Info Buah-buahan

Nanas Deli Raksasa dari Tanah Datar

Nanas Deli Raksasa dari Tanah Datar
Oleh trubus



Rasa penasaran kian membuncah saat berita serupa datang dari Syahril Usman, mania buah di Medan. Itu nanas paling mahal yang pernah saya temui. Rasanya renyah dan manis, katanya. Dari cerita mulut ke mulut itulah Trubus berhasil mencicipi manisnya nanas raksasa berbobot 5 -6 kg itu.

Nanas jumbo itu memang menggoda setiap pelancong yang datang ke kota Medan. Kemarin saya baru saja mengantar rombongan Haryanto Dhanutirto (mantan Menteri Perhubungan RI, red ) ke Brastagi. Di tengah jalan bertemu nanas raksasa, kami langsung memborong, tutur Aling, panggilan akrab Syahril Usman.

Bobot buah yang mencapai 8 kg dan sosok memanjang 30 -45 cm itu memang tak lazim ditemukan pada nanas lain. Umumnya Ananas comosus berbobot 0,5 -2,5 kg, tergantung varietas. Satu-satunya nanas paling besar yang terkenal saat ini ialah nanas cayenne yang berbobot 2,2 -3,6 kg.

Nanas raksasa itu pertama kali Trubus temukan di kebun Aan, pemilik Metro Hortikultura, di Medan. Letaknya di Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, sekitar 10 km ke arah selatan kota Medan. Siapapun pasti kecele saat pertama kali melihat sosok tanaman itu . Sepintas terlihat seperti 2 -3 batang rumpun nanas: yang satu berbuah besar dan sisanya belum berbuah.

Namun, begitu batang diangkat, ternyata rumpun itu 1 tanaman. Terlihat seperti 2 rumpun karena batang panjang, hampir 1 m. Akibatnya ? bagian batang menjalar di tanah karena keberatan buah. Baru sisanya tumbuh tegak seperti nanas yang lazim ditemukan di berbagai daerah. Di atas tangkai batang, terlihat sosok nanas raksasa yang disangga oleh turus bambu agar tidak rebah. Diduga bobotnya mencapai 8 kg. Sayang, rasa manis buah anggota keluarga Bromeliaceae itu tak bisa dicicipi karena belum matang.
Langka

Karena penasaran belum mencicipi, di atas Panther hitam yang dikemudikan A Siong, putera Aan, Trubus bergerak ke daerah sentra nanas. Lokasi terletak di Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, sekitar 35 km dari kota Medan ke arah selatan menuju Brastagi. Benar saja setelah berjalan sejauh 25 km, kios yang menjajakan nanas mulai terlihat. Sayang, tak satu pun nanas raksasa terlihat. Semua nanas yang digantung paling berbobot 1-2 kg.

Beberapa pedagang yang ditemui tak bisa menunjukkan nanas raksasa seperti yang diceritakan. Memang ada yang besar, tapi bukan milik kami. Inilah yang paling besar, kata seorang pedagang sambil menunjuk nanas berbobot 3 kg.

Di saat perburuan hampir gagal itulah muncul Mariana Beru Ginting, perempuan setengah baya, membawa gerobak sarat nanas. Cari nanas raksasa ya? Tadi sudah dipesan orang. Sudah dimasukkan ke dalam mobil, teriaknya. Mariana membandrol nanasnya Rp15-ribu per buah. Nanas lain, Rp2. 500 -Rp7. 000 per buah. Beruntung yang dimaksud pemesan ialah Aan. Ia telah datang lebih dulu memesankan buah khusus untuk Trubus.

Benar saja, buah berbobot 5 -6 kg itu rasanya luar biasa. Yang matang optimal, manis dan garing. Sedangkan, yang sudah terlalu tua manis berair. Menurut Mariana, nanas raksasa itu muncul 3 -4 tahun terakhir. Ketika itu ia membeli bibit nanas dari seorang tetangga yang berhasil memanen nanas raksasa 5 tahun lalu. Namun, lambat-laun nanas yang ditanam sang tetangga mengecil seperti nanas biasa.

Ketika ditanam oleh Mariana, bibit nanas kecil itu kembali menghasilkan buah berukuran jumbo. Menurut A Siong, besar kemungkinan mengecilnya ukuran nanas disebabkan unsur hara dalam tanah terkuras karena penanaman terus-menerus. Saat ditanam di lahan baru, sifatnya yang jumbo muncul lagi.
Nanas cayenne

Karena cerita dari Mariana tak dapat ditelusuri lebih jauh, hingga kini asal-usul nanas raksasa itu masih menjadi tanda tanya besar. Menurut Ir Fuad MMA, kepala seksi Pengembangan Produksi Padi, Palawija, Hortikultura, dan Mina Padi, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, di Medan dikenal 2 macam nanas. Yang pertama nanas simalungun dan kedua nanas tanei.

Disebut nanas simalungun karena berasal dari Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Ia terkenal karena ukurannya di atas rata-rata. Saya menduga nanas raksasa di Deli itu awalnya berasal dari Simalungun, katanya. . Nanas tanei, ukuran dan bobotnya hampir sama dengan nanas biasa, 1-2 kg per buah.

Titik terang datang dari Sobir PhD, kepala Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, Bogor. Itu nanas smooth cayenne. Sama seperti yang dikembangkan di Lampung untuk nanas olahan, ujarnya. Menurutnya, tanah di Kabupaten Deli Serdang tergolong baru untuk kebun nanas. Tanah baru yang kaya unsur hara membuat nanas smooth cayenne tumbuh bongsor. Apalagi bila dilakukan pengaturan panjang batang dan jumlah ruas daun, ukuran buah dapat dimanipulasi hingga berbobot 8 kg. Itulah sebabnya, nanas di kebun Aan yang panjang batangnya mencapai 1 m dapat menghasilkan nanas superraksasa.

Menurut Sobir, smooth cayenne ialah varietas nanas asal Brasil yang populer untuk olahan. Rasanya manis dan banyak mengandung air. Kulit memiliki mata yang besar, tapi rata karena dangkal. Ciri lain, mahkota buah tak berduri. Ia cocok sebagai bahan nanas kalengan, sirup, dan sari buah. Walau begitu, smooth cayenne yang disukai industri terbatas pada nanas berukuran kecil, 1,3 -1,5 kg. Kalau sudah terlalu besar, tak cocok lagi dikalengkan. Banyak bagian buah yang terbuang, ujarnya.

Munculnya nanas raksasa dari Deli Serdang tentu menjadi kabar baik. Ia cocok ditanam di pekarangan sebagai tanaman koleksi. Sebagai hobi bisa menjadi kebanggaan pemiliknya, kata Sobir. Di sisi lain, kenyataan itu menjawab teka-teki pekebun nanas di berbagai sentra - seperti Prabumulih, Sumatera Selatan - yang mengeluh karena produksi nanas menurun. Di lahan yang dipakai terus-menerus, nanas sebesar apa pun, akan mengecil karena pasokan hara tak mencukupi.
 
Stroberi

Stroberi
Dongkrak Kualitas ala Agus Kurnia
Oleh trubus



Butiran hujan yang jatuh pada Jumat atau Sabtu malam jadi momok menakutkan para pekebun stroberi. Mestinya, di akhir pekan para pelancong bisa memetik buah 60 -100 kg per hari, kata Agus Kurnia, pemilik Kurnia Strawberry seluas 4.500 m2. Dengan harga jual Rp40.000 per kg, itu berarti senilai Rp2,4-juta -Rp4-juta.Namun, rupiah itu bakal melayang dari genggaman pekebun bila hujan turun semalaman.Para pelancong enggan memetik stroberi yang berpenampilan kotor.

Menurut Andre Raharja, praktikus pertanian di Bandung, menjual stroberi kepada para pelancong menjadi impian para pekebun.Maklum, bila Fragaria vesca tak dilirik pelancong, pekebun mesti menjual ke pengepul.Di sana harga stroberi menukik tajam. Buah berbentuk hati itu dijual berdasarkan kelas-kelas tertentu. Kelas A-sekilo berisi 30 buah -hanya Rp20-ribu per kg. Kelas B, sekilo berisi 50 buah, Rp15.000; dan kelas C, sekilo lebih dari 50 buah, Rp10.000.
Gampang lapuk

Cerita Agus Kurnia tentang karung pendek jadi biang keladi stroberi rusak bukan omong kosong.Sejak 3 tahun silam, pekebun memang memanfaatkan karung beras dan karung pupuk sebagai pot setinggi 50 -60 cm.Namun, pot berbahan karung itu bukan tanpa masalah. Karung mudah lapuk kena hantaman sinar matahari dan guyuran hujan secara langsung. Setelah 4 bulan dipakai, biasanya pekebun mesti membongkar pot karung itu. Atau melapisi pot lama dengan karung baru supaya tak roboh.

