Padi dan Beras : Segala permasalahannya

nurcahyo

New member
Henry Saragih: Mengatasi kelaparan bukan hanya dengan mengejar target pertumbuhan produksi pangan


Dalam mengatasi masalah kelaparan di Indonesia bukan hanya dengan mengejar target pertumbuhan produksi pangan. Alasannya, meskipun jumlah produksi makanan meningkat, belum tentu angka pertumbuhan itu akan mengatasi problem kelaparan yang terjadi. Karena bisa terjadi produksi yang meningkat itu hanyalah dikuasai oleh segelintir orang saja, yakni petani-petani pemilik tanah yang luas, atau perusahaan pertanian.

Demikian paparan Henry Saragih sebagai Sekjen Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) dalam Diskusi Nasional "Kebijakan Pangan Nasional: Politik Beras dan Kedaulatan Pangan" pada 25 Januari lalu yang diselenggarakan FSPI bersama PPNSI.

"Orang kelaparan bukan karena tidak ada makanan semata. Ketika makanan melimpah pun, kelaparan dapat terjadi. Misalnya, menurut Badan Pusat Statistik pada 2004, kelaparan terutama balita mencapai 28 persen, padahal di saat itu produksi padi kita melampaui kebutuhan domestik alias swasembada," ungkap Saragih.

Menurutnya yang diperlukan adalah suatu upaya memperbesar akses rakyat untuk memproduksi makanan tersebut, dan sekaligus orang-orang yang mengkonsumsinya. Untuk itu diperlukan upaya perombakan yang mendasar dalam penguasaan alat produksi, model produksi, dan distribusi produksi.

Aset dan akses reform atas tanah serta sarana lainnya bagi para buruh tani adalah jawaban bagi persoalan kelaparan. Produksi pangan tidak di tangan perusahaan tetapi justru dihasilkan dan dinikmati oleh keluarga tani. Sehingga perlu dilakukan distribusi dan redistribusi tanah pertanian pada petani.

Agar pelaksanaan pembaruan agraria dapat memenuhi rasa keadilan, maka pembaruan agraria harus dapat menyelesaikan semua konflik dan sengketa agraria yang telah terjadi dari masa lalu dan yang terjadi saat ini. Pemerintah juga harus berupaya untuk menciptakan peraturan yang tidak memberikan peluang terjadinya konflik agraria.

Penataan struktur agraria yang berhubungan di sektor pertanian dan kaum tani haruslah dimulai dari pelaksanaan program Landreform. Yaitu suatu upaya yang mencakup pemecahan dan penggabungan satuan-satuan usaha tani, dan perubahan skala pemilikan.

Kemudian dilanjutkan dengan peningkatan kemampuan petani dengan berbagai program-program pendidikan, upaya penyediaan subsidi, pemilikan teknologi pertanian, sistem distribusi/perdagangan yang adil, dan mendorong tumbuhnya organisasi-organisasi massa petani dan koperasi petani, serta infrastruktur lainnya.

Kemandirian pangan

Sementara itu dalam kesempatan yang sama Menteri Pertanian (Mentan), Anton Apriyantono menjelaskan bahwa ketahanan pangan yang kuat dicirikan oleh kemandirian pangan yang tinggi dalam menjamin penyediaan kebutuhan pangan di tingkat nasional, daerah maupun rumah tangga, di samping menjamin konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang di tingkat rumah tangga sepanjang waktu.

Upaya meningkatkan kemandirian pangan dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya, budaya lokal, teknologi inovatif, peluang pasar, peningkatan ekonomi kerakyatan, dan pengentasan kemiskinan.

Dalam rangka meningkatkan kemandirian pangan, pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk memfokuskan pengembangan pangan pada lima komoditas pangan strategis, yaitu: padi, jagung, kedelai, tebu, dan daging sapi. Produksi kelima komoditas ini diharapkan dapat mencapai tingkat swasembada sehingga ketergantungan terhadap pasar impor dan kemungkinan gangguan instabilitas penyediaannya dapat diredam.

"Berdasarkan data produksi padi nasional, kita telah mengalami surplus sejak tahun 2004, begitu pula pada tahun 2006 dengan produksi sebesar 54,66 juta ton GKG setara 32,03 juta ton beras. Maka apabila memperhitungkan produksi dan konsumsi terdapat surplus sebesar 51 ribu ton," jelas Apriyantono.

Selanjutnya dilihat dari sasaran produksi padi pada tahun 2007 sebesar 58,18 juta ton GKG terdapat kenaikan sebesar 3,53 juta ton GKG atau kurang lebih dua juta ton beras dari tahun 2006. Selain itu pemerintah juga akan melakukan impor 500 ton pada Januari-Februari 2007.

Menanggapi terget peningkatan produksi dua juta beras tersebut, Suswono dari Komisi III DPR RI mempertanyakan darimana target itu didapatkan pemerintah. Menurutnya, anggaran yang telah disepakati DPR tidak memungkinkan untuk memenuhi target itu.

Namun demikian pihaknya tetap mendukung program peningkatan target produksi beras tersebut bila kebijakan pemerintah itu tepat dengan melihat saat produksi pangan dan paceklik, petani tetap sejahtera. Menurutnya pemerintah di sektor pertanian merupakan leading sector, sementara sektor lainnya mendukung. Namun sejauh ini belum ada koordinasi antar sektor pertanian, pekerjaan umum, pemda dan perdagangan.

Suswono juga menyatakan bahwa gerakan meningkatkan produksi pangan lebih tepatnya adalah gerakan ketahanan pangan. Dimana kemampuan petani untuk memproduksi dan membelinya dapat meningkat.
 
Pesta panen raya masyarakat Balangan, lestarikan budaya pertanian organik

Pesta panen raya masyarakat Balangan, lestarikan budaya pertanian organik



Upaya mempertahankan metode pertanian tradisional dan bibit lokal ternyata masih ada, kendati dilakukan secara terbatas. Itulah yang tercermin dari penyelenggaraan pesta adat syukuran panen padi Aruh Baharin yang dilaksanakan di Desa Kapul, Kecamatan Halang, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Sejak tanggal 23 Agustus 2006, selama tujuh hari, Masyarakat Adat Dayak Desa Kapul, menyelenggarakan perayaan Aruh Baharin yang diselenggarakan setiap tiga atau lima tahun sekali.

