Kata-kata Indah Dan Syi'ir-syi'ir Tentang Hak Tetangga

nurcahyo

New member
Kata-kata Indah Dan Syi'ir-syi'ir Tentang Hak Tetangga

Sesungguhnya dalam Islam, tetangga mempunyai kemuliaan yang terpelihara dan tidak dikenal oleh undang-undang yang berkaitan dengan norma (ahlak) serta peraturan-peraturan manusia manapun. Bahkan, undang-undang dan peraturan-peraturan buatan tersebut menganggap remeh tentang kehormatan dan kemuliaan tetangga. Sebab pada umumnya meremehkan kehormatan tetangga itu lebih gampang untuk dilalukan, sedikit kesulitannya dan banyak kesempatannya dibanding dengan meremehkan kehormatan-kehormatan lainnya.

Dan tidak pernah tersebar dikalangan kita lagu-lagu picisan yang menyifati tetangga jendela kita dan lainnya, kecuali setelah kita ditinggalkan oleh ahlak kedermawanan dan keimanan, serta telah ditutup oleh gulitanya malam taklid dan gelombang-gelombang ghazwul fikri dan modernisasi. Sehingga seorang pemuda yang tolol dan murahan di kalangan kita akan mendendangkan lagu yang bercerita tentang tetangga perempuannya dan berisi sanjungan terhadapnya. Padahal perkara ini belum pernah dikenal di masa jahiliyah kita, lebih-lebih di masa Islam kita. Karena penyair kita yang cerdik [4] dan mempunyai kecemburuan (ghirah) terhadap kehormatan berkata tatkala berpapasan dengan tetangga perempuannya.

"Kutundukkan pandanganku di kala muncul tetangga wanita.
Hingga tetangga wanita terlindungi oleh rumahnya".

Sungguh Islam telah menumbuhkan akhlak kemanusiaan yang cemerlang di kalangan kita. Yaitu dengan terhimpunya nash-nash yang penuh berisi tentang pemeliharaan terhadap tetangga, perlindungan kehormatan, penjagaan atas kemuliannya serta menutup auratnya, menambal celahnya, menundukkan pandangan dari istrinya dan menjauhkan diri dari setiap yang membuat ragu terhadapnya serta menimbulkan sikap jelek kepadanya [5].

Kemudian terdapat juga syi'ir-syi'ir dari para penyair muslim dan para ulama yang berisi tentang hak tetangga dan pemeliharaan terhadap mereka. Di sini kami akan mengambil beberapa patah kata daripadanya.

Seorang penyair berkata :

Engkau adalah pakaianku dan kehormatan tetanggaku
Dan wajib bagiku untuk menjaga tetanggaku
Sesungguhnya tetangga jika jauh dari mata
Apa yang ditinggal dan dirahasiakan harus dijaga
Aku tak peduli apakah pintu ada tirai
Yang menjurai atau bahkan tanpa tirai.

Penyair lain berkata :

Aku katakan kepada tetangga tatkala datang membawa cela
Dengan menunjukkan kebenaran atau kebatilan.
Jika kebaikanku tidak sampai kepadamu padahal engkau tetangga
Maka tidak akan sampai dariku kepadamu kejelekan.

Dan yang ketiga berkata :

Mereka mencelaku tatkala aku menjual rumah dengan murah
Mereka tidak tahu bahwa tetangga disana membuat susah
Maka saya katakan kepada mereka, hentikan cacian karena,
Dengan tetangga, rumah menjadi mahal dan murah harganya [6]

Al-Qathani dalam Nuniyyah-nya berkata :

Jagalah olehmu hak dan tanggungan tetangga
Karena setiap tetangga muslim mempunyai hak yang dua.

Saya berkata : Yaitu hak Islam dan hak tetangga.

Dan dikatakan tentang tetangga yang dungu :

Tetangga berharap untuk menyendiri menjauhinya. [7]

Ibnu Abdil-Barr berkata [8] : "Ada tiga hal yang jika ada pada seseorang, maka tidak diragukan lagi akal dan keutamaannya : jika dia dipuji oleh tetangga, kerabat dan temannya.

Keruhnya kehidupan ada pada tiga perkara : Tetangga yang jelek, anak durhaka dan istri yang jelek ahlaknya".

Dari Hasan bin Isa An-Naisaburi [9] berkata :"Saya bertanya kepada Abdullah bin Al-Mubarak. Saya katakan kepadanya : Seseorang datang kepadaku dan mengadukan anak saya bahwa dia membuat masalah terhadap orang itu. Tetapi anak saya mengingkarinya. Sehingga saya tidak mau memukulnya, karena barangkali dia terlepas diri dari perbuatan tersebut. Dan saya juga tidak mau membiarkannya, sehingga tetanggaku marah kepadaku. Lalu apa yang harus saya perbuat ?

Beliau menjawab : Sesungguhnya anakmu barangkali membuat suatu masalah yang mengharuskan dia mendapat pelajaran. Maka perhatikan hal tersebut. Sehingga jika tetanggamu mengadukannya, maka berilah dia pelajaran karena kejadian tersebut. Dengan demikian, engkau telah membuat ridha tetanggamu dan telah memberi pelajaran kepada anak karena pebuatannya"

Dan dikatakan [10]:
Apiku dan api (dapur) tetanggaku adalah satu
Kupersilahkan kepadanya untuk menurunkan periuk sebelumku
Tiada yang membahayakan tetangga yang aku mendapinginya
Sehingga di pintunya tidak ada tirai yang menutupinya.

[Disalin dari buku Etika Bertetangga, karya Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid, alih bahasa Arif Mufi MF, Judul diatas merupakan salinan dari bagian pertama (pengantar umum) buku Etika Bertetangga, penulis Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid, alih bahasa Arif Mufid MF, hal. 11 - 18. terbitan Yayasan Al-Madinah - Surakarta]
________
Foot Note
[1]. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata di dalam Al-Fath (10/441) : 'Dikeluarkan oleh Ath-Thabari dengan sanad hasan
[2]. Akan datang rinciannya
[3]. Al-Bukhari memberi judul bab pada hadits yang disyarah tersebut dengan judul (hak tetangga pada pintu yang paling dekat), sebagaimana akan datang pada hadits nomor 15
[4]. Bait ini diucapkan oleh 'Antarah, dan terdapat dalam himpunan syi'irnya (hal. 308).
[5]. Al-Adab asy-Syar'iyyah wa al-Minnah al-Mar'iyyah (2/15-16), karya Ibnu Muflih.
[6]. Syakhshiyyah al-Muslim hal. 178-179, Muhammad Ali al-Hisyami
[7]. Siyar a'lam an-Nubala (4/552) dari Wahb bin Munabbih
[8]. Al-Adab asy-Syar'iyyyah wa al-Minnah al-Mariyyah (2/15-16), karya Ibnu Muflih.
[9]. Al-Muntaqa min makarim al-Akhlaq (nomor 10) karya al-Kharaithi, yang dihimpun oleh as-Silafi
[10]. 'Uyun al-Akhbar (2/193), karya Ibnu Qutaibah
 
Back
Top