ini. Dan pada saat itulah kita harus berteriak minta tolong pada Sang Adhi Guru, Sang Atman agar dikaruniakan rahmat dan karuniaNya, dan dengan jalan ini seseorang ini akan kembali lagi ke arah dhyana-yoga.

27. Kebahagiaan yang tertinggi (suci dan agung) datang pada seorang yogi yang pikirannya damai, yang nafsu-nafsunya tenang, dan yang telah lepas dari dosa dan telah bersatu dengan Yang Maha Esa.

28. Yogi semacam ini, yang selalu harmonis dengan dirinya, telah menjauhi dosa, dengan mudah ia merasakan Rahmat dan Karunia abadi yang dihasilkan oleh hubungannya dengan llahi (Yang Maha Abadi).
Berbahagialah seorang yogi yang telah mencapai tahap ini, setelah bergulat dengan hidup ini selama bertahun-tahun, bahkan mungkin melalui berbagai kehidupan di masa-masa yang silam, kemudian ia menyatu dengan Yang Maha Esa pada suatu hari; dan Bhagavat Gita menyebut hal ini dengan nama brahma-samsparsham, yaitu kontak dengan llahi. Baginya Tuhan itu bukan suatu hal yang tak nampak dan abstrak, tetapi baginya tuhan itu adalah suatu kontak yang nyata dan itu berarti sang yogi telah sampai ke suatu titik di mana waktu sudah tidak berarti lagi. Sinar llahi telah mekar di dalam dirinya, dan jiwanya telah menyatu dengan kenikmatan llahi yang tiada taranya. Di dalam agama Islam salah satu nama Yang Maha Kuasa adalah Azh Zhaahir (Yang Maha Nyata), di dalam keterangan di bawah nama tersebut kami temukan catatan seperti berikut: "Allah SWT Nyata Kebenaran, Perbuatan dan Ada-Nya bagi orang-orang yang berakal yang mau merenungkan ciptaan-ciptaanNya."
29. Dirinya telah harmonis dalam yoga, ia melihat satu Jati Diri bersemayam dalam semua makhluk dan semua makhluk dalam satu Jati Diri, di mana pun ia melihat yang sama (Satu Jati Diri yang ada dan hadir semenjak masa silam).
Ada tiga faktor utama dalam evolusi manusia yang sedang menuju ke arah jalan spiritual:
a. Sewaktu seseorang mulai berhasrat memasuki hal-hal kebatinan dan mulai menyelami dirinya sendiri. Dan setelah beberapa waktu kemudian ia sadar akan hadirnya Sang Atman yang berdiri dan abadi sifatnya.
b. Dalam tahap kedua ini orang tersebut sadar bahwa Sang Atman tidak saja hadir dalam dirinya sendiri, tetapi juga bersemayam secara sama rata pada makhluk-makhluk lainnya sama halnya seperti dalam dirinya sendiri. Dengan kata lain ia sadar bahwa Sang Atman (Yang Maha Esa atau Sang Kreshna) hadir di mana saja dan kapan saja.
c. Seperti disebut di sloka 29 di atas, maka orang ini sadar bahwa Yang Maha Esa itu adalah Inti dari setiap makhluk dan benda di alam semesta ini. Dengan kata lain Yang Maha Esa (Sang Atman dalam hal ini) hadir dalam setiap jiwa dan benda dan semua itu sebaliknya juga hadir dan ada di dalam Yang Maha Esa.
Tahap kesadaran ini kalau dicapai seseorang secara benar dan tulus, maka ibaratnya adalah seperti baru saja sadar dari suatu mimpi. la tiba-tiba sadar bahwa matahari, rembulan, planet bumi, bintang-bintang, siang dan malam, waktu, langit, udara, indra-indra, buddhi, dan lain sebagainya, hanyalah hasil pekerjaan Yang Maha Pencipta. Hanya ialah satu-satuNya Yang Menguasai dan Mengendalikan semua ini sesuai kehendakNya, dariNya dan untukNya semata.
Seseorang yang telah sadar ini akan selalu mendoakan kesejahteraan orang lain dan ia selalu berhasrat untuk membahagiakan orang lain seperti kebahagiaan yang ia dapatkan dari Yang Maha Kuasa untuk dirinya sendiri. Seorang yang berorientasi pada hal-hal keduniawian selalu memuaskan indra-indranya. Berbeda dengan ini, maka seseorang yang telah mencapai samadhrishti (kesadaran) ini sadar bahwa kebahagiaannya tak mungkin tercapai dengan penderitaan pada orang lain.
Tetapi mengapa ajaran Bhagavat Gita yang sederhana ini sukar untuk diikuti atau dipraktekkan? Karena umumnya kita manusia selalu menganut prinsip bahwa "semua ini milikku," dan tak mau menganut prinsip bahwa "semua ini bukan milikku" dan bahwa "Satu adalah semua ini dan semua ini adalah Satu." Dengan membeda-bedakan antara "milikku" dan "milik orang lain," maka Arjuna pun masuk dan terhunjam ke . depresi yang maha dahsyat, begitupun kita manusia ini dalam hidup kita sehari-hari. Dan selama hidup kita masih terombang-arnbing tanpa kendali, selama itu pula manusia akan merupakan sumber tragedi bagi dirinya sendiri dan juga lingkungannya. Dan untuk menyembuhkan penyakit ini Bhagavat Gita mengajarkan "kekanglah pikiranmu, kendalikanlah pikiranmu, stabilkanlah pikiranmu, pusatkanlah pikiranmu pada Sang Atman! Sadarlah dan lihatlah Sang Atman yang hadir pada setiap makhluk!" Obat dari penyakit manusia ini di mana saja adalah sama, yaitu samadrishti (kesadaran).
30. Seseorang yang melihatKu di mana pun juga dan melihat setiap hal dalam DiriKu, maka orang itu tak pernah hilang dari DiriKu dan Aku tak pernah hilang darinya.
Bagi seorang yang telah sadar, setiap makhluk baginya adalah baju atau manifestasi yang beraneka-ragam dari Yang Maha Esa itu sendiri. Semuanya di alam semesta ini tanpa kecuali adalah la dan kebesaranNya semata. Sang yogi ini tak sekejappun akan kehilangan kontak dengan DiriNya, ia selalu dituntun olehNya. Yang Maha Kuasa tak akan hilang sekejapun dari pandangan, perasaan, pikiran Sang Yogi ini. la adalah selalu hadir di dalam dirinya setiap saat, setiap detik. Begitulah besar kasih-sayang Tuhan kepada diri kita ini sebenarnya, dan semua kebutuhan kita dicukupiNya dengan caraNya sendiri, tanpa perlu kita memintanya lagi. Om Tat Sat.
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 6

31. Seorang yogi yang telah tercipta kesatuannya, memujaKu sebagai yang berada dalam setiap ciptaan, ia hidup di dalamKu, betapapun aktifnya ia (bekerja).

Di manapun ia berada dan apapun jenis pekerjaannya, sang yogi ini telah bersatu dengan Yang Maha Esa dalam segala tindak-tanduknya. Apapun yang nampak dari luar tentang diri dan pekerjaan maupun kesibukannya tidaklah penting, yang terutama adalah kesatuan yang telah terjalin antara orang ini dengan Sang Penciptanya. Di dalam dirinya telah tumbuh kasih sayang Ilahi yang tanpa batas. Musuh boleh menghina dan menghujam dirinya, sahabat boleh menyanjung dan tersenyum kepadanya, tetapi baginya semua itu adalah tidak lain dan tidak bukan variasi-variasi dari Sang Pencipta yang bersemayam dalam semua bentuk-bentuk ciptaanNya sendiri. la melihatNya di mana-mana tanpa kecuali, dan tanpa diskriminasi. Bagi yogi semacam ini pemujaan kepada Yang Maha Esa bukan dalam bentuk upacara-upacara atau mantra-mantra suci, tetapi pengorbanan yang tulus dan suci demi dan untuk Yang Maha Esa semata-mata adalah dengan bekerja tanpa pamrih.

32. Seorang yogi yang sempurna adalah seseorang yang melihat dengan pandangan yang sama semua benda dan makhluk, seperti terhadap dirinya sendiri, baik dalam suka dan duka. (Contoh: suka dan dukanya makhluk lain juga terasa olehnya sebagai suka dan dukanya).
Seorang yang telah mencapai tingkat tertinggi selalu akan sedih dan senang setiap ia menjumpai kesedihan atau kesenangan orang lain, bahkan makhluk lain sekalipun, karena ia merasa sebagai satu kesatuan dengan alam semesta ini beserta segala isinya. Dan bagaimana mungkin orang semacam ini melukai atau membunuh tubuh makhluk lain, toh ia merasakan semua suka dan duka makhluk lainnya; ia merasakan persaudaraan universal di antara sesama makhluk ciptaan Yang Maha Esa.

Berkatalah Arjuna:

33. Yoga untuk menenangkan pikiran yang telah Dikau terangkan ini, oh Kreshna, di dalamnya tak terlihat fondasi yang stabil, karena pikiran itu penuh dengan keresahan (dan tak menentu).
34. Karena pikiran itu sangat mudah berubah-ubah, oh Kreshna! Pikiran itu liar, kuat dan keras-kepala. Kukira pikiran itu sukar dikendalikan ibarat mengendalikan angin.

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

35. Tentu saja, oh Arjuna, pikiran itu sukar untuk dikendalikan dan memang pikiran itu resah sifatnya. Tetapi dengan usaha yang terus-menerus (abhyasa) dan dengan menjauhi godaan-godaan (vairagya) maka pikiran itu dapat dikendalikan.
Abhyasa, yaitu secara tekun dan terus-menerus berusaha mengendalikan pikiran ke arah yang positif dan tidak ikut-ikutan dengan pikiran-pikiran negatif yang selalu berusaha secara licik menjerumuskan kita ke arah yang lain. Abhyasa juga berarti secara berulang-ulang menguatkan diri dengan membaca mantra-mantra suci, mendengarkan dan bergaul dengan para rohaniwan dan orang-orang suci seperti para guru, pendeta, resi dan sebagainya. Juga berarti untuk selalu mempelajari buku-buku dan hal-hal yang bersifat rohani, selalu berdoa dengan tulus dan memanggil namaNya dengan hati yang bersih dan tanpa pamrih sehingga air-mata kita turun tanpa terasa.
Vairagya, melepaskan ikatan-ikatan kita dengan nafsu, indra dan sifat-sifat duniawi kita yang selalu berada dalam cengkeraman sang prakriti dan guna. Dengan selalu melakukan abhyasa secara tekun, maka secara tahap demi tahap segala godaan akan teratasi dan seseorang akan sadar bahwa hal-hal duniawi ini hanya sementara saja sifatnya dan merupakan pentas penderitaan yang tak kunjung habis-habisnya.

36. Yoga ini sukar tercapai oleh ia yang tak dapat mengendalikan dirinya. Tetapi seseorang yang berjuang dengan jalan yang benar dan penuh kendali diri akan mencapainya. Itulah keputusan Ku.

Yang Maha Pengasih, Sang Kreshna menegaskan di sini bahwa walaupun yoga ini sukar untuk dicapai oleh mereka yang dirinya kurang disiplin, tetapi bagi yang mampu mengendalikan dirinya dengan baik, maka jalan ini tidaklah sukar, dan itu sudah menjadi keputusanNya yang tidak dapat diganggu-gugat lagi.
Ada beberapa cara sadhana (metode-metode disiplin) lagi yang harus diikuti oleh mereka yang telah belajar mengendalikan diri mereka, seperti berikut ini:
a. Lepaskanlah atau jauhilah semua obyek-obyek kesenangan duniawi, lepaskan juga keinginan-keinginan untuk obyek-obyek ini.
b. Pusatkan pikiranmu selalu ke arah Yang Maha Esa.
c. Yakinlah bahwa hanya Satu Tuhan yang memenuhi kita dan alam semesta ini beserta seluruh isinya. Yakinilah bahwa jiwa kita, semua benda dan makhluk di alam semesta ini tersambung dalam satu untaian kesatuan Ilahi yang nyata.
d. Selalu menyadarkan diri bahwa setiap tindakan diri kita, atau aktivitas pikiran dan indra-indra kita adalah bukan perbuatan Diri kita, tetapi diri kita yang dilakukan oleh guna (sifat-sifat alami), Diri kita sendiri bertindak sebagai saksi.
e. Tanamkanlah pada diri kita bahwa semua tindakan pikiran dan obyek sifatnya hanya sementara dan selalu tidak abadi. Yang Abadi hanya Yang Maha Esa dan la bersemayam dalam diri kita sendiri. Yesus pernah berkata, "Kerajaan Sorga itu ada di dalam dirimu."
f. Pilihlah salah satu manifestasi Yang Maha Kuasa dan berkonsentrasilah dengan penuh kepadaNya secara mental. Bagi seorang Hindu misalnya pada Sang Kreshna atau Sang Rama atau pada Shiva, Vishnu, Ganesha dan sebagainya. Bagi yang beragama Buddha pada Sang Buddha, dan bagi yang menganut agama lain masing-masing pada obyek yang seharusnya diperbolehkan oleh agama-agama tersebut, Kemudian selalulah berpikir bahwa Yang Maha Kuasa dalam manifestasi yang dipilih ini, selalu hadir sifatNya. Hormatilah la dan pujalah la dengan cara kita masing-masing sesuai dengan aturan dan hati nurani. Bagi seorang Hindu misalnya memuja dengan mempersembahkan secara tulus kasih-sayang kepada sesamanya, mempersembahkan sekuntum bunga atau sehelai daun, atau apa saja yang tulus dan bermanfaat bagi sesamanya dan Yang Maha Esa dalam tindak-tanduk setiap hari.
g. Adalah perlu dihayati bahwa semua tindakan ini selalu harus bersifat tulus dan murni, dan selalu menjadi kebiasaan dan kenyataan dafam kehidupan kita sehari-hari, dan tanpa pamrih. Jangan sekali-kali melakukannya demi kepentingan pribadi sekecil apapun kepentingan itu. Dalam setiap sukses maupun kegagalan selalulah bersifat tenang tanpa terusik jiwanya, dan selalulah berpedoman bahwa kita ini hanya alat belaka ditanganNya dan setiap tindakan dan pengorbanan kepada semuanya adalah atas kehendakNya sesuai dengan yang la kehendaki!
Berkatalah Arjuna:

37. Seseorang yang dirinya tak dapat dikendalikan, tetapi memiliki shraddha (kepercayaan), yang pikirannya pergi jauh dari yoga dan tak dapat mencapai kesempurnaan yoganya, ke arah manakah ia akan pergi, oh Kreshna?
Pertanyaan Arjuna ini singkat tetapi sangat bermakna. Bukankah itu sebenarnya masalah kita semua juga, yang sering penuh dengan kepercayaan pada Yang Maha Kuasa, tetapi sering tindak-tanduk kita tak sehat dan tidak terkendali, dan ini berlangsung sampai kita mati suatu saat. Sering pikiran kita menerawang ke soal-soal duniawi tanpa kendali padahal pada waktu yang bersamaan kita yakin akan kekuasaan Yang Maha Esa. Lalu ke mana ia akan pergi, kalau ia mati dalam perjalanan hidupnya, padahal keyakinanNya pada Yang Maha Esa belum sempuma dan ia masih jauh dari kebijaksanaan spiritual? Bagaimana nasibnya selanjutnya? Pertanyaan-pertanyaan ini amat menarik untuk dipelajari!

38. Bukankah ia lalu binasa ibarat segumpalan awan yang terpecah-pecah, oh Kreshna, kehilangan kedua-duanya, tidak tegar dan kacau jalannya dari Yang Maha Esa.

39. Oh Kreshna, hilangkanlah secara tuntas keragu-raguanku ini, karena tiada seorangpun yang dapat kucari selain Dikau, yang dapat menghancurkan keragu-raguan ini.

"Kehilangan kedua-duanya" --- yang dimaksud Arjuna, bukankah orang semacam itu akan kehilangan dua kesempatan yang amat baik, yaitu kehidupan ini dan kemudian juga kehidupan yang abadi, yaitu kesatuan dengan Yang Maha Esa. Pertanyaan Arjuna amat wajar dan merupakan pertanyaan kita semua. Bagaimana nasib seseorang yang sedang berusaha ke arahNya, dan belum apa-apa sudah mati di tengah jalan, karena memang pendek umurnya atau karena musibah-musibah tertentu. Bukan kah ia lalu ibarat segumpalan awan yang terpecah-pecah tertiup angin, lalu bagaimana nasib selanjutnya dari orang ini? Contoh lain seseorang selama ini ia merasa bekerja tanpa pamrih demi Yang Maha Esa, tetapi pada saat-saat kematiannya karena sesuatu dan lain hal maka ia menjadi lemah mentalnya dan terikat pada ikatan-ikatan duniawinya, apakah yang akan terjadi padanya?

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

40. Oh Arjuna, orang semacam itu tak akan hancur baik di dalam hidup ini maupun di dalam kehidupan yang akan datang; karena seseorang yang bekerja demi kebenaran tak akan mengarah ke jalan penderitaan.
Sang Kreshna menegaskan bahwa seseorang yoga-bhrista (yang mengamalkan yoga atau yang belajar yoga ini) tak akan pernah menuju ke arah yang salah (jalan penderitaan) selama ia bekerja demi dharma (kebenaran demi Yang Maha Esa). Jadi janganlah khawatir karena Yang Maha Esa itu bukanlah seorang tiran, sebaliknya Ia adalah Maha Pengasih dan Penyayang, dan la selalu tahu akan kelemahan-kelemahan manusia yang la ciptakan ini; selamanya la akan selalu mengarahkan kita ke arah benar. Inilah salah satu inti ajaran Bhagavat Gita yang amat penting bahwa Yang Maha Esa tidak pernah membiarkan pemujaNya atau ciptaan-ciptaanNya terjerumus ke lembah dosa secara terus-menerus dan selalu mendorong kita semua dan para makhluk-makhluk lainnya ke arahNya Sendiri. Pesan-pesan Bhagavat Gita adalah pesan-pesan yang penuh dengan harapan dan cinta-kasih antara Yang Maha Esa dan kita semuanya. Langkah demi langkah, tetapi pasti seseorang aka diangkatnya dari dosa dan dituntun ke arahNya, jadi selalu berimanlah kepadaNya di kala suka dan duka, selalu bekerja demi Yang Maha Esa dalam segala aspek kehidupan kita. Bergaullah selalu dengan orang-orang yang dianggap suci agar selalu mendapatkan petunjuk-petunjuk ke arahNya. Penting sekali untuk tidak melupakan kehadiranNya setiap saat dalam kehidupan kita.
Apapun cobaan-cobaan yang kita hadapi, kegagalan-kegagalan yang kita rasakan dan jatuh-bangun yang kita alami, jangan sekali-kali kita lupa bahwa yang kita tuju adalah persatuan dengan Yang Maha Esa. Sering sekali terjadi dalam segala kebenaran dan kebaikan yang kita lakukan, bahkan sesudah memujaNya dengan sepenuh hati, dan sudah bergaul dengan orang-orang yang suci, toh ada saja dosa-dosa yang kita lakukan dengan atau tanpa sadar. Janganlah lalu ragu-ragu akan dirimu pada saat-saat ini, tapi bangkitlah lagi dan mohonlah kepadaNya untuk menuntun kita lagi. Ia pasti akan menuntun kita ke arah yang benar. Langkah demi langkah kita akan menjadi bersih sesuai dengan kehendakNya. Selama kita berusaha keras untuk membersihkan diri, maka suatu saat kita pasti akan bersih dan kita akan meningkat ke tahap evolusi spiritual yang berikutnya, yang lebih tinggi sifatnya, sampai kita akan belajar untuk menjadi sadar dan pasrah secara total dan tulus, dan hanya bekerja sesuai dengan bisikan-bisikan Sang Atman yang Maha Pengasih dan Penyayang. Pada tahap ini kita akan menyerahkan jiwa-raga kita secara utuh, dan sesudah itu hanya ada jalan yang makin menanjak ke atas dan tak ada jalan turun lagi, dan jalan naik yang disebut tangga evolusi ini banyak ragam dan coraknya, semuanya sesuai kehendakNya semata yang mungkin bagi setiap individu terasa lain pengalaman-pengalamannya, tetapi bagi Yang Maha Kuasa sama saja sifatnya.
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 6

41. Setelah mencapai loka-loka di mana hidup orang-orang yang suci dan setelah tinggal di tempat ini bertahun-tahun lamanya, maka sang yoga-bhrista ini akan lahir kembali di sebuah keluarga (rumah) yang suci dan makmur.

Seorang yoga-bhrista (yang meniti jalan ke Yang Maha Esa) tidak pergi ke neraka sewaktu ia meninggal-dunia, tetapi pergi ke punyakritamlokan, yaitu loka-loka di mana hidup orang-orang yang selama ini hidupnya bekerja demi kebenaran. la pergi ke tempat yang lebih tinggi "status" nya dibandingkan bumi ini. Dan kemudian setelah menjalani kehidupan selama bertahun-tahun (sesuai dengan karmanya), ia kembali lagi ke bumi ini sebagai manusia yang lahir di suatu tempat yang suci dan makmur, di mana sang yogi ini mendapatkan kesempatan lagi untuk meniti lebih mantap lagi ke arah Yang Maha Esa. (Orang-orang Hindu percaya bahwa bumi ini sebenarnya tempat yang paling tepat untuk mengenal Yang Maha Esa dengan baik, dan adalah tugas manusia untuk mengenalNya di bumi ini. Hidup sebagai manusia dianggap sebagai hidup yang paling sempurna, bahkan para dewa-dewa sangat menginginkannya). Bumi ini menyediakan segala sarana untuk kita agar lebih cepat mencapai moksha, seyogyanyalah manusia tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini dan menyesatkan dirinya ke dalam ilusi sang Maya.

42. Atau ia akan lahir di sebuah keluarga yang telah menerima kebijaksanaan. Tetapi kelahiran semacam ini amatlah sukar untuk didapatkan di dunia ini.
Seorang yang lahir dalam keluarga yogi yang bijaksana mempunyai kesempatan yang amat besar untuk meniti jalan evolusinya ke arah Yang Maha Kuasa, karena kesempatan semacam ini tidak didapatkan di sorga maupun di loka-loka lainnya. Seorang yang lahir di tengah-tengah keluarga yogi akan belajar mengenai Yang Maha Esa secara langsung semenjak amat dini.

43. Di situ ia mendapatkan penerangan akan (pengetahuan batin tentang kesatuannya dengan Yang Maha Esa) yang telah dicapainya pada kelahiran yang sebelumnya, oh Arjuna, dan ia pun berjuang sekali lagi untuk mencapai kesempurnaan.

Kemajuan di jalan kesempurnaan seseorang manusia itu bisa saja lambat jalannya. Seseorang mungkin saja harus berjuang selama berkali-kali (lahir berulang-ulang) sebelum mencapai kesempurnaan. Tetapi tidak ada usaha yang akan sia-sia sekali kita berjalan menuju Yang Maha Esa. Apapun yang dicapai seseorang ini selama hidupnya tak akan hilang sewaktu raganya binasa, tetapi malahan sebaliknya akan bertambah frekwensi dan kekuatannya pada kelahiran yang berikutnya, ia akan melaju lebih pesat lagi ke arah Yang Maha Esa. Seseorang yang misalnya lahir diantara keluarga yogi ini, secara otomatis akan terbuka penerangan batinnya semenjak ia masih kanak-kanak karena suasana rumah-tangga dan kehidupan orang-tuanya yang penuh dengan unsur-unsur kesucian dan pemujaan terhadap Yang Maha Esa; sehingga tanpa disadarinya terdorong oleh karmanya yang lampau ia akan tambah bersemangat melaju ke arah Yang Maha Esa-otomatis perjuangan dan kemampuan spiritualnya akan berlipat-ganda; jalan ke Yang Maha Esa akan dicapainya dengan lebih cepat dan mudah.