Perayaan ini bertujuan untuk melestarikan budaya pertanian dan bercocok tanam padi organik yang dilakukan oleh masyarakat adat Dayak sejak ratusan tahun yang silam. Seperti telah diketahui bahwa secara turun-temurun masyarakat Dayak mengembangkan pertanian organik, khususnya padi, tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimiawi. Pertanian organik yang dianggap mencerminkan budaya tradisional dan keterbelakangan, saat ini justru dinilai sebagai sistem pertanian yang sesuai dengan kaidah-kaidah kemanusiaan dan lingkungan hidup.

"Oleh karena itu, masyarakat Dayak di Kalimantan yang memiliki adat dan tradisi harus tetap dibela, tidak boleh dihilangkan. Pembelaan tidak dengan kekerasan," kata Panglima Komando Pertahanan Adat Daya Kalimantan, Lukas Kapung".

"Bagi masyarakat Dayak Kalimantan, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah final, sehingga hak-hak masyarakat adat juga harus dihormati," tambahnya.

Namun kelemahan masyarakat adat selama ini umumnya tidak adanya perlindungan dari negara, sehingga mereka menjadi termarjinalisasi akibat persaingan dan penyingkiran. Perlindungan yang paling strategis adalah jika masyarakat adat diberdayakan dengan menyadarkan mereka tentang hak-hak yang mereka miliki. Dalam hal ini perayaan pesta adat Aruh Baharian merupakan salah satu usaha untuk menggugah para pihak yang peduli dengan masyarakat adat untuk memberi perhatian dan memberdayakan mereka.

Pesta adat tersebut dimeriahkan dengan tarian ritual yang diberi nama Batandik untuk mengekspresikan rasa bersyukur dan keagungan penguasa alam dengan mempersembahkan identitas kebudayaan dan kehidupan mereka berupa perahu naga dan rumah adat Dayak Balangan. Dua miniatur perahu dan rumah adat tersebut kemudian dihanyutkan ke Sungai Balangan. Selama tujuh hari tujuh malam masyarakat yang ikut dalam pesta adat tersebut dapat menikmati makanan khas adat Dayak Balangan dan memotong hewan kurban.
 
Mekanisme pengelolaan benih padi

Mekanisme pengelolaan benih padi


Untuk meningkatkan produksi beras nasional, perlu diupayakan penggunaan benih bermutu dengan memenuhi syarat ?Tujuh Tepat? yaitu: tepat mutu, tepat varietas, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat jenis, tepat harga.

Hasil analisa (sampel dari petani-petani mitra belajar Gita pertiwi di wilayah Kecamatan Widodaren dan Ngrambe ? Ngawi) terhadap potensi petani produsen benih per musim tanam, diketahui kelompok tani dari 6 dusun dengan dimotori 10 orang petani sebagai produsen benih hanya dapat menghasilkan benih padi kurang lebih 10,3 ton pada musim tanam yang ke-2 (untuk musim tanam pertma hasil benih relatif sedikit).

Kebutuhan petani akan benih di satu Kecamatan, untuk satu musim tanam rata-rata 49 ton. Kesenjangan benih yang ada dan permintaan pasar yang tinggi, menjadi peluang bagi organisasi tani dalam menyediakan benih yang bermutu bagi petani konsumen kata Setiawan selaku panitia Workshop pemetaan dan Pendokumentasian Jaringan petani produsen Benih dan Pemasaran Benih, 21 ? 23 September 2005.

Upaya mencukupi kebutuhan benih dengan kualitas yang baik dan harga bersaing, petani perlu menggalang kekuatan dengan berkelompok dan berjaringan, lebih lanjut.

Pada era globalisasi, kemajuan teknologi adanya kecenderungan mengembangkan pembuatan benih-benih hibrida dan benih-benih hasil rekayasa genetik dengan ciri-ciri keunggulan produktivitas tahan terhadap penyakit dan hama, daya tahan dalam penyimpanan, peningkatan kualitas mutu dari aspek gizi dan sebagainya, tegas Hari Hartiko pakar Bioteknologi UGM.

Kedua jenis benih tersebut dibuat oleh perusahaan-perusahaan besar di negara-negara maju teknologi. Perusahaan menjamin keberlanjutan penjualan produk, melalui sistem ketergantungan konsumen akan produk perusahaan dengan biaya promosi tinggi dan iming-iming. Oleh karena itu produk-produk tersebut sengaja dibuat hanya sekali tanam (sekali pakai), lebih lanjut

Benih hibrida adalah benih yang dikembangkan melalui persilangan dua induk dengan ciri-ciri tertentu, dan hasilnya disilangkan kembali diantara keturunan-keturunan beberapa kali dan proses persilangan merupakan rahasia perusahaan. Hasil persilangan terakhir menunjukkan ciri-ciri keunggulan hanya sekali tanam saja, artinya keturunan tersebut ditanam ulang maka keunggulan tersebut akan hilang. Benih ini yang dipasarkan dalam skala global.

Benih transgenik adalah benih-benih yang dihasilkan oleh tanaman transgenik, artinya tanaman yang telah direkayasa bahan materi genetiknya, mendapat tambahan gen/gen-gen yang berasal dari makhluk/organisme lain (tanaman, jamur, hewan, bakteri, virus, bahakan juga manusia). Menurut Hari, umumnya benih transgenik merupakan benih hibrida (perlu dicatat bahwa benih hibrida belum tentu benih transgenik, tetapi benih transgenik hampir dipastikan merupakan benih hibrida).

Bagaimana menghadapi dan menyikapi pasar global benih?

1.Petani adalah pengusaha benih, membuat benih sendiri yang dikembangkan dari varietas unggul lokal;

2.Mempelajari dan menguji benih skala multi-lokasi;

3.Membuat sertifikat sendiri setelah uji Multi-Lokasi, membuat anjuran pengelolaan lapangan serta lebih menggiatkan pertanian Organik.