Lantaran dianggap tak praktis, pekebun mulai beralih menggunakan polibag besar seukuran karung. Awalnya kami mengira cara itu lebih praktis, tapi ternyata tak cocok, kata kelahiran Bandung, 2 Mei 1973 itu. Musababnya, stroberi matang terbakar jika bersentuhan dengan plastik polibag saat matahari terik. Alih-alih memudahkan pekerjaan, penggunaan polibag malah membuat rugi karena buah tidak laku dijual.

Karena selalu dirundung masalah, Agus pun memutar otak.Ia mesti mencari bahan pot yang awet tapi tidak merusak buah. Ayah 2 anak itu teringat mulsa plastik hitam perak alias PHP yang sering digunakan pekebun tomat dan cabai.Mulsa pasti bisa dipakai sebagai bahan pot karena tidak menjadi panas meski tersinari matahari,paparnya. Pot dari karung tetap dipakai. Lalu seluruh permukaan luar karung itu dilapisi mulsa. Supaya tidak gampang melorot, mulsa dijahit pada karung.Pot ditinggikan sampai 1 m supaya stroberi tidak terciprat air hujan.
Tahan 2 -3 hari

Tak sekadar memanipulasi pot, Agus pun mengubah cara pemupukan supaya stroberi yang dihasilkan tahan lama. Lazimnya, setelah memerah dan mengkilap -tanda buah matang -buah cuma tahan sehari di tangkai.Bila pemetikan ditunda, buah busuk. Padahal, kerapkali stroberi matang di awal pekan:Senin -Rabu. Saat itu pelancong sepi.Daripada busuk, buah tetap dipanen, kata Andre. Konsekuensinya, harga jual mengikuti pasar.Lain halnya dengan Agus. Pria berusia 33 tahun itu bisa menunda panen hingga 4 -5 hari pada musim kemarau.Pada musim hujan, penundaan 1 -2 hari.

Menurut Agus, stroberi mudah busuk di tangkai karena serapan unsur hara tidak optimal.Untuk mengatasinya, pasokan hara terutama kalsium dan kalium mesti ditambah. Penelusuran Trubus dari berbagai literatur, kalsium memperkuat dinding sel dan menggiatkan pembelahan sel. Unsur Ca juga mengaktifk an kerja berbagai macam enzim. Sementara kalium berperan sebagai katalisator dalam proses pengubahan protein menjadi asam-asam amino. Kalium membuat tangkai buah kekar.Dengan begitu buah tak gampang rontok dan busuk.

Sebetulnya, pekebun stroberi sudah memberikan kalsium dan kalium dalam bentuk kalsit dan NPK saat pemupukan awal. Itu ditambah dengan pemberian pupuk daun yang dilengkapi hara mikro. Namun, dari jumlah itu 60% terbuang percuma dan tidak diserap tanaman. Supaya kalsium dan kalium efektif diserap akar, Agus menambahkan zat perata perekat saat pemupukan.

Menurut Andre, pemberian perata perekat pada aplikasi pupuk daun membuat larutan pupuk tersebar merata pada daun sekaligus membuatnya tidak mudah tercuci. Pupuk yang diberikan terserap lebih optimal. Biasanya Agus menambahkan 2 tutup perata perekat setara 40 ml ke dalam 200 l larutan pupuk daun. Dosis pupuk daun 1 -2 g per liter atau 1 -2 ml/liter. Itu bila pemupukan pada musim hujan. Pada kemarau, dosis perata perekat cukup setengahnya. Aplikasi pupuk daun itu seminggu sekali.

Bila perata perekat dicampur ke dalam pupuk melalui tanah, komposisinya disesuaikan. NPK sebanyak 5 kg dilarutkan pada 200 l air, lalu ditambahkan perata perekat sebanyak 20 ml. Baru kemudian dikocorkan ke tengah pot berisi 4 -5 tanaman setiap 10 -15 hari. Komposisi NPK disesuaikan dengan fase pertumbuhan.Fase pertumbuhan gunakan NPK 32:10:10; remaja, NPK 20:20:20; dan generatif, NPK 10:10:20.

Dengan tambahan perata perekat, pencucian pupuk minimal. Sebaran pupuk dalam media pun lebih merata. Setahun berselang, cara yang Agus lakukan itu terbukti ampuh. Ia tak pernah lagi ditinggalkan pelancong yang kecewa karena urung memetik stroberi mulus. Trubus melihat, beberapa pekebun di sekitar mulai mengikuti jejak Agus.
 
Si Mini Berbuah Kembali

Si Mini Berbuah Kembali
Oleh trubus


Ingin memetik nangka dari halaman rumah sendiri seperti Fauzi Umar, tapi halaman sempit? Tabulampot nangka mini bisa jadi pilihan. Tak hanya buah yang mungil. Pohon anggota famili Moraceae yang diduga hasil persilangan alami nangka dengan cempedak itu juga pendek. Masa berbuah singkat, umur kurang dari 2 tahun tanaman asal biji sudah berbuah. Nangka lain mesti menunggu 7 tahun. Rasanya pun manis dan tekstur daging renyah.

Namun, seringkali para hobiis dihantui ketakutan si mini mogok berbuah. Padahal, membuahkan kembali nangka mini cukup mudah. Pertama periksa media tanam masih gembur atau sudah mengeras? Bila media mulai padat, lakukan repotting. Repotting harus hati-hati karena akar nangka sensitif terhadap kerusakan. Eddy Soesanto dari nurseri Tebuwulung menyarankan penggunaan media sekam, tanah merah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:3. Pupuk kandang ditambahkan setiap kali media berkurang atau memadat. Pupuk NPK 16:16:16 diberikan sebanyak 3 sendok makan setiap selesai panen dan ketika bunga muncul.

Jika cabang utama sudah tumbuh menjulang, lakukan pemangkasan pucuk untuk memunculkan cabang-cabang lateral baru. Itu berarti jumlah daun bertambah. Proses fotosintesis diharapkan berlipat sehingga energi untuk tumbuh dan membesar semakin banyak.

Munculnya calon buah dapat dirangsang dengan perlakuan khusus. Pertama, hentikan penyiraman sehingga media kering. Saat daun terlihat layu, siram media sembari diberikan 3 sendok makan NPK 16:16:16. Setelah itu media dibiarkan mengering kembali, lalu disiram tanpa pemupukan tambahan. Perlakuan diulang 2-3 kali, sampai bunga muncul.

Setelah bunga muncul, siram setiap hari. Kekurangan air menyebabkan bunga rontok. Letakkan tabulampot nangka mini di tempat terkena sinar matahari langsung. Dengan perlakuan itu, si mini berbuah kembali.
 
Satu Jeruk

Satu Jeruk,
Banyak Olahan
Oleh trubus



Jeruk siam memang tidak hanya dinikmati segar. Ia diolah menjadi sari jeruk menggunakan mesin hasil rakitan Dr Ir Setyadjit, MappSc. Dari sari jeruk inilah muncul produk-produk olahan lain seperti jeli dan kue. Mesin pengolah itu diciptakan untuk mengantisipasi harga jeruk yang selalu jatuh pada saat panen raya. Mesin ini terdiri dari beberapa rangkaian:sepasang mesin sortasi dan pencuci.

Penyortiran akan menghasilkan jeruk dengan kelas A, B, dan C. Kelas A dan B jeruk dengan ukuran 6 -7 buah/kg dan 8 -10 buah/kg. Sedangkan kelas C ditetapkan 11 -13 buah/kg. Mesin penyortir hanya membutuhkan waktu 25 detik untuk 10 kg buah.
Pencuci

Setelah disortir, buah kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencuci. Di dalam mesin, jeruk disikat dan disiram air bersih sehingga bebas dari kotoran dan mikroba yang menempel. Mesin pencuci mampu membersihkan lebih dari 3.000 buah jeruk dalam satu jam. Selesai dibersihkan, jeruk dikeringkan dan siap diproses lebih lanjut.

Namun, sebelumnya jeruk perlu diberi perlakuan untuk menghilangkan rasa pahit dengan mempercepat proses pematangan buah. Rasa pahit itu timbul akibat kandungan naringin dan limonin pada kulit dan kulit ari jeruk.

Kadar naringin jeruk siam termasuk tinggi. Untuk menghilangkannya buah disimpan pada ruangan bersuhu 28 -30?C selama dua hari. Atau dengan pemberian gas etilen 6.000 ppm selama 3 jam dalam ruang tertutup dan kemudian dibiarkan di ruang terbuka selama sehari.
Peeling

Selanjutnya jeruk dikupas secara manual, untuk menghilangkan kulit sebagai sumber naringin dan limonin. Namun, pengupasan harus dibarengi proses peeling . Jeruk dimasukkan jaring plastik dan dicelupkan ke dalam larutan basa 12% selama 30 detik. Kulit ari akan terkelupas. Lalu jeruk dicuci dibawah aliran air dan dinetralkan dengan larutan asam sitrat 2%.