44. Karena usaha-usahanya pada kehidupannya yang lalu, maka tanpa dikuasainya lagi ia terus melaju. Seseorang yang mencari pengetahuan yoga bahkan (melaju) melampaui Shabda-Brahman (tata-cara dan peraturan-peraturan Veda).

Shabda-Brahman adalah tata-cara dan peraturan-peraturan keagamaan Hindu yang tertulis di buku-buku suci Veda. Veda-Veda ini sebenarnya amat penting pada permulaan pelajaran spiritual kita, tetapi setelah seorang yogi mencapai penerangan dan kesatuan dengan Yang Maha Esa, maka Veda-Veda ini ibarat sebuah perahu yang menyeberangkan sang Yogi ini ke sisi lain sebuah sungai. Begitu selesai menyeberang dan mencapai penerangan maka perahu tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi, karena tujuan itu, yaitu Yang Maha Esa, telah tercapai.

45. Sang Yogi ini yang bekerja dengan tekun, bersih dari dosa, dan telah menyempurnakan dirinya dengan melalui berbagai kehidupan akan mencapai tujuannya yang suci.

Seseorang yang berusaha dan berjuang keras, sambil menyucikan dirinya, secara perlahan tapi pasti akan mencapai kesempurnaan setelah melalui berbagai kehidupan dan pengalaman selama perjuangannya dalam hidup ini. Tujuan yang suci adalah kesadaran dan kesatuan dengan Yang Maha Esa, pencapaian akan Kedamaian yang Abadi. Kalau dipelajari dan dimengerti dengan baik, maka bukankah sloka-sloka di atas ini menunjukkan betapa agungnya ajaran Sang Kreshna dalam Bhagavat Gita, karena setiap makhluk dan manusia betapapun besar dosanya, la secara perlahan tetapi pasti ditarik kembali kepada Yang Maha Esa tanpa kecuali. Inilah sebenarnya evolusi dalam kehidupan spiritual kita, dengan karuniaNya semua ciptaanNya ditarik kembali kepadaNya.
Pesan suci dalam Bhagavat Gita adalah bahwa walaupun seseorang jatuh 100 kali dalam hidup ini, ia akan dibangkitkan lagi ke arah yang sudah tujuannya. Kegagalan-kegagalan adalah sementara sifatnya. la akan jalan terus dalam hidup ini, karena yang dinamakan hidup ini sebenarnya amat komplek dan penuh dengan lingkaran kehidupan dan kematian yang berulang-ulang sifatnya, sampai suatu saat ia ditentukan untuk menuju ke tujuannya yang sejati, yaitu Yang Maha Esa. Raga atau sthula-sarira setiap makhluk dan insan lahir dan binasa, begitupun dengan raganya yang halus yang tak nampak oleh mata, yaitu sukhshama-sarira, tetapi karena sariranya (raga mumi yang menjadi penyebab hidup ini) akan selalu menyertai setiap makhluk atau insan sampai akhirnya tercapai moksha atau penyatuan dengan Yang Maha Esa. Di dalam karana-sarira ini terkoleksi (terkumpul) semua usaha dan perbuatan (sansakarci) manusia dan makhluk-makhluk ini. Karana-sarira sifatnya tak akan pernah mati, tetapi ia selalu mengumpulkan dan mengevaluasi semua yang baik dan buruk yang dilakukan oleh sthula-sarira kita. Maka seyogyanyalah kita harus ingat pada karana-sarira ini; setiap pikiran (vichara) dan perbuatan (achara) kita seharusnya bersih dan suci, atau kita harus berjuang lagi dan lagi membersihkan kotoran-kotoran ini dari karana-sarira kita pada kehidupan-kehidupan yang mendatang.
Jadi jalan mudahnya, adalah pasrahkanlah secara total kehidupan ini kepada Yang Maha Kuasa, usahakanlah semua ini dengan penuh kesungguhan, ketulusan, kejujuran dan iman yang teguh, dan bekerja demi dan untukNya semata tanpa pamrih. Jadilah saksi atau alatNya semata dan jauhkanlah kekotoran-kekotoran dari karana-sarira kita, yang akan selalu melaju lebih cepat ke Tujuan yang Abadi, kalau saja kita tanpa noda-noda dalam kehidupan ini.

46. Seorang yogi itu lebih agung daripada seorang yang meninggalkan kehidupan duniawi ini secara total; seorang yogi itu lebih agung daripada seorang ahli Veda, dan seorang yogi itu lebih agung daripada seorang yang bekerja sesuai dengan ritus-ritus. Maka seyogyanyalah dikau menjadi seorang yogi, oh Arjuna!

47. Dan diantara semua yogi, ia yang memujaKu penuh dengan keyakinan, dengan menyatukan Jati Dirinya dalam DiriKu -- ialah yang kuanggap sebagai seorang yogi yang amat sempurna keharmonisannya.
Seorang tapasvi (seorang yang mengasingkan dirinya untuk bertapa di hutan-hutan atau di gunung-gunung dengan menyiksa dirinya dan melepaskan semua nafsu-nafsu duniawinya masih dianggap kurang agung dedikasinya dibandingkan dengan seorang yogi, begitupun halnya dengan seorang ahli Veda; dan seorang yogi itu lebih agung juga dari seseorang yang bekerja dan bertindak sesuai ritus-ritus agama. Inilah nilai yang diberikan langsung oleh Sang Kreshna. Maka sebaiknya seseorang menjadi seorang yogi yang tetap hidup di dalam masyarakat, bekerja sesuai dengan kodratnya, dan dengan tanpa pamrih demi Yang Maha Esa semata. Seorang yogi yang terkendali semua indra-indranya, yang tetap berfungsi sebagai seorang manusia yang berguna untuk sesamanya, untuk lingkungannya, untuk negara dan bangsanya itu lebih agung nilainya di mata Yang Maha Esa.
Inilah ajaran Bhagavat Gita yang sesungguhnya, bekerja demi Yang Maha Esa tanpa pamrih dan menyatu denganNya, dengan DiriNya sambil berjalan mengarungi hidup ini ke tujuan yang abadi, yaitu Yang Maha Esa itu sendiri. Dan semua itu tanpa harus menanggalkan kewajiban kita sebagai manusia terhadap keluarga, masyarakat lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa. Dan diantara semua yogi, yang terbaik menurut Sang Kreshna adalah yang menyerahkan dirinya secara total kepadaNya, yang memujaNya penuh kasih, dan keyakinan, bakti dan dedikasi yang tanpa henti-hentinya, tanpa pamrih dan penuh kendali-diri.
Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga, dialog antara Shri Kreshna dan Arjuna, maka karya ini adalah bab keenam, yang disebut: Dhyana Yoga atau Yoga mengenai Meditasi
 
Bab 07 - Lingkaran Manifestasi

BhagavadGita.jpg


Bersabdalah Yang Maha Pengasih:


1. Dengarkanlah olehmu, oh Arjuna, bagaimana mempelajari yoga dengan pikiran yang selalu terpusat kepadaKu, dan Aku sebagai tempat dikau berlindung, dengan demikian tanpa ragu-ragu lagi engkau mengenalKu secara utuh.

2. Seutuhnya akan Kuajarkan (Kubukakan) kepadamu apakah itu kebijaksanaan (gnana) dan apakah itu pengetahuan (vignana), yang setelah dipelajari, tak ada lagi hal-hal lainnya perlu untuk dipelajari lagi.
Bab ketujuh ini disebut yoga gnana dan vignana. Lalu apakah perbedaan antara gnana dan vignana ini? Mempelajari intisari dari Yang Maha Esa (Nirguna Nivakara Paramatman) adalah gnana; untuk mempelajari atau mengetahui "keajaiban" atau "permainan"-Nya adalah vignana, Di dalam bab ketujuh ini akan kita pelajari tentang Yang Maha Esa (Para Brahman) dan tentang aspek-aspek manifestasiNya dalam bentuk manusia (Bhagavan), contoh: Sang Kreshna dan Sang Rama. Pengetahuan tentang Brahman adalah gnana, dan pengetahuan tentang manifestasiNya, kekuatanNya, dan keajaibanNya disebut vignana. Dalam Bhagavat Gita Yang Maha Esa memanifestasikan DiriNya sebagai Sang Kreshna dan langsung mengajarkan manusia ilmu pengetahuan (yoga) ini yang setelah dipelajari seseorang tak perlu lagi ia mempelajari ajaran-ajaran Bhagavat Gita dan meresapinya dengan benar akan lepas dari lingkaran dan alur-alur karmanya. Sayang sekali kalau kita mengabaikan ajaran ini dan tetap terikat pada hal-hal yang bersifat duniawi.

3. Diantara beribu-ribu manusia, belum tentu seorangpun berjuang untuk kesempurnaan, dan di antara yang berjuang dan sukses belum tentu seorangpun mengenalKu secara benar.

Seseorang yang benar-benar berdedikasi kepadaNya secara lahir dan batin atau secara total itu dapat dihitung jumlahnya dengan jari. Karena biasanya manusia itu lupa mengapa ia dilahirkan di dunia ini, yang menjadi ajangnya untuk mencapai Yang Maha Kuasa. Manusia kemudian tenggelam dalam ilusi Sang Maya, dan begitu ia sadar maka terasa perjuangannya ke arah Yang Maha Kuasa menjadi sulit, tetapi secara perlahan dan pasti kalau ia penuh iman, maka betapapun terjalnya perjalanan ia akan dituntunNya dengan baik dan suatu saat pasti sampai ke Tujuan yang abadi ini.
Bahkan para dewa-dewa pun ingin menjadi manusia, karena hanya dengan mengalahkan raga beserta seluruh indra-indranya sajalah seseorang dapat mencapaiNya. Sedangkan dewa-dewa itu tidak memiliki raga. Manusia yang memiliki raga malahan menyalah-gunakan raga ini dan melupakan nilai-nilai luhur yang sesungguhnya dari kehidupan yang dikaruniakan olehNya kepada kita semua. Seyogyanyalah kita memuja dan berdedikasi kepadaNya dan menjauhi nafsu-nafsu duniawi ini yang makin lama makin menjerumuskan seseorang ke dalam lembah tak ada ujungnya.

4. Bumi, air, api, udara, ether, pikiran, pengertian dan rasa "aku" -- adalah delapan bagian dari sifatKu.

Sang Kreshna sekarang sedang menerangkan tentang DiriNya seperti apa adaNya. Sifat-sifat (atau prakriti) Sang Kreshna sebenarnya terdiri dari dua bagian, yaitu sifat luar dan sifat dalam, di ajaran ini dikatakan terdiri dari dua sifat, yaitu sifat bagian bawah (rendah) dan sifat bagian atas (tinggi). Sifat atau prakriti yang rendah terdiri dari benda (apara-prakriti) yang terbagi dalam delapan unsur; yaitu tanah, air, api, ether dan udara, dan tiga lagi, yaitu pikiran (mana), pengertian (buddhi) dan ego (ahankara). Kedelapan unsur ini semuanya dapat binasa, dan semua unsur-unsur ini terdapat juga sebagai unsur-unsur inti dalam diri manusia, yang dengan kata lain dapat binasa juga.

5. Inilah sifatKu yang di bawah (rendah). Dan ketahuilah sifatKu yang lain, yang bersifat lebih tinggi - kehidupan atau jiwa, dengan apa dunia ini ditunjang, oh Arjuna!

SifatNya yang tinggi atau yang superior adalah yang disebut para-prakriti, yaitu Jiwa, yang jadi inti atau kekuatan atau penunjang hidup ini, yang terdapat dalam semua makhluk-makhluk ciptaanNya, yang menyatukan dunia ini; tanpa Sang Jiwa ini dunia ini tak akan ada. Sang Jiwa inilah sebenarnya nafas dari kehidupan atau inti atau asal-mula dari semua makhluk di alam semesta ini (yonini bhutani).

6. Ketahuilah bahwa ini (Sang Jiwa) adalah asal-mula semua makhluk Aku adalah asal-mula seluruh alam semesta dan juga pemusnahnya.
Semua benda dan makhluk dalam alam semesta ini datang dari Yang Maha Esa, tanpa Yang Maha pencipta ini tak akan ada apapun di dunia ini; Sang Maya adalah "Ibu" dan Sang Kreshna adalah sebagai "Ayah" dari semua manifestasiNya ini. ("Akulah Sang Ayah yang meletakkan benih!"). Ibarat cahaya Sang Surya yang datang dari Sang Surya tetap merupakan bagian dari Sang Surya, begitupun semua makhluk dan benda-benda di dunia ini adalah berasal dari Yang Maha Esa dan tetap merupakan bagian dariNya, merupakan sebagian dari cahayaNya. Setiap jiwa adalah sebagian cahaya dari Yang Maha Esa dan Yang Maha Esa adalah sumber atau inti dari setiap jiwa ini. Alam semesta ini bergerak terus dalam gerakan melingkar atau memutar. Ada lingkaran manifestasi dan ada juga lingkaran kemusnahan kehidupan, dan semua itu terserah kepadaNya untuk mengaturnya sesuai dengan kehendakNya, ibarat awan yang lahir atau tercipta di angkasa, bergerak atau tinggal di angkasa, maka begitupun semua makhluk dan benda di alam semesta ini datang, tinggal dan kembali kepadaNya lagi. Dengan kata lain Yang Maha Esa itu Satu untuk semuanya dan hadir di dalam semuanya.
Sesuatu manifestasi bermula kalau Yang Satu ini menjadi dua, yaitu benda dan kehidupan (raga dan jiwa yang menyatu). Raga atau benda adalah bentuk fisik, sedangkan kehidupan adalah jiwa, dan semua makhluk yang ada dalam manifestasi akan bergerak dan hidup karena ada motornya, yaitu Sang Jiwa. Di mana ada permulaan kehidupan di situ kemusnahan akan kehidupan ini pun pasti akan datang, itu sudah hukumnya. Dan tahap-tahapnya adalah melalui tahap kanak-kanak, kemudian meningkat ke masa muda, masa tua dan masa di mana seseorang atau sesuatu harus binasa. Selama menjalani kehidupan maka hidup ini ibarat terisi oleh musim semi, musim kemarau, musim rontok dan musim dingin. Di musim dingin bekulah semua nilai-nilai moral dan keyakinan dan lain sebagainya terhadap yang Maha Esa, dan di musim dingin inilah Yang Maha Esa kembali meluruskan dan mencairkan yang beku ini ke asalnya lagi dan mulailah lagi nilai-nilai luhur yang baru di musim semi yang kemudian datang menyusul.
Maka disebutlah bahwa alam semesta ini memiliki "pagi" dan "malam." Di kala pagi bangkitlah kehidupan dengan segala aspek-aspeknya seperti peradaban, kebudayaan, seni, ilmu pengetahuan, kerajaan, sejarah, dan lain-lainnya. Dan setelah pagi maka akan timbul malam yang berarti kehancuran dan kemusnahan dari segala sesuatu ini, di mana semua benda dan makhluk musnah kecuali mereka-mereka yang telah mengabdi kepadaNya tanpa pamrih. Mereka-mereka ini dibebaskan dari hidup dan mati, dan tak akan menyatu dengan manifestasi lagi atau bahkan dengan kebinasaan, mereka menyatu denganNya, Yang Maha Abadi. Dan begitulah cara permainanNya (lila).

7. Tak ada sesuatupun yang lebih tinggi dariKu, oh Arjuna! Semua yang ada di sini tertali padaKu, ibarat permata-permata yang teruntai disehelai benang.

8. Aku adalah rasa segar di dalam air, oh Arjuna, dan cahaya dalam sang Chandra dan sang surya. Aku adalah Satu Kata Pemuja (OM) di dalam semua Veda. Aku adalah suara di dalam ether dan benih kekuatan dalam diri manusia.

9. Aku adalah wewangian yang sejati di dalam bumi dan warna merah di dalam bara api. Akulah kehidupan di dalam segala yang hidup dan disiplin yang amat keras di dalam kehidupan para pertapa.
 
Last edited:
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 7

10. Kenalilah Aku, oh Arjuna sebagai inti yang abadi dari semua makhluk. Aku adalah kebijaksanaan mereka yang bijaksana. Aku adalah kemegahan dalam setiap hal yang bersifat megah.

11. Aku adalah kekuatan dari yang kuat, bebas dari nafsu dan keinginan. Tetapi Aku adalah keinginan yang benar yang tak bertentangan dengan dharma, oh Arjuna.

12. Dan ketahuilah bahwa ketiga guna (sifat-sifat prakriti), ketiga tahap (sifat) setiap makhluk - kesucian (sattvika), nafsu (rajasa) dan kemalasan (tamasa)---adalah dariKu semata. Kupegang mereka semua, bukan mereka yang memegangKu.

Yang Maha Kuasa adalah motor dari sifat-sifat alami ini (gund), tetapi la berada di atas sifat-sifat ini dan tak terpengaruh oleh mereka (sifat-sifat ini).

13. Seisi dunia ini terpengaruh oleh ketiga guna ini, dan tak mengenalKu yang berada di atas semuanya itu dan yang tak dapat berganti-ganti sifat.

14. Sukar benar, untuk menembus ilusi MayaKu yang agung ini, yang tercipta akibat sifat-sifat prakriti. Tetapi mereka-mereka yang mempunyai iman kepadaKu semata, akan berhasil menembus ilusi ini.

Manusia kebanyakan tertipu oleh ilusi Sang maya yang juga adalah ciptaan Yang Maha Esa, sehingga manusia lebih mementingkan obyek-obyek duniawi dan dunia ini sendiri. Bagi kebanyakan manusia maka harta-benda, kekasih, keluarga dan milik maupun kehormatan dianggap nyata dan seakan-akan sudah menjadi milik mereka secara abadi yang tidak dapat diganggu-gugat atau dipisahkan lagi dari sisi mereka. Lupalah kita bahwa dengan berpendapat seperti itu maka makin lama kita makin jauh dariNya, Yang Maha Nyata dan Maha Abadi. Terikatlah kita makin lama dengan isi dunia ini, tetapi Yang Maha Kuasa selalu memberikan berkahNya, karena di dunia ini masih saja ada manusia-manusia yang beriman kepadaNya, dan manusia-manusia semacam ini dapat berhasil menembus tirai ilusi dan bersatu denganNya.

15. Mereka yang (gemar) berbuat dosa, yang telah tersesat, tenggelam ke bawah dalam evolusi manusia ini, mereka yang pikiran-pikirannya telah terbawa jauh oleh kegelapan, dan telah memeluk sifat-sifat iblis -- mereka tidak datang kepadaKu.

Mereka yang telah bertekuk-lutut dihadapan ilusi Sang Maya, akan makin jauh diseret dari Yang Maha Kuasa, dan makin lama makin rengganglah jarak antara mereka ini dengan Yang Maha Esa. Sedangkan mereka yang ingin ke jalanNya harus secara total menyerahkan semua milik mereka dalam ilusi ini secara tulus kepadaNya. Dan ini berarti menyerahkan dengan mental yang tulus semua milik duniawi seperti anak-anak, istri, kekasih yang tercinta, harta-benda, raga, pikiran, ketenaran, kemashyuran, dan lain sebagainya, dan menjadikan semua itu ibarat sesajen atau pengorbanan untukNya, tanpa pamrih. Pemuja seperti inilah yang akan dibimbing untuk keluar dari ilusi dan kegelapan Sang Maya, Ilusi yang diciptakanNya sendiri untuk menyeleksi "bibit-bibit unggul ciptaanNya juga."

16. Ada empat golongan manusia beriman yang memuja Ku: manusia yang menderita, manusia yang ingin mempelajari ilmu pengetahuan, manusia yang menginginkan harta-benda dan manusia yang bijaksana, oh Arjuna!
Yang Maha Kuasa (Sang Kreshna) membagi pemuja-pemujaNya dalam empat kategori atau golongan, dan mereka semua ini dianggap bersifat baik atau beriman. Mereka-mereka ini terdiri dari para bhakti (pemuja) sepert berikut ini:
a. Para artha-bhakta — mereka yang hidupnya menderita dan memohon perlindungan kepadaNya.
b. Parajignasu-bhakta — mereka-mereka yang memujaNya agar mendapatkan kesadaran dan penerangan Ilahi. Para jignasu ini tidak memerlukan harta-benda atau kenikmatan duniawi, bagi mereka yang penting adalah penerangan Ilahi.
Hidup mereka ini amat sederhana dan selalu mencari guru yang dapat mengajarkan mereka ilmu pengetahuan tentang Yang Maha Esa. Hidup mereka adalah pemujaan tanpa henti-hentinya kepada Yang Maha Esa.
c. Para arthaarthi-bhakta — yaitu mereka-mereka yang memujaNya demi suatu sukses dalam hidup mereka seperti sukses dalam pekerjaan, atau untuk mendapatkan harta-benda, kedudukan dan kebahagiaan duniawi yang beraneka-ragam sifatnya, bahkan demi untuk mendapat kebahagiaan sorga-loka setelah kematian mereka. Tetapi mereka-mereka ini bukan tipe manusia perusak makhluk sesamanya. Mereka memujaNya tanpa henti demi kesuksesan duniawi belaka, tetapi juga memujaNya dengan penuh kepercayaan.
d. Para gnani-bhakta — mereka yang bijaksana dalam segala-galanya. Dalam setiap makhluk, bangsa, negara, suku dan agama, dalam diri nabi-nabi dan orang suci, maka terdapatlah kaum bijaksana yang sudah melupakan ego duniawinya, dan yang mereka miliki hanyalah la dan la semata, dan la hadir dalam segala-galanya tanpa kecuali. Bhakta semacam ini telah meresap ke dalam Yang Maha Esa dan bertindak sesuai dengan kehendakNya semata. Bagi seorang yang bijaksana dunia ini adalah manifestasi dari Yang Maha Esa dalam bentuk alam semesta beserta segala isinya. Orang-orang yang bijaksana ini merasakanNya dalam rasa air yang mereka minum. MelihatNya sebagai cahaya abadi dalam rembulan dan matahari, melihatnya sebagai ajaran agung dan suci di dalam Veda-Veda. MelihatNya sebagai kata inti "OM" dalam setiap pustaka suci. lalah inti dari ether, kejantanan dalam diri laki-laki yang perkasa. Di juga yang menjadi inti dari wewangian yang sejati atau asli di dalam bumi (bumi ini dianggap keramat dan suci oleh orang Hindu). la juga menjadi inti dari api, dan segala-galanya yang hidup dan bergerak. la juga sifat disiplin yang ketat dan keras para pertapa dan para resi. la juga akal sehat dan buddhi dari orang-orang yang bijaksana. Pokoknya tidak ada sesuatupun yang lepas dari Yang Maha Esa, la lah sumber dan segala-galanya di alam semesta ini, la juga Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih dan Pecinta semua makhluk ciptaanNya ini. (Orang-orang Hindu mempunyai seribu nama untuk Tuhan Yang Maha Esa).

17. Di antara mereka ini, ia yang bijaksana (gnani), yang hidup dalam suatu kesatuan yang konstan dengan Yang Maha Suci, yang dedikasinya terpusat ke satu arah, adalah yang terbaik. Aku paling dikasihinya dan Aku pun paling mengasihiNya.