Menurut Djarwo dari Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Tujuan sertikikasi benih untuk menunjang pengadaan benih bermutu melalui perbanyakan benih bersertifikat, sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura.

Petani berhak mengembangkan sendiri benih-benih lokal, yang menjadi pertanyaan kemana benih-benih lokal akan dikembangkan, kearah hasil (kuantitas) atau kualitas?. Perlu juga dikembangkan cara/teknik pengelolaan dan penyimpanan benih, agar menjamin daya kecambah dan kegigasan benih, berapa lama benih dapat disimpan dan kedua sifat tersebut tetap terjaga.

Dengan demikian menurut Hari, komunikasi antar petani sangat memegang peranan untuk berhasil menjadi mandiri; dari petani untuk petani dan pemerintah tinggal memfasilitasi kegiatan tersebut.
 
Uji coba padi lokal

Uji coba padi lokal

Pada pertengahan tahun 2000 kami mencoba padi pandan wangi yang berasal dari Boyolali dengan penerapan pupuk kompos dan pestisida alami. Untuk tahap pertama, kurang berhasil dengan produksi 60-70% dibanding padi unggul.

Bila padi unggul produksinya 4,5?5 ton/ha, hasil uji coba tahap pertama yang kami lakukan berproduksi sekitar 3,5?3,75 ton/ha.

Berdasar pengamatan yang kami lakukan, salah satu penyebabnya adalah rendahnya daya tumbuh benih. Benih yang kami peroleh daya tumbuhnya hanya 60%. Dengan pemupukan seperti yang dilakukan seperti biasa, ternyata tanaman padi roboh.

Masalah itu kemudian kami bahas dalam pertemuan kelompok. Pertemuan menghasilkan kesepakatan bahwa terlalu banyak penggunaan pupuk kimia akan menjadikan tanaman mudah roboh. Dan disimpulkan bahwa padi pandan wangi kurang begitu membutuhkan pupuk kimia seperti halnya jenis padi unggul.

Bersama teman?teman petani tiga kelompok di Desa Kedung Poh, pada musim tanam berikutnya mencoba lagi, ternyata hasilnya ada peningkatan dibandingkan uji coba pada tahap pertama.

Pemupukan yang dilaksanakan adalah pupuk dasar kompos, pupuk susulan masih memakai pupuk ponska, namun dosisnya diturunkan 50% dari biasa, begitu juga pupuk susulan kedua menggunakan ponska dengan dosis 50% dari biasa.

Ternyata hasil panennya sudah mendekati hasil padi unggul. Bila padi unggul di Nglipar dan sekitarnya produksinya saat itu 4,5?5 ton/ha, hasil uji coba tahap kedua mencapai 4,5?4,65 ton/ha.

Pengembangan kompos dan bakteri stimulan

Karena benih lokal memerlukan banyak pupuk kompos, maka kami bersama kelompok mengembangkan kompos dengan menggunakan bakteri stimulan (penunjang).

Ternyata kegiatan ini sangat membantu petani dalam menekan biaya pupuk yang harus dikeluarkan.

Pengembangan kompos dijalankan petani secara individu. Bila ada masalah yang timbul dibahas dalam pertemuan kelompok yang secara rutin kami lakukan.

Pada tahap awal penerapan pupuk kompos memang agak sulit dan banyak kendala. Setelah terbiasa gampang dilakukan dan banyak manfaatnya.

Manfaat yang kami rasakan dengan menerapkan pupuk kompos antara lain:

1. Mengembalikan kesuburan tanah yang sudah rusak.

2. Tanah menjadi gembur dan mudah diolah.

3. Tanaman lebih tahan kering.

4. Rasa beras yang dihasilkan lebih enak.

Proses pembenihan

Belajar dari pengalaman uji coba benih lokal, khususnya tentang rendahnya daya tumbuh (benih yang kami terima yang hanya 60%), bersama Lesman dan 18 kelompok yang ada di Kecamatan Nglipar sepakat membentuk forum benih dengan kegiatan: identifikasi benih lokal yang ada di Gunung Kidul; mengkoleksi benih lokal untuk uji coba; uji coba untuk penelitian; penelitian untuk pengembangan.

Kami dan teman-teman lakukan berhasil dikumpulkan 18 varietas padi dan ketan antara lain: padi mayangan, manurun, tangkilan, srunen, slegreng, pandan wangi, menthik wangi, molog, mandel, langsep, cempo putih, singkarak.

Sedang jenis ketan: glempo, salome, serang, hitam.

Uji coba yang dilakukan ada dua tingkat, yaitu pada tingkat individu dan kelompok. Percobaan di tingkat individu dilakukan di lahan masing-masing, sedangkan untuk kelompok dilaksanakan di lahan uji coba.

Hasilnya digabungkan dan dibahas dalam pertemuaan forum bulanan yang dihadiri oleh perwakilan kelompok anggota forum benih.

Dari pengalaman yang ada ternyata hasil yang diperoleh hampir sama. Melalui SL benih, tukar pengalaman tentang seluk beluk benih, untuk tahap pertama hasil masih jauh dari yang diharapkan.

Untuk tahap selanjutnya dengan pembenahan di sana?sini, kami bersama teman-teman yakin hasilnya akan lebih baik, sebab merupakan proses mempertemukan pendapat dari perwakilan 18 kelompok tidaklah mudah.

Namun kami petani Nglipar khususnya dan petani Gunung Kidul umumnya yakin benih lokal akan kembali menjadi kekayaan petani.

Hal ini terbukti dari makin banyaknya dukungan dari teman-teman petani dan pengakuan dari teman-teman PPL serta Dinas Pertanian Kecamatan.

Dari pengamatan yang kami lakukan, ternyata ada perbedaan antara benih padi unggul dengan benih padi lokal. Perbedaan terletak pada akar. Akar benih lokal lebih panjang 2-3 cm, sehingga benih lokal lebih tahan kering bila dibanding dengan benih unggul.

Batang padi lokal juga lebih kuat dari padi unggul. Kelebihan padi lokal lain adalah bisa ditanam lebih dari satu kali dengan hasil sama atau lebih banyak dibanding musim tanam sebelumnya.