Berikutnya jeruk masuk ke dalam rangkaian mesin utama yang terdiri dari pembubur, penyaring, tangki pengaduk, pompa, dan pasteurizer. Di dalam pembubur, jeruk di pres agar terpisah sarinya dari ampas serta biji. Sari jeruk masuk ke dalam penyaring dan dialirkan ke tangki pengaduk.

Di sinilah terjadi pembuatan jus dengan mencampur bahan-bahan lain untuk memperbaiki rasa. Sari jeruk dan air dicampur dengan perbandingan 1:2. Tambahkan gula buah (fruktosa), asam sitrat, CMC (carboxy methyl cellulosa) yang berfungsi sebagai penghilang pahit, vitamin C, dan kalium sorbat.

Dari tangki pencampur, jus dipompa ke dalam tangki pasteurisasi untuk mematikan mikroba merugikan dan membuat jus lebih awet.
Pasteurisasi

Mesin yang dibuat sejak 2004 itu pelopor di kelasnya. Sebelumnya, BPPPP telah membuat mesin pengolahan mangga. Mesin dimodifikasi sesuai karakter jeruk siam. Citrus nobilis memiliki rasa pahit dan asam yang menonjol. Jika pengolahan tidak tepat, rasa pahit akan sangat terasa. Itulah alasan ditambahkan teknologi peeling.

Teknologi lain yang membedakan mesin ini dengan mesin pembuat jus lain adalah penggunaan proses pasteurisasi. Dengan pasteurisasi produk jeruk dapat bertahan 1 tahun dalam pendingin bila tutup belum terbuka. Jus jeruk yang diolah dengan juicer biasa hanya mampu bertahan kurang lebih satu minggu.

Mesin produksi BBPPPP ini hanyalah prototipe mesin agroindustri. Diharapkan, nantinya mesin akan berkembang untuk skala industri. Saat ini, beberapa Dinas Pertanian di daerah mengaku tertarik dengan mesin tersebut. Sumatera Selatan, Tarakan (Kalimantan Timur), dan Mamuju (Sulawesi Barat)adalah beberapa di antaranya.
Olahan

Jus jeruk masih bisa diolah lebih lanjut. Itulah yang dicontohkan Suryanti, BSc dari BBPPPP. Pada peluncuran mesin pengolah jeruk di Kabupaten Sambas maupun pada pelatihan di Agro Expo WTC Mangga 2 Mei lalu, ia menyuguhkan berbagai olahan jus jeruk seperti jeli, puding, dan fla kue.

Jeli produk olahan paling sesuai. Beda dengan puding, misalnya. Kandungan asam pada jeruk akan menghambat pembentukan agar, sehingga hasilnya kurang bagus. Begitu juga selai dan kue. Paling banter, jus jeruk ini digunakan untuk fla atau pelapis kue.

Dengan pengolahan ini bisa tercipta pasar jeruk lebih luas lagi, papar Yanti -begitu ia biasa dipanggil. Ia menjelaskan bahwa jus jeruk bisa menjadi pilihan praktis untuk campuran kue atau sebagai pengganti aroma jeruk. Kini melirik ampas kulit jeruk untuk diolah kandungan pektinnya. Pektin digunakan dalam pembuatan jeli. Selama ini masih digunakan pektin impor.
 
Muka-muka Baru Pingpong

Muka-muka Baru Pingpong
Oleh trubus


Pantas Ratih terheran-heran melihat pingpong di kebunnya di Boja, Kendal, Jawa Tengah. ?Selama ini pingpong identik berbiji besar. Hanya cocok untuk tanaman pekarangan dan tabulampot,? kata ibu 2 anak itu. Rasa kaget Ratih pun dialami oleh suaminya, Prakoso Heryono, beberapa hari sebelumnya. Ketika itu beberapa tanaman pingpong asal biji berbuah pada umur 1,5?2 tahun. Lazimnya, lengkeng asal biji berbuah saat berumur belasan tahun.

Menurut Prakoso, ia tak sengaja menanam lengkeng dari biji. ?Saya tanam biji lengkeng untuk batang bawah,? ujarnya. Beberapa di antaranya terlambat dijadikan batang bawah karena stok masih tersedia. Pada saat berumur 1,5?2 tahun itulah terjadi keanehan pada pingpong. Bunga mulai bermekaran dan tak lama kemudian muncul buah yang berbeda dengan pingpong ?asli?. Ia betul-betul tak menduga, perbedaan daun?yang lebih besar dan lebih kecil ketimbang pingpong asli?bermuara pada perbedaan kualitas buah.

Luar biasa Keanehan pingpong asal biji di kebun Prakoso yang genjah dan bervariasi itu menarik perhatian Dr Moh Reza Tirtawinata MS, pakar buah di Bogor. ?Itu luar biasa. Jarang sekali tanaman asal biji berbuah cepat. Apalagi dari variasi itu banyak muncul sifat unggul,? katanya. Menurut Reza, pingpong yang berbuah genjah itu menjadi kabar baik buat para peneliti. Ia menduga dengan riset yang tidak terlalu rumit bakal muncul lengkeng super asal pingpong, 2?3 tahun mendatang. Lengkeng super ialah lengkeng yang diimpikan pekebun selama ini: manis, kering, berdaging tebal, dan berbiji kecil.

Pendapat Reza pun diamini oleh Ir Wijaya, pemilik nurseri Mitra Cipaku di Bogor. Menurutnya, tanaman asal biji yang berbuah genjah memang mungkin terjadi. Artinya, secara genetik periode pertumbuhan dan perkembangan pingpong lebih cepat ketimbang jenis lengkeng lain. Secara sederhana pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbagi menjadi 4 fase: berkecambah, muda, remaja, dan dewasa. ?Masa muda pingpong sempit sehingga cepat berbuah,? ujarnya.

Menurut Wijaya, pingpong asal biji yang menyerbuk silang bisa dimanipulasi agar banyak menghasilkan keturunan yang sifatnya lebih baik. Syaratnya, lengkeng-lengkeng lain yang tumbuh di sekitar pingpong asal biji harus lengkeng unggul. ?Penyimpangan pasti bergerak ke arah yang kita inginkan. Kemungkinan besar mereka saling melengkapi keunggulan masing-masing,? kata mantan peneliti di Kebun Percobaan Buah-buahan, Cipaku, Bogor itu.

Umur 16 tahun
Sebetulnya, kasus munculnya varian-varian lengkeng yang bersifat genjah telah ada di Indonesia sejak 1998?1999. Yang mengamati hal itu ialah Sukobudi Prayogo, hobiis buah, yang juga sahabat Prakoso Heryono. Ia menanam pingpong asal biji yang diboyong langsung dari Vietnam 16 tahun silam. Dari pohon pertama yang mulai berbuah pada umur 2 tahun itulah sumber benih pingpong didapat. Dalam rentang waktu 1992?1998 telah ditanam puluhan ribu biji. Dari sanalah muncul variasi.

Menurut Budi, dari puluhan ribu itu hanya 3 yang mempunyai karakter unggul. Meski begitu, akhirnya hanya 2 yang dipertahankan. ?Yang satu dicoret karena daging tipis dan buah kecil. Padahal, buahnya lebat,? kata mantan manajer pemasaran di sebuah perusahaan ekspor itu. Ribuan tanaman lain yang bersifat jelek langsung dimusnahkan agar tidak mengkontaminasi tanaman bersifat unggul.

Kedua jenis varian lengkeng yang unggul itulah yang kini diperbanyak oleh Budi. Dari sebuah diskusi dengan Reza dan Prakoso, ia menamakan 2 lengkeng itu sebagai pingpong suko dan pingpong butho. Nama suko diambil dari namanya Sukobudi. Dalam bahasa Jawa suko berarti senang.

Suko dan butho
Suko lebih bandel ketimbang jenis lengkeng lain. Dari pengamatan Budi, masa berbuah suko lebih cepat ketimbang 3 jenis varian pingpong lain. ?Kadang-kadang belum 8 bulan sudah belajar berbuah,? ujarnya. Daging pingpong suko kering, tebal, dan produktivitas tinggi. Kulit buah pingpong suko tidak ada semburat merah. Ketika muda berwarna hijau dan langsung berwarna cokelat saat setengah matang. Pada umumnya pingpong ada semburat merah.

Yang kedua, disebut pingpong butho karena sosoknya besar (butho=raksasa, bahasa Jawa, red). Biji buah besar sama seperti pingpong pada umumnya. Namun, karena sosok buah lebih besar 5?10%, maka daging buah pun lebih tebal. ?Makan 10 buah pun sudah kenyang,? ujar Budi. Kulit butho menarik karena hijaunya ada semburat merah. Namun, buah matang cenderung putih, tidak cokelat seperti lazimnya lengkeng.