Di antara keempat tipe pemuja, Sang Kreshna hanya mengutamakan salah satu saja sebagai yang terbaik, karena ketiga lainnya lagi memujaNya dengan motif-motif dan keinginan-keinginan tertentu. Mereka ini sebenarnya terbius oleh obyek-obyek duniawi dan terlelap dalam ilusi Sang Maya. Sebaliknya seorang gnani (yang bijaksana) mengasihi dan bekerja untukNya tanpa pamrih.
Kebijaksanaan atau gnana ini adalah pencetusan atau emansipasi yang amat khusus sifatnya. Bagi seseorang yang telah mencapai gnana atau kebijaksanaan ini, maka akan terlihat beberapa sifat-sifat khususnya seperti:
a. Lepasnya orang ini dari berbagai rasa sensasi.
b. Orang bijaksana ini tindak-tanduknya dan pikirannya berada jauh di atas hal-hal duniawi pada umumnya seperti logika, mekanisme yang berlaku secara umum, bentuk, intelek, dan,
c. Orang ini langsung memasuki cara hidup yang tinggi, yaitu suatu situasi yang penuh dengan kesatuan dengan Yang Maha Esa, tenang dan damai. Baginya tak nampak sesuatu apapun selain Yang Maha Esa, Inti dari segala-galanya di alam semesta ini beserta seluruh aspek-aspekNya.
Ia pun sadar bahwa semua makhluk dan benda bergerak dan bertindak sesuai dengan ketiga sifat alam (Prakriti), dan Yang Maha Esa adalah Inti dari semua itu, tetapi la tetap di atas semua itu. Semuanya datang dan pergi tetapi Yang Maha Esa abadi dan tetap ada selama-lamanya.

18. Semua (pemuja) ini agung, tetapi Kutegaskan bahwa pemuja yang bijaksana adalah sebenarnya DiriKu Sendiri. Karena setelah harmonis secara sempurna, ia memandangKu sebagai Tujuan Nan Agung.

19. Pada akhir berbagai kelahiran, seseorang tumbuh menjadi bijaksana dan datang kepadaKu, mengetahui bahwa Tuhan (Vasudeva) adalah semuanya ini. Mahatma (jiwa yang besar) semacam ini sukar didapatkan (di dunia ini).
Sang Kreshna dengan rendah hati tetap memandang pemuja-pemujaNya yang lain sebagai agung, tetapi sekaligus menegaskan bahwa pemuja yang bijaksana adalah ibarat DiriNya Sendiri. Kedua-duanya, yaitu sang pemuja yang bijaksana dan Yang Maha Esa adalah yuktaatma (yaitu, kembar tetapi satu). Yang Maha Esa mencintainya dan ia pun mencintai Yang Maha Esa. Orang bijaksana (gnani) semacam ini disebut seorang tatva-gnani atau mahatma, yaitu seorang yang berjiwa sangat agung (besar), dan adalah amat sukar untuk mendapatkan seorang mahatma di dunia ini. Seorang mahatma adalah produk dari evolusi yang panjang. la adalah ibarat buah matang akibat kelahiran yang berulang-ulang, jatuh-bangun dalam berjalan (yatra) sucinya ke arah Yang Maha Esa. Dan Sambil membersihkan antah-karannya ia melanjutkan dedikasinya kepada Yang Maha Esa. Pada suatu saat ia dengan karuniaNya akan berubah menjadi seorang mahatma.
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 7

20. Tetapi mereka yang kebijaksanaannya telah terbawa oleh keinginan-keinginan (nafsu-nafsu) berpaling pada dewa-dewa yang lain, mengikuti berbagai upacara (dan peraturan), yang terpusat pada sifat-sifat mereka sendiri.

21. Apapun bentuk yang ingin dipuja oleh seseorang pemuja dengan kepercayaannya -- maka kepercayaan tersebut akan Kuteguhkan tanpa ragu-ragu.

22. Dengan dasar kepercayaan itu, ia kemudiaan mencari dan memuja bentuk tersebut, dan darinya ia mendapatkan apa yang diingininya, tetapi manfaatnya hanya Aku yang menentukan.
23. Tetapi orang-orang yang berpikiran pendek ini hanya mendapatkan hasil yang bersifat sementara saja. Mereka ini, pemuja para dewa akan pergi ke dewa-dewa. Tetapi yang memujaKu — pemuja-pemujaKu -- akan datang kepadaKu.

Sang Kreshna sendiri mengakui bahwa ketiga tipe pemuja yang memujaNya dalam bentuk dewa-dewa dan dengan tujuan pribadi tertentu bukan berarti orang yang tidak baik. BagiNya itu hanyalah suatu proses saja, setelah beberapa kelahiran maka pemuja-pemuja ini pada suatu saat akan langsung memujaNya juga pada waktunya nanti. Memuja para dewa sebenarnya adalah pemujaan terhadapNya juga tetapi secara tidak langsung dan salah, karena berdasarkan pada motif-motif pribadi. Seharusnya diketahui bahwa dunia para dewa ini terbatas masanya, dan para dewa-dewa itu juga terbatas mandatnya dari Yang Maha Esa.
Maka para pemuja dewa-dewa hanya mendapatkan hasil yang sementara saja sifatnya, tetapi para pemuja ini karena sering memuja dewa-dewa, maka setelah beberapa kehidupan mereka pun langsung meningkatkan pemujaannya ke arah Yang Maha Esa, dan pemujaan semacam ini hasilnya abadi dan tidak sementara. Inilah pesan yang harus dihayati. Yang memujaNya tanpa pamrih langsung menuju kepadaNya, Yang memujaNya dengan pamrih secara tidak langsung akan dituntunNya juga, tetapi melalui jalan yang berliku-liku dan lebih panjang, penuh dengan berbagai kelahiran dan kematian.

24. Mereka yang kurang pengertiannya (buddhi) mengenalKu -- yang tak berbentuk ini -- sebagai berbentuk. Mereka tak kenal SifatKu Yang Maha Suci Yang Tak Dapat Binasa dan Teramat Agung.
Sang Kreshna manifestasi dari Yang Maha Kuasa tak dapat dikenal oleh orang-orang yang berpikiran cupat dan sempit, yang memandangNya sebagai seorang dewa atau manusia super yang dapat menghasilkan harta-benda duniawi dan keajaiban-keajaiban. Mereka tidak melihatNya sebagai manifestasi Yang Maha Esa Yang Sebenarnya, Tanpa Bentuk Dan Tak Terbinasakan. Memang bagi yang memiliki nafsu dan keinginan duniawi Sang Kreshna tak akan terlihat dalam wujud asliNya, karena mereka ini telah terbius oleh ilusi Sang Maya.

25. Terselimut oleh yoga-maya, Aku tak terlihat oleh semuanya. Dunia yang kacau ini tak mengenalKu, Yang Tak Pernah Dilahirkan, Yang Tak Terbinasakan.

26. Aku mengetahui, oh Arjuna, akan makhluk-makhluk yang telah lalu, yang terdapat sekarang ini, dan yang masih akan datang. Tetapi tak seorangpun mengetahui tentang Aku.

27. Setiap manusia dilahirkan dalam ilusi, oh Arjuna, terpengaruh oleh sifat dualisme yang bertentangan yang lahir dari keterpikatan (pada obyek-obyek) dan ketidak-terpikatan (pada obyek-obyek).

Dunia tidak mengenal Sang Kreshna secara sejati, tetapi Sang Kreshna, Yang Maha Esa, sesungguhnya mengetahui akan setiap hal, setiap makhluk yang ada pada masa silam, sekarang, dan yang akan datang. Bukankah semuanya datang dariNya juga? Bukankah la juga yang tak nampak tetapi bersemayam di dalam diri kita semuanya ini, dalam setiap makhluk ciptaanNya. Tetapi banyak yang tak sadar akan hal ini, karena telah terpengaruh sehari-hari oleh rasa dualisme, yaitu suka dan tak suka, punyaku dan bukan punyaku, panas dan dingin, untung dan rugi, dan lain segainya yang semuanya ini di atas disebut sebagai keterpikatan dan tak-keterpikatan akan obyek-obyek duniawi, yang semuanya sebenarnya adalah ilusi Sang Maya.

28. Tetapi mereka yang bertindak secara murni, di mana di dalam diri mereka dosa-dosa telah berakhir, lepas dari kegelapan sifat dualisme, memujaKu teguh dengan tekad mereka.

29. Mereka yang memintaKu jadi tempat-tempat mereka berlindunq, berjuang demi kebebasan dari usia tua dan kematian - mereka mengenal Sang Brahman (Yang Abadi), mereka mengenal Sang Adhyatman (Sang Atman, Sang Jati Diri), dan mereka juga semua tentang karma (tindakan atau aksi).

30. Mereka yang mengenalKu sebagai Yang Esa dalam setiap elemen (Adhibhuta), dalam setiap dewa (Adhidaiva) dan dalam semua pengorbanan atau persembahan (Adhiyagna) - mereka ini yang telah harmonis pikirannya mengenalKu bahkan pada saat-saat kematian (mereka).
Yang mengenalNya, yang mengenal Sang Kreshna secara murni itu di dunia ini jumlahnya hanya sedikit. Mereka ini adalah orang-orang yang murni tindak-tanduknya, bersih dari segala dosa dan telah lepas dari pengaruh dvandvas yaitu rasa dualisme yang bertentangan. Mereka-mereka ini kenal dan tahu (1) Sang Brahman yang Maha Abadi (2) Sang Atman (Adhyatman) dan (3) semua karma (tindakan dan akibatnya) Mereka pun mengenalNya sebagai Yang Hadir dalam setiap benda atau elemen (Adhibhuta), Yang Hadir dalam setiap dewa (Adhidaiva) dan Yang Hadir dalarn setiap upacara atau tindakan pengorbanan, sesajen, atau persembahan (Adhiyagna). Orang-orang yang betul-betul telah sadar akan ke-EsaanNya Kemaha TunggalanNya ini dalam setiap elemen atau unsur di alam semesta ini, betul-betul secara sejati memujaNya, tanpa pamrih!
Dalam Upanisad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga, dialog antara Sang Kreshna dan Arjuna, maka karya ini adalah bab ke tujuh yang disebut : Gnana Vignana Yoga atau Yoga tentang ilmu pengetahuan mengenai Nirguna Brahman dan Saguna Brahman
 
Last edited:
Bab 08 - Jalan Penerangan

Berkatalah Arjuna:

1. Apakah Brahman itu (Yang Abadi)? Apakah itu Adhyatman'? Dan apakah itu karma (aksi), oh Kreshna? Apakah itu yang disebut Adhibhuta yang dikatakan sebagai inti semua elemen? Dan apakah Adhidaiva yang disebut sebagai inti dari para dewa?


2. Siapakah yang mendasari pengorbanan (adhiyagna) di dalam raga ini dan bagaimanakah caranya, oh Kreshna? Dan dengan cara apa Dikau dapat dikenali oleh seseorang yang penuh kendali di saat kematian?

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

3. Yang Tak Dapat Dihancurkan, Yang Maha Agung disebut Sang Brahman. Svabhava (Sang Jati Diri atau Sang Atman yang bersemayam dalam jiwa kita) disebut Adhyatman. Tenaga (atau kekuatan) kreatif yang menciptakan semua makhluk dan benda disebut Kama.

4. Yang menjadi inti dari semua benda dan makhluk (yaitu Adhibhuta) sifatnya dapat binasa. Yang menjadi inti para dewa adalah Jiwa Kosmos. Dan Arjuna, di dalam raga ini, Aku Sendiri (sebagai Saksi di dalam) adalah Adhiyagna.
Pada bab tujuh yang baru lalu, diterangkan tentang para kaum bijaksana (gnani) yang mengenal Sang Kreshna sebagai Yang Maha Utuh. Mereka ini telah berhasil mengalahkan kematian dan mendapatkan kebijaksanaan (gnana) atau ilmu pengetahuan sejati. Mereka-mereka ini tahu dan kenal apa itu: (1) Sang Brahman, (2) Adhyatman, (3) Adhiyagna, (4) Karma, (5) Adhibhuta, (6) Adhidaiva dan (7) Abhyasa Yoga. Dan sekarang ketujuh istilah ini diterangkan Sang Maha Pengasih, Sang Kreshna. Berikut adalah penerangan dari istilah-istilah ini:
Brahman Adalah Yang Maha Agung dan Suci, Yang Tak Terbinasakan, atau Tuhan Yang Maha Esa dan Abadi. Yang Maha Esa berada di atas semua veda-veda suci dan sifat-sifat alami (Prakriti). la berada di atas semua benda, makhluk dan obyek-obyek duniawi (alam semesta).
Adhyatman Di manakah seseorang dapat menemui Brahman? Temuilah Sang Brahman di dalam dirimu sendiri, di dalam relung jiwamu yang disebut Atman atau Adhiyatman, Sang Inti Jiwa yang berada di dalam jiwa kita sendiri, dengan kata lain, dapat disebut Sang Jati Diri. (Perhatikanlah bahwa Sang Atman sebenarnya adalah Jiwa di dalam jiwa kita sendiri Sang Inti Jiwa),
Karma Bagaimanakah Sang Adhyatman dapat masuk dan bersemayam di dalam diri kita ini? Prosesnya disebut Visarga, yaitu energi murni yang dipancarkan oleh Yang Maha Esa. Inilah yang disebut karma yang murni dan sejati, pancaran yang penuh dengan pengorbanan, kasih-sayang dan pemberian dariNya (tyaga) untuk kita semuanya. Yang Maha Esa memberikan (mengorbankan) DiriNya melalui Sankalpa, yaitu dengan berkehendak - "Aku menjadi banyak!" Dan terjadilah proses, dan dariNya bermulalah semua bentuk benda dan kehidupan-kehidupan ini. Yang Maha Esa lah sumber dari semua ini, dan inilah yang dimaksud dengan karma yang sejati, yaitu asal-mula sesuatu benda atau makhluk, sebuah proses kehidupan dengan segala pola-pola yang beraneka-ragam tanpa ada habis-habisnya dan juga reinkarnasi. Dan karma ini menjadi suatu peraturan atau tata-cara dalam kehidupan di alam semesta ini. Karma adalah suatu peraturan alami yang tegas: "Apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai," dan peraturan ini berlaku untuk semua tindak-tanduk dan proses kehidupan kita di mana saja dan kapan saja.
Karma adalah energi dari evolusi, dan karma inilah yang melahirkan makhluk-makhluk (bhuta) dan evolusi kehidupan mereka selanjutnya lagi. Karma menciptakan suatu proses kemajuan yang berkesinambungan melalui penderitaan. Kemajuan ini adalah salah satu anak tangga manifestasi untuk menemukan Jati Diri kita sendiri. Begitulah seseorang dituntun langkah demi langkah ke arah kesempurnaan. Dan kesempurnaan itu dicapai melalui penderitaan dulu, dengan kata lain melalui suatu pengorbanan dalam arti yang amat luas (yagna).
Salah satu rahasia dalam sejarah atau evolusi kehidupan ini adalah pengorbanan, dan Sang Pemberi Inspirasi atau PemulaNya adalah Yang Maha Esa yang disebut dengan nama Adhiyagna
Korbankanlah jiwamu demi mendapatkan jiwa yang baru, begitulah inti dari ajaran-ajaran para nabi (orang suci) di zaman dahulu. Adhiyagna berarti Pemula atau Asal-Usul dari semua tindakan pengorbanan di dunia ini. RagaNya adalah Pengorbanan Kosmos dan dari pengorbanan ini bermula dan hiduplah semua makhluk di alam semesta ini, dan la hadir dalam semuanya dalam bentuk yang tak terlihat oleh mala, sebagai saksi dan penuntun kita semuanya, la Abadi. Suci, Agung dan selalu penuh dengan pengorbanan yang didasari oleh cinta-kasih, dan kalau dipikirkan dengan baik maka sebenarnya semua raga ini adalah "kuil-kuil yang suci" yang di dalamnya terdapat pelita yang hidup oleh apiNya, api Yang Maha Kuasa.
Adhibhuta adalah Adhipati, yaitu Yang Maha Esa, yaitu inti dan dasar dari segala makhluk, unsur, benda yang dapat binasa, Ishavasyam idam sarvam sebut kitab suci Ishopanishad yang berarti semua ini adalah baju atau pakaian Yang Maha Esa. Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya adalah suci dan adalah kuil kita untuk mencapai Yang Maha Esa, Sang Maha Pencipta. Dunia ini adalah ajang kita untuk kembali lagi kepadaNya.
Adhidaiva adalah Adhipati, yaitu kekuatan Ilahi yang bersinar dalam dewa-dewa dan merupakan inti dari dewa-dewa ini. la jugalah Purushanya para dewa. la juga Prathama Purusha yang bercahaya di dalam diri mereka. la Tuhannya para dewa, la disebut juga Hiranyagarbha Puntsha (yaitu, Purusha Emas nya) para dewa. la juga Prajapati yang Suci, la juga Sutra-Atma, yaitu Nafas AgungNya para dewa (Prana-Purushd). Para dewa adalah "organ" tubuhNya, Ialah Kekuatan Kreatif, Ialah Jiwa Yang Maha Suci — Ialah semuanya yang bercahaya di alam semesta ini dari ujung ke ujung tanpa ada habis-habisnya.
Keenam pertanyaan Arjuna di atas telah terjawab oleh Sang Kreshna, dan sekarang Sang Kreshna masuk ke pertanyaan yang ke tujuh, yaitu apakah Yoga itu yang dilakukan oleh seseorang pada saat anlakala (saat kematian menjelang tiba), dan bagaimana mencapai Yang Maha Esa?

5. Seseorang pada saat meninggalkan raganya, maju terus, bermeditasi terpusat kepadaKu semata; pada saat kematian, ia akan mencapai TempatKu Bersemayam (Madbhavam). Jangan kau ragukan itu.

6. Barangsiapa, oh Arjuna, sewaktu meninggalkan raganya, memikirkan sesuatu benda (bhavam) tertentu, maka ia akan pergi ke benda itu, terserap selalu dalam pikiran itu.

Inilah hukum atau peraturan kosmos (atau Yang Maha Esa) yang berlaku di dalam agama Hindu, yang sekali lagi ditegaskan oleh Sang Kreshna. Yaitu, barangsiapa pada saat-saat akhir ajalnya memikirkan Yang Maha Esa semata maka kepadaNya ia akan pergi dan bersatu denganNya. Barangsiapa memikirkan benda-benda atau unsur-unsur lainnya yang bersifat duniawi atau sorgawi maka ke sanalah ia akan pergi. Apapun yang terpikirkan pada saat-saat kematian itulah yang akan dicapainya pada kelahiran yang berikutnya. Misalnya seseorang pada saat-saat kematiannya, pikirannya terikat pada bentuk duniawi seperti ayah, ibu, saudara, teman, istri, harta-benda, kemashuran, laba dan lain sebagainya, maka ia akan kembali lagi ke dunia ini untuk menyelesaikan karma-karmanya yang berhubungan dengan yang dipikirkannya itu. Misalnya ia berpikir akan sorga dan segala kenikmatan-kenikmatan yang ada di sana, pada saat menjelang ajalnya, maka ia akan ke sorga untuk menjalani karmanya di sana. Misalnya pada saat akhir kematiannya, ia berpikir dan terpusat seluruh pikirannya dengan tulus ke pada Yang Maha Esa, maka ke sana juga ia akan pergi selama-lamanya.
Inilah hukumnya: bhava (atau pikirannya) yang mendominasi pada saat akhir akan menjadi tujuan terakhir orang yang meninggal dunia ini. Seandainya setiap hari atau setiap saat dalam hidup, kita selalu memusatkan tindak-tanduk dan pikiran kita ke arahNya dan demi Ia semata, maka pada saat akhir pun semua pikiran secara otomatis akan terpusat kepadaNya, dan denganNya kita pasti akan bersatu.

7. Maka seyogyanyalah, setiap saat, berpikirlah tentang Aku dan berperanglah! Kalau pikiran dan pengertianmu terpusat kepadaKu, dikau pasti akan datang kepadaKu.
Karena sudah hukumnya begitu; bahwa seorang yang pada akhir hayatnya berpikir akan suatu obyek duniawi maka akan pergi ke situ juga setelah habis kehidupannya, maka di sloka di atas ini Sang Kreshna bersabda pada Arjuna sebagai berikut: (1) "Setiap saat (senantiasa) berpikirlah tentang Aku" dan (2) "Berpikirlah tentang Aku dan berperanglah!" Diuraikan sebagai berikut:
1. Setiap saat berpikirlah tentang Aku — berarti dunia ini atau kehidupan ini bagi manusia sifatnya sebenarnya tidak langgeng, dan kita tak pernah tahu bila kita akan mati dan kalau saat-saat kematian tiba-tiba datang, dan seandainya kita sudah bersiap-siap dengan selalu memikirkan Yang Maha Esa, maka kita pun akan segera pergi ke arahNya dengan lurus. Dan sebaliknya kalau sehari-hari yang menjadi pikiran hanya obyek-obyek duniawi dengan segala kesenangan dan penderitaan saja, maka kita pun akan pergi ke obyek-obyek duniawi ini, saat sang kala tiba-tiba datang meyergap tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
2. Berpikirlah tentang aku dan berperanglah! — pada Sang Arjuna, Sang Kreshna menganjurkan untuk berperang! Mengapa? Karena Arjuna adalah seorang Kshatrya yang berkewajiban untuk berperang demi nusa-bangsanya, dan demi tegaknya kebenaran. Dan cara berperang itu harus berdasarkan dedikasinya kepada Yang Maha Esa ("Berpikirlah tentang Aku")- Itulah tugas atau dharma atau svadharma kita semua, berjuang sesuai dengan tugas dan status kita di dunia agar tercapai pembersihan batin kita. Seorang guru bekerja semestinya sebagai guru dan seorang pedagang sebagai pedagang dan tidak mencampur-adukkan status dan kewajibannya, sesuai panggilan nuraninya.
Yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa kita harus dan selalu berpikir akan Ia dan bekerja sesuai dengan kewajiban kita; mengingkari kewajiban atau lari dari kewajiban seberapa kecilpun berarti dosa. Sedangkan tidak berpikir akan Yang Maha Esa akibatnya adalah kerugian yang maha besar bagi kita juga, karena lingkaran karma akan membelit kita terus-menerus.

8. Seseorang yang pikirannya tidak mengembara (kesana-kemari), yang selalu bermeditasi, jalan pikirannya selaras dengan usahanya yang terus-menerus, ia, oh Arjuna, pergi ke Paraman Pususham Divyam, yaitu la Yang Maha Agung dan Maha Suci.

9. Ia memujaNya sebagai Yang Maha Mengetahui, sebagai Yang Selalu Hadir Semenjak Masa Yang Amat Silam, sebagai Yang Maha Penguasa, sebagai Yang Maha Tercepat, sebagai Yang Maha Memelihara kita semua, sebagai Yang BentukNya Tak Dapat Dimengerti oleh manusia dan makhluk-makhluk lainnya, tetapi la Terang Benderang bagaikan Sang Surya dan jauh dari semua kegelapan.

10. Pada saat kematiannya dengan tekad dan pengabdian yang kuat, dengan tenaga yoganya, ia menahan nafas kehidupan pada spasi diantara kedua alis matanya, dan ia mencapai Yang Maha Agung dan Yang Maha Suci.
Cara mencapai Yang Maha Esa (Saguna Avyakta Divyarupa) diterangkan sebagai berikut: Sang Yogi harus selalu mengendalikan jalan pikirannya, dan memusatkannya kepada Yang Maha Esa, dengan senantiasa berbuat ini, maka secara konstan ia akan mengenal yang Maha Esa dan merasakan kehadiranNya senantiasa dalam suka dan duka, dan akibatnya tidak akan pergi ke dewa-dewa atau obyek-obyek lainnya. Disebutkan bahwa seseorang yang senantiasa terpusat kepada Yang Maha Esa, rnaka pada waktu ajalnya dapat dilihat dari wajahnya yang diibaratkan seperti cermin dari Yang Maha Esa. Dikatakan bahwa orang semacam ini telah terserap jiwa-raganya ke dalam Yang Maha Esa. Yang Maha Kuasa (Paramam Puntsham Divyam) disebut juga Svampa, yaitu Yang memiliki berbagai nama (ada 1.000 nama untuk Yang Maha Esa di dalam agama Hindu). Misalnya la disebut Kavi (Yang Maha Bijaksana), Sarvagna (Yang Maha Mengetahui), Yang Maha Hadir, Tuhan dari para resi dan penyanyi lagu-lagu suci. la disebut juga Pranam (Yang Mula), la disebut juga Sarva Shaktivan (Yang Maha Pengatur Segala-galanya). la lah Yang Terlembut diantara yang terlembut, la lah Yang Terkecil diantara yang terkecil. la lah Maha Penunjang, Pemelihara, Yang Menjadi Tempat kita tinggal, Yang Menjaga kita semua. la lah Bentuk Yang Tak Dapat Digambarkan (Achintatyarupam), Yang tak dapat dibayangkan oleh seorang pun, sebuah Bentuk diluar pikiran dan daya intelektual manusia, tetapi la juga yang bersinar seperti mentari yang paling terang diantara jajaran mentari-mentari lainnya. la bersemayam jauh dari segala kegelapan baik kegelapan dalam bentuk duniawi maupun dalam bentuk spiritual.
Pada saat kematian sang yogi ini, maka ia dengan penuh ketulusan dan iman yang tanpa dibuat-buat memusatkan nafas kehidupannya diantara kedua alis matanya. Yogi semacam ini akan meninggal dunia dengan amat tenang dan dalam ketenangan ini ia menuju ke Yang Maha Suci. la tak akan kembali ke dalam lingkaran hidup dan mati !agi, kecuali memang ia sendiri yang menghendakinya untuk tujuan-tujuan kemanusiaan tertentu yang diingininya.