Benih lokal yang kami kembangkan telah tersebar sampai ke desa-desa sekitar bahkan sampai ke kecamatan lain.

Tahun l996 kami mewakili kelompok untuk sharing pengalaman ke NTB selama 21 hari tentang pertanian alami dan penerapan PHT, budi daya sayuran dan padi yang selama ini kami dan teman-teman lakukan di daerah Gunung Kidul.

Demikian pengalaman yang dapat kami sajikan. Banyak kurangnya kami mohon masukan dari teman-teman agar dikemudian hari dapat kami perbaiki bersama teman-teman petani di daerah kami.

Darsini (48) adalah petani organik tinggal di Gojo, Rt02/Rw01, Kedung Poh, Nglipar, Gunung Kidul.

(Catatan Redaksi: tulisan diambil dari buku "Belajar dari Petani. Kumpulan Pengalaman Bertani Organik," editor Wangsit St dan Daniel Supriyana, diterbitkan oleh SPTN-HPS - Lesman - Mitra Tani)
 
Benih Padi Tahan Rebah Hasil Radiasi Cocok Digunakan

Benih Padi Tahan Rebah Hasil Radiasi Cocok Digunakan


Jakarta, Kompas - Benih padi Mira-1 yang diandalkan sebagai varietas padi tahan rebah saat ini cocok dipergunakan untuk mengantisipasi dampak musim hujan di berbagai daerah. Varietas padi ini merupakan hasil radiasi nuklir oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan.

"Pada musim hujan sering timbul angin kencang yang dapat menimbulkan tanaman padi rebah dan mati. Varietas padi Mira-1 sudah dipersiapkan dengan batang yang lebih kokoh sehingga lebih dapat diharapkan menjadi tahan rebah," kata Kepala Bidang Pertanian Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan Suharyono di Jakarta.

Suharyono mengatakan, Batan tidak dapat memproduksi benih padi tersebut secara komersial. Namun, melalui Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat, saat ini dapat dihasilkan benih padi Mira-1 sebanyak 54 ton.

Diharapkan, benih sebanyak itu dapat didistribusikan, terutama di berbagai wilayah yang memiliki kecenderungan angin kencang yang dapat menimbulkan tanaman padi rebah dan mati.

Proses untuk mendapatkan benih padi Mira-1 ini, lanjut Suharyono, adalah melalui persilangan varietas unggul dengan varietas padi untuk produksi nasional. Kemudian dari hasil persilangan tersebut diradiasi nuklir untuk mendapatkan galur muatan yang diharapkan.

"Galur-galur muatan kemudian diseleksi dan tahun 2006 galur mutan yang diharapkan, seperti Mira-1 ini, mendapatkan sertifikasi dari Departemen Pertanian," kata Suharyono.

Sementara itu, Kepala Bidang Promosi Batan Dedy Miharja mengatakan, tahun 2006 tidak hanya varietas Mira-1 yang memperoleh sertifikat Departemen Pertanian sebagai benih radiasi nuklir dari Batan. Jenis padi untuk lahan kering berupa padi gogo varietas Situ Gintung juga disertifikasi. "Benih padi hasil radiasi nuklir untuk lahan basah masih ada 13 varietas lagi," kata Dedy.

Varietas padi untuk lahan basah lainnya, lanjutnya, meliputi Atomita I-IV, Cilosari, Winongo, Kahayan, Woyla, Meraoke, Diah Suci, Mayang, dan Yuwono. Untuk kedelai, Batan juga menghasilkan benih hasil radiasi nuklir dengan varietas Muria, Tengger, Meratus, dan Rajabasa.

"Di berbagai negara, rekayasa bibit tanaman pangan hasil radiasi memang banyak dihasilkan dan aman. Tujuannya, untuk mendukung ketahanan pangan," kata Dedy. (NAW)


Sumber: Kompas
 
Rekayasa genetika padi tidak berguna dibanding praktik pengembangan padi tradisi

Greenpeace: Rekayasa genetika padi tidak berguna dibanding praktik pengembangan padi tradisional



Padi merupakan bahan makanan pokok penting yang dikembangkan 100 negara lebih. Secara teratur lebih dari dua milyar manusia mengkonsumsinya sebagai sumber utama protein. Namun produksi padi berada pada kondisi kritis, jika ke depan, tidak ada perlindungan terhadap keanekaragaman padi, petani, produser, dan konsumen.

Laporan Greenpeace Internasional, Future of Rice menyoroti masalah perkembangan produksi padi dan cara ilmiah yang digunakan petani di seluruh dunia dalam memecahkan masalahnya. Laporan tersebut menganalisa metode produksi padi berkelanjutan dengan sistem pengembangan padi tradisional.

Penulis laporan, Dr Emerlito Borromeo dan Dr Debal, juga menguji teknologi rekayasa genetika (transgenik) yang sering dipuji sebagai cara pemecahan masalah pertanian yang cepat. Hasil analisanya menunjukkan bahwa rekayasa genetika tidak berguna ketika dibandingkan dengan penyilangan padi lainnya dan praktik pengembangan padi tradisional. Bioteknologi yang disebut juga transgenik itu tidak dapat diprediksi (diperkirakan), mahal dan berisiko bagi kesehatan manusia, komunitas pertanian dan lingkungan di wilayah pengembangan padi.

Mereka mencontohkan adanya penurunan dalam penggunaan zat kimia pada pertanian di Philipina dan Iran, penurunan penggunanaan zat kimia dan peningkatan hasil panen dan pendapatan di Vietnam sebagai hasil program yang mengurangi penggunaan zat kimia dan peningkatan pemupukan yang efisien. Di India, petani dapat mengurangi hama tanaman dengan memanfaatkan predator seperti Wasps.

Di Myanmar, Serangga predator yang tersebar di lahan, memakan telur hama yang menjadi masalah. Sedangkan di Cina dan beberapa negara lainnya menggunakan ikan atau bebek di lahan padi untuk mengurangi hama. Maka hasil panen pun meningkat, sumber protein dan pendapatan bertambah ketika ikan atau bebek dipanen.