Menurut Budi, karena berukuran lebih besar, buah pingpong butho mudah terlepas dari tangkai buah. Toh, itu bisa dimanipulasi dengan pemberian kalium dan kalsium lebih banyak. Kelebihan lain, sosok besar itu tetap kentara walau ditanam di dalam pot. Pada beberapa buah yang ditanam di tanah ukuran butho hampir setara dengan bola golf.

Anda penasaran dengan varian-varian pingpong? Bersabarlah, pingpong-pingpong di kebun Prakoso dan Budi tengah dievaluasi keunggulannya. Menurut Reza hanya yang benar-benar unggullah yang bakal direkomendasikan untuk dikebunkan. Cara lain pun bisa ditempuh, jangan buang biji pingpong yang Anda miliki. Tanamlah dan amati varian yang muncul.
 
Kering dalam 2 ? 5 Jam

Kering dalam 2 ? 5 Jam
Oleh trubus


Manisan pepaya bisa dikeringkan dalam waktu relatif singkat berkat mesin yang dikembangkan Dr Astu Unadi, M. Eng, perekayasa di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang. Prinsip kerja mesin itu ialah menurunkan kadar air dalam buah. Di dalam mesin terdapat pemanas yang berfungsi meningkatkan suhu udara panas hingga 60o C. Udara panas diembuskan ke arah buah dengan bantuan kipas angin. Buah yang dikeringkan diletakkan pada rak-rak. Setiap rak hanya diisi satu lapis buah agar cepat kering.

Karya Astu itu telah dipakai oleh seorang produsen manisan buah di Cikarang. Sebelumnya pria yang akrab disapa Robby itu menggunakan mesin pengering biasa. Bentuknya seperti pemanggang kue. Hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Manisan kurang kering dan proses butuh waktu hampir seharian. Mesin berbahan bakar listrik sehingga biaya operasional cukup besar. Itu berbeda ketika Robby menggunakan mesin dehidrator ala Astu. Produksi meningkat karena waktu pemrosesan singkat. Kini setiap hari ia mampu menghasilkan 600 kg manisan. Sekali beroperasi, waktu yang dibutuhkan cukup 2 jam.

Cara kerja
Dehidrator berbentuk persegi panjang, terdiri dari penukar panas (heat exchanger,red), blower atau kipas, sistem kontrol suhu, kompor, tray, dan troli. Semua komponen bekerja berkesinambungan. Troli memuat tumpukan tray berisi potongan-potongan buah.

Suhu udara diatur melalui sistem kontrol suhu yang bekerja secara otomatis sesuai kehendak. Penukar panas bekerja memindahkan panas hasil pembakaran minyak atau gas ke udara pengering secara tidak langsung agar asap dari pembakaran minyak tanah atau gas tidak mencemari produk. Kipas angin menghisap udara panas dan mengembuskannya ke tumpukan buah. Menurut Robby, buah kering menjadi manisan dalam 2 jam. Namun, standar waktu itu tergantung kadar air awal buah, tebal irisan, total buah yang dikeringkan, dan pengaturan suhu,? kata Astu. Biasanya untuk menghasilkan manisan, keripik atau ikan kering menghabiskan waktu 4 ? 6 jam.

Sebelum masuk ke mesin pengering, buah dicuci bersih dan dipotong-potong. Lalu direndam selama 5 jam dalam air kapur agar tekstur buah tetap keras. Setelah dicuci bersih, buah di-blansir dengan pengukusan selama 5 menit. Setelah itu direndam semalaman dalam air gula. Tiriskan lebih kurang 10 menit. Manisan pepaya basah lalu disusun dalam tray dan dimasukkan ke dalam pengering. Selanjutnya, proses pengeringan berjalan.

Mesin itu tak hanya dipakai untuk manisan pepaya. Buah berkadar air 70 ?96%seperti mangga, durian, pisang, dan apel bisa dikeringkan di sini. Hasil akhir berupa manisan dan produk kering. Bila kadar air turun jadi 25 ?30%, itulah manisan. Sedangkan untuk keripik, bila kadar air turun hingga tinggal 8 ?14%.

Hasil karya Astu itu pertama kali dipakai di negeri Kanguru. Di sana, mesin digunakan oleh salah satu produsen besar sari buah Beri. Di tanahair, dehidrator tersedia dalam beragam ukuran sehingga industri rumah tangga pun dapat memanfaatkannya. (Lastioro Anmi Tambunan) Spesikasi mesin
Model CIHE 20 CIHE 40 CIHE 60 CIHE 200 CIHE 400
Kapasitas muat (Kg) 20 40 60 200 400
Dimensi
Panjang (cm) 124 200 240 360 550
Lebar (cm) 40 50 60 80 130
Tinggi (cm) 60 96 100 170 190
Berat (kg) 75 110 150 350 750
Daya listrik (W) 50-200 250 300 750 1.500
Bahan bakar LPG/Minyak tanah LPG/Minyak tanah LPG/Minyak tanah LPG/Minyak tanah LPG/Minyak tanah
Pengaturan suhu Manual Otomatis Otomatis
 
Tanam Lengkeng

Tanam Lengkeng
Jangan Salah Pilih Varietas
Oleh trubus


Sejak diperkenalkan secara gencar oleh Trubus pada 2004, maka tren lengkeng melanda Indonesia. Kini Dimocarpus longan yang ditanam pekebun mulai bisa dilihat hasilnya. Maklum, salah satu kelebihan lengkeng dataran rendah ialah sifatnya yang genjah. Pada umur 8 -18 bulan mulai belajar berbuah. Namun, di balik tren yang sudah berlangsung selama setahun, ternyata pengetahuan kita tentang lengkeng dataran rendah masih sangat minim.

Sampai saat ini misalnya, pertanyaan varietas mana yang paling cocok dikebunkan untuk skala komersial masih terus terlontar. Terus terang, sayapun belum berani merekomendasikan varietas terbaik. Pasalnya, saat ini di Taman Wisata Mekarsari (TWM) masih dievaluasi 16 varietas lengkeng dataran rendah yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.

Penelitian dan pengalaman
Selain penelitian yang dilakukan TWM, sebetulnya pengalaman pekebun sukses lain bisa dijadikan rujukan. Sebagai contoh, perjalanan saya ke kebun milik Lie Ay Yen di Banyumanik, Semarang dan Prakoso Heryono di Demak, pada penghujung Januari memberi masukan yang sangat berharga. Mata terbuka lebar setelah menyaksikan penanaman 3 varietas populer, diamond river, pingpong, dan itoh itu dalam skala kebun komersial. Membandingkan ketiganya menjadi lebih mudah karena tanaman yang diamati lebih banyak.

Sebelum berbicara lebih jauh, perlu ditegaskan kembali, dari ketiga varietas itu diamond river dan pingpong yang asli lengkeng dataran rendah tropis. Ia berasal dari Vietnam, lalu dikembangkan di dataran rendah Thailand. Dari Thailand menyebar ke Malaysia lalu ke Indonesia. Sebaliknya, itoh bukanlah asli lengkeng dataran rendah. E daw - sebutan itoh di Thailand ? adalah lengkeng subtropis. Semula ia banyak ditanam di Thailand bagian utara seperti di Chiangmai dan Lamphun. Lalu secara perlahan beradaptasi ke dataran rendah setelah ditanam para pekebun di di Samut Songkhram dan Rayong.

Pengetahuan dasar itu penting untuk mengetahui sifat dan karakter lengkeng dataran rendah lebih mendalam. Dari penelitian -yang masih terus berjalan - dan pengamatan ke sejumlah pekebun itu, saya mencoba menganalisa sifat dan karakter 3 varietas lengkeng dataran rendah yang telah populer itu.

Sifat dan karakter
Pertama , diamond river. Karena memang asli lengkeng dataran rendah maka mata berlian - sebutan diamond river di Malaysia -mudah berbuah di Indonesia. Sifat unggul diamond river terletak pada sosok tanamannya . Percabangan banyak dan produktivitas tinggi. Ia juga berbuah sepanjang tahun. Makanya kita lazim melihat pohon diamond river bertaburan bunga dan buah. Rasa buah manis, tapi berkualitas rendah. Daging buah tipis, transparan dan becek.

Kedua , pingpong. Sama seperti diamond river, pingpong asli lengkeng dataran rendah sehingga mudah berbuah. Buahnya eksotik karena berukuran jumbo, bahkan beberapa di antaranya benar-benar sebesar bola pingpong. Sayang, ukuran buah besar itu diikuti oleh biji yang besar pula. Kelemahan lain, sifat apical dominance alias pucuk cenderung tumbuh memanjang dan jarang bercabang.