11. AkanKu beritahukan kepadamu sesuatu dengan jelas - yaitu sesuatu yang oleh para pengenal Veda disebut Aksharam (Tak Terbinasakan), sesuatu yang dituju oleh para pengendali nafsu (atau yang telah bebas dari nafsu), sesuatu yang diperjuangkan dan dituju oleh para bramacharin (yang tidak menikah).

12. Menutup semua pintu-pintu raga (lubang-lubang indra), memusatkan pikiran di dalam hati, nafas dipusatkan di kepala, bertindak teguh dalam konsentrasi yoga.

13. Menyebut satu kata OM--Sang Brahman Yang Abadi - hidup di dalamKu (dalam aspekKu yang sempurna, yaitu aspek Sang Brahman), maka ia yang pergi meninggalkan raganya, pergi ke Tujuan Yang Tertinggi.
Diterangkan di sini cara-cara mencapai Yang Maha Esa (Nirguna Para Brahman) pada saat-saat kematian seseorang. Para ahli Veda menyebut Yang Maha Esa sebagai Yang Tak Terbinasakan, dan ke dalamNya menujulah para resi dan orang-orang suci dan orang-orang yang mengendalikan nafsunya. Semuanya menuju arah yang sama untuk mencapaiNya. Para yogi ini pada saat-saat kematian mereka menutup pintu-pintu indra mereka (yaitu lima gnana-indra dan lima karma-indra), dan jalan pikiran dipusatkan ke dalamNya, dan inilah yang disebut pratyahara. Mereka mengunci pikiran dan nafsu mereka di dalam hati mereka yang disebut hridaya kamala (di antara nabhi dan kantha). Para yogi ini juga memusatkan nafas kehidupan di kepala dan ini disebut dharana. Dengan konsentrasi yoga yang penuh mereka ini menyebut dan memuja secara mental satu patah kata OM yang menjadi simbol dari Yang Maha Esa (Para Brahman). Mereka ini memuja Sang Kreshna sebagai manifestasi dari Sang Brahman, dan melepaskan raga mereka dengan tenang. Para yogi yang meninggal dunia ini menuju ke Brahma-Nirvana, dan bersatu denganNya.

14. Arjuna, seseorang yang senantiasa berpikir tentang Aku dengan pikiran yang tak tertuju kepada yang lain - ia, sang yogi ini yang disebut nitya-yuktah (selalu harmonis dan terserap di dalam Ku) - akan mudah mencapaiKu.

15. Orang-orang yang sempurna ini -- jiwa-jiwa yang agung, para mahatma ini — sekali mencapaiKu, tak akan lahir kembali, ke tempat duka, yang tak abadi. Mereka ini telah mencapai Karunia Yang Tertinggi (Kesempurnaan Yang Tertinggi).

16. Arjuna, semua loka ini, sampai ke Brahmaloka -- muncul dan hilang; loka-loka ini datang dan pergi. Tetapi seseorang yang datang kepadaKu, ia tak akan mengenal kelahiran lagi.
Apakah yoga-yoga di atas oleh para pembaca dianggap sukar? Apakah yoga atau cara mencapai Yang Maha Esa (Nirguna Para Brahman atau Saguna Parameshvaram, banyak nama untukNya, tetapi la Maha Tunggal) ini sukar untuk dicernakan? Maka ambillah jalan yang paling mudah seperti yang diajarkanNya, yaitu, "Berpikir tentang Aku tanpa memikirkan dewa-dewa atau tuhan lainnya. Lihatlah Aku penuh dengan iman dan kasih. Terseraplah selalu di dalam DiriKu."
Dan barangsiapa sekali mencapaiNya maka tak akan ia lahir kembali ke dunia ini, yang penuh penderitaan dan tak abadi ini. la yang pergi kepadaNya akan mencapai kesempurnaan yang abadi dan penuh dengan karuniaNya. Barangsiapa memuja para dewa mereka akan pergi ke loka-loka para dewa ini, tetapi loka yang tertinggi seperti Brahmaloka saja tak lepas dari karma, dapat timbul dan dapat tenggelam (hilang) karena ada masa-masanya. Tetapi Yang Maha Esa tak terpengaruh oleh waktu dan karma, maka barangsiapa mencapaiNya maka akan bersatulah ia denganNya dan tak lahir dan hidup kembali ke dunia yang penuh dengan derita ini.

17. Mereka-mereka yang tahu (dari kesadaran) bahwa satu hari Brahma sama dengan seribu yuga, dan satu malam Brahma sama dengan seribu yuga lainnya -- hanya mereka saja yang tahu akan hari dan malam (maksudnya, hanya mereka yang tahu akan kebenaran waktu).

18. Pada harinya Brahma, semua yang nyata ini mengalir keluar dari tubuh halus Sang Brahma yang tidak nyata. Dan menjelang malamnya Sang Brahma semua ini kembali menyerap ke tubuh halus Sang Brahma yang tidak nyata (tubuh Sang Brahma yang sama juga).

19. Arjuna, makhluk-makhluk yang melimpah-ruah ini pergi secara terus-menerus (lahir dan lahir lagi), dan tanpa daya terserap lagi menjelang tibanya malam (Sang Brahma). Dan lagi pada pagi harinya makhluk-makhluk yang melimpah-ruah ini mengalir keluar lagi.

Semua loka-loka termasuk loka-loka para dewa, dan bahkan loka yang tertinggi Sang Brahma terbatas pada hukum 'ada' dan 'tidak ada,' yaitu hukum karma. Semua loka ini terikat pada tahap-tahap tertentu yang berkaitan dengan hukum kosmos (alam semesta). diantaranya adalah tahap atau waktu tertinggi, yaitu waktunya Sang Brahma yang dikatakan dalam agama Hindu sebagai berikut: satu hari atau satu malam waktu di Brahmaloka sama dengan seribu yuga, dan satu yuga sendiri adalah suatu kurun waktu yang amat luas jika dibandingkan dengan waktu di bumi ini; suatu kurun waktu yang seakan-akan tidak ada batasnya, mungkin bermilyar-milyar tahun atau berjuta-juta tahun. Toh kurun waktu ini (Brahmaloka) masih saja berada dalam lingkupan karma, jadi masih dapat datang dan pergi atau dengan kata lain masih dapat mati dan hidup lagi. Barang siapa menyadari fakta ini, betul-betul akan menghayati kehadiran Yang Maha Esa secara sejati. Yang dimaksud dengan datang dan pergi dari tubuh Sang Brahma ini adalah: dunia ini beserta isi dan makhluknya yang terbentuk pada pagi harinya Sang Brahma, yang adalah dewa pencipta dunia ini beserta segala isinya, dan kemudian kembalinya para makhluk ke dalam diri dewa ini disebut pralaya, yaitu hari kiamat. Jadi dengan kata lain dari penciptaan dunia sampai ke akhirnya dunia ini memakan waktu satu hari dan satu malamnya Sang Brahma. Untuk ukuran bumi, hanya Yang Maha Esa yang tahu sebenarnya betapa luasnya kurun waktu tersebut. Dan begitulah seterusnya, setelah pralaya maka diciptakan lagi dunia yang baru beserta segala isinya pada hari berikut Sang Brahma, dan ini berulang-ulang sesuai dengan kehendak Yang Maha Esa. Dikatakan juga bahwa di dunia ini semua makhluk hidup dan mati lagi secara berulang-ulang (reinkarnasi), dan dengan begitu sebenarnya tak ada kreasi kehidupan yang baru, yang ada hanyalah daur-ulang saja dari elemen yang sama, yang itu-itu juga, sesuai dengan karma makhluk-makhluk ini, sampai suatu saat mereka lepas dari lingkaran karma dan mencapai Yang Maha Esa, di mana tak akan ada kehidupan dan kematian lagi. Dan selama belum mencapai Yang Maha Esa, maka semua makhluk ini akan selalu berada dalam lingkaran Sang Prakriti dan akan selalu mengalami suka dan duka yang diakibatkan oleh guna (sifat-sifat alami), dan masa karma ini bisa berlangsung amat lama.

20. Sebenarnya lebih tinggi dari yang tidak nyata (Sang Brahma) ini ada lagi Yang TIDAK NYATA, yaitu Yang Maha Suci dan Abadi, Yang tak dapat hancur sewaktu yang lain-lainnya dihancurkan.

21. Yang TIDAK NYATA ini disebut Yang Tak Terbinasakan, la lah yang disebut sebagai Tujuan Yang Tertinggi. Mereka yang mencapaiNya tak akan pernah kembali. Itulah tempatKu bersemayam nan agung.

22. Ia, Purusha Yang Tertinggi (Jiwa), oh Arjuna, hanya dapat dicapai dengan dedikasi yang tak tergoyahkan. Di dalamNya semua makhluk-makhluk ini berdiam dan olehNya semua ini (alam semesta beserta isinya) terpelihara.
Sang Brahma Disebut sebagai yang tidak nyata, tetapi ia pun masih berada dibawah pengaruh prakriti. Di atas Sang Brahma ini hadir Yang TIDAK NYATA, yaitu yang sifatNya lebih tinggi dari Sang Brahma dan tidak terpengaruh oleh prakriti. la lah Yang Maha Esa, Sang Pencipta dari prakriti itu sendiri, Yang mencipta seluruh alam semesta ini beserta segala isinya, Yang Maha Abadi, yang Maha Kuasa. Ia lah tujuan terakhir kita semuanya, yang mempunyai bermacam-macam nama tetapi Tunggal dalam penghayatan. Yang Maha Esa ini mudah dicapai hanya dengan cinta-kasih dan dedikasi yang tulus yang terpancar dari sanubari kita senantiasa tanpa henti hentinya.

23. Sekarang akan Kusabdakan kepadamu, oh Arjuna, waktu-waktu di mana para yogi yang meninggal dunia dan tak kembali lagi, dan waktu-waktu para yogi yang meninggal dunia hanya untuk kembali lagi.

24. Api, cahaya, siang-hari, dua minggu yang terang, enam bulan di kala mentari bergerak ke Utara -- meninggalkan (raga) pada saat-saat ini, mereka yang kenal pada Yang Maha Abadi (Brahman) pergi ke Yang Maha Abadi.

25. Asap, malam-hari, begitu juga dua minggu yang gelap, enam bulan sewaktu mentari bergerak ke arah Selatan - meninggalkan (raga) pada saat-saat ini para yogi ini akan mencapai cahaya sang rembulan dan kembali lagi.

26. Terang dan kegelapan - kedua ini adalah jalan-jalan dunia ini yang abadi. Melalui jalur yang satu seseorang pergi untuk tidak kembali, dan melalui jalur yang lain seseorang pergi untuk kembali.

27. Seorang yogi kenal akan kedua jalan ini, dan ia tak akan kebingungan. Seyogyanyalah, oh Arjuna, teguhlah selalu dalam yoga.

28. Seorang yogi yang mengetahui semua hal ini, maka jasanya dianggap melampaui semua jasa yang didapatkannya dari mempelajari Veda-Veda, dari pengorbanan (yagna), dari bertapa, dari dana (pemberian atau amal), dan ia akan pergi ke Yang Maha Agung Dan Abadi (pergi ke alam yang penuh dengan karunia dan kedamaian).

Ada dua jalan yang diterangkan di sini: (1) jalan yang pertama ini adalah jalan yang terang dan sekaligus merupakan jalan kebebasan dari dunia ini, dan (2) jalan keterikatan dan ini berarti kembali lagi ke kehidupan duniawi ini. Jalan yang pertama disebut patama-dharma (yaitu tempat kediaman yang utama, tempat bersemayam Sang Brahman, atau Sang Kreshna. Sekali mencapai ini seseorang tak kembali lagi ke dunia. Banyak sekali sebenarnya nama untuk loka yang satu ini, tetapi yang terpenting di loka Sang Brahman ini, seorang yogi yang mencapainya akan bersatu denganNya dan akan abadi bersamaNya. Jalan yang lainnya adalah jalan kegelapan, di mana sesorang yang masih terikat pada karmanya akan menjalani jalan ini dan setelah menyeberangi Chandra loka (loka para leluhur) maka ia akan sampai ke chandra-loka dan setelah mendapatkan inti kesucian Sang Chandra (disebut sari soma), orang ini akan memasuki sorga. Di sorga-loka ini ja menikmati buah dari perbuatannya yang baik dan lalu kembali lagi ia ke dunia ini setelah masanya selesai.
Seorang yogi yang sadar akan arti kedua jalan ini, tak akan kebingungan memilih jalan kehidupannya. la tak akan terikat pada moha (kasih-duniawi). Maka seyogyanyalah kita semua tidak terikat pada moha dan tidak terikat pada hasil atau buah dari semua perbuatan baik kita juga. Lakukanlah semuanya demi Yang Maha Esa semata dan tanpa pamrih, sebagai kewajiban kita kepadaNya. Semua tindakan baik atau positif seperti pengorbanan, sesajen, doa, yagna, dana, dan tapa, dan lain sebagainya akan menghasilkan buah, tetapi persembahkan kembali buah ini kepadaNya tanpa pamrih dan selalulah bertindak tanpa keinginan agar jalan yang kita tuju kelak tidak menyimpang dari tujuan kita, yaitu Brahman-loka (ingat, bukan Brahma-loka). Semua Veda memang mengajarkan hal-hal yang baik, tetapi kebijaksanaan akan Yang Maha Esa adalah lebih tinggi nilainya dari semua yang tertulis dan yang diajarkan Veda-Veda. Kebijaksanaan ini lebih tinggi sifatnya dari semua dana, yagna, tapa dan lain sebagainya. Karena kebijaksanaan yang benar akan membawa kita kepada Sang Brahman, Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan kebijaksanaan yang salah (perbuatan baik demi tujuan-tujuan tertentu, demi pamrih) akan mengantar kita kembalik ke dunia ini. Bertindaklah senantiasa secara benar dan tanpa pamrih, tanpa henti-hentinya.
Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga, dialog antara Sang Kreshna dan Arjuna, maka karya ini adalah bab ke delapan yang disebut: Aksharabrahman Yoga atau Yoga Sang Maha Nyata Yang Tak Terbinasakan
 
Bab 09 - Misteri Nan Agung

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

1. Kepadamu, yang tak memiliki berbagai keinginan, akanKu sabdakan rahasia yang paling dalam ini, gnana dengan vignana yang tergabung (pengetahuan tentang Nirguna Brahman -- Yang Maha Gaib, digabung dengan pengetahuan tentang Cinta-Kasih nan Suci dari Sakara Brahman - manifestasiNya Yang Abadi). Mengetahui ini, engkau akan lepas dari dosa-dosa (keterikatan sansara).


Di bab ini Sang Kreshna menyabdakan tentang rahasia sejati, rahasia yang paling misterius dan suci dari Yang Maha Gaib. Arjuna dipercayai untuk mendapatkan ajaran ini karena Arjuna tidak mempunyai keinginan atau nafsu-nafsu yang negatif dalam dedikasinya terhadap Sang Kreshna. la tak membantah ajaran-ajaran Sang Kreshna selama ini, tetapi selalu ingin lebih tahu lagi dariNya. Hati Arjuna ibarat hati seorang murid yang tulus dan penuh pengabdian. Dalam bab kedelapan-belas Bhagavat Gita yang menyusul nanti, akan kita pelajari bahwa ajaran Sang Kreshna ini tidak boleh diajarkan kepada orang-orang yang hanya ingin membantah ajaran-ajaranNya. Kebenaran Bhagavat Gita hanya untuk mereka-mereka yang berdedikasi tanpa pamrih kepadaNya semata.
Memang Arjuna banyak sekali bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaannya malahan mencerminkan keinginannya untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran Sang Kreshna lebih dalam lagi. Sang Kreshna pun dengan senang hati dan penuh kasih mengajarkan ajaranNya lebih lanjut, karena Arjuna dianggapNya penuh dengan bhakti yang tulus terhadap Yang Maha Esa. Seharusnya seorang murid yang baik selalu bertanya kepada guru spiritualnya dan seorang guru yang baik seharusnya bertindak seperti Sang Kreshna dengan tidak segan-segan menuntun seseorang ke jalan yang benar dan sejati. Ajaran apakah yang maha sejati dan rahasia ini, yang disebut sebagai gabungan dari kehadiran Sang Maha Gaib dan Cinta-Kasih SuciNya, yang juga menurut Sang Kreshna adalah gabungan antara gnana dan vignana. Apakah itu gnana, dan apakah itu vignana? Dan apakah perbedaan antara keduanya?
Gnana adalah ilmu pengetahuan tentang Nirguna-Brahman, yaitu tentang Yang Maha Gaib, tetapi dalam kegaibanNya la adalah realitas yang absolut. Suatu realitas yang tak dapat ditentang kehadiranNya, walau tak diketahui bentukNya yang nyata, karena tak mungkin kita mengungkapkanNya secara harafia apa Ia itu sebenamya, dan tak mungkin pikiran kita mampu menjangkau atau menafsirkanNya, atau bahkan menerangkan secara pasti dan konkrit apakah Ia sesungguhnya. Suatu hal yang pasti adalah Ia itu yang Ada dan Hadir dan ini benar-benar realistis. la adalah realita yang abadi dan absolut tanpa bisa ditawar-tawar lagi KehadiranNya. Mayoritas manusia berpikir bahkan mengangan-angankan Seorang Tuhan yang berbentuk (Sakara Brahman). Vignana adalah ilmu pengetahuan atau pemujaan akan Sakara Brahman. Menurut Dattatrya, seorang resi agung di masa yang silam, pemujaan terhadap Nirguna Brahman hanya dapat dilakukan oleh mereka-mereka yang asarira (tak berbadan). Yang dimaksud di sini bukan makhluk-makhluk halus tetapi adalah kiasan dari seseorang yang sudah tak terikat pada dvandvas, yaitu nafsu atau sifat dualisme yang bertentangan. Seseorang yang telah mengatasi semua keinginan dan nafsu-nafsunya, yang telah berada di atas rasa suka dan duka, walaupun dibakar hidup-hidup tak akan merasakan apa-apa lagi. Mayoritas manusia tidak bisa mencapai kesadaran Ilahi seperti ini, dan memujaNya dalam bentuk Sakara Brahman, yaitu Tuhan Yang Berbentuk, seperti pemujaan pada Sang Kreshna, Vishnu, Shiva, dan sebagainya.
Sang Kreshna sendiri disebut juga sebagai Purusha Uttama dan DiriNya adalah manifestasi dari Yang Maha Esa (Nirguna Brahman). Jadi gnana adalah pemujaan kepada Yang Maha Esa Yang Tidak Berbentuk sedangkan vignana adalah pemujaan kepadaNya dalam bentuk-bentuk manifestasiNya, seperti Sang Kreshna, Sang Rama, dan lain sebagainya. Yang pertama ini lebih sukar untuk rata-rata manusia sepert kita ini, Yang kedua karena berbentuk manusia maka lebih mudah bagi kita untuk memujaNya. Dalam manifestasiNya yang berbentuk maka bisa saja Yang Maha Esa dipuja dalam bentuk dewa-dewi, aspek-aspek alam seperti sang surya, rembulan, sungai, sapi atau bentuk-bentuk kosmos lainnya. Bisa juga la dipuja sebagai seorang guru, pahlawan, pendeta-suci, resi, dan simbol-simbol yang dianggap suci. Atau la dipuja dan dihayati dalam bentuk orang-orang yang menderita dan bentuk fakir-miskin yang hina-papa. Contoh: ibu Theresia yang melihatNya dalam bentuk manusia-manusia yang sangat menderita di Calcutta dan di seluruh dunia. Pemenang hadiah Nobel untuk perdamaian in berbakti kepada Yang Maha Esa dalarn dedikasinya, tanpa pamrih untuk la semata. Kata-kata ibu Theresia yang pantas dicatat adalah: Berpikirlah akan apa yang sedang kau lakukan kepadaNya, Berpikirlah akan apa yang sedang kau lakukan untukNya, Berpikirlah akan apa yang sedang kau lakukan denganNya,

2. Raja-vidya (ilmu pengetahuan yang paling agung) ini, raja-guhyam (rahasia yang paling agung) menyucikan dan amat tinggi nilainya. Dan ilmu ini bercahaya gemerlapan, harmonis dengan dharma (kewajiban); sangat mudah untuk dipergunakan dan tak dapat dibinasakan.
Ilmu ini disebut raja-vidya, karena tak dapat dipelajari di sekolah, tapi hanya dipelajari dan dihayati oleh mereka-mereka yang benar-benar terpilih untuk itu, yang ingin menguasai pikiran dan indra-indranya. Raja-vidya ini, kalau bukan diterangkan olehNya, tak mungkin kita ketahui sendiri dengan benar. Karena apakah Tuhan itu sebenarnya, hanya Ia Yang Maha Tahu. Yang kita ketahui hanyalah seperti yang diuraikan di sini sesuai dengan KasihNya pada Arjuna dan kita semuanya. Pada sloka di atas disebutkan bahwa raja-vidya ini menyucikan rasa dan pikiran kita (pavitram) dan juga amat berharga (uttaman = tinggi nilainya), karena dengan menghayati dan sadar akan arti ilmu ini, seseorang lalu tahu akan nilainya yang amat tinggi dan sebenarnya tak ternilai untuk ukuran duniawi ini yang serba materialistis.
Dikatakan juga di atas bahwa ilmu pengetahuan ini gemerlapan cahayanya (pratyakshavagamam) dengan kata lain, seseorang yang memujaNya dengan tulus akan diberkahi cahaya ilmu pengetahuan ini yang bersinar amat gemerlapan, dan juga ilmu ini harmonis atau sejalan dengan semua dharma-bhakti dan kewajiban kita kepadaNya dan masyarakat di sekitar dan di sekeliling kita, bahkan dikatakan harmonis dengan hukum kosmos yang berlaku. Ilmu pengetahuan ini juga mudah untuk diusahakan, dijalankan dan dilaksanakan. Ilmu ini mudah dipelajari karena bentuk ajarannya sebenarnya tidak memakan biaya mahal, dan mudah difahami. Juga menurut Sang Kreshna, ilmu ini tidak dapat binasa, habis atau surut, tetapi kebijaksanaan ini akan langgeng dan abadi. (Setelah beribu-ribu tahun Bhagavat Gita diturunkan di Kurukshetra maka sampai saat ini ajaran Bhagavat Gita masih relevan dan dianggap sebagai inti dari semua ajaran spiritual di dunia. Inilah salah satu bukti dari kata-kata Sang Kreshna di atas.)