Sementara itu pada tahun 2006, terjadi dua kasus padi transgenik yang tak berijin atau ilegal. Padi transgenik ilegal itu mengkontaminasi suplai padi secara global. Dua peristiwa itu menimbulkan ketakutan akan adanya dampak nyata dalam pengembangan padi transgenik di dunia. Melalui lahan percobaan saja sistem suplai padi yang luas dapat terkontaminasi.

Akibatnya, petani, penggilingan, pedagang dan pengecer di sekitarnya mengalami pembengkakan biaya, meliputi biaya pengujian, biaya penarikan kembali, penundaan permintaan, larangan impor, kerusakan merk, dan ketidakpercayaan konsumen. Ada fakta yang menunjukkan bahwa varietas padi Cina mungkin berbahaya bagi kesehatan manusia. Sementara tidak ada data yang cukup bahwa padi Amerika Serikat (AS) aman.

Tidak ada varietas padi transgenik hasil uji coba Amerika Serikat atau Cina yang diijinkan sebagai bahan konsumsi di mana pun di dunia. Padi transgenik ilegal itu tidak hanya mengkontaminasi suplai padi di dua negara itu tetapi juga pasar padi seluruh dunia.

Para petani dan pedagang pun menyampaikan gugatan class action terhadap Perusahaan CropScience, untuk bertanggungjawab atas kontaminasi yang terjadi. Beberapa negara juga menghentikan pembelian padi Amerika Serikat.

Laporan ini tidak hanya menganalisa biaya dan risiko pengembangan padi transgenik. Laporan ini juga membahas berbagai pertimbangan mengapa kita seharusnya memanfaatkan pengetahuan petani dalam pengembangan padi ribuan tahun lalu dan memadukannya dengan bioteknologi modern terbaik, bukan rekayasa genetika (transgenik), tetapi ilmu pengetahuan yang tepat, dapat diprediksi, dan dapat diterima masyarakat.

Menurut perkiraan sebanyak 140.000 varietas padi telah dikembangkan selama perjalanan sejarah pertanian. Beberapa diantaranya telah dikembangkan dengan tujuan khusus. Padi dirancang dapat tumbuh pada iklim atau tipe tanah tertentu, tahan penyakit atau hama tertentu, dapat tumbuh di kedalaman air, dan tahan hidup dalam kekeringan. Ciri keanekaragaman dan varietas padi ini merupakan padi yang diinginkan di masa depan.

Perusahaan besar pun mengembangkan teknologi rekayasa genetika (transgenik) dengan mengambil pengetahuan umum tentang padi dan menggantinya dengan teknologi lain. Ketika Monsanto atau Bayer, Syngenta atau Dow mempromosikan padi transgenik yang dipatenkan, mereka menuntut petani membeli benih baru setiap tahun. Mereka juga mempromosikan produk kimianya yang harus digunakan pada padi yang dipatenkan. Mereka pun menentukan perusahaan yang akan mengontrol akses dan harga makanan, keragaman jenis pangan dan keamanan makanan yang kita makan.

Apakah teknologi varietas padi itu memberi peningkatan besar-besaran di lahan atau mempunyai kemampuan mencegah penyakit atau hama? Apakah mereka memberi pengurangan zat kimia dan pupuk dalam jangka panjang yang akan memperbaiki lingkungan, kualitas makanan atau kesehatan pekerja sawah?

Laporan ini memberi kejelasan, bahwa transgenik bukanlah cara yang akan memecahkan masalah. Semua hanya janji ketika mengabaikan kesehatan, konsekuensi teknologi terhadap lingkungan dan ekonomi yang tidak terkontrol. Padi transgenik mengancam penghasilan petani, kesehatan konsumen, keragaman pangan yang khas dan kesehatan tanah sebagai penyuplai pangan.

Secara alami yang dihadapi petani sekarang adalah masalah penyakit dan hama pada produksi padi. Sementara klaim bahwa padi transgenik akan mengurangi penggunaan zat kimia, memecahkan masalah penyakit dan hama serta memenuhi pangan dunia yang kelaparan adalah salah. Laporan ini memperjelas bahwa pengembangan transgenik adalah untuk memenuhi keuntungan perusahaan bukan memenuhi kebutuhan pangan dunia yang kelaparan.

Akhirnya, laporan ini memberi solusi pemecahan yang bermanfaat seperti pengetahuan petani, keanekaragaman varietas padi, dan pengembangan area secara ekologis. Beberapa diantaranya dengan memadukan sistem bertani yang tidak hanya memecahkan masalah penyakit dan hama tetapi juga menciptakan sumber pendapatan tambahan dan makanan untuk petani dan komunitasnya.

Solusi itu menjamin keberlanjutan pertanian dengan mengontrol lahan dan hasil panennya melalui pengurangan dampak lingkungan dan kesehatan akibat pengembangan pertanian industri dalam skala luas dan sistem pertanian monokulture dengan zat kimia yang intensif.
 
Komite Keamanan Pangan Eropa bahas kontaminasi padi transgenik di EU

Komite Keamanan Pangan Eropa bahas kontaminasi padi transgenik di EU



Komite Keamanan Pangan Eropa (European Food Safety Committee) kemarin (11/9) mengadakan pertemuan untuk menentukan sikap terhadap potensi meluasnya kontaminasi padi rekayasa genetika (transgenik) pada rantai komersial padi di Uni Eropa (EU). Dalam siaran persnya Greenpeace Internasional juga meminta agar EU memberi jaminan untuk menghentikan kontaminasi lebih lanjut.

Permintaan itu muncul setelah hasil uji laboratorium indipenden menunjukkan padi Liberty Link (padi hasil rekayasa genetika Bayer AS) pada butir padi Amerika Serikat (AS) yang dijual di supermarket utama di Jerman (Aldi Nord) yang juga memiliki 700 outlet di Perancis.

Sementara hasil temuan Greenpeace Internasional minggu lalu juga menunjukkan padi transgenik dari Cina telah mencemari produk makanan di Perancis, Jerman dan UK. Greenpeace Internasional telah memberitahu pejabat berwewenang bahwa padi transgenik berisiko serius pada kesehatan dan meminta Pemerintah Eropa segera mengambil tindakan melindungi konsumen.