Dompolan buah sebenarnya cukup lebat. Tetapi karena percabangan yang sedikit tadi, maka total buah pada satu pohon menjadi sedikit pula. Saya sering melihat pingpong berumur 2 tahun hanya mempunyai 5 cabang yang ngelancir . Artinya, hanya 5 dompol buah yang terbentuk. Dengan 20 -25 buah per dompol, maka hasilnya hanya 100 -125 buah per pohon.

Ketiga , itoh. Dibanding kedua varietas sebelumnya, kualitas itoh paling bagus. Bayangkan saja lengkeng impor terbaik yang kerap kita beli di pasar swalayan. Daging buahnya kering, manis, tebal, dan renyah. Bahkan di kebun Lie Ay Yen kita diberi kesempatan memetik sendiri buah langsung dari pohonnya! Terbayang kesegaran dan kenikmatannya bukan?

Di dataran rendah Thailand dan Malaysia, produktivitas itoh juga tinggi. Sayang, di Indonesia ia sulit berbuah karena teknik membuahkannya belum tepat. Lalu bagaimana?Kalau masih begini terus belum ada satupun dari ketiga varietas itu yang dapat dikebunkan secara komersial.

Tingkatkan kualitas
Namun, tunggu dulu, jangan buru-buru menebang dan membuang diamond river, pingpong, dan itoh di kebun Anda. Diamond river misalnya. Teknik penanaman dengan surjan atau bedengan;pemupukan tepat waktu;dan tepat unsur hara dipercaya bisa mengatasi beceknya buah. Kuncinya ialah pekebun harus rajin mencoba.

Pengalaman Lie Ay Yen contohnya. Pada saat buah diamond river muda memang daging buah banyak berair, tapi dengan penanaman pada bedengan yang ditinggikan, maka kelebihan air dapat dibuang. Maka seiring bertambahnya umur buah, daging semakin kering dan biji semakin mengecil. Itu saran bagi pekebun yang sudah menanam. Sedang bagi mereka yang mau terjun menanam lengkeng, diamond river lebih cocok untuk ditanam sebagai tabulampot atau tanaman pekarangan karena tajuknya indah dan buah yang lebat.

Sementara pingpong, saya sendiri hampir mencoretnya sebagai varietas unggul. Namun, perjalanan ke kebun Prakoso memaksa saya menarik kembali pendapat itu. Saya melihat pingpong asal biji yang ditanam Prakoso 1,5 -2 tahun silam mulai berbunga. Itu luar biasa, jarang sekali tanaman dari biji bersifat genjah. Daunnya besar seperti daun jeruk Bali, tapi melengkungnya daun menegaskan bahwa itu asli keturunan pingpong. Ini meyakinkan saya menanam pingpong dari biji dapat menghasilkan mutasi yang menguntungkan untuk dikembangkan.

Lengkeng super
Karena dari biji, maka banyak varian pingpong yang muncul. Mulai dari variasi ukuran, warna dan bentuk buah;daun;dan percabangan. Ada tabulampot pingpong yang pendek, kompak dan rimbun. Cabangnya banyak, walaupun daunnya tetap melengkung. Bahkan, saya melihat buah pingpong berpelat, seperti rambutan rapiah. Warna kulitnya juga putih kehijauan, bukan cokelat. Saya menduga 2 - 3 tahun ke depan bakal muncul lengkeng super dari indukan pingpong dengan lokal.

Yang terakhir itoh, inilah harapan kita saat ini. Menurut saya, itoh-lah yang paling pantas dikebunkan secara komersial. Buah kering, manis, tebal, dan renyah sudah pasti diminati konsumen. Walaupun ia bukan asli lengkeng dataran rendah bukan berarti dia tak dapat dibuahkan. Dengan perlakuan tertentu terbukti ia dapat dibuahkan. Di Thailand pekebun menggunakan KClO3 untuk merangsangnya berbuah.

Sayang, bahan baku kembang api itu sulit diperoleh di Indonesia. Namun, Lie Ay Yen telah sukses membuahkan itoh dengan 2 kunci:bibit berkualitas ?diambil dari itoh yang telah beradaptasi ? dan kombinasi pemupukan yang tepat. Dengan mata kepala sendiri saya melihat, itoh berumur 1, 5 tahun digelayuti buah walau terlihat agak stres. Saya menduga, bila dibuahkan pada umur 2, 5 tahun dengan percabangan yang lebih kokoh, maka hasil 10 kg per pohon bukan impian di siang bolong.
 
Pisang

Pisang
Pasar Swalayan Penyakit
Oleh trubus



Begitulah kondisi perkebunan pisang di Indonesia. Besarnya permintaan lokal dan mancanegara sulit terpenuhi karena kendala penyakit (baca: Pisang Dicari , Pisang Ditanam, Trubus Oktober 2005, hal 54 -55). Menurut Dr Ir I Djatnika, gagalnya pengembangan pisang di Indonesia disebabkan negeri kita seperti laboratorium penyakit.

Penyebab alaminya karena letak bumi pertiwi berdekatan dengan khatulistiwa. Musim di kita hanya 2, kemarau dan penghujan. Akibatnya, siklus penyakit berjalan terus. Kelembapan juga tinggi sehingga penyakit tumbuh subur, kata peneliti di Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok itu.

Bandingkan dengan pengembangan cavendish di Australia dan Filipina. Di sana kelembapan udara relatif rendah dibanding Indonesia, katanya. Begitu pula dengan di Costarica yang terkenal sebagai negeri pisang. Itu menyebabkan pengembangan pisang monokultur dan monovarietas lebih mungkin. Selain itu, negeri yang mempunyai 4 musim - atau pengaruh 4 musim -menyebabkan siklus penyakit terhenti saat musim dingin.

Situasi alam Indonesia yang disukai beragam penyakit itu diperparah oleh kegiatan agrobisnis yang ceroboh. Misal, banyak pekebun pisang membawa bibit dari mancanegara seenaknya saja. Peraturan karantina yang sudah bagus dilanggar. Akibatnya, penyakit dari luar negeri mewabah di berbagai sentra. Contohnya, layu fusarium yang kini menjadi momok berasal dari Costarica. Begitu juga pengelolaan kebun. Nun di Australia, tak sembarangan orang boleh masuk ke kebun pisang.
Beragam penyakit

Menurut Djatnika, penyakit utama pisang di Indonesia ialah layu bakteri, layu fusarium, bunchy top, mozaik, dan sigatoka kuning. Sekitar 5 penyakit, tapi sebetulnya dilaporkan lebih dari 7 penyakit telah menyerang pisang, tutur Djatnika. Penyakit lainnya seperti nematoda radopholus, penyakit darah, dan sigatoka hitam.

Yang disebut terakhir baru dilaporkan belakangan ini karena sebelumnya hanya dikenal sigatoka kuning. Bahkan, menurut Sobir Phd, peneliti di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT), Bogor, penyakit darah ialah penyakit khas Indonesia. Di negara lain tak pernah ada yang melaporkan, ujarnya. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum p. v. celebensis itu berasal dari Pulau Selayar. Ia mewabah setelah 1980-an, ketika perdagangan pisang dari pulau itu terbuka ke berbagai daerah di Indonesia.

Beragam penyakit itu ternyata tak ditemukan di Malaysia. Di negeri Jiran, paling hanya ditemukan 2 penyakit yaitu, layu fusarium dan sigatoka, lanjut Djatnika. Yang mengherankan, di Malaysia layu bakteri tidak pernah menjadi masalah. Diduga sistem lalulintas bibit pisang yang ketat menyebabkan layu bakteri dari Indonesia tak pernah masuk ke sana.

Pun di Filipina -yang sebetulnya berdekatan dengan Indonesia. Negara yang terletak di sebelah utara Indonesia itu hanya terserang 3 penyakit utama, yakni sigatoka, layu bakteri, dan buk dog. Penyakit darah yang sering dilaporkan di Indonesia tak menyerang Filipina, katanya. Di Thailand hanya ada 2 penyakit utama:layu fusarium dan sigatoka kuning. Di Costarica, sigatoka hitam.
Kaya jenis

Apa boleh buat negeri kita telanjur menjadi pasar swalayan penyakit pisang. Pernah ada sebuah cerita menarik mengenai hal itu. Ketika itu Taiwan berhasil mengembangkan 3 varietas pisang tahan layu fusarium:tai chao 1, tai chao 2, dan formosana. Sebuah perkebunan komersial mendatangkan formosana untuk dikebunkan secara besar-besaran. Namun, pisang sakti dari negeri itu hanya mampu menangkal layu fusarium. Di Indonesia formosana takluk pada layu bakteri.

Besarnya kendala berkebun pisang bukan berarti tak ada peluang untuk dikembangkan. Menurut Sobir, Indonesia tetap mempunyai peluang. Indonesia kaya jenis pisang. Pilih pisang lokal yang tahan penyakit tertentu, katanya. Pisang sari dari Bali misalnya, ia toleran terhadap layu fusarium. Di Bogor ada pisang oli yang juga tahan layu fusarium. Syaratnya lagi, pisang-pisang itu jangan dikebunkan secara multikultur, tapi multijenis.