3. Orang-orang yang tak beriman pada ilmu pengetahuan ini, oh Arjuna, tidak akan mencapai Aku, kembali ke jalan dunia yang binasa ini.
Ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan ini membebaskan mereka-mereka yang beriman dari semua sifat-sifat prakriti dan kegelapan yang ditimbulkan oleh Sang Maya. Para yogi yang beriman ini tidak kembali lagi ke dunia yang penuh dengan ketidak-abadian ini, tetapi bersatu bersemayam di dalam Diri Yang Maha Esa untuk selama-lamanya. Yang jadi titik penting di sini adalah iman atau kepercayaan yang teguh dan tak tergoyahkan kepada Yang Maha Esa, dan ini harus tanpa pamrih sedikitpun. Tanpa iman semacam ini tak mungkin kita mencapaiNya.

4. OlehKu dalam bentukKu Yang Tak Nyata seluruh alam semesta ini tertunjang. Setiap makhluk berakar padaKu, tetapi Aku tak berakar pada mereka.

5. Dan (tetapi) sebenarnya semua makhluk tak berakar padaKu. Saksikanlah misteriKu Yang Suci. DiriKu menciptakan semuanya, menunjang semuanya, tetapi tidak berakar pada semuanya.
Sang Kreshna dalam bentuk aslinya, yaitu Sang Brahman adalah asal-mula dari semua makhluk dan seisi alam semesta ini, dengan kata lain semua ini berakar padaNya, tinggal di dalamNya, ditunjang olehNya dan terpelihara olehNya, tetapi la sendiri tak terpengaruh oleh semua ciptaanNya ini, karena Yang Maha Esa berada di atas semua ciptaan-ciptaanNya, di ataspralaya (kiamat), di atas alam semesta. Semua sebaliknya bersandar atau bertumpu padaNya, inilah yang dimaksud sebagai Misteri Yang Agung (Yogam-aishvaram) dari Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Abadi adalah juga Sang Atman (Jati Diri Yang Sejati) yang secara universal menunjang seluruh alam semesta ini. Kita harus menyadari bahwa semua obyek dan unsur di alam semesta seperti dewa, manusia, makhluk, jin, tata-surya, tumbuh-tumbuhan, fauna, mineral, atom, elektron, ether, dan lain sebagainya adalah sebagian dari Yang Maha Suci ini. Semua yang kita dengar, lihat, rasa, adalah dariNya semata, dari Yang Maha Suci ini. Semua yang kita dengar, lihat atau rasa adalah dariNya semata, dari ide-ideNya dan gagasan-gagasanNya (sankalpa), dari yoga-mayaNya, dari ShaktiNya Yang Maha Suci. Seyogyanyalah alam semesta ini berharga dan tinggi nilainya karena berasal dariNya juga, maka seharusnya kita melestarikan semua ciptaan Yang Maha Esa ini. Semua berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya.

6. Ibarat angin yang dahsyat, bergerak ke setiap arah, tetapi selalu berada di angkasa (akasha), begitupun ketahuilah olehmu, semua makhluk bersandar padaKu.
Angin selalu bergerak dan bertiup di angkasa, di langit dan di setiap spasi di bumi ini, tetapi selalu berada di situ-situ juga dan tidak pernah berupa angkasa atau langit atau spasi itu sendiri. Begitu juga halnya dengan semua ciptaanNya selalu di situ-situ juga, yaitu bersemayam di dalamNya tetapi tidak pernah mengikatNya. la yang menjadi sumber ciptaan dan kehidupan alam semesta ini dan bukan sebaliknya.

7. Pada penutupan setiap kalpa (umur dunia), oh Arjuna, semua makhluk kembali ke Sifat (Prakriti) Ku. Dan pada permulaan kalpa yang berikutnya, Ku kirim mereka kembali keluar.

8. Melalui PrakritiKu, Ku ciptakan berulang-ulang semua makhluk yang (amat besar jumlahnya ini), yang tak berdaya, karena berada di bawah kendali Sang Alam (Prakriti).
Semua makhluk datang dari Sang Maya, dari Sang Prakriti, pada saat diproyeksikan (evolusi) dan kembali ke Sang Prakriti lagi pada saat akhir setiap kalpa, dan keluar atau tercipta lagi selanjutnya pada penciptaan baru berikutnya, dan kembali lagi dan begitulah seterusnya. Semua ini adalah pekerjaan Sang MayaNya Sang Kreshna, Sang Brahman dalam bentuk asliNya. Semua terikat pada hukum alam yang diciptakanNya tetapi la sendiri tak pernah terikat pada semua itu.

9. Semua tindakan ini, oh Arjuna, tidak mengikatKu, karena Aku bersemayam jauh dari mereka (perbuatan ciptaan-ciptaan ini dan karma-karma mereka), tak terikat pada perbuatan-perbuatan ini.

10. Begitulah, diperintahkan olehKu, maka alam menciptakan semuanya, yang bergerak maupun yang tak bergerak, dan begitulah, oh Arjuna, dunia ini pun berputar.

Begitulah Yang Maha Esa menjadi sumber, pimpinan akan alam semesta ini, dan dengan perintahNya alam ini pun berputar sesuai dengan kehendakNya, tanpa Ia sendiri terlibat lagi dengan alam semesta ini dengan seluruh gerakan-gerakannya. Seluruh jajaran dewa-dewa agung seperti Vishnu, Shiva, Brahma dan lain sebagainya akan masuk kepralaya suatu saat nanti, tetapi Sang Kreshna (Sang Brahman) tak akan tersentuh oleh kejadian ini, karena Ia lah Yang Maha Mencipta dan Yang Maha Menghancurkan.

11. (Melihat Ku) dalam bentuk manusia, orang-orang yang bodoh tidak memperdulikanKu, (mereka) tak sadar akan SifatKu yang lebih tinggi, Yang memerintah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala makhluk-makhlukNya.
Inilah salah satu rahasia abadi dari Yang Maha Esa. Dalam bentuk manifestasiNya sebagai manusia dari zaman ke zaman. la selalu tidak diacuhkan atau tidak diperdulikan oleh mereka-mereka yang tak beriman kepadaNya. Orang-orang bodoh atau yang tak sadar ini tidak mengetahui bahwa Yang Maha Pencipta ini sebenarnya adalah Yang Maha Kuasa dan memerintah atas segala makhluk-makhluk ciptaanNya, dan atas alam semesta beserta segala isinya. la adalah sesuatu Yang gaib, Yang tak nyata dan tak berbentuk, sesuatu kekuatan Yang amat dahsyat dan tak dapat dilukiskan atau diterangkan oleh manusia. Lalu timbul pertanyaan, mengapa manusia ini tersesat dan bodoh sehingga tidak sadar akan Yang Maha Esa dalam berbagai bentuk manifestasiNya? Karena nafsu, ego, dan kegelapan (boleh juga dikatakan "iblis") yang bersarang di dalam hati mereka, karena ulah Sang Maya dan "permainannya," sehingga mata-hati mereka tertutup untukNya.

12. Harapan-harapan mereka sia-sia saja, tindakan mereka pun sia-sia saja, ilmu pengetahuan mereka pun sia-sia saja. Jauh dari kesadaran, mereka mengambil sebagian dari sifat-sifat buruk iblis dan syaitan.

13. Tetapi jiwa-jiwa yang agung (paramahatma), oh Arjuna, yang mengambil sebagian dari sifat-sifatKu Yang Suci, memujaKu dengan iman yang teguh. Mereka sadar bahwa Aku adalah Yang Tak Terbinasakan, Asal dari segala makhluk.

Ada dua sifat atau prakriti di dunia ini, yaitu mohini-prakriti (sifat iblis) dan daivi-prakriti (sifat suci). Mereka-mereka yang memiliki sifat yang pertama akan menjalani hidup mereka penuh dengan nafsu, dosa, polusi, sesuai dengan sifat-sifat syaitan dan iblis. Sedangkan mereka-mereka yang mengambil sifat prakriti yang kedua akan berjalan sesuai dengan sifat-sifat Yang diturunkan oleh Yang Maha Esa. Dan mereka yang terakhir ini akan memujaNya secara tulus dan sadar, dan akhirnya terserap kedalamNya.

14. Mereka selalu mengagungkan Aku, sangat tegar dan tak kenal lelah dalam tekad mereka; mereka mendatangiKu, diri mereka selalu terkendali, mereka memujaKu dengan cinta-kasih yang penuh hormat.

15. Yang lain-lainnya pun, mengorbankan pengorbanan dalam bentuk kebijaksanaan, memujaKu, sebagai Yang Esa, sebagai Yang Jauh, dan Yang Banyak JumlahNya (karena mereka melihat Ku) hadir di mana-mana.
Mereka-mereka yang bijaksana dalam pemujaan mereka kepada Sang Kreshna Yang Maha Esa, mengorbankan pengorbanan dalam bentuk gnana (ilmu pengetahuan), mereka ini melakukan gnana-yagna. Mereka sadar dan memusatkan perhatian mereka pada Yang Maha Esa sebagai Yang Tunggal dan juga sebagai Yang Banyak karena Yang Maha Esa ini hadir dalam segala-galanya tetapi la bersifat Esa.

16. Akulah pemujaan, Akulah pengorbanan, Akulah yang dikorbankan untuk para leluhur, Akulah tumbuh-tumbuhan yang menyembuhkan (penyakit), Akulah mantra, Akulah minyak (untuk pelita di kuil), Akulah Api, dan Akulah sesajen yang diapikan.

Sang Kreshna meneruskan keterangan-keterangan tentang DiriNya Yang Sejati, yang pada hakikatnya adalah Inti dari segala yang ada dan yang dilakukan oleh manusia atau alam dan isinya. Ia hadir misalnya dalam suatu yagna dan setiap aspek-aspeknya. Dan mereka yang memuja dewa-dewa, Veda-Veda dan lain sebagainya dengan ini diberi kesadaran bahwa sebenarnya mereka ini memujaNya juga secara tidak langsung.

17. Akulah Bapak dunia ini, Ibunya, Penunjangnya dan juga Kakek (Leiuhurnya). Aku lah Yang suci dan tunggal Yang harus diketahui (oleh manusia). Akulah OM, dan juga Veda-Veda, Rig, Sama dan Yajur.
Sang Kreshna atau Yang Maha Esa adalah Inti-Murni dari segala ilmu-ilmu pengetahuan suci, dan hal ini seharusnya disadari oleh manusia. la juga kata inti OM yang terdapat di Veda-Veda dan kitab-kitab suci Hindu lainnya.

18. Akulah Jalan, Penunjang, Penguasa (Tuhan), Saksi, Tujuan, Tempat Berlindung, dan Sahabat. Akulah Asal-Mula dan Akhir (Pralaya), Fondasi, Tempat Penyimpan Harta-Benda, dan Inti (Sari) Yang Tak Pernah Binasa.
Sang Kreshna adalah semua aspek dan penunjang kehidupan ini. la juga segala-galanya. la juga harta-benda sesungguhnya dan kehidupan yang tak dapat binasa. la sekaligus sahabat dan saksi kita di dalam diri kita sendiri. Ia lah permulaan kita dan akhir kita dalam arti yang sebenar-benarnya.

19. Aku memberi panas. Aku menahan dan mengirimkan hujan. Akulah Keabadian dan juga Kematian. Aku lah yang telah berlalu (tidak abadi = asat) dan keabadian (sat).
Sang Kreshna lah yang mengendalikan semua elemen-elemen di dunia ini. Ia lah Sat yang dapat disebutkan sebagai suatu zat atau keadaan yang selalu abadi. Tetapi Ia juga yang bersifat tidak abadi dan dapat binasa (asat). Semuanya Ia dan Ia semata.

20. Mereka yang mengenal ketiga Veda-Veda, yang meminum sari soma (sakramen suci) dan telah dibersihkan dosa-dosanya, memujaKu dengan pengorbanan, memohon jalan untuk ke svarga. Setelah sampai ke dunia suci Sang Indra ini (svarga-loka), mereka menikmati kenikmatan-kenikmatan suci (yang biasa dinikmati para dewa).

21. Setelah menikmati svarga-loka yang luas ini, dan setelah habis masa dan hasil pemujaan mereka, mereka kembali lagi ke dunia kebinasaan ini. Begitulah mengikuti kata-kata dalam ketiga Veda dan menikmati kesenangan-kesenangan, mereka mendapatkan sesuatu yang berlalu sifatnya (tidak abadi dan terpengaruh hukum karma).

Mereka-mereka ini tidak bisa lepas dari hukum karma. Sorgaloka (svarga-loka) bukanlah akhir dari perjalanan hidup kita, akhir tujuan kita adalah Yang Maha Esa. Yang Maha Abadi, di mana tidak ada mati dan hidup lagi untuk selanjutnya. Veda-Veda amat penting untuk dihayati, tetapi lebih merupakan jembatan ke Yang Maha Esa, dan bukan tujuan.

22. Tetapi mereka yang memujaKu dan bermeditasi kepadaKu semata, kepada mereka ini yang dirinya terkendali, Ku berikan mereka apa yang mereka tak punya dan menjamin dengan aman apa yang mereka miliki.
Hanya kepada para pemuja-pemujaNya, kepada para bhakta ini Yang Maha Esa (Sang Kreshna) memberikan kekuatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang DiriNya dan meniti mereka ke tangga sukses demi mencapai dan bersatu denganNya. Juga dijanjikan kepada para pemujaNya bahwa Sang Kreshna menjamin kehidupan mereka secara penuh, Ia menjaga kehidupan mereka dan memberkahi mereka dengan kebahagiaan yang abadi. Harap diperhatikan para pemuja Sang Kreshna (Yang Maha Esa) yang tulus dan sejati, secara lambat laun akan melepaskan semua kemewahan dan cara hidup mereka secara perlahan tetapi pasti akan mengarah jauh dari semua unsur duniawi, bagi mereka ini apa saja yang diterimanya terasa cukup; hidup dan pekerjaan mereka semata berupa dedikasi tanpa pamrih kepadaNya. Anehnya dalam segala kesederhanaan, penderitaan dan cobaan mereka, mereka ini selalu tampil berkecukupan dalam segala hal. Inilah yang benar-benar menakjubkan sesuai dengan janji Sang Kreshna di atas. Inilah berkahNya yang sesungguhnya di dunia fana ini. Mereka selalu tampil penuh karisma dan wibawa, menyejukkan untuk dipandang dan diikuti kata-katanya.
Para pemuja yang telah mendapatkan berkahNya ini betul-betul menjalani hidup mereka dengan hal-hal yang penuh mukjizat. Misalnya mereka tidak mungkin dapat diteluh atau diguna-gunai, mereka selalu jauh dari cobaan-cobaan yang bersifat negatif, dan bahkan alam-lingkungan disekitar mereka beserta seluruh unsur-unsur yang hadir di situ akan bersahabat dengan mereka ini. Roh-roh halus, jin, pepohonan, fauna dan lain sebagainya akan bersahabat dengan mereka dalam arti yang sesungguhnya, dan ini bisa saja dirasakan ajaib bagi orang awam yang duniawi; bagi para pemuja ini biasa-biasa saja karena mereka mi telah bersahabat dengan Yang Maha Esa secara tulus dan merasa sebagian dariNya, mereka ini juga merasa dimiliki dan jadi alatNya, maka untuk orang-orang seperti ini sudah tidak ada lagi rasa takut akan apapun juga baik secara duniawi maupun secara spiritual. Yang mereka segani hanya Yang Maha Esa, dan barangsiapa bersahabat denganNya tentunya bersahabat dengan seluruh alam semesta ini secara otomatis dan ini betul-betul suatu pengalaman yang penuh dengan "mukjizat"Nya, yang disebutkan Sang Kreshna sebagai "menjamin dengan aman apa yang mereka punyai" dan "Kuberikan kepada mereka apa yang mereka tidak miliki." Berjuanglah untuk menjadi yogi semacam ini agar jauh kita dan tujuan yang salah. Para pemuja ini juga mendapatkan banyak ilmu spiritual dan pengetahuan yang menakjubkan dari Yang Maha Esa tanpa mereka minta, dan semua itu kemudian mereka pergunakan untuk tujuan-tujuan tanpa pamrih. Sekali mereka terbius dengan ilmu atau pengetahuan ini dan menggunakannya secara salah atau penuh dengan nafsu dan egoisme maka hancurlah meditasi dan yoga mereka. Ini disebut Siddhi, dan harus diwaspadai oleh para pemuja Yang Maha Esa karena berbentuk cobaan juga dalam bentuk spiritual.

23. Bahkan pemuja-pemuja dewa-dewa lainnya yang dengan iman mereka memuja dewa-dewa ini, mereka juga memujaKu, oh Arjuna, walau tidak dengan cara yang benar.

Bhagavat Gita adalah suatu ajaran yang unik, dan penuh dengan kebebasan memuja. Setiap orang tidak dilarang untuk memuja apa saja tetapi juga tidak dianjurkan demikian karena yang ingin diluruskan adalah pemujaan kepada Yang Maha Esa semata, tanpa menjalani jalan yang salah. Tetapi seandainya seseorang tetap mengambil jalan yang salah maka ia diberi kesadaran agar mengubah jalur yang ditempuhnya. Pesan ini berulang-ulang ditekankan di Bhagavat Gita.

24. Karena Aku ini adalah Penikmat dan Tuhan dari semua pengorbanan. Tetapi orang-orang ini tidak mengenalKu, yaitu sifatKu yang sejati, dan jatuhlah mereka ini (ke lingkaran hidup dan mati lagi).
Karena tidak mengenal sifat-sifat sejati Sang Kreshna, Yang Maha Esa, dengan baik maka banyak pemuja yang memuja dewa-dewa dan merasa sudah cukup dengan itu. Padahal dalam hakikat Yang Maha Esalah yang seharusnya dipuja agar lepas kita dari lingkaran karma dan samsara (penderitaan ini).

25. Barangsiapa yang memuja para dewa pergi ke dewa-dewa, yang memuja leluhur pergi ke leluhur, yang memuja jiwa-jiwa (roh-roh) yang rendah sifatnya (bhuta) pergi ke para bhuta ini, tetapi pemujaKu datang kepadaKu.
Dijelaskan dan ditegaskan sekali lagi oleh Sang Kreshna secara bebas dan amat demokratis tujuan pemujaan para pemuja yang bebas memuja. Silahkan dengan demikian menentukan pilihan, karena Yang Maha Esa sudah jelas sabda-sabdaNya.

26. Barangsiapa mempersembahkan kepadaKu dengan dedikasi, sehelai daun, sekuntum bunga, ataupun air, Ku terima persembahan penuh kasih itu sebagai persembahan dari hati yang suci-murni.
Sloka ini adalah salah satu sloka yang amat penting untuk dipelajari dan dihayati oleh orang yang beragama Hindu. Di sini diperlihatkan betapa besarnya Jiwa Yang Maha Esa yang tak pernah menuntut apapun juga dari kita semua untuk apa saja yang telah diberikannya kepada kita semua. BagiNya yang penting dari kita hanyalah dedikasi, iman dan kasih untukNya, dan semua itu dapat disimbolkan dalam bentuk-bentuk sederhana saja seperti daun, bunga dan lain sebagainya. la tidak menuntut harta-benda atau yang mewah-mewah dan yang bukan-bukan. Hanya yang kecil-kecil saja yang diingatkanNya kepada kita. Maka seyogyanyalah berbakti kepadaNya dengan yang sederhana dan kecil saja seperti memperhatikan fakir-miskin dan mereka yang kesusahan di sekitar kita dengan dana yang berupa apa saja dalam bentuk yang sederhana saja kalau tidak bisa yang bentuknya malahan menyusahkan. Dengan sedikit perhatian terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan, maka setiap saat kita sudah berbakti untukNya tanpa pamrih. Nyalakan sebuah lilin kecil setiap hari dalam dirimu atau dengan kata lain jadikanlah anda sebuah batu-bata kecil untuk membangun kuilNya yang suci, atau berikanlah segenggam beras kepada sesama makhluk setiap harinya; semua pengorbanan-pengorbanan kecil demi Yang Maha Kuasa ini akan meniti kita ke pemasrahan total dan pembersihan atau pemurnian hati kita suatu waktu, dan jatuhlah kemudian berkah dan karunia Sang Maha Pengasih, Sang Maha Penyayang atas diri kita yang 'bodoh' dan 'gelap' ini, dan teranglah tujuan kita ke arahNya.

27. Apapun yang kau lakukan, apapun yang kau santap, apapun yang kau persembahkan, apapun yang kau danakan, apapun puasa (atau disiplin spiritual) yang dikau lakukan -- lakukanlah itu semua, oh Arjuna, sebagai persembahan bagiKu.
Berdedikasilah kepada Yang Maha Kuasa sepenuh hatimu, dan dalam setiap tindakanmu yang merupakan tindakan demi Yang Maha Esa semata-mata tanpa parnrih. Apapun tindakan anda, apakah itu pekerjaan sehari-hari di rumah atau di kantor atau di mana saja, lakukanlah sebagai kewajiban anda kepadaNya semata dan harus tanpa pamrih yang setulus-tulusnya. Bukankah pada hakikatnya kita semua diutus ke dunia ini untuk suatu tugas, maka laksanakanlah tugas dan kewajiban kita sesuai dengan kehendakNya dan memujalah demi Ia semata. Berkata seperti di atas amatlah mudah, tetapi melaksanakan sesuatu tanpa pamrih atau keinginan pribadi adalah amat sukar. Juga seseorang dengan mudah dapat berkata bahwa semua tindakannya sehari-hari telah dikerjakannya demi Yang Maha Esa, tetapi secara sejati bekerja seratus persen demi Yang Maha Esa itu harus sesuai dengan hati-nuraninya, dan inilah faktor yang amat sukar untuk dilaksanakan. Menghayati tindakan-tindakan demi Yang Maha Esa hanya dapat dicapai dengan latihan mental yang intensif selama masa yang cukup lama (mungkin bertahun-tahun), sampai suatu saat kita betul-betul menghayati dan menyadari akan arti ajaran ini secara mumi.
Dalam berbagai ajaran spiritual maupun dalam berbagai ajaran agama sebenarnya ajaran di atas ini sudah disiratkan secara nyata, tetapi sering sekali kita lupa akan inti hal ini sebenamya. Kita lebih condong untuk bekerja, berbuat atau bertindak atau beraksi karena didorong oleh suatu pikiran agar mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari orang-orang di sekitar kita, bahkan sering sekali sesuatu perbuatan kita lakukan agar mendapatkan status sosial yang lebih tinggi dari masyarakat di sekitar kita, biasanya perbuatan atau upacara semacam ini tidak ubahnya seperti suatu pertunjukan saja. Banyak juga tindakan kita yang didasarkan pada kebutuhan dan ego kita pribadi, pada kewajiban kita pada keluarga dan diri sendiri, dan semuanya itu kita lakukan tanpa adanya kesadaran bahwa itu sebenamya harus dilakukan demi kewajiban kita kepada Yang Maha Esa. Orang-orang yang disayangi di sekitar kita tidak lain dan tidak bukan juga sebenamya hanyalah alat-alatNya belaka, sama seperti kita juga.

28. Dengan bertindak demikian, dikau akan bebas dari tali-ikatan tindakan, dari buah baik dan buruk (hasil tindakan seseorang). Dengan pikiranmu yang teguh di jalan pemasrahan-total ini, engkau akan bebas dan datang kepadaKu.

