Budidaya TOGA dapat memacu usaha di bidang obat-obatan herbal

nurcahyo

New member
Budidaya TOGA dapat memacu usaha di bidang obat-obatan herbal


Budidaya tanaman obat untuk keluarga (TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya. Sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga.

"Secara bertahap, subsidi pemerintah terhadap pelayanan kesehatan dapat berkurang. Tanaman obat juga dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat. Jika pengembangan TOGA berhasil memandirikan masyarakat dalam penyediaan obat, diperkirakan subsidi pengadaan obat bisa dihemat 300 miliar rupiah," kata M Syakir sebagai Direktur Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Departemen Pertanian, yang hadir dalam seminar nasional yang bertajuk ?Pengembangan Tanaman Obat Menuju Kemandirian Masyarakat dalam Pengobatan Keluarga,? 7 September 2006 di Jakarta.

Saat ini di Indonesia sudah nyaris terjadi krisis bahan baku tanaman obat. Kelangkaan bahan baku tanaman obat ini akan berimplikasi pada pengadaan ekstrak tanaman obat yang akan diolah oleh industri obat berbahan alami. Pengadaan bahan baku tanaman obat ini tentu bisa diselenggarakan oleh anggota masyarakat yang melakukan budidaya tanaman obat.

Namun M Syakir menambahkan, "Sayangnya, pasokan bahan baku tidak terjamin dan mutunya tidak standar, karena kebanyakan diambil langsung dari alam, bukan lewat budidaya." Padahal untuk mempercepat pertumbuhan industri obat berbahan alami hanya perlu uji praklinis untuk pengobatan dan tidak perlu uji klinis yang membutuhkan biaya besar.

Pengembangan TOGA sebenarnya mirip dengan apotik hidup, yakni dengan memanfaatkan pekarangan dan lahan khusus. Jika pengembangan ini bertujuan untuk pasokan industri, maka perlu menerapkan standar operasional prosedur budidaya tanaman obat yang diharuskan oleh pasar internasional. Untuk meningkatkan pengembangan tanaman obat, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik telah menyusun persyaratan. Diantaranya tanaman bisa didapat di daerah setempat, mudah dikembang-biakkan dan dapat dipakai untuk keperluan lain; seperti sebagai bumbu, sayur atau buah.

Direktur Bina Kesehatan Komunitas Departemen Kesehatan, Wandaningsih pada seminar tersebut mengatakan bahwa tujuan pengembangan TOGA antara lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap obat kimia. Manfaat TOGA adalah untuk menjaga kesehatan, mengobati gejala penyakit ringan dan memperbaiki gizi keluarga.

Sedangkan alasan pengembangan TOGA dikarenakan, akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang ada sangat minim. Padahal tanaman obat secara turun-temurun telah dimanfaatkan masyarakat untuk merawat kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit.

Sampai saat ini ada 7000 jenis tanaman obat di Indonesia yang teridentifikasi, tetapi baru 20% yang dimanfaatkan secara efektif. Obat-obatan dari tanaman alami itu juga merupakan obat-obatan organik atau obat herbal yang dinilai tidak menimbulkan efek samping yang negatif. Hal itu juga tergantung pada cara meramu, memproses dan menyajikannya.

Seminar yang diselenggarakan guna mengkaji lebih jauh pengertian TOGA tersebut akan mengawali proyek pengembangan tanaman obat keluarga di 199 kabupaten terpencil yang melibatkan pemerintah daerah dan semua sektor yang dikoordinasikan oleh Departemen Kesehatan. Sebagai panitia penyelenggara adalah Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Departemen Pertanian.

Yang melatarbelakangi seminar tersebut adalah kondisi kesehatan masyarakat yang semakin rentan. Berbagai penyakit datang bertubi-tubi, seperti demam berdarah dan malaria yang telah dinyatakan bebas dari komunitas. Bahkan sekarang mewabah penyakit yang tak kalah berbahaya seperti flu burung di masyarakat.

Sementara itu belum ada evaluasi secara paripurna dampak gerakan apotik hidup terhadap ketahanan masyarakat. Apotik hidup sudah berkembang sejak dua dekade lalu. Bahkan sempat dikaitkan dengan ketahanan nasional karena memiliki kontribusi terhadap katahanan kesehatan masyarakat. Gerakan apotik hidup dilakukan juga oleh kelompok ibu-ibu PKK, sehingga cepat populer dan diimplementasikan di berbagai daerah.
 
saya kan lagi buat karya ilmiah tantang toga,,
setelah konsultasi ma dokter,,
malah mreka ngedukung obat non herbal..
katanya efek herbal lebih parah karena blum di uji coba..
 
Back
Top