Bahkan, di Sulawesi ada pisang sepatu amora yang sulit diserang layu bakteri dan penyakit darah. Maklum, pisang itu mempunyai pertahanan alami karena tidak punya jantung. Akibatnya, ia luput dari kunjungan serangga vektor kedua penyakit itu (baca:pisang Sepatu Amora Tanpa Jantung, Tahan Penyakit , Trubus Desember 2004, hal 47). Menurut Sobir, pisang yang mempunyai sifat seperti sepatu amora - yang tidak mempunyai bunga jantan - terdapat pula pada pisang tanduk. Ia juga layak dikembangkan, tambahnya.

Betulkah pisang lokal bisa diterima pasar?Mari kita tengok 10 tahun ke belakang. Dulu hanya cavendish yang dapat ditemui di pasar swalayan. Kini 2 -3 tahun terakhir pisang lokal seperti mas, barangan, tanduk, kepok, uli, dan raja sere mulai muncul di pasar swalayan dan terserap habis. Artinya, pisang sari, sepatu amora, oli, dan lainnya berpeluang. Asalkan ada promosi dari pekebun dan pemasok, kata Sobir.

Selain pemilihan jenis, sistem berkebun juga mesti diperbaiki. Misal, sanitasi lahan sebelum penanaman, pemberongsongan buah, dan pergiliran tanaman. Menurut Djatnika, di Israel pergiliran pisang dengan gandum terbukti menekan penyakit layu fusarium. Pun di jalur Pantai Utara, Jawa Barat. Pekebun melakukan pergiliran pisang dengan jagung untuk menanggulangi serangan layu fusarium.
 
Apel Lonceng Negeri Kanguru

Apel Lonceng Negeri Kanguru
Oleh trubus


Kehadiran dua jambu air dari Benua Bawah ?sebutan Australia ?itu boleh dibilang tak biasa. Di negeri bekas jajahan Inggris itu, jambu air tergolong buah inferior. ?Di sana manggis, nanas,dan mangga lebih dihargai,? kata Dr M Reza Tirtawinata, pakar buah di Bogor. Musababnya, Syzigium aquatica bukan tanaman asli Australia. Yang lazim ditemukan di sana justru kerabat jambu air, seperti beach cherry.

Pendapat serupa dilontarkan oleh Hendro Soenarjono, pakar buah di Bogor. ?Saya pernah dengar nama jambu bell apple,tapi belum pernah mencoba,? tutur Hendro. Ia menduga kedua jambu itu sebetulnya berasal dari negara di Benua Asia yang terkenal kaya jenis jambu air. Misal Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Sementara Reza menuturkan, Thailand dan Vietnam bisa jadi sumber awal kedua jambu itu.

Karena itu, besar kemungkinan jambu air di Australia itu bukan asli benua di selatan khatulistiwa itu. Soal nama pun boleh jadi itu sebetulnya sebutan jambu air di sana.Disebut wax jamboo karena kulit buah mengkilap seperti berlilin. Sementara sosoknya seperti lonceng, pantas bila jambu punya sebutan bell apple.

Untuk tabulampot
Bell apple di kebun Tebuwulung memang seperti lonceng, tapi agak membulat.Ukuran buah sedang, sekilo rata-rata 7 ?8 buah.Rasanya manis dan lembut. Menurut Eddy,ia tergolong jambu eksotik karena mempunyai guratan yang menonjol,mirip jambu sukaluyu dan si loreng (baca:Jambu Air Baru dari Batavia, Trubus, Januari 2006). Warna kulit buah lembut,bergradasi merah muda menuju putih di celah antarguratan. Warna semakin putih dari ujung ke pangkal buah.?Bentuknya cantik,cocok untuk tabulampot,? katanya.

Bell apple kian istimewa karena berbuah banyak. Pada Desember 2005 ?Januari 2006 kala ia berbuah pertamakali, jumlahnya mencapai 30 buah. Setiap dompolan di pohon setinggi 70 cm digelayuti 4 ?5 buah. ?Walau tanpa seleksi,ukurannya seragam.Ini pasti produktif bila dikembangkan,? katanya. Ia pun tergolong bandel karena hama dan penyakit tak pernah muncul selama 2 tahun perawatan.

Wax jamboo berwarna merah ngejreng. Buah agak kurus dan memanjang. Biji kecil bahkan hampir tak berbiji. Ukuran buah sedang,sekilo 7 ?8 buah. Penelusuran Trubus, di penangkar lain,wax jamboo justru disebut bell apple. ?Yang berwarna merah terang ini bell apple. Yang lain, saya tidak tahu,? kata Suhono, pengelola Arumdalu Nurseries di Cibubur, Jakarta Timur. Namun, Suhono membenarkan jambu itu berasal dari Australia yang didatangkan 2 ?3 tahun silam.


Tsunami
Nun,dari Bumi Serambi Mekkah, Yanto,pemilik nurseri Keboen Joglo, mendapat koleksi jambu air tsunami. Jambu itu didapat dari seorang kenalan yang memperoleh bibitnya dari Aceh 3 ? 4 tahun silam. Bentuk buah unik, bibir di ujung buah menonjol.

Ukurannya sekitar sebuku jari orang dewasa. Saat bencana tsunami datang setahun silam, konon pohon induk pun hilang tersapu gelombang. ?Karena saya tak tahu nama aslinya, disebut saja tsunami,? kata Yanto. Saat dipajang di pameran Trubus Agro Expo 2005 di Museum Purnabhakti Pertiwi TMII, Jakarta, awal Desember silam,tsunami cukup menyita perhatian pengunjung.

Menurut Eddy Soesanto, tsunami mirip lilin hijau dan cikampek.Namun, bibir di ujung buah kedua jambu itu lebih pendek dan berwarna agak merah.Berminat mengoleksi 3 jambu baru itu? Bersabarlah karena para penangkar tengah bersiap mengembangkan bibitnya
 
Buah-buah Jawara LBUN 2005

Buah-buah Jawara LBUN 2005
Oleh admin


Proses penjurian kali ini memang berjalan alot. Di kelas jambu air misalnya, citra kiriman dari Widartono, Jakarta Barat, mesti bertarung habis-habisan dengan pear madu jumbo milik Ir Tjin Lai dari Pekanbaru, Riau. “Pear madu jumbo lebih manis, dan lengket di lidah,” kata Rudi Sendjaja, juri dari praktisi pemasaran buah-buahan.
Pendapat itu diamini Evy Syariefa dari Trubus. Sebaliknya juri lain Prof Dr Sri Setyadi Harjadi, guru besar emiritus Institut Pertanian Bogor dan Hendro Soenarjono, pakar hortikultura menilai citra lebih enak dan manis.
Beruntung jalan tengah diambil dengan melihat kecenderungan konsumen. “Di pasaran, masyarakat lebih menyukai buah dengan penampilan menarik. Soal rasa belakangan,” kata Rudi. Karena perbedaan rasa keduanya tak terlalu jauh akhirnya semua juri sepakat menobatkan citra sebagai jawara. “Warna merah dan bentuk citra lebih cantik,” tutur Sri. Maka, jambu asal Bumi Lancang Kuning harus puas menempati posisi kedua.
Kemenangan citra milik Widartono itu sekaligus melengserkan madu hijau kiriman Ir Lutfi Bansir yang menduduki takhta pertama pada 2004. Madu hijau asal Bulungan, Kalimantan Timur, itu mesti rela di tempat ketiga.

Muka lama
Dua kelas lainnya, jeruk dan belimbing masih dipegang jawara lama. Hickson kiriman Iwan Santoso di Kupang, Nusa Tenggara Timur, lagi-lagi membuktikan kualitasnya. “Rasanya manis, segar, dan berair banyak,” ujar Hendro. Posisi kedua ditempati keprok punten jagoan Sutjipto Gunawan dari Batu, Jawa Timur.
Penampilan keprok punten sebetulnya lebih bagus. Kulit cerah dan segar ketimbang hickson yang agak mengerut. Sayang, rasa manisnya kalah. “Daerah NTT memang lebih baik dibanding Batu untuk penanaman jeruk. Sinar mataharinya lebih banyak,” ujar Hendro. Diduga keriputnya hickson disebabkan karena perjalanan NTT ke Jakarta memakan waktu lama.
Demikian juga dewa, belimbing andalan Mubin Usman di Depok, Jawa Barat. Ia seolah tidak tergoyahkan oleh para pesaingnya sejak setahun silam. Apalagi dewa baru—yang merupakan turunannya—pernah menjadi jawara pada 2003. Artinya, buah bintang hasil rawatan Mubin Usman telah teruji.
Menurut Sri, sukses hickson dan dewa mempertahankan gelar membuktikan kualitas keduanya konsisten. “Berarti varietasnya benar-benar unggul,” katanya. Itu juga menunjukkan pengelolaan serius dari pemiliknya. Maklum, baik Iwan maupun Mubin memang kondang sebagai penangkar dan pekebun sukses di daerahnya masing-masing.