29. Aku ini sama untuk setiap makhluk. BagiKu tak ada yang tersayang atau yang Kubenci. Tetapi mereka yang memujaKu dengan setia, mereka ada di dalamKu, dan Aku pun ada di dalam mereka.
Yang Maha Kuasa itu begitu Maha AdilNya sehingga bagiNya tak ada makhluk yang tersayang atau yang paling dibenciNya. Semuanya sama saja bagiNya, tinggal terserah kita sendiri ini mau mendekatiNya atau menjauhiNya. Ada suatu contoh yang baik, yaitu cahaya. Cahaya ini jika direfleksikan ke sebuah cermin yang kotor dan berdebu maka cahaya yang memantul kembali itu buram atau tidak baik, sedangkan jikalau cerminnya bersih dan licin permukaannya, maka cahaya yang dipantulkannya pastilah sangat baik dan jernih. Yang Maha Kuasa adalah ibarat cahaya ini, dan kita semua adalah cermin-cermin ini. la selalu bersinar atau bercahaya ke arah kita semua sepanjang waktu dan setiap saat dengan adil dan merata, tanpa pandang bulu atau suku atau kasta. Dan sekarang tentunya terserah kita semua, ingin menjadi cermin yang berdebu dan kotor atau cermin yang kotor akibat ulah kita sendiri. Di sloka atas ini la telah menegaskan bahwa Ia sama saja kasih-sayangNya terhadap semuanya tanpa ada diskriminasi sedikit pun.

30. Walaupun seseorang yang tenggelam amat dalam di dalam dosa-dosanya, memujaKu dengan hati yang teguh, ia pun harus dikenali sebagai orang yang benar, karena ia telah beritikad secara benar.
Di dalam dosa-dosa pun bersinar Yang Maha Tak Berdosa; Yang Maha Kuasa secara adil dan merata. Ia bercahaya juga di dalam orang-orang yang kita anggap berdosa dan tak dapat diampuni. Sekali seorang semacam ini beritikad untuk mengubah dirinya ke jalan yang benar dan tunduk kepada Yang Maha Kuasa, maka ia harus dihormati dan dibantu, didoakan ke arah Yang Maha Esa, karena ia telah beritikad secara benar, dan suatu saat nanti sewaktu masanya tiba maka ia akan disucikan dan diterima di Tujuan Nan Abadi, yaitu Yang Maha Esa itu Sendiri.

31. Dan segera ia akan berubah menjadi benar dan mencapai kedamaian nan abadi. Oh Arjuna, harus kau ketahui secara pasti bahwa pemujaKu tak pernah binasa.
Seseorang yang mencintai Tuhan Yang Maha Esa "tak akan pernah tersesat jalannya," lambat laun ia akan dituntun ke arahNya, dan kalau tersandung ia akan diangkat kembali agar lebih bergairah ia melaju ke arahNya. Walaupun orang ini mungkin pernah menjadi seseorang yang amat berdosa, tetapi sekali ia bertobat dan lurus hatinya maka ia akan kembali kepadaNya dan dibersihkan dari segala dosa-dosanya. Dalam diri orang ini akan timbul revolusi batin yang mendorongnya ke arah spiritual dan melajulah ia kemudian menegakkan kebenaran dan dharma. Tujuan Yang Abadi selalu menanti orang-orang seperti ini.
32. Mereka yang datang dan meminta perlindunganKu, oh Arjuna, walau mereka itu lahir dari sesuatu yang berdosa, walau mereka ini wanita atau vaishya atau sudra, mereka pun mencapai Tujuan Yang Tertinggi.
Disinilah tercermin Kerendahan Hati Yang Maha Kuasa, tercermin juga KemurahanNya dan KasihNya. Memang Yang Maha Esa ini Maha Pemurah dan Penyayang sehingga jalan kepadaNya terbuka untuk siapa saja yang menginginkannya secara tulus. Adalah salah kalau ada anggapan bahwa hanya kasta Brahmana atau Kshatrya saja yang dapat mencapaiNya. Itu hanya ilusi dan peraturan buatan manusia saja, yang penuh dengan rasa egois, keserakahan, dan angkara, yang justru bertentangan dengan ajaran Bhagavat Gita dan ajaran-ajaran Hindu lainnya. Semua orang maupun makhluk tanpa kecuali dapat pergi kepadaNya, karena Ia milik semuanya tanpa diskriminasi, apalagi seseorang yang menyalakan pelita di dalam hatinya untukNya semata tanpa pamrih.

33. Apa lagi para pendeta suci dan para aristrokrat yang suci! Setelah tiba di dunia fana dan tanpa kebahagiaan ini, (seyogyanyalah) dikau memujaKu.

34. Pusatkan pikiranmu kepadaKu; berdedikasilah kepadaKu; pujalah Aku, bersujudlah padaKu. Demikianlah dengan mengendalikan dirimu, dan menjadikan Aku sebagai Tujuanmu Yang Agung, maka dikau akan datang kepadaKu.

Kepada Arjuna (dan kita semua) Sang Kreshna bersabda, bahwa sebaiknya tidak lupa kita ini hidup di dunia yang fana dan tak stabil keadaannya, di mana sebenarnya kebahagiaan yang hakiki itu tidak ada secara duniawi. Jadi sebaiknya memuja Yang Maha Esa, karena dibalik pemujaan inilah terletak rahasia kebahagiaan yang hakiki ini, yang sebenarnya tertutup di dalam DiriNya, yang disebut Tujuan Yang Agung. Kita semua akan bersatu dan bahagia di dalamNya, kalau mau kita memujaNya, menyerahkan diri dan hati kita bulat-bulat sepenuhnya kepada Yang Maha Esa — yaitu Yang Maha Pencipta, Penyayang Dan Pengasih, akhir dari perjalanan panjang hidup kita, Tujuan kita Yang Agung Dan Suci. Om Tat Sat.
Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga, dialog antara Sang Kreshna dan Arjuna, inilah bab ke sembilan yang disebut: Rajavidya Rajaguhya Yoga atau Ilmu pengetahuan dan Rahasia nan Agung
 
Bab 10 - Alam Semesta nan Suci dan Agung

1. Dengarlah lagi, oh Arjuna, sabda-sabdaKu yang agung dan suci. Terdorong oleh keinginanKu untuk berbuat baik bagimu, akan Ku beritahukan kepadamu, karena engkau adalah kesayanganKu.

2. Bukan saja para dewa tetapi para resi yang suci dan agung pun tidak tahu akan asal-usulKu, karena semua dewa-dewa dan orang-orang suci itu datang dariKu.


3. Seseorang yang mengenalKu - sebagai Yang Tak Dilahirkan, sebagai Yang Tak Bermula, Yang Maha Penguasa seluruh alam semesta ini -- orang ini di antara, mereka yang dapat binasa, adalah seseorang yang tidak sesat dan bebas dari segala dosa.


Di bab sepuluh ini Sang Kreshna melanjutkan keterangan mengenai DiriNya Yang Sejati, yaitu Yang Maha Esa yang tak dapat diketahui asal-usulNya, bahkan para dewa dan orang-orang suci baik di masa silam maupun sekarang ini tidak pernah akan tahu akan hal ini. Tetapi seseorang yang sadar akan KekuasaanNya, maka diantara mereka yang dapat binasa di dunia ini (para dewa, manusia dan makhluk-makhluk lainnya), orang yang bijaksana ini dianggap Yang Maha Esa sebagai seorang yang sadar dan bebas dari segala dosa. Suatu pengakuan dan penghormatan yang besar sekali nilainya dari Yang Maha Esa. Yang Maha Esa adalah asal dari segala-galanya, termasuk para dewa dan orang-orang suci. Dalam ajaran Kristiani dikatakan tentang St. Paul yang pernah berkata, "Ia adalah tanpa kelahiran dan tanpa asal-mula." MengenalNya dari sudut berbagai agama dan ajaran sebagai Yang Maha Agung Dan Suci berarti membebaskan diri kita dari segala dosa-dosa duniawi.


4. Melihat (menilai) dengan benar, ilmu pengetahuan, tidak-berilusi, pemaaf, tidak-berbohong, kendali-diri dan ketenangan, penderitaan dan kenikmatan, kelahiran dan kematian, ketakutan dan keberanian.


5. Tak menyakiti, kedamaian dalam segala situasi, rasa puas dengan apa yang ada, tekad ke arah spiritual, keinginan untuk memberi, kemasyhuran dan kehinaan -- semua hal-hal yang berbeda dari makhluk-makhluk ini terpancar dariKu semata.


Yang Maha Esa bukan saja merupakan asal-usul alam semesta ini, Yang Tak Terlihat dan Tak Terbayangkan oteh kita, tetapi juga merupakan Kekuatan Maha Dahsyat Yang Tak Terbatas di alam semesta ini. Bukan saja Ia merupakan asal-usul yang baik-baik saja tetapi la juga pencipta yang tidak baik dan negatif sifatnya yang berada di dalam pikiran dan ulah para makhluk-makhluk dan manusia ciptaanNya. Apakah itu pikiran atau situasi yang menyenangkan dan menikmatkan ataukah itu yang menyusahkan dan membawa penderitaan. Apakah itu bersifat positif maupun sebaliknya, semua itu secara jujur diakui oleh Yang Maha Esa, bahwa Ia lah sumber dari segala-galanya tanpa diskriminasi. Bukan lalu berarti bahwa Yang Maha Esa ini buruk atau negatif sifatnya, tidak! Semua itu adalah ciptaan-ciptaanNya yang diperankan atau ditugaskan pada Sang Maya, Ilusi Yang Maha Esa. la sendiri bersemayam di atas semua ilusi ini, jauh di atas Sang Maya dan tak terpengaruh sedikitpun dengan pekerjaan Sang Maya ini. Dengan semua "permainanNya," maka Yang Maha Esa ini menunjang dan menjalankan dunia ini, memang Maha Misterius Dan Maha Gaib lah Yang Maha Kuasa ini dengan segala Kekuatan dan Kasihnya Yang Tak Terbatas itu. Om Tat Sat. Om Shanti, Shanti, Shanti.


6. Ketujuh orang suci yang agung, keempat orang pada masa yang silam, juga para Manu, dilahirkan dari sifat dan pikiranKu, dari merekalah mengalir ras manusia ini.


Dari sifat-sifat dan pikiran agung dan suci Sang Kreshna inilah mengalir manusia-manusia agung dan dewa-dewa yang kemudian menjadi cikal-bakal dari manusia dewasa ini. Ketujuh orang yang disebut di atas adalah orang-orang suci yang penuh dengan kesadaran Ilahi, nama dari yang pertama adalah Bhrigu dan yang terakhir disebut Washita, dan dianggap dalam agama Hindu sebagai para guru kebijaksanaan di masa yang silam. Dan keempat orang yang disebut sebagai manusia-manusia di masa silam adalah empat orang Kumara (yaitu perjaka-perjaka yang tak pernah melakukan hubungan seksual), yang lahir dari pikiran Yang Maha Esa, dan disebut juga nama-nama mereka: Sanata, Sanaka, Sanatana dan Sanandana. Para orang suci (resi), para Manu (asal kata dari manusia pertama), dan para Kumara ini adalah cikal-bakal dari manusia di dunia ini. Merekalah alat-alat Yang Maha Kuasa di dunia pada masa yang silam, pada masa permulaan peradaban manusia.


7. Seseorang yang tahu dengan benar akan keagungan dan kekuatanKu ini akan terhubung denganKu oleh yoga yang tak tergoyahkan; dan hal ini sudahlah pasti dan tak usah diragukan lagi.
Vibuthi adalah kata Sansekerta yang digunakan di atas untuk mengartikan kekuatan, kata ini sebenarnya dapat diartikan dua, yaitu kekuatan atau kekuasaan Yang Maha Esa dan juga dapat berarti kelanggengan atau kehadiran yang abadi atau juga berarti "mengalir dari." Dalam bab ini Sang Kreshna menerangkan kepada Arjuna tentang keagungan dan kekuatan serta kekuasaanNya di alam semesta ini, tentang kehadiranNya Yang Langgeng Dan Abadi dalam setiap unsur di dunia ini, tentang DiriNya Yang Selalu berada di dalam posisi tertinggi yang berhubungan dengan setiap hal dan unsur, ini berarti suatu bentuk keagungan Yang Tiada Taranya. Sang Kreshna pun menjelaskan akan kehadiranNya sebagai suatu unsur Shakti (Kesaktian) dalam segala hal dan faktor di alam semesta ini, yang tanpa itu tak mungkin setiap faktor bisa melanjutkan fungsinya masing-masing.


8. Akulah Sumber dari segala-galanya; dariKu datang seluruh penciptaan ini. Menyadari hal ini, mereka yang bijaksana memujaKu dengan dedikasi yang penuh dengan kebahagiaan.


9. Pikiran mereka terpusat kepadaKu, hidup mereka meresap dalam DiriKu, sambil saling menolong di antara mereka, mereka ini selalu memperbincangkan Aku, (mereka ini) selalu merasa cukup dengan apa adanya dan penuh dengan rasa kesentosaan.
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 10

10. Kepada mereka ini, yang selalu bersemayam secara menyatu denganKu dan memujaKu dengan cinta-kasih, Ku berikan ilmu pengetahuan (yang dapat membedakan antara satu hal dengan yang lain), dan (mereka ini) melalui yoga ini datang kepadaKu.



11. Didorong oleh rasa kasih-sayangKu yang murni kepada mereka, Aku bersemayam di dalam hati mereka, Ku hapus kegelapan mereka yang timbul karena kekurangan-pengetahuan dengan pelita kesadaran yang bercahaya terang-benderang.


Mereka-mereka yang sadar akan kehadiran Yang Maha Esa, (walaupun kehadiran ini tak nampak dalam setiap hal dan unsur di alam semesta ini) dan mereka ini yang sadar juga akan kekuatan dan kekuasaanNya Yang Abadi, lambat laun akan makin dekat dan akhirnya bersemayam atau menyatu denganNya, dan mereka ini, hidup mereka selalu terlihat bahagia, sentosa dan cerah, walau musibah apapun yang datang melanda mereka. Hidup mereka sehari-hari terserap dalam kebahagiaan dengan Ilahi, dan percaya atau tidak yang Maha Esa secara benar-benar menerangi kegelapan apapun yang timbul dalam diri mereka dengan pelita Ilahi yang terang-benderang. ini adalah suatu fakta yang dapat dirasakan oleh mereka-mereka yang secara total telah memasrahkan diri mereka dan segala perbuatan mereka kepada Yang Maha Esa secara tulus dan tanpa pamrih. Om Tat Sat.


Berkatalah Arjuna:

12. Dikau adalah Sang Brahman Yang Agung dan Suci, Tujuan Yang Agung dan Suci. Dikau adalah Yang Abadi, Seorang Manusia Yang Agung dan Suci, Tuhan Yang Terutama, Yang Tak Dilahirkan dan Yang Maha Hadir di mana pun juga.


13. Dengan Nama-Nama itu DiKau telah disebut dan dipuja oleh para resi, juga oleh resi Narada yang agung, juga oleh Asita, Devala dan Vyasa. Dan sekarang (oh Kreshna), DiKau Sendiri pun menyabdakanNya kepada ku.
Narada disebut juga Dewa Resi, gurunya para dewa. Narada adalah salah seorang bhakta (pemuja) Yang Maha Esa yang sifatnya agung dan suci, dan Sang Batara Narada ini selalu bernyanyi dan memuja-muji nama Yang Maha Esa ke mana pun ia pergi. Devala adalah putra Vishvamitra dan kisahnya terdapat di Vishnu-Purana, sedangkan Asita terkisah di Lalita-vistara (semua ini buku-buku suci kuno agama Hindu). Vyasa menyebut Kreshna sebagai Swipayana, demikian terdapat di dalam Veda-Veda. Vyasa dikenal sebagai pengarang Mahabarata dan beberapa Purana-Purana Hindu. Kata Vyasa sendiri berarti "editor" atau "yang mengatur."


14. Aku yakin akan semua kata-kata yang DiKau ucapkan padaku ini, oh Kreshna. Bukan saja para dewa tetapi para syaitan dan iblis pun tak dapat menjabarkan manifestasiMu, oh Tuhan.
Jangankan para resi dan dewa yang ditakuti manusia, tetapi para setan dan iblis pun tak pernah bisa menerangkan apakah Tuhan Yang Maha Esa itu sebenarnya, dan manifestasi-manifestasiNya di alam semesta ini. Hanya Sang Kreshna Sendiri yang dapat mengenal DiriNya sebagai Manusia Yang Agung, Utama dan Suci (Purushottama).


15. Sebenar-benarnya, hanya Dikau Sendiri Yang Mengetahui DiriMu Sendiri melalui DiriMu Sendiri, oh Manusia Nan Agung, Sumber dari semua yang ada, Tuhan dari semua makhluk, Tuhan dari segala dewa-dewa, Penguasa dunia ini.


16. Tanpa kecuali harus Dikau beritahukan kepadaku, semua bentuk-bentukMu yang suci, yang mana dengan bentuk-bentuk ini, Dikau menunjang dunia (alam semesta) ini dan di mana Dikau Sendiri berada di daiamnya dan bahkan lebih jauh dari itu.


17. Bagaimanakah aku harus mengenalMu , oh Yogin, apakah dengan meditasi yang berkesinambungan? Dengan (dalam) bentuk apakah Dikau, oh Tuhan Yang Pengasih, harus kubayangkan Dikau ini?
Arjuna ingin sekali mengenal dan mengetahui manifestasi dan aspek-aspek yang berhubungan (Vibhuti) dengan Sang Kreshna, yang penuh dengan Kekuasaan Yang Maha Esa yang tak terbatas sifatNya itu. Arjuna haus akan pengetahuan Ilahi ini karena ia benar-benar ingin agar meditasi dan pemujaannya terhadap Yang Maha Esa dapat dijalankan dengan benar dan dapat membantunya untuk lebih mengenalNya dengan sejati. la ingin agar pemujaannya kepada Yang Maha Esa terarah dengan baik dan benar.


18. Beritahukan juga kepadaku secara terperinci tentang kekuatan yogaMu dan tentang KeagunganMu, karena aku tak akan pernah puas dengan minuman suci dalam bentuk sabda-sabdaMu itu.
Berkatalah Yang Maha Pengasih:


19. Jika demikian, baiklah Arjuna! AkanKu sabdakan kepadamu sebagian dari bentuk-bentuk suciKu, tetapi hanya bentuk-bentuk yang telah dikenal dan mudah difahami, karena keberadaanKu tak ada batasnya.
Sang Kreshna dengan senang hati memenuhi permintaan Arjuna. Beginilah sifat Yang Maha Esa, tak pernah menolak permintaan kita walaupun diajukan berulang-ulang tanpa bosan. Yang Maha Pengasih adalah Yang Maha Penyayang dan selalu memenuhi aspirasi dan keinginan para pemuja-pemujaNya, dimana dan kapan saja. Dan di sini Sang Kreshna mulai memaparkan sebagian dari vibhuti-vibhutiNya, yaitu bentuk-bentukNya yang telah ada dan dapat dengan mudah difahami manusia. Karena bentuk dan sifat Yang Maha Esa itu Maha Tidak Terbatas, maka kalau hal ini diterangkan kepada manusia pasti kita manusia ini tak akan pernah mengerti akan keagunganNya ini. Oleh karena itu dipakailah bahasa dan contoh-contoh yang mudah dimengerti kita semuanya.


20. Aku adalah Jati Diri, oh Arjuna, Yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk. Aku adaiah permulaan, Yang ditengah-tengah dan juga akhir dari setiap yang ada.
Sang Kreshna atau Yang Maha Esa adaiah Sang Atman Yang Ada di dalam diri kita, di dalam setiap insan dan makhluk ciptaanNya. la juga yang sebenarnya menjadi asal-usul kita semuanya, yang menunjang kita selama ini dan yang juga menentukan hidup dan akhir kita semuanya.
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 10

21. Di antara para Aditya Aku adalah Vishnu; di antara cahaya Aku adaiah Sang Surya yang terang-benderang. Di antara para Marut Aku adalah Marici, di antara bintang-bintang Aku adalah sang rembulan.
Yang disebut Aditya ini adaiah dewa-dewa cahaya, dan Batara Vishnu adalah pimpinan tertinggi para dewa cahaya ini. Sedangkan Marichi adalah pemimpin para Marut, dewa-dewa badai, angin-topan dan mala-petaka.



22. Di antara Veda-Veda Aku adalah Sama-Veda, di antara para dewa Aku adalah" Indra, di antara indra-indra Aku adalah pikiran; dan Aku adalah kesadaran di antara para makhluk-hidup.
Sama-Veda adalah Veda yang paling musikal dan indah, sedangkan Indra adalah raja atau pemimpin para dewa. Dewa Indra adalah juga dewa angkasa. Pikiran adalah raja diantara semua indra-indra kita. Dalam tubuh atau raga kita, pikiran ini yang paling sukar untuk dikendalikan. Dalam ilmu-psikologi (jiwa) Hindu kuno disebutkan bahwa semua indra-indra kita kendalikan, dimotori dan dikuasai oleh pikiran (mana).


23. Di antara para Rudra Aku adalah Shankara (Shiva), di antara para Yaksha dan Rakshasa Aku adalah Kubera (dewa kekayaan), di antara para Vasu Aku adalah Agni(dewa api), dan di antara puncak-puncak gunung Aku adalah Meru.
Rudra adalah dewa-dewa atau makhluk-makhluk halus yang tugasnya adalah menghancurkan dan membinasakan semua yang ada dan lahir. Yaksha adalah setan-setan dedemit dengan perut yang besar, dan Meru adalah puncak gunung tertinggi di bumi ini, di mana dipercaya tinggal para dewa-dewi,


24. Di antara para pendeta (pendeta setiap rumah-tangga), oh Arjuna, kenalilah Aku sebagai Brihaspati, sang pemimpin; di antara jenderal-jenderal di peperangan Aku adalah Skanda; di antara danau-danau Aku adalah Samudra.
Brihaspati adalah pendeta tertingginya para dewa. Skanda adalah putra Shiva dan Parvati, dan ia dikenal sebagai pemimpin atau jenderalnya para jenderal dan pahlawan-pahlawan di Svarga-loka.


25. Di antara para resi yang agung Aku adalah Bhrigu, di antara kata-kata Aku adalah satu patah kata OM, di antara yang dipersembahkan Aku adalah persembahan dalam bentuk japa (mengulang-ulang mantra atau puja-puji kepada Yang Maha Esa, atau bisa juga meditasi yang dilakukan secara diam-diam dan tenang), di antara yang tak dapat dipindah-pindahkan Aku adalah Himalaya.


26. Di antara pepohonan Aku adalah pohon Asvattha, di antara para resi suci Aku adalah Narada, di antara para ghandharva Aku adalah Citraratha, dan di antara yang telah disempurnakan Aku adalah resi Kapila.
Asvattha adalah pohon beringin yang suci. Narada adalah resi (dan juga dewa) yang dianggap amat agung dan suci sifatnya, dan dikenal karena sangat menggemari musik. Menurut ajaran Sang Narada ini, guna mencapai penerangan Ilahi, seseorang dapat saja menggunakan logika dan filosofi. Ghandharva adalah penyanyi-penyanyi di sorga-loka dan Chitraratha adalah pemimpin para musisi sorgawi ini.


27. Di antara kuda-kuda Aku adalah Uchaishvara yang lahir dari air-suci (tirta), di antara gajah Aku adalah Airavata, dan di antara manusia Aku adalah Raja.
Uchaishvara adalah kuda sorgawi yang didapatkan sewaktu para dewa dan para iblis (raksasa dan lain sebagainya) mengaduk lautan suci. (Ada kisahnya tersendiri di buku suci Hindu kuno.) Airavata adalah gajah sakti tunggangan Sang Batara Indra.


28. Di antara senjata Aku adalah halilintar, di antara sapi Aku adalah Kamadhuk, Sapi Kemakmuran; di antara leluhur (nenek-moyang) Aku adalah Kandarpa, Kasih Nan Kreatif; dan di antara ular Aku adalah Vasuki.