Greenpeace bersama Friends of the Earth di UK menguji sampel produk padi seperti vermicelli, rice sticks dan makanan hasil proses lain. Lima sampel ditemukan positif mengandung transgenik. Temuan ini bisa jadi dalam segala bentuk dari makanan bayi sampai yoghurt.

"Penemuan ini mengejutkan dan harus mendapat tanggapan serius," kata Jeremy Tager dalam siaran pers (5/9), sebagai pengkampanye padi transgenik, Greenpeace Internasional. "Konsumen seharusnya tidak mengkonsumsi padi hasil uji coba transgenik yang berisiko pada kesehatan mereka," lanjutnya.

Padi transgenik ini tahan terhadap serangga, berisi protein atau gabungan protein (Cry1Ac) yang dilaporkan bisa menimbulkan reaksi seperti alergi pada tikus. Tiga ilmuwan indipenden di bidang transgenik dan kesehatan mendukung pernyataan Greenpeace Internasional itu.

Greenpeace Internasional meminta seluruh dunia segera menarik kembali produk transgenik itu, menjamin agar kontaminasi padi tidak terjadi di EU lebih jauh dan secepatnya menerapkan sistem penyaringan pencegahan bagi negara-negara berisiko kontaminasi tinggi. Menurut Greenpeace, menuntut sertifikasi bebas transgenik bagi makanan dari negara yang mengembangkan dan memproduksi hasil transgenik adalah masuk akal, mengefektifkan harga dan penting untuk melindungi konsumen Eropa.

Kontaminasi padi di Cina baru-baru ini dimulai dari lahan percobaan. Sebenarnya sekarang, komersialisasi padi ini tidak disetujui karena belum adanya kepastian keamanannya. Namun, investigasi Greenpeace tahun 2005 menunjukkan bahwa lembaga penelitian dan perusahaan benih di Cina telah menjual secara ilegal benih padi transgenik itu pada petani.

"Konsumen yang tidak bersalah kembali menjadi korban," kata Tager. "Sekelompok ilmuwan malah mendorong terbitnya ijin padi transgenik di Cina, membocorkan benih ke pasar secara ilegal dan menciptakan kontaminasi."
 
Greenpeace Internasional sampaikan larangan impor padi Amerika Serikat

Greenpeace Internasional sampaikan larangan impor padi Amerika Serikat



Greenpeace Internasional menyampaikan larangan secara global terhadap impor padi (beras) Amerika Serikat (AS). Hal itu untuk melindungi publik (masyarakat) dari varietas padi rekayasa genetika (transgenik) yang merupakan bahan pangan ilegal, tanpa uji dan tanpa ijin. Demikian siaran pers Greenpeace kemarin.

Padi GE Liberty Link (LL) rice 602 atau LLRICE601, diproduksi oleh perusahaan raksasa agrokimia Bayer. Meski tidak pernah mendapat ijin komersialisasi, namun telah ditemukan diantara padi komersial di AS dan impor. Dampaknya, Jepang segera melakukan larangan impor padi tersebut. Selain itu, produk padi tersebut tidak mendapat ijin sebagai bahan konsumsi atau untuk pengembangan di semua tempat di dunia.

"Padi merupakan bahan pangan utama terpenting di dunia. Untuk itu kontaminasi terhadap suplai padi oleh Bayer, perusahaan yang mendorong padi transgenik di seluruh dunia, harus dihentikan," kata Jeremy Tager sebagai campaigner transgenik Greenpeace Internasional.

Jepang telah siap mengumumkan larangan impor biji padi dari AS. Tahun lalu, Jepang dan EU melarang impor jagung AS sebagai kasus kontaminasi transgenik lain.

"Kasus kontaminasi terakhir, sekali lagi menunjukkan bahwa industri transgenik samasekali tidak mampu mengontrol organisme transgenik. Negara-negara pengimpor padi AS, seperti EU, Mexiko, Brasil dan Kanada harus lebih serius dalam melindungi suplai pangan dari ancaman ini. Caranya dengan melarang impor beras transgenik, membersihkan semua pangan kontaminasi dari supermarket dan menolak permintaan pengembangan padi komersial," kata Tager.

"Penguasa yang bersangkutan dari negara pengimpor juga harus mengadakan investigasi terhadap kontaminasi yang disebabkan Bayer dan juga menentukan apakah varietas padi transgenik lain yang sedang diujicoba Bayer telah mengkontaminasi rantai makanan di dunia," simpul Tager.

Sementara itu melalui siaran persnya, Bayer menyebutkan telah bekerjasama dengan Departemen Pertanian AS (USDA) dan Badan Makanan dan Obat-Obatan AS (FDA) mengidentifikasi sampel padi komersialisasi di AS. Kedua lembaga pemerintah AS tersebut (USDA dan FDA), mengkonfirmasikan bahwa padi ini tidak bermasalah dengan kesehatan manusia, keamanan pangan dan pakan ataupun lingkungan.

Hal itu berkaitan dengan pra-komersialisasi galur padi LLRICE601 yang dikembangkan Bayer. LLRICE601 merupakan padi hasil rekayasa genetika Bayer yang memproduksi protein untuk menimbulkan daya toleransi herbisida.
 
Asia menuntut pelarangan beras rekayasa genetik

Asia menuntut pelarangan beras rekayasa genetik


Sebuah koalisi yang terdiri dari 17 organisasi di Asia, pada 14 Oktober 2005, di Bangkok, mengeluarkan statemen Hari Pangan Dunia yang berisi pelarangan global introduksi beras hasil rekayasa genetik (RG).
Demikian Siaran Pers Greenpeace Asia Tenggara pada 13 Oktober 2005. ?Beras adalah makanan pokok terpenting dan kami tidak dapat membiarkan perusahaan bioteknologi dan ilmuwan pro rekayasa genetik menentukan masa depan perkembangan beras,? kata Varoonvarn Syangsopakul dari Greenpeace.

?Beras RG memiliki dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan, dan tidak dapat dijadikan solusi atas kelaparan,? tambah Varooonvarn.