Harapan
Begitulah cerita persaingan di kelas jambu air, jeruk, dan belimbing. Di kelas lain seperti durian dan mangga tak ada yang memperoleh gelar juara 1. Nilai tertinggi hanya mendapat predikat harapan. Menurut Rudi, di kelas durian hampir seluruh Durio zibethinus yang masuk meja panitia rasanya tak selezat tahun sebelumnya. “Mungkin karena kendala musim yang tak mendukung,” ujarnya. Akhirnya dewan juri sepakat menobatkan gembong sebagai harapan. Di kelas mangga, manalagi kupang kiriman Fransiskus Jusuf Djitro meraih gelar harapan. Walau nilainya tertinggi dibanding peserta lain, ia tak serta-merta menjadi pemenang ke-1. “Poin penilaian memang paling besar, tapi belum memenuhi standar mangga unggul yang ditetapkan juri,” tutur Rudi.
Total jenderal peserta LBUN 2005 sebanyak 39 kontestan. Jumlah terbanyak terdapat di kelas jambu air sebanyak 12 peserta. Peserta berasal dari berbagai daerah seperti Riau, Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sayang, dari 9 kategori yang dilombakan terdapat 3 kategori tanpa pemenang, yaitu duku, salak, dan pepaya. Musababnya, kontestan di kelas-kelas itu kurang dari prasyarat minimal sebanyak 4 peserta. Meski begitu, LBUN yang digelar selama tahun ayam itu telah bergulir. Para pemenang akan mendapatkan penganugerahan pada pembukaan Trubus Agro Expo 2006 yang digelar Maret. Selamat kepada para pemenang
 
Salak Sohor dari Pulau Garam

Salak Sohor dari Pulau Garam
Oleh admin



Rasa salak bangkalan memang tak diragukan lagi. Beberapa pengusaha agribisnis yang Trubus temui juga mengakui. Sebut saja Hariyanto, pengusaha bibit buah dan tanaman perkebunan di Mojokerto, Jawa Timur. Itu salak yang paling saya sukai. Dia amat terkenal di Jawa Timur, ujarnya. Pun Doddy Baswardojo, pekebun jeruk kalamansi di Bengkulu. Bila benar-benar tua, rasanya lebih manis ketimbang pondoh, katanya.

Penasaran dengan nama kondang salak bangkalan, Trubus menyempatkan diri menyeberangi Selat Madura pada penghujung Desember 2005. Baru saja melewati jalan lintas Kamal-Bangkalan sejauh 15 km ke arah utara, hutan salak di kiri-kanan jalan menyambut pelancong yang datang. Jumlah tanaman salak semakin banyak seiring perjalanan ke pusat kota.

Di desa di tepi Selat Madura itu bayangan tentang Pulau Garam (sejak dulu Madura terkenal sebagai penghasil garam, red) yang kering kerontang dan panas langsung tumbang. Di daerah yang hanya berketinggian 3 m dpl itu teriknya sinar matahari tak terasa, malahan bisa dikatakan sejuk.

Batang-batang salak yang rimbun menutupi jalanan kecil yang menghubungkan setiap kampung. Jauh sekali dari panas teriknya suasana pantai dan pesisir pada umumnya. Menurut Greg Hambali, pakar botani dan kolektor salak dari Bogor, secara mikro beberapa desa di Kabupaten Bangkalan memang cenderung basah sehingga cocok untuk tanaman salak. Itu karena kedalaman air tanah sangat dangkal.
Empat jenis

Perburuan mencari salak bangkalan tak sia-sia. Beberapa pohon salak yang dilewati sedang berbuah. Di kediaman Saniyah, ketua Kelompok Tani Ambudi Makmur, salak bangkalan disuguhkan. Ternyata, nama bangkalan sebutan semua Salacca zalacca yang tumbuh di Bangkalan. Minimal terdapat 4 varietas salak di Bangkalan: yaitu se'nase, penjalin, manggis, dan kerbau. Nama-nama itu sudah mengakar di masyarakat Bangkalan (baca: Salak Paling Enak di Bangkalan, Trubus Februari 1991).

Menurut Ir Puguh Santoso MMA, dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan, varietas se'nase dan penjalin paling enak. Trubus mencicipi sendiri. Rasa manis se'nase segera menyergap lidah. Anggota famili Arecaceae itu juga masir. Butiran seperti gula pasir terlihat bila buah dibelah. Warna kulit agak kecokelatan. Ukuran sedang, sekilo berisi 7-12 buah.

Penjalin manisnya lebih lengket di lidah. Sayang ukuran buah kecil, sekilo berisi 15-20 buah. Warna buah menarik karena agak kekuningan mirip penjalin alias rotan. Dari situlah namanya muncul. Populasi tanaman penjalin pun sedikit dibandingkan dengan se'nase, hanya 20% dari total populasi. Sementara varietas manggis, manis agak pahit dan kerbau manis sepet. Jumlah se'nase mencapai 40% dari populasi.

Dari keunggulan buah dan sebaran populasi, salak se'nase paling layak diusulkan sebagai varietas unggul. Itu dikuatkan oleh hasil penelitian Dr Ir Tri Sudaryono MS, peneliti salak dari BPTP. Berdasarkan analisis uji fenetik berbagai varietas salak di Jawa Timur, se'nase mempunyai hubungan kekerabatan paling jauh. Misal dengan suwaru malang yang dilepas sebagai varietas unggul pada 1991. Artinya se'nase pantas dikelompokkan sebagai varietas baru.
Jasa santri

Meski nama salak bangkalan begitu terkenal, tak ada yang tahu persis penanam pertamanya. Toh, cerita dari mulut ke mulut bisa memberikan gambaran. Almarhum KHM Cholil bin Abd Latif, pendiri pondok pesantren Mertajasah Bangkalan, dipercaya sebagai perintis penanaman kerabat kelapa sawit itu di sana. Ulama kharismatik itu sangat mencintai salak.

Ia kerap menugaskan para santri untuk merawat kebun salak di sekitar pondok. Santri yang merupakan penduduk setempat kerap mendapat oleh-oleh buah salak. Bijinya ditanam di rumah sehingga penanaman salak meluas. Bahkan, beberapa salak di Jawa Timur seperti wedi di Bojonegoro, kersikan di Pasuruan, dan suwaru di Malang diyakini bibitnya berasal dari Bangkalan oleh santri yang pernah mondok di sana (baca: Pondoh di Sleman, Wedi di Bojonegoro, Trubus Juli 2005).

Namun, kabar itu disangsikan oleh Greg Hambali. Menurutnya, yang mungkin terjadi justru sebaliknya. Salak bangkalan mirip dengan salak jawa. Yang mungkin salak dari Jawa masuk ke Bangkalan. Di Madura sedikit sekali ditemukan penyerbuk alami, katanya. Maklum, salak jawa terkenal sebagai tanaman berumah dua. Satu tanaman hanya memiliki 1 organ reproduksi. Artinya, tanaman jantan dan betina terpisah. Kebun salak komersial hanya bisa berbuah bila penyerbukan dibantu manusia. Peran penyerbuk alami sangat sedikit.
Tengah kota

Terlepas dari itu, hampir semua sepakat pengembangan snake fruit itu dimulai dari sebuah kampung bernama Pesalakan. Boleh dikatakan letaknya persis di jantung kota. Dari situ ia menyebar ke daerah sekitar hingga mengubah wajah Bangkalan menjadi hutan salak.

Pengamatan Trubus saat berkeliling kota Bangkalan, saat ini jumlah perumahan dan kebun salak hampir berimbang. Karena letaknya yang di tengah kota itu banyak kalangan khawatir salak bangkalan bakal punah. Penelitian kami menyimpulkan setiap tahun terjadi pengurangan 100-ribu rumpun salak bangkalan. Itu setara dengan 50 ha, kata Tri Sudaryono.

Sebetulnya konvensi lahan dari hutan salak menjadi perumahan atau perkantoran tak masalah selama disediakan lahan pengembangan alternatif oleh Pemda setempat. Yang perlu diperhatikan, kondisi iklim mikro wilayah pengembangan itu harus mirip dengan suasana tengah kota.

Gayung pun bersambut, Pemerintah Daerah Bangkalan di bawah pimpinan KH Fuad Amin, kini berusaha menyelamatkan salak bangkalan. Namanya diusulkan diganti dengan nama salak kramat. Kramat diambil dari nama desa yang paling gencar mengembangkan salak bangkalan. Kita tinggal menunggu peta kesesuaian lahan untuk pengembangan lanjutan, tutur Ir Moch Fatich Murtadlo Msi, kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan. Dengan begitu, kebanggaan warga Pulau Garam itu bakal berumur panjang.
 