29. Di antara Naga Aku adalah Ananta, di antara makhluk-makhluk lautan Aku adalah Varuna, diantara pitri (arwah leluhur) Aku adalah Aryaman, dan di antara para penguasa Aku adalah Yama, Raja Maut.
Dalam mitologi Hindu, naga adalah sejenis ular raksasa dengan kepala manusia. Raja para naga ini adalah Ananta yang disebut juga Sesha, Sang Vishnu selalu duduk beristirahat di atas lingkarannya. Varuna, atau di Indonesia dikenal dengan nama dewa Baruna, adalah dewa laut. Sedangkan Aryaman adalah pemimpin para leluhur yang telah meninggal dunia. Yama dan saudari perempuannya Yami adalah pasangan manusia-manusia pertama. Setelah Yama meninggal dunia, maka ia pergi ke dunia yang lain untuk mendapatkan tugas sebagai pembuat hukum, sebagai hakim dan pemimpin mereka-mereka yang telah meninggal-dunia. la dikenal sebagai hakim yang amat adil dan tak memilih bulu dalam menjatuhkan putusannya, ia sering disebut juga dengan nama Dharmaraja.


30. Di antara Daitya Aku adalah Prahlada, di antara benda-benda yang mengukur Aku adalah Sang Waktu, di antara binatang yang buas Aku adalah raja-hutan (singa), dan di antara burung-burung Aku adalah putra sang Vinata (Garuda).
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 10

31. Di antara para penyuci Aku adalah sang Vayu (angin), di antara para pendekar (pahlawan) Aku adalah Sang Rama, di antara ikan Aku adalah Makara, di antara sungai Aku adalah sungai Gangga.
Makara adalah jenis ikan yang besar, masuk dalam kategori ini adalah buaya, ikan paus, dan lain sebagainya. Sungai Gangga seperti yang diketahui dianggap sungai tersuci oleh umat Hindu.



32. Aku adalah permulaan, akhir dan yang di tengah-tengah dari semua yang ada ini, oh Arjuna. Di antara ilmu-ilmu Aku adalah ilmu tentang Jati Diri (Sang Atman), Aku adalah logika diantara mereka yang berdebat secara benar.


33. Di antara huruf-huruf Aku adalah huruf "A," dan diantara persenyawaan (campuran dari beberapa unsur atau hal) Aku adalah yang sepasang. Aku juga adalah Sang Waktu Yang Abadi, dan Sang Pencipta Yang WajahNya melihat ke mana ke arah mana pun juga (ke mana-mana).
"A" adalah kata atau huruf pertama dalam alfabet Sansekerta. Yang dimaksud dengan sepasang di atas adalah pasangan kata kopulatif dalam bahasa Sansekerta seperti kata Ramalaksman, yang adalah kata pasangan dari dua nama menjadi satu. Kata pasangan semacam ini dalam bahasa Sansekerta makna dan nilainya lebih superior dan tegas dibandingkan dengan kata pasangan sejenis lainnya dalam bahasa ini. Sang Waktu Yang Abadi di sini adalah tidak lain dan tidak bukan Sang Kreshna sendiri atau dengan kata lain Yang Maha Esa, Yang juga adalah Kehidupan Yang Tak Akan Pernah Surut (Abadi), dan Tak Akan Pernah Tua. la juga Penguasa waktu dan adalah Sang Waktu itu Sendiri.


34. Aku adalah Kematian yang memusnahkan semuanya; dan Aku adalah Sumber dari setiap benda yang akan datang. Di antara sifat-sifat kewanitaan Aku adalah (sifat-sifat) kemasyhuran, keuntungan, bertutur-kata, daya-ingat, kepandaian, keteguhan dan rasa maaf yang disertai dengan kesabaran.


35. Di antara pujaan-pujaan suci Aku adalah Brihatsaman, di antara bait-bait suci Aku adalah bait Gayatri, di antara bulan-bulan Aku adalah bulan Margashirsha, dan di antara musim Aku adalah musim semi yang penuh dengan bunga-bunga.
Brihatsaman adalah salah satu puja-puji (mantra) yang paling agung dalam Veda-Veda. Sedangkan bait Gayatri adalah bait suci yang terdapat di dalam Rig Veda. Margashirsha (November-Desember) dikenal sebagai bulan-bulan yang suci dalam kalendar Hindu.


36. Aku adalah akal liciknya seorang penjudi, Aku adalah kehebatan dalam segala hal (atau benda) yang hebat, Aku adalah kesuksesan, Aku adalah tekad, dan Aku adalah kebaikan di dalam perbuatan-perbuatan (atau hal-hal) yang baik.


37. Di antara para Vrishni Aku adalah Vasudeva, di antara para Pandava Aku adalah Dhananjaya (Arjuna), di antara resi-resi Aku adalah Vyasa, dan di antara para penyair Aku adalah penyair Ushana.
Para Vrishni adalah keturunan Vrishni, yang merupakan putra Yadu dan adalah kakek-moyang dari Sang Vasudeva. Arjuna disebut juga Dhananjaya, yang berarti "pemenang kekayaan." Ushana dikenal sebagai seorang penyair dan resi suci pada masa yang silam.


38. Aku adalah simbol dari penguasa, bagi mereka yang mencari kemenangan Aku adalah PemimpinNya, diantara misteri-misteri yang tersembunyi Aku adalah diam (atau Keheningan) diantara manusia yang mengetahui Aku adalah Kebijaksanaan.


39. Dan ketahuilah, oh Arjuna, bahwasanya Aku ini adalah Benih dari segala benda. Tak ada sesuatu pun baik yang bergerak, maupun yang tidak bergerak yang dapat hidup tanpa Aku.


40. Tak ada kata akhir untuk manifestasi-manifestasiKu, oh Arjuna. Apa yangKu katakan semua ini hanya merupakan ilustrasi (singkatan) dari KeagunganKu Yang Tanpa Batas Ini.
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 10

41. Makhluk-makhluk apapun yang memiliki sifat-sifat yang agung, indah dan penuh kekuatan, ketahuilah bahwa semua itu mengalir dari sebagian kecil kebesaranKu.



42. Tetapi apa gunanya untukmu, oh Arjuna, pengetahuan yang terperinci ini? Ku sanggah seluruh alam semesta ini.Ku tunjang dengan hanya sebagian (setitik) kecil dari DiriKu, dan Aku tetap hadir dan ada.
Sang Kreshna telah menerangkan kepada Arjuna tentang manifestasi dan sifat-sifatNya (vibhuti) secara singkat tetapi juga sekaligus terperinci dengan penjelasan mengenai semua aspek-aspekNya seperti aspek fenomena, fungsi, aksi dan bentuk-bentukNya, semuanya dijelaskan dalam bahasa yang gamblang dan mudah dimengerti. Setelah panjang-lebar la menerangkan semua ini, lalu diakhiriNya dengan suatu pernyataan bahwa seluruh alam semesta ini hanyalah sebagian kecil saja dari DiriNya Yang Tak Terbatas dan sekaligus merupakan asal, penunjang dan akhir dari semuanya ini, dan la Yang Maha Esa tetap saja berkuasa dan nadir dalam segala-galanya, walaupun alam semesta ini berasal dari DiriNya juga. Semua yang terhebat, terbaik, tercantik dan terbusuk, terjahat adalah sebagian dari penciptaanNya, dan semua ini baru setitik saja atau sebagian kecil dari Yang Maha Kuasa. Jadi dapatkah kita membayangkan Apakah dan Betapa AgungNya Sang Pencipta ini? Dibalik pernyataan ini, sebaiknya kita harus belajar sesuatu yang tersembunyi di belakangnya, yaitu bukankah dengan kata lain Sang Kreshna ingin mengajar kita semua untuk mengenalNya lebih baik; dan untuk belajar mengenalNya bukankah sebaiknya kita belajar untuk mengenal alam ini dahulu. Kita seharusnya belajar mengenal ciptaan-ciptaanNya di alam sekitar kita dan di alam semesta dan baru kemudian belajar mengenalNya Yang penuh dengan mukjizat dan kegaiban yang tak dapat di bayangkan apa adaNya ini.
Coba saja perhatikan, jangan jauh-jauh, perhatikan tubuh kita sendiri, bukankah raga ini sebuah ciptaan yang maha hebat? Belum lagi ciptaan-ciptaanNya yang tersebar di seluruh alam semesta yang tak terbatas ini. Dan kalau kita mengenal dan sadar akan segala Kebesaran dan KeagunganNya ini, maka seyogyanyalah kita memujaNya dengan tulus dan rendah hati, dan bekerja sesuai dengan dharma-bhakti yang murni, tulus, yaitu demi dan untuk la semata dan tanpa pamrih. Dan seandainya seorang bhakta (pemuja) bersikap tulus semacam ini, maka Sang Kreshna pun akan hadir di dalam dirinya, memberkahinya dan memberikannya kekuatan untuk lebih mengenalNya, dan lebih mengenal ajaran-ajaranNya yang Agung dan Suci. Yang Maha Kuasa pun akan menghilangkan rasa takut dan khawatir bhakta ini, menghilangkan kebodohannya dan mengisi jiwa sang pemuja ini dengan Penerangan dan Keagungan serta Kesucian Ilahi. Om Tat Sat. Yang Maha Esa bahkan menjamin segala kebutuhan hidupnya, menjauhkannya dari segala mara-bahaya, dan percaya atau tidak Sang Kreshna akan hadir secara pribadi dengan caraNya yang misterius mengantar Sang Pemuja ini ke HadiratNya, tempat Yang Maha Esa bersemayam. Banyak sekali pengalaman-pengalaman dari para resi dan Orang-orang suci baik di zaman dahulu maupun pada abad modern ini, yang menunjukkan bahwa Yang Maha Kuasa hadir dengan caraNya Yang Unik dan terasa kehadiranNya oleh para pemujaNya, pada saat-saat tertentu dalam hidup kita dari masa ke masa. Sebelum diakhiri bab ini ada baiknya kita merenungkan diri pada untaian kata-kata yang dapat sering kita jumpai dan dapat dihayati oleh siapa saja, yang isinya kira-kira seperti berikut:
"Di mana ada iman,Di situ ada kasih. Di mana ada kasih, Di situ ada kedamaian.
Di mana ada kedamaian, Di situ ada kekuatan. Di mana ada kekuatan, Di situ ada Yang Maha Esa Di mana ada Yang Maha Esa, Di situ tak diperlukan sesuatu apapun lagi."
Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga, dialog antara Sang Kreshna dan Arjuna, maka bab ini adalah yang kesepuluh dan disebut: Vibhuti Yoga atau Yoga Manifestasi Yang Agung dan Suci
 
Bab 11- Transformasi Sang Kresna

1. Dengan kasih-sayangMu Dikau telah menyibakkan rahasia nan agung mengenai Jati Diri (Sang Atman), dan sabda-sabdaMu telah menghapus kebodohanku.

Sang Arjuna rupanya telah mulai sadar, dan pupus atau hapus sudahlah kebodohannya yang berbentuk moha (keterikatan, pada sanak-keluarga). Sabda-sabda Sang Kreshna bahwa Ia lah Sang Brahman, Sang Atman Yang Hadir dalam setiap unsur dan makhluk dan selalu bersifat abadi, membuat Sang Arjuna dipenuhi oleh rasa aman, damai, tentram dan sentosa. Sadarlah ia dari kegelapan yang selama ini menyelimutinya, dan tak ragu-ragu lagi ia menghadapi perang Baratayudha yang ada dihadapannya. Bukankah sebenarnya setiap saat, setiap hari adalah perang besar antara kita manusia dengan lingkungan disekitar kita, dengan hati-nurani kita, dengan keserakahan kita dan orang lain dalam berbagai bentuk seperti moha, loba, ahankara dan sebagainya.



2. Aku telah mendengar dariMu secara penuh, oh Kreshna, tentang kelahiran dan kematian yang ada, dan juga tentang keagunganMu yang tak terbinasakan.


3. Dikau adalah, oh Tuhan, Yang Maha Kuasa, seperti yang Dikau katakan tentang DiriMu. Tetapi aku berhasrat melihat bentukMu yang agung dan suci, oh Purushottama (manusia yang terutama).


4. Seandainya Dikau menghendaki, oh Tuhan, bahwa olehku dapat terlihat, maka bukakanlah kepadaku, oh Yang Maha Memiliki llmu pengetahuan (yoga), bentuk diriMu yang tak terbinasakan.
Arjuna yang selama ini telah mendengarkan sabda-sabda suci Sang Kreshna mengenai kelahiran dan kematian semua yang ada di dunia ini dan juga mengenai diri Sang Kreshna sendiri yang tak lain dan tak bukan adalah Yang Maha Esa Sendiri dengan segala-segala tindakan-tindakanNya yang kreatif dan penuh kasih terhadap semua makhluk, sekarang ini berhasrat sekali untuk melihat sendiri atau untuk membuktikan apa yang telah didengarkannya selama ini. Melihat dan membuktikan memang lebih meyakinkan daripada mendengarkan, maka Arjuna pun memohon Sang Yogeshwara (Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Pemilik Semua Ilmu Pengetahuan) agar sudi diperlihatkan kepadanya bentukNya yang suci dan agung itu, yang tak terbinasakan. Arjuna ingin sekali melihat Sang Kreshna dalam bentukNya sebagai Parameshvaram dan Purushottama, yaitu sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Agung, dan juga sebagai Manusia Yang Maha Kuasa dan Agung (Vishnu).


Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
5. Saksikanlah, oh Arjuna, bentukKu yang beratus-ratus dan beribu-ribu jumlahNya (rupaNya), yang suci, yang tak terhitung warna-warni dan bentuk-bentukNya.


6. Saksikanlah para Aditya, para Vasu, para Rudra, kedua Ashvin, dan para Marut. Saksikanlah, oh Arjuna, keajaiban-keajaiban yang tak pernah terlihat sebelum ini.


7. Saksikanlah hari ini, oh Arjuna, seluruh alam semesta dan isinya yang bergerak dan yang tak bergerak, dan apapun juga yang ingin dikau saksikan - semua terpusat pada tubuhKu.
Sang Kreshna segera menerangkan kepada Arjuna tentang bentuk-bentuk dan rupa-rupa yang akan segera disaksikan oleh Arjuna, yaitu yang tak terhitung jumlahnya dan bentuknya, maupun warna-warninya, yang merupakan gabungan dari para dewa seperti Aditya, yaitu dewa-dewa yang ada hubungannya dengan matahari, Vasu, Rudra (dewa-dewa malapetaka), Ashvin (dewa penolong orang-orang sakit yang dikenal sebagai tabib-tabib suci), Marut dan ciptaan-ciptaanNya yang terkecil dan tak terlihat oleh manusia. Sang Kreshna pun dengan senang hati ingin memperlihatkan kepada Arjuna bentuk-bentukNya yang bergerak dan tak bergerak bahkan seluruh kosmos (alam semesta) yang terkonsentrasi atau terpusat pada DiriNya Tetapi penyaksian Ilahi semacam ini tidak mungkin terlihat dengan mata duniawi, maka Sang Kreshna pun segera memberikan mata suci (divyam chakshuh) kepada Arjuna agar terlihat olehnya semua bentuk-bentuk suci dari Yang Maha Esa olehnya. Mata suci sebenarnya adalah matanya seorang mistik, seorang yang sudah sadar dan dapat "melihat kedalam." Ini mengingatkan kita kepada salah seorang nabi bangsa Yahudi yang pernah memohon kepada Yang Maha Esa, "Tuhan, bukalah matanya agar ia dapat melihat." Dan hal ini berlaku untuk kita semuanya, mohon dan berdoalah selalu kepada Yang Maha Esa agar dibukakan mata dan hati kita agar dapat kita melihat dan menyadari atau mengenalNya secara sejati. Sebenarnya semua jalan ke arah Yang Maha Esa sudah tersedia di sekitar kita, yang diperlukan hanyalah "membuka mata" kita sedikit saja.


8. Tetapi, sebenarnya, dikau tak akan dapat meyaksikanKu dengan mata duniawimu ini, makaKu berkahkan kepadamu mata suci. Saksikanlah yogaKu Yang Maha Dahsyat (kekuatan yang suci dan agung).
Sekarang tibalah saatnya Arjuna melihat bentuk Yang Maha Suci dan Agung di dalam diri Sang Kreshna. Di dalam diri Sang Kreshna nampak terpusat seluruh alam semesta dan semua itu terbuka untuk dilihat oleh Arjuna, dengan mata Ilahi yang dikaruniakan oleh Sang Kreshna.


Berkatalah Sanjaya:

9. Setelah bersabda demikian, oh raja, Yang Maha Agung dan Maha Menguasai Yoga, Hari (Sang Kreshna) kemudian membukakan diriNya Yang Maha Agung, Suci dan Perkasa kepada Arjuna.
Sang Kreshna yang disebut Mahayogeshvara (Yang Maha Mengetahui Yoga) kemudian memperlihatkan diriNya Yang Amat Dahsyat dan Penuh dengan keajaiban-keajaiban yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.


10. Dengan jumlah mulut dan mata yang tak terhitung banyaknya, dengan jumlah keajaiban-keajaiban yang tak terhitung nampaknya, dengan jumlah hiasan badan nan suci yang tak terhitung jumlahnya dan dengan senjata-senjata Ilahi yang tak terhitung banyaknya yang semuanya terlihat terangkat;
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 11

11. Dengan memakai kalungan-kalungan bunga dan jubah-jubah sorgawi semerbak mewangi dengan wewangian sorgawi, penuh dengan kemukjizatan, terang-benderang, tanpa batas dan wajah yang memandang ke setiap arah.
Sang Kreshna nampak kepada Arjuna sebagai suatu bentuk yang tanpa batas dan dalam manifestasiNya yang beraneka ragam, yang mulut dan mataNya tersebar di mana-mana tanpa dapat dihitung jumlahnya, yang juga nampak memakai jubah-jubah dan kalungan-kalungan bunga-bunga suci sorgawi. Juga nampak mengenakan hiasan-hiasan badan dan memegang senjata-senjata simbolis sorgawi di mana-mana dalam jumlah yang tak terhitung dan nampak semua senjata-senjata ini siap terangkat ke atas.



12. Kalau saja dapat seribu mentari bersinar pada saat yang sama, mungkin demikianlah kedahsyatan yang terpancar dari Makhluk Itu.
Terang-benderangnya atau kemerlapanNya begitu dahsyat sehingga dibandingkan dengan seribu mentari yang bersinar sekaligus, bayangkan bagaimana dahsyat Yang Maha Esa ini dengan segala kekuasaan dan keperkasaanNya.


13. Di situlah Arjuna menyaksikan seluruh alam semesta beserta segala isinya yang beraneka-ragam teruntai menjadi satu, di dalam raga Tuhan nya para dewa-dewa.
Dengan mata sucinya, Sang Arjuna melihat Yang Maha Esa, Tuhan dari segala tuhan dan dewa-dewa, melihat seluruh untaian kehidupan kosmos yang beraneka-ragam jumlahnya tanpa akhir tetapi teruntai menjadi suatu kesatuan di dalam Yang Maha Esa.


14. Kemudian, ia, Arjuna, penuh takjub, bulu-bulunya tegak berdiri, menundukkan kepalanya dan menyembahNya dengan kedua tangannya yang terkatub, ia berkata:

Arjuna yang penuh takjub dan gentar melihat penyajian Ilahi segera menyembahNya dan berkata:

Berkatalah Arjuna:
15. Yah! Kulihat sekarang bagaimana semua ini terselimut olehMu! Para dewa terdapat di dalam ragaMu yang agung, oh Tuhan! Sang Brahma bersemayam di singgasana-teratai, dan semua resi, ular-ular dan kekuatan suci!
Arjuna yang takjub dan ketakutan ini mulai menyenandungkan puja-puji kepada Yang Maha Esa dalam bentuk puisi atau syair. Ia melihat dan menerangkan semua pandangan di hadapannya. Dalam raga Sang Kreshna ia melihat semua bentuk-bentuk dewa-dewi suci dan seluruh alam-kosmos. Terlihat oleh Arjuna, Sang Brahma yang bersemayam di singgasana teratai (dianggap bunga suci oleh umat Hindu) yang berasal dari pusar Sang Vishnu, juga terlihat olehnya ular-ular suci, orang-orang yang bijaksana dan suci yang ditemuinya di dunia.


16. Dikau lah Tuhan dari semuanya ini.
Kulihat tangan-tangan dan dada-dadaMu,
Dalam bentuk yang beraneka-ragam, tetapi tak kulihat bagian tengahMu atau permulaan dan akhirMu!
Terlihat oleh Arjuna bentuk Sang Kreshna yang tanpa batas, dan hadir dalam berbagai bentuk sorgawi dan duniawi di setiap penjuru alam semesta, dan setiap bentuk ini lengkap dengan wajah, mulut, dada, dan sebagainya dalam suatu kesatuan kehidupan yang berlainan dan amat bervariasi. Dalam bentuk kaleidoskopik ini, Yang Suci dan Agung, Sang Kreshna hadir sebagai Yang Tak Bermula atau Berakhir. Semua aspek-aspek ini hadir dalam bentuk suciNya.
17. Kulihat Dikau dengan chakraMu, mahkota dan gada,


Kulihat Dikau gilang-gemilang di setiap arah sebagai satuan cahaya: terang-benderang bagaikan api yang membakar, bagaikan mentari yang bersinar di setiap sisi!
Kata-kata Arjuna di sini bisa juga berarti bahwa Sang Kreshna atau Yang Maha Esa hadir di mana-mana tanpa batas dan diskriminiasi, ibarat sinar matahari yang bersinar di setiap sisi dan sudut bumi ini secara adil dan merata.
18. Dikaulah Yang Aksharam - Yang Maha Esa,


Dikaulah tempat beristirahat semuanya yang ada di dunia ini,
Dikaulah penjaga dharma yang tak pernah binasa,
Dikaulah seseorang yang tak akan terlupakan!
Aksharam berarti yang tak terbinasakan. ia juga tempat bersemayam kita semua, sekaligus asal-usul dan akhir kita semuanya, beserta semua rencana dan hasil-hasil rencana kita. la juga Yang selalu menjaga agar dharma (kebenaran dan hukum kebenaran) selalu abadi dan langgeng dan selalu ditegakkan kembali pada saat-saat kezaliman berkuasa. la juga yang tak akan pernah terlupakan atau faktor utama di alam semesta ini, dan akan selalu hadir dan ada walaupun yang lainnya sudah binasa semua.


19. Kulihat Dikau, Tuhan! Sebagai Yang tunggal tanpa asal, tanpa tengah, tanpa akhir. Kulihat Dikau sebagai kekuatan dahsyat, tangan-tanganMu yang tak terhitung jumlahnya, rembulan dan mentari sebagai mata-mataMu, wajahMu bak api yang membara!
Arjuna melihatNya sebagai yang tak bermula, tak terlihat juga masa tengah maupun akhirNya, karena memang la tak pernah dilahirkan dan tak akan binasa. Yang Maha Kuasa banyak tangannya, ini menandakan kekuasaanNya dan kehadiranNya yang tanpa batas. Dan api yang membara yang terlihat oleh Arjuna adalah api pengerobananNya yang menghangatkan dunia ini dengan kebesaran dan kasih-sayangNya.


20. Dunia ini dari batas ke batas, dari kutub ke kutub, penuh dengan Dikau semata, seisi alam ini penuh! Melihat pemandangan yang menggetarkan dan menakjubkan dariMu ini, ketiga dunia ini tenggelam, oh Yang Maha Perkasa!
Seluruh alam semesta yang tanpa batas ini penuh dengan Yang Maha Esa semata, dan dengan penuh takjub dan gentar ketiga dunia beserta segala isi dan makhluk-makhluknya menunduk dan bersujud hormat kepada Yang Maha Esa.
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 11

21. Jajaran para dewa mendekat dan menyatu denganMu, mereka mengatubkan kedua telapak tangan mereka dengan ketakutan, MemujaMu!
Para Resi dan Siddha (mereka yang telah sempurna) berteriak, "Hidup, hidup!"
Dan menyanyikan puja-puji kebesaran untukMu!



22. Para Rudra, dan para Aditya, juga para Vasu, para Sadhya, Siddha, Vishva, Usmapa, para Marut, Ashvin, Yaksha, Asura, dan para Gandharava -- semuanya memandangMu dengan takjub!
Semua dewa-dewi dan penghuni sorgaloka dan loka-loka lainnya takjub akan kebesaranNya yang tanpa batas ini. Rudra (dewa-dewa bencana dan maut), Vasu (dewa-dewa kekayaan), Sadhya (dewa-dewa yang tinggal diantara sorga dan bumi), Aditya (dewa-dewa matahari), Vishva (dewa-dewa yang berhubungan dengan ketabahan), Marut (dewa-dewa yang berhubungan dengan udara), Ushamapa (dewa-dewa peminum hawa panas), Gandharva (para penyanyi sorgawi), Yaksha (dewa-dewa harta), Asura (setan-setan).


23. (Melihat) bentukMu yang perkasa dengan mulut dan mata, benda-benda dan kaki yang tak terhitung jumlahnya, dan tangan-tangan yang begitu luasnya, perut dan gigi yang tak terhitung banyaknya, seluruh loka-loka ini melihat dan tergetar, begitu pun daku!


24. Kulihat Dikau menyentuh langit-langit, membara dengan warna-warni mulutMu terbuka lebar dan mataMu bersinar-sinar, kala kulihat Dikau seperti ini; Kalbuku tergetar, kekuatanku sirna, dan aku tak memiliki kedamaian lagi.


25. Oh, tajam seperti baranya api Waktu, kulihat mulut-mulutMu yang bertaring menakutkan!
Aduh! Aku kehilangan semua akalku dan tak tahu di mana aku berada.
Tak kudapatkan kedamaian! Ampuni daku, Tuhan!
Oh, Tempat berlindung seluruh alam semesta ini!
Alam semesta dan isinya semua seakan-akan terkena "teror" yang maha-dahsyat melihat Yang Maha Esa dalam bentuk yang demikian ini, begitu ujar Arjuna yang kehilangan semua akalnya; takjub dan penuh gentar ia kini. la melihat Yang Maha Esa yang berdiri dan ubun-ubunNya mencapai lapisan tertinggi langit, seluruh alam semesta ini terlihat penuh dengan diriNya semata, dan terlihat juga la ibarat api kiamat, ibarat seorang raksasa yang bertaring dan menakutkan penuh dengan daya hancur yang maha-dahsyat. Yang Maha Esa tampak kepada Arjuna dalam bentukNya yang maha menghancurkan dan menggetarkan, yang dapat diartikan di sini sebagai juga hukum karma yang akibatnya amat menakutkan; seyogyanyalah kita sadar akan arti dan hakikat kehidupan ini dan selalu bertindak positif dalam setiap tindakan kita.


26. Ke dalam mulutMu yang terbuka lebar, dan bergigi menyeramkan dan terlihat menakutkan, masuklah mereka dengan amat cepat -


27. Semua putra-putra Dhritarastra, dan beserta mereka, para raja-raja, dan Bhisma, Kama, Dronacharya, dan semua pendekar-pendekar agung tuan-rumah kami, banyak terperangkap diantara gigi-gigi dan terlihat kepala-kepalanya, terjepit dan pecah dan berjatuhan menjadi debu dan binasa. Diantara geraham-gerahamMu tergeletak -pahlawan-pahlawan terbaik dari kedua laskar ini!


28. Bagaikan air bah sungai yang mengalir deras dan menyatu dengan lautan, begitulah para orang-orang kuat ini, pahlawan-pahlwawan agung ini, melaju deras masuk ke dalam mulutMu yang penuh dengan api yang membara! Melaju, dalam arus yang tak putus-putusnya dan hilanglah mereka!


29. Ibarat kawanan laron yang melaju cepat ke arah sebuah pelita — ke api yang membara - untuk mati didalamnya, begitu juga manusia-manusia ini, dengan kecepatan yang tinggi, melaju deras ke arah kematian mereka di dalam mulut-mulutMu yang membara.


30. Pada setiap sisi, dengan mulut-mulutMu yang membara dan menakutkan, Dikau menjilat loka-loka ini, melahap semuanya. CahayaMu yang terang-benderang, oh Vishnu, masih mengisi bumi ini dari ujung ke ujung: terbakarlah alam semesta ini!
Berputar-putar dengan roda Sang Waktu, para pendekar dan pahlawan dunia ini pun terjepit diantara gigi-gigiNya, yaitu perumpamaan dari Hukum Karma. Semua jajaran Kaurawa dan Pandawa melaju dengan kencang ke arahNya tanpa daya. Seperti sungai-sungai yang penuh air-bah yang melimpah mengalir deras ke arah lautan-lepas tanpa kendali, maka kita semua pun tanpa daya melaju kencang ke arahNya kembali begitu kita lahir di dunia ini. Perumpamaan yang kedua adalah ibarat kawanan laron (sejenis serangga) yang selalu mengorbankan dirinya dengan menabrak api atau lampu pada malam hari, begitu pula dengan kita manusia ini yang tanpa sadar sebenarnya sedang mengarah ke kematian kita setiap hari, setiap menit, setiap detik dan setiap saat, dan semua ini tanpa kita sadari. Yang kita "sadari" hanyalah menikmati semua kenikmatan duniawi selama mungkin, dan tidak pernah terbetik di dalam benak kita untuk apa sebenarnya kita ini lahir atau hidup, atau dilahirkan atau dihidupkan? Dan Yang Maha Esa di sini diibaratkan dengan mulut Yang Penuh dengan bara api yang membakar kita semua akhirnya. la menjilat dengan bara-apiNya seluruh alam semesta ciptaanNya Sendiri, dan akhirnya terbakar atau musnahlah alam semesta ini dalam DiriNya Sendiri. Dengan kata lain, semua yang berasal dari Dia kembali kepadaNya, tanpa kecuali.
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 11

31. Aduh Vishnu! Beritahukanlah daku siapakah DiKau ini. Mengapa bentukMu begitu menakjubkan? Aku memujaMu: Ampuni daku, Tuhan Yang Maha Agung! Aku ingin mengetahuiMu, Yang Maha Esa! Karena Tak kuketahui akan jalan-jalanMu!

Arjuna, pada saat ini ibarat telah kacau pikirannya, bukan saja ia amat takjub pada penampilan yang maha-dahsyat ini, tetapi juga sekaligus ia ketakutan dan gemetar akan kebesaran Yang Maha Kuasa yang tak ada tandinganNya ini. la pun bertanya-tanya bagaimana cara kerja sebenarnya dari Yang Maha Kuasa menunjang kehidupan di alam semesta ini, dan ketakutanlah ia melihat para pahlawan-pahlawan nan sakti dari kedua laskar di Barata-Yudha ini, semuanya melaju deras ke mulut Sang Kreshna (Sang Vishnu) yang amat menakutkan ini. Bukan saja mereka yang bersifat iblis, tetapi mereka yang dianggap baik pun melaju deras ke arah kematian. Segera ia memohon ampun kepadaNya karena gentarnya menghadapi Yang Maha Esa dalam bentukNya yang sukar dimengerti ini. Bukankah kita manusia ini sering sekali ingin melihat bentuk Yang Maha Kuasa, tetapi siapakah sebenarnya di dunia ini yang mampu melihatNya? Baru sebagian kecil dari bentukNya saja sudah menyeramkan, apa lagi bentukNya yang maha tak terbatas. Arjuna sendiri yang disebut pahlawan utama saja tidak mampu menahan gentarnya, apa lagi kita manusia awam.
Tuhan Yang Maha Esa, memang Maha Indah tetapi Ia juga Maha Menakutkan, ini adalah sebuah fakta yang harus kita terima. Ia adalah Maha Pengasih dan Penyayang tetapi juga adalah Maha membinasakan, terimalah ini sebagai suatu fakta untuk pelajaran dan penghayatan kita, agar hormat kita kepadaNya menjadi lebih sempurna lagi. Arjuna yang gemetar ketakutan dan merinding, bulu-bulu di sekujur raganya, jatuh berlutut dan memohon kepadaNya agar diberikan pengampunan. Ia juga memohon keterangan apa arti dari semua penampilan Yang Maha Esa ini? Apakah arti dari kebinasaan semua pahlawan dan manusia ini? Dan Sang Kreshna Yang Maha Pemurah pun mengabulkan permintaan Arjuna yang sedang dilanda rasa takjub yang luar biasa ini.



Bersabdalah Yang Maha Esa:
32. Aku adalah Sang Waktu, yang menghancurkan dunia ini! Sang Waktu Yang menumpas, saatnya telah tiba kini, dan matang bagi hancurnya para laskar ini: walaupun engkau lari, semua ini akan tetap binasa.
Sang Kreshna adalah Sang Kala (Waktu), Sang Waktu yang mematikan para laskar, pendekar dan pahlawan di Kuruksetra. Di alamNya Sang Kreshna tak ada waktu, atau kondisi-kondisi yang terikat pada waktu. Tetapi di dunia ini terciptalah waktu, yang sebenarnya adalah hasil ilusi manusia itu sendiri, seperti pagi dan malam, hari-hari, dan jam-jam, bulan-bulan dan tahun-tahun dan lain sebagainya, sehingga manusia itu sendiri terjebak di dalam waktu yang menjadi hasil karyanya sendiri. Sehingga semuanya oleh manusia diukur dengan waktu, baik itu pekerjaan maupun itu usia seseorang. Akibatnya manusia itu selalu berpacu dengan sang waktu, sehingga terciptalah juga kondisi-kondisi seperti waktu-kelahiran dan waktu-kematian. Kalau saja manusia tidak terikat pada waktu maka kita pun tak akan terikat kepada dunia ini dan segala ekses-eksesnya dan segala aspek-aspeknya seperti mati, lahir, hidup, dan lain sebagainya. Apakah sebenarnya yang kita cari di dunia ini, mengapa manusia selalu terburu-buru berpacu dengan sang waktu, seakan-akan semua akan menjadi berlarut-larut? Padahal semua ini hanyalah ilusiNya saja. Kita seharusnya sadar bahwa Sang Waktu Yang Sejati adalah Yang Maha Esa, Ia lah Yang Maha Tahu bila seseorang atau makhluk harus lahir dan harus mati, dan bila ia (seseorang) harus bekerja dan berfungsi semestinya seperti yang telah Ia atur.


33. Bangkitlah dikau, ayo! Dapatkanlah yang sudah diketahui!
Berperanglah dengan musuh-musuhmu! Kerajaan ini menantimu. OlehKu, dan bukan olehmu, semua ini telah terbantai, seakan-akan dikau yang membantainya! Jadilah alat Ku! Seranglah, wahai Kshatrya!
Arjuna boleh lari dari kenyataan ini, dan ia boleh saja melepaskan tanggung-jawabnya sebagai seorang pahlawan dan kshatrya dan ingkar dari kewajibannya, tetapi Yang Maha Kuasa yang menentukan apakah ia harus berperang, bekerja, bertindak atau tidak berbuat sesuatu apapun juga. Yang Maha Esa lah yang menentukan lahir dan matinya para Pandawa dan Kaurawa. Ia juga yang menentukan lahir dan mati kita semuanya beserta seluruh ekses-ekses kehidupan kita. Ia juga lah Sang Waktu Yang Sejati Yang Maha Mengetahui dan Menentukan Segala-galanya. Seyogyanyalah kita sadar akan hal ini. Om Tat Sat.


34. Menyeranglah dikau terhadap Drona! Dan seranglah Bhisma! Juga Kama, dan Jayadratha — semua pahlawan di sini. Ketahuilah sudah Kuputuskan mereka binasa! Janganlah gentar! Berperanglah dikau dan tumpaslah yang telah tertumpas ini!

Arjuna hanya diminta untuk menjadi alat atau instrumen Sang Maha Kuasa saja, karena kematian semuanya di Kurukshetra telah ditakdirkanNya sesuai dengan kehendakNya semata. Yang penting bagi Arjuna (dan kita tentunya) adalah usaha atau perjuangan yang 'simbolis' saja. Seyogyanya kita pun berperang terhadap hawa-nafsu dan angkara-murka yang meraja-lela di sekitar kita, dan kita pasti akan berhasil selama kita bekerja demi dharma-bhakti kita terhadapNya semata. Serahkan semua hasil atau buah dari setiap tindakan ini kepadaNya untuk ditentukan sesuai dengan keinginanNya, karena la juga Yang Maha Menentukan semuanya ini, kita hanya bertindak sebagai alat-alatNya saja.


Berkatalah Sanjaya:
35. Setelah mendengar kata-kata ini dari Sang Kreshna, Arjuna sambil mengatubkan kedua tangannya, dalam keadaan gemetar, membungkukkan badannya untuk bersujud. Penuh rasa gentar dan bersuara sengau, Arjuna sekali lagi menyapa Sang Kreshna.


Berkatalah Arjuna:
36. Oh Kreshna! Benar-benar dunia ini berbahagia menyaksikan kekuasaanMu yang tanpa Batas, dan memujaMu! Para raksasa yang ketakutan akan bentukMu lari tunggang-langgang, dan para Siddha bersujud kepadaMu.


37. Bagaimana mungkin mereka tak menghormatiMu, Tuhan! Oh Dikau Yang Agung dan Esa! Dibandingkan dengan Sang Brahma yang agung dan pencipta pertama, Dikau lah Yang Maha Agung! Dikau Tuhan para dewa! Yang Maha Pasti! Ada - dan Tiada, Yang berbentuk Makhluk dan Yang bukan Berbentuk makhluk, dan Yang lebih lagi dari keduanya ini - Itu Yang Maha Gaib - Yang Maha Esa!


38. Dikau adalah di atas para dewa. Dikaulah Manusia Abadi. Di dalamMu alam semesta terjamin kelestariannya! Yang Mengetahui dan Yang Diketahui -dua dalam satu adalah Dikau! Tujuan Yang Agung dan Suci, semuanya ada di dalamMu!


39. Oh, Dikau adalah Sang Vayu (Sang Bayu)! Dan Dikau adalah Yama (Kematian)! Agni (Api) dan Dikau adalah Sang Ombak! Dan Dikau adalah Sang Rembulan! Prajapati adalah Dikau. Bapak dari semuanya! Seribu kali aku berseru memujaMu!
 
Bls: Bhagavadgita Online Lanjutan Bab 11

40. Seru puja kepadaMu dari depan dan belakang! Dan seru puja di setiap sisi! Oh Semua! Dengan kekuatanMu, Oh Yang Tanpa Batas! Sendiri, Dikau mengelilingi semuanya.
Dikau Yang Esa di dalam semuanya, dan seyogyanya, Dikaulah SemuaNya!
Begitu kagum dan takjubnya Arjuna ini, maka mulailah ia bersenandung, memuja Yang Maha Esa sambil berpuisi. Bab ini adalah satu-satunya yang disusun dengan bentuk puisi karena ulah Sang Arjuna yang sedang tergetar jiwa-raganya melihat kebesaranNya Yang Tak Terbatas itu. Menurut Arjuna (di sloka-sloka di atas), seluruh alam semesta penuh dengan rasa kasih, hormat dan kesentosaan melihat dan menyaksikan kebesaran Yang Maha Besar ini. Di satu pihak para raksasa, syaitan dan iblis beserta sekalian kuasa-kuasa gelap berlarian jauh dengan penuh rasa ketakutan, maka di pihak lain para resi, orang-orang suci, dewa-dewi dan kuasa—kuasa yang terang datang bersujud di hadapanNya, memuja-muji Yang Maha Kuasa tanpa henti-hentinya.
Bukankah Ia lebih agung dari Dewa Brahma, sang pencipta dunia ini? Bukankah Ia juga Tuhan dari segala dewa-dewi dan tuhan-tuhan lainnya yang disembah manusia? Dan bukankah Ia juga yang memelihara alam semesta ini, dan bukankah semua yang bergerak dan dan yang tidak bergerak, semuanya datang dan pergi dari dan ke DiriNya juga? Ia juga yang disebut Sat (Abadi) dan yang disebut juga Asat(yang tidak abadi). Dan Ia juga yang disebut Tat Para, yaitu Itu Yang Maha Agung dan Suci. Ia juga Pemilik Semua Ini. Ia juga Maha Mengetahui dan Yang Maha Diketahui. Ia lah tempat tujuan kita yang maha agung dan suci, dan di dalam bentukNya seluruh alam semesta ini tersebar. DariNya juga terbentuk fenomena-fenomena alam seperti angin, hujan, kematian, api, rembulan, dan juga Prajapati dan para dewa-dewi. Arjuna juga melihatNya dari aspek-aspek lain seperti aspek kasih dan cinta Ilahi, sebagai bapak dari seluruh alam semesta dan kita semuanya, guru, teman, yang melindungi semuanya, sebagai Cinta-Kasih Yang Abadi, Kebenaran Yang Tak Terbinasakan, sebagai Kehidupan Yang Tak Pernah Sirna. Dan akhirnya, Arjuna dengan penuh takjub dan ekstasi menyatakan, "Dikaulah SemuaNya, Oh SemuaNya."



41. Sering aku berbicara kepadaMu secara gegabah, dan kupikir Dikau sebagai 'teman' dan tak kusadari akan kebesaranMu ini, dan kupanggil Dikau 'Kreshna,' 'Pangeran' atau 'Sahabat'!


42. Karena sayang dan juga karena ingin bercanda denganMu, sering kuberbuat salah terhadapMu, pada saat-saat kita sedang berbaring, duduk, bersantap atau sedang berduaan, atau sedang dengan yang lain-lainnya! Oh Yang Tak Berdosa, untuk ini (semua) kumohon kepadaMu! Maafkan! Maafkan kesalahan-kesalahan ku, Yang Maha Abadi!
Arjuna yang baru sadar bahwa Sang Kreshna yang selama ini dianggapnya teman bercanda (hubungan keduanya amat akrab) di bumi ini, ternyata adalah penjelmaan Yang Maha Esa, dan karena takut dan takjubnya, langsung secara amat spontan dan jantan ia pun meminta dimaafkan semua kesalahan-kesalahannya. Bukankah sering sekali hal-hal yang serupa kita alami juga. Kita sering memuja Yang Maha Esa dengan harapan la akan datang menolong kita dari penderitaan yang kita alami. Sebenarnya setiap saat la hadir dan menolong kita, tetapi dalam bentuk orang lain, atau makhluk lain, bahkan dalam bentuk sesuatu kejadian, yang tidak kita sadari, dan sering sekali kita mencemoohkan atau mengacuhkan semua ini. Kita sering lupa akan Dia karena kehidupan kita sehari-hari hanya diperhitungkan secara duniawi dan berdasarkan yang ilmiah-ilmiah saja, bahkan yang kita anggap rasional saja. Lupa kita akan kehidupan dan kemukjizatan spiritual, ke-gaiban-Nya yang maha tak terkirakan atau terpikirkan itu. Semua sering sekali kita anggap suatu kebetulan belaka, di dunia ini tiada sesuatu pun yang serba kebetulan, semuanya secara spiritual sudah terencana dan terkoordinir dengan baik, sampai ke hal-hal yang sekecilnya, ini harus dicamkan oleh kita semuanya. Kalau sadar akan hal ini, maka segeralah memohon maaf kepadaNya, karena Ia Maha Pemaaf dan Pengasih dan Penyayang kita semuanya.


43. Karena sekarang kuketahui Dikau adalah Bapak Agung dari semua yang dibawah dan semua yang di atas, dari semua loka-loka di seluruh alam semesta ini! Dikau adalah guru yang paling dikagumi dan tak tertandingi di seluruh loka-loka ini. Bagaimana mungkin ada seseorang di dunia ini yang lebih agung dari kebesaranMu? Dikau lah Yang Tertinggi, Tuhan, kupuja Dikau!


44. Dengan tubuh yang membungkuk dan menunduk, aku bersujud dan memohon karuniaMu, Oh Tuhan Yang kukagumi! Tunjanglah daku, ibarat seorang ayah yang menolong putranya, ibarat seorang sahabat yang menolong sahabatnya, ibarat seorang kekasih yang menolong yang dikasihinya!
Arjuna di sloka-sloka di atas menyebut Sang Kreshna sebagai 'Ayah atau Bapak semua loka-loka,' sebagai seorang guru yang tanpa tandingannya, dan Arjuna pun memohon kepadaNya agar Sang Kreshna sudi membantu, menolong dan menunjangnya ibarat seorang ayah yang menolong anak-anaknya, dan beberapa contoh-contoh lainnya seperti di atas. Dengan kata lain, sebenarnya Arjuna yang telah sadar akan KebesaranNya mohon agar sudi di kasihi dan dikaruniai oleh Yang Maha Kuasa. Barang siapa sadar akan kasih-sayang Ilahi Yang Tak Ada Taranya itu, maka orang ini pastilah seseorang yang telah mendapatkan penerangan dan kebijaksanaan yang tak ada taranya. la betul-betul telah sadar secara sejati akan Yang Maha Esa dan Segala KebesaranNya.


45. Telah kulihat Itu yang tak pernah terlihat sebelum ini — bentukMu yang menakjubkan! Hatiku bahagia tetapi penuh dengan ketakutan! Oh Tuhannya tuhan-tuhan! Gunakanlah tubuh duniawiMu, agar terlihat oleh mata duniawi (ini)!
Jiwa Arjuna tergetar terus melihat Kebesaran Yang Maha Kuasa ini, Yang Tanpa Batas dan tak pernah terlihat oleh siapapun sebelum ini. Tetapi karena ketakutan akan WujudNya ini, ia berseru memohon agar Sang Kreshna sudi kembali ke WujudNya yang semula seperti wujud manusiaNya, yaitu Sang Kreshna, agar Arjuna dapat menyaksikannya lagi dengan mata manusianya tanpa merasa gentar lagi.


46. Kuharap melihatMu seperti yang dahulu, berhiaskan mahkota, gada dan cakra di tangan, Oh Yang Bertangan Seribu, Oh bentuk Yang Universal, Mohon perlihatkan bentukMu sebagai Vishnu Yang Bertangan Empat!
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:


47. Yah! Telah kau lihat, Arjuna! Dengan karuniaKu dan melalu kekuatan Yoga, bentukKu yang agung dan suci, Yang Maha Luas,


48. Dan menakjubkan, sangat terang-benderang, tak ada habis-habisNya, Yang utama (pertama), Yang mengisi semuanya---Yang selain dikau tak pernah terlihat oleh yang lainnya sebelum ini!
Penglihatan ini tak dapat terlihat oleh Veda-Veda, atau para pangeran! Atau dengan pengorbanan, atau amal, atau dengan mantra-mantra, atau dengan puja-puji suci, atau dengan puasa yang berkepanjangan. Tak seorang pun di dunia ini dapat melihatnya, karena penglihatan ini hanya disimpan untuk dikau semata!
Sang Kreshna menerangkan kepada Arjuna bahwa penglihatan Ilahi yang dikaruniakanNya kepada Arjuna memang khusus telah disediakan untuknya semata dan tidak diperlihatkan kepada dewa-dewa atau yang lain-lainnya. Suatu penghormatan yang luar biasa bagi Arjuna karena dianggap murid dan pemujaNya yang sangat setia dan berdedikasi, bahkan puasa yang berkepanjangan atau penyiksaan diri yang diluar-batas pun tak dapat menghasilkan penglihatan Ilahi ini, juga tidak yagna atau amal dan perbuatan perbuatan baik lainnya. Hanya yang terpilih olehNya akan mendapatkan Karunia ini, seperti yang dikaruniakan kepada Arjuna yang disayangiNya.


49. Janganlah kalut! Janganlah dikau gentar, karena melihat bentuk yang menakutkan ini! Bebaslah dari rasa takutmu! Berbahagialah hatimu! Saksikanlah lagi bentukKu yang telah lama dikau kenal!
Berkatalah Sanjaya:


50. Setelah bersabda demikian kepada Arjuna, Sang Kreshna sekali lagi kembali ke bentukNya yang semula. Yang Maha Agung, setelah kembali ke bentuk yang lembut, menghibur Arjuna yang sedang ketakutan.
 
Back
Top