Penekanan agresif dari perusahaan-perusahaan bioteknologi yang ingin mengintroduksi beras RG di Asia kini tengah menghadapi kritik dari lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang peduli terhadap dampak negatif beras RG terhadap petani, lingkungan, kesehatan dan pertanian berkelanjutan.

Tema Hari Pangan Dunia yang disponsori oleh Badan Pangan dan Pertanian PBB (United Nations Food and Agriculture Organization/FAO) tahun ini adalah Pertanian dan dialog antar budaya ? memperingati kontribusi perbedaan budaya untuk pertanian dunia.

?Beras RG berpotensi mengancam pusat asal dan keanekaragaman beras di Asia, sebagaimana keanekaragaman budaya masyarakat yang menanam padi di kawasan tersebut. Pengenalan beras RG bertentangan dengan tema peringatan Hari Pangan Dunia tahun ini,? kata Dr. Suman Sahai dari Gene Campaign, India.

?Cara nyata berkaitan dengan pertanian berkelanjutan dan solusi atas kelaparan adalah melalui perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati ketimbang rekayasa genetik. Dan promosi pertanian ekologis yang didasarkan pada pengetahuan tradisional para petani,? kata Paul Borja, SEARICE, Philipina.

?Para petani Bangladesh memiliki sebuah tradisi menjaga keanekaragaman beras lokal dan mereka menolak gerak Syngenta yang memperkenalkan beras emas (golden rice),? kata Palash Baral, dari UBINIG, Bangladesh.

?Dengan menanam dan mengembangkan varietas beras lokal, para petani Thailand dapat menikmati makanan bergizi dan pendapatan yang stabil,? kata Supanee Taneewut, RRAFA, Thailand.

Setelah dua hari mengadakan pertemuan di luar kota Bangkok, perwakilan dari 10 negara penghasil beras mengenakan pakaian tradisional dan menyerahkan deklarasi beras bebas rekayasa genetik ke kantor pusat FAO di Bangkok. Mereka datang dengan membawa serta koleksi varietas beras untuk mengingatkan betapa pentingnya menjaga keanekaragaman beras.

Dalam deklarasi itu, kelompok tersebut juga menuntut pelarangan pengembangan dan budi daya beras RG. Dan meminta FAO menghentikan dukungan terhadap tanaman rekayasa genetik, namun mendukung pengembangan sistem pertanian ekologis dan berkelanjutan.
 
Beras Konvensional dan Aromatik

Beras Konvensional dan Aromatik

Berdasarkan data dari pusat informasi pangan Asia (AFIC), lebih dari 2 miliar penduduk Asia bergantung pada nasi untuk mensuplai 60 – 70 % kebutuhan kalori perhari. Tingginya ketergantungan penduduk Asia kepada konsumsi nasi, menyebabkan riset untuk menciptakan varietas baru pada padi sangat maju. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya varietas padi yang beredar di pasaran. Secara umum beras di kelompokan menjadi dua kategori yaitu beras konvensional dan beras aromatik.

Beras Konvensional

Berdasarkan Ricegrowwers Association Of Australia (RAA), beras konvensional secara umum dikelompokan menjadi tipe beras yang memiliki biji panjang, sedang dan pendek. Beras yang memiliki tipe biji panjang jika dimasak akan menghasilkan nasi yang kering. Tipe beras ini biasa digunakan untuk pembuatan nasi goreng, nasi kari dan makanan berbasis nasi lainnya yang membutuhkan kualitas nasi yang kering dan tidak lengket.

Beras dengan tipe biji medium memiliki tipe biji yang bulat pada kedua sisinya serta tidak terlalu panjang. Tipe beras ini akan menghasilkan nasi yang memiliki tekstur yang agak berpati jika dimasak (sedikit lengket). Beras tipe medium biasa digunakan untuk konsumsi sehari-hari. Tipe beras konvensional yang terakhir adalah tipe beras pendek yang biasa disebut beras mutiara atau glutinous rice. Tipe beras ini memiliki karakteristik biji yang berbentuk bulat dan gemuk serta memiliki kandungan pati yang sangat tinggi sehingga jika dimasak akan menghasilkan nasi yang basah dan lengket. Di wilayah Asia, tipe beras ini ini digunakan untuk pembuatan dessert dan makanan khas lainnya.

Beras Aromatik

Beras aromatik memiliki karakteristik nutty-like aroma. Tipe beras ini lebih wangi dari sisi aroma maupun rasanya. Yang termasuk kedalam kelompok beras aromatik yaitu beras jasmine, basmati, arborio dan koshihikari. Beras jenis jasmine berasal dari Thailand, tetapi dewasa ini banyak ditanam di wilayah Asia Tenggara dan China. Beras jasmine merupakan tipe beras aromatik yang paling banyak digunakan di Asia, karena nasi yang dihasilkan dari beras jasmine memiliki aroma yang wangi dan alami serta sangat cocok dikombinasikan dengan berbagai jenis masakan.

Beras basmati berasal dari wilayah India dan Pakistan. Memiliki rasa yang enak, berbiji ramping dan mudah pecah saat digiling, alasan ini yang menyebabkan beras basmati merupakan beras aromatik yang paling mahal. Beras jenis basmati sangat cocok disajikan bersama kari. Beras arborio secara tradisonal ditanam di Italia dan digunakan dalam pembuatan risotto. Jenis beras aromatik yang terakhir adalah koshihikari. Beras koshihikari berasal dari Jepang, memiliki tipe biji yang pendek dan biasa digunakan dalam pembuatan rice ball dan sushi.

Walaupun semakin banyaknya varietas padi yang beredar dipasaran, yang menjadi concern sekarang adalah bagaimana menyediakan beras yang cukup untuk mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk yang tinggi. Hal ini menjadi sangat dilematis karena semakin banyak lahan pertanian yang dikonversi menajdi kawasan industri.

sumber : Panganplus: Situs Teknologi Pangan Indonesia
 
Last edited:
Padi Hibrida Merugikan!!

Hasil penelitian : padi Hibrida Rentan Penyakit dan boros Pupuk

Di Yogyakarta Ternyata diketahui kalau padi hibrida punya resiko tinggi dibanding jenis padi yang ada selama ini.Varietas hibrida rentan terhadap penyakit,kayak hama pengerek batang dan pembusukan pelepah. Selain itu varietas hibrida lebih banyak membutuhkan unsur hara.

Mau untung jadi Buntung ya?!! :mad:
 
Re: Padi Hibrida Merugikan!!

ya mas tukul, bikin varietas lokal menghilang, akhirnya kita ketergantungan sama perush. pembibitan yang hibrida-hibrida gitu.

Mas tukul termasuk yang hibrida-hibrida bukan?
 
Re: Padi Hibrida Merugikan!!

Padahal kabarnya tanaman Hybrida itu menguntungkan karena reproduksinya yang lebih banyak dan gak cepet busuk. Lagi pula cara penanamannya lebih praktis dibanding tanaman nature biasa,Hoalah kok jadi bingung saya...
 
Re: Padi Hibrida Merugikan!!

emang dunia semakin membingungkan...tergantung dari sudut pandang-nya...
 
Re: Padi Hibrida Merugikan!!

teknologi memang untuk kesejahteraan manusia, kalau melihat perkembangan revolusi pertanian di Indonesia gelombang pertama masih mendasarkan pertanian yang bersahabat dengan alam yang produksi pertanian rendah dan terjadi krisis pangan di Asia (1950 - 1960). Gelombang kedua revolusi hijau dengan produksi pertanian yang tinggi hingga mampu berswasembada,termasuk penggunaan bibit hibrida. Gelombang ketiga bervisi pembangunan pertanian organik berdaya saing tinggi.

back to topic : padi hibrida rentan penyakit dan boros pupuk disebabkan karena belum tentu varietas hibrida cocok pada lokasi tersebut, memang salah satu metode pengendalian hama atau penyakit dengan menggunakan bibit unggul, berarti bibit unggul yang dipilih harus disesuaikan dengan kondisi lahan pertanian yang ada, kalau rawan penggerek batang pakai bibit yang tahan penggerek batang, kalau rawan penyakit digunakan bibit yang tahan penyakit. Boros pupuk karena membutuhkan nutrisi untuk berproduksi tinggi, hal ini juga beresiko rawan serangan hama atau penyakit cos ketahanan tanaman tidak sejalan dengan banyaknya pupuk yang digunakan

Saya berpendapat kembali ke produk nature karena tidak harus pilih-pilih varietas hibrida yang spesifik lokasi, ketahanan tanaman terjaga karena tidak berlebihan penggunaan pupuk anorganik ... :)
 
Last edited:
Petani Beras Dehidrasi..

Para petani di banjarmasin kagak mau manja lantaran menghadapi kekeringan, mereka malah menanami sekitr 160.000 Ha tanah dengan padi. sekitar 100.000 Ha ditanamin sama tumbuhan lebak.

Tanaman lebak biasanya udah mulai panen di bulan Oktober,para petani berani menanam karena menurut mereka tahun ini kadar "dehidrasi" tabah gak separah tahun lalu.

Khusus buat tanaman rawa lebak,petani juga bernyali besar,pasalnya mereka menggunakan bibit unggul danberani ngambil resiko kalau-kalau gagal panen. bibit unggul itu harganya emang bisa diakuin cukup Menukik.
Biasanya mereka menjual seluruh hasil panen dan justru membeli beras jenis lokal.

Pemerintah setempat udah memperkirakan kalo seminggu menjelang lebaran tahun 2007 ini harga beras bakalan naik 500 perak/kg, dari harga beras yang sekarang 4000 samapai 6.500/kg. Tau aja dah kalo udah menjelang lebran harga dbikin Nukik!!

Tapi dibalik aksi nekat petani Banjarmasin, ternyata para petani Sukabumi malah menghela nafas lega. Pasalnya Pertanian di daerah selatan Jawa Barat lebih hemat air, dibandingkan kawasan pantai utara. Pemerintah udah nargetin kalo tempat ini bakal berpotensial buat target produksi tahun 2008.
Apa rahasiannya yah?
 
saya merasa bahagia karna menambah wawasan disiplin ilmu saya. saya ucapkan terima kasih. yang sebesar-bersarnya. mudah-2an bapak slalu pinter dan dimurahkan rizky, aminnn....
 
Beras Organik

beras3.jpg


Trend peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan turut berimbas pada sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dengan dikembangkannya tehologi pertanian organik. Keunggulan teknologi ini adalah meminimalkan atau bahkan menghilangkan sama sekali residu-residu pestisida dan zat kimia berbahaya lainnya.

Komoditi pertanian Sragen yang telah mengaplikasikan tehnologi pertanian organik adalah beras organik yang dihasilkan oleh Padi mulia dan Pelopor. Produksi beras organik mereka telah bebas dari pestisida dan residu zat kimia lainnya (Uji lab sucofindo).

Total luas lahan pertanian padi organic di kab Sragen adalah 3.256,77 HA dengan total kapasitas produksi 19.439,78 ton (data tahun 2006). Jenis padi organik yang dikembangkan di Kab. Sragen antara lain varietas IR-64, Mentik wangi dan C-64 dengan kualitas yang bias disejajarkan dengan produk sejenis dari luar negri sekalipun.Harga beras organik bervariasi tergantung kualitas dan varietas.

Sistem pertanian organik tidak lepas dari penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Untuk mendukung system pertanian organik, Kab. Sragen turut memacu produktifitas pupuk dan pestisida organik. Saat ini di Sragen terdapat 194 produsen pupuk organic dengan total kapasitas produksi 2.226,7 ton serta 20 produsen pestisida organik.

Harga dan keterangan lebih lanjut silakan hubungi marketing & investment
 
Last edited:
padi...beras....nasi...sahabat sejati bagi penduduk asia. Namun begitu industri ini belum boleh berdiri dengan kakinya sendiri. adakah kerana teknologinya atau masalah orang yang mengusahakannya??? Hal ini kena kita fikirkan bersama. Pembelinya sudah pasti tetapi produksinya bagaimana? pengusahanya bagaimana?
 
Back
Top