Jeruk Siem Wangon

Jeruk Siem Wangon
Lima Belas Tahun dalam Kesunyian
Oleh admin



Tak salah bila siem wangon pernah kondang dan sempat mengecap kejayaan. Citrus edulis itu manis rasanya. Ditambah sosok yang prima, siem kian menawan. Tengoklah penampilan fisiknya yang bulat hingga oval dengan balutan kulit hijau berpadu kuning berkilap. Saat dikupas, tampak daging berwarna jingga mencolok. Bila buah dibelah melintang terlihat 10-13 septa yang juicy dihiasi 1-2 biji. Saat mencicipi rasakan kesegaran yang tak ada bandingnya.

Dengan kelebihan itu pantas jika siem wangon pernah melanglangbuana hingga keluar Banyumas, bahkan Jawa Tengah. Di 1970-an siem wangon sempat meraja di pasar-pasar Jakarta hingga ke pelosok daerah, berdampingan dengan jeruk medan dan jeruk pontianak. Di Banyumas, siem wangon menjadi primadona hingga kini, ujar Buapati Banyumas H.M. Aris Setijono SH. SIP.

Popularitas siem wangon sempat teredam lantaran gempuran virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang mengganas pada 1980-an. Itulah titik balik turunnya kejayaan siem wangon. Saat itu ratusan pohon jeruk siem yang menjadi sumber utama periuk nasi alias pendapatan pekebun di Wangon disinggahi ribuan kutu loncat pembawa virus Bactrocera dorsalis. Akibatnya daun dan tunas-tunas muda menjadi keriting, lambat laun kering dan tak mempersembahkan sebutir buah pun untuk dipanen.

Pekebun tak punya pilihan selain membakar seluruh pohon jeruk demi menyelamatkan pohon yang belum terinfeksi. Trauma berkepanjangan membuat pekebun urung menanam jeruk di lahannya hingga lebih dari 1 dasawarsa. Walhasil, kenangan Wangon sebagai sentra siem terbesar di Banyumas pun ditutup. Sejak itulah nama jeruk siem wangon kian asing di telinga penggemar buah.
Bangkit lagi

Jeruk siem wangon telah ada sejak ratusan tahun silam di seputaran Wangon. Pohon induk telah lama mati, tapi terusmenerus memunculkan anakan layaknya regenerasi yang tak putus-putus. Bila menatap pohon jeruk dewasa sempatkan sekali-kali untuk menengok di sekitar tanaman; pucuk-pucuk tanaman muda ukuran 5-10 cm tampak menyemi ibarat jamur di musim penghujan.

Kabarnya ia pernah menjadi persembahan rakyat Wangon yang dahulu termasuk dalam wilayah Kadipaten Wirasaba untuk raja-rajanya. Raja Pajang, raja Demak, dan raja Mataram yang berturut-turut menguasai Kadipaten Wirasaba, pernah merasakan manisnya siem kebanggaan rakyat Wangon itu. Ia pun pernah menjadi simbol kota Kecamatan Wangon lantaran sanggup mengantarkan daerah yang lambat berkembang itu menjadi kondang di seantero Banyumas.

Berupaya membuka kembali cerita kejayaan jeruk siem, Sarpin menyemaikan beberapa anakan siem wangon yang terselamatkan dari bencana huang lung bin-sebutan CVPD di Cina. Pekebun jeruk di Karangtawang, Banteran, Wangon, Banyumas, itu menggalang pekebun lain untuk menanam jeruk kembali. Di bawah bimbingan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Banyumas, ia membentuk Kelompok Tani Sri Laksana yang mengkhususkan diri pada produksi jeruk.

Itu semata-mata, Karena saya sangat merindukan jeruk siem yang dulu pernah ada di sini, ungkap pria kelahiran 55 tahun silam itu. Akhirnya sejak akhir 2002, lebih dari 8.740 pohon jeruk tertanam di lahan seluas 10,5 ha. Dinas memberikan bantuan bibit yang disebarkan ke pekebun di wilayah Wangon, ujar Ery Prahasto.

Penanaman besar-besaran pun melibatkan seluruh warga Desa Banteran yang pernah menjadi pekebun jeruk. Lahan bekas penanaman jeruk di era 1980-an yang sempat tertidur, layaknya dibangunkan kembali. Tanah podsolik komplek yang semula ditumbuhi ilalang hingga menyemak disulap menjadi kebun jeruk seperti lima belas tahun lampau.

Dukungan dari PEMDA setempat makin menyulut semangat para pekebun. Pemerintah merencanakan Wangon sebagai sentra jeruk di Banyumas, ujar Bupati Banyumas. Terpaut tiga tahun setelahnya, kini sebanyak 4.640 pohon di lahan 6,5 ha mulai berbuah. Rasa haru pun terbit, Seperti menyaksikan kejayaan siem wangon di masa lalu, tutur Sarpin. Musim raya yang jatuh Maret-Agustus menjadi ajang mengasyikan untuk menuai siem wangon yang telah lama dirindukan.
Produktif

Di Banteran, Wangon, Banyumas, siem kini mulai mudah ditemukan di kebun-kebun penduduk. Jeruk ditanam dengan jarak 4 m x 4 m. Dengan begitu saat tanaman berumur lebih dari 8 tahun, tajuknya yang berbentuk payung tak bakal saling bersinggungan, ujar Sarpin.

Dengan bibit asal okulasi tanaman mulai berbuah pada umur 2,5-3 tahun. Produksinya pun relatif tinggi. Pada umur 3 tahun mencapai 10-14 kg per pohon. Seiring bertambah umur, siem wangon tua-tua keladi alias makin menjadi. Pada umur produktif 6-9 tahun, bisa dituai 750-900 buah yang setara dengan 90-200 kg per pohon. Produksi bisa mencapai titik yang lebih tinggi bila perawatan yang diberikan lebih intensif.

Pantas saat musim raya tiba pemandangan tajuk-tajuk siem yang keberatan digelayuti puluhan buah menjadi hal lumrah di kebun-kebun. Di luar panen raya, setiap saat buah dalam jumlah terbatas terus bermunculan. Buah relatif tahan simpan. Asal diletakkan di dalam wadah berlapis potongan kertas, kualitas bakal tetap terjaga selama 8-10 hari setelah petik. Transportasi jarak jauh pun tak jadi masalah.
Gemerincing rupiah

Bila panen raya tiba, manisnya siem wangon semanis madu bagi pekebun di seputaran Wangon. Sarpin yang membudidayakan 1.000 pohon di Karangtawang menangguk puluhan juta rupiah, hadiah dari pohonnya. Maklum seribu pohon yang ditanam pada panen perdana menghasilkan 14 ton. Harga jeruk per kg berkisar Rp4.000-Rp5.000. Belum lagi pendapatan dari produksi bibit. Bila musim panen usai, Sarpin menyibukkan diri membuat bibit jeruk siem dari setek batang maupun cangkok. Sebab permintaan bibit tidak kalah banyak dibanding buahnya. Hal serupa juga dialami pekebun lain.

Produksi diperkirakan bakal terus meningkat. Pasalnya, pekebun di Wangon telah dibekali pengetahuan perihal pengendalian CVPD. Kami merekomendasikan pekebun untuk menggunakan metode penyaputan atau pengolesan batang menggunakan insektisida bahan aktif imidakloprid seperti Winder 25WP dan Winder 100EC, bila terjadi serangan CVPD, ungkap Ery Prahasto.

Selain itu penggunaan bibit jeruk mesti dipastikan bebas penyakit. Penyuluhan meliputi pengendalian serangga penular CVPD Bactrocera dorsalis secara cermat, melakukan sanitasi kebun secara konsisten, dan memelihara tanaman secara optimal, rutin dilakukan. Dinas juga melakukan koordinasi dan pemantauan langsung penerapan teknologi pengelolaan kebun di Wangon.

Gayung pun bersambut, pekebun menyambut jeruk siem wangon sebagai harapan baru yang sanggup mengepulkan periuk nasi mereka. Kabar baik buat mania buah di nusantara. Nirwana jeruk yang sempat tertidur itu, kini terbangun kembali. (
 
kenapa bambu bisa tumbuh dengan cepat?

di belakang rumah gw ada pohon bambu hias yang baru di beli sama tukang kebun gw beberapa minggu yang lalu. Awalnya gw suka banget sama pemandangannya, jadi tambah asri. Tapi kok lama-lama ngeri juga ya?! secara tuh pohon jadi gede banget, serem gw!
jelasin donk kenapa bambu bisa tumbuh dengan cepat.
 
Re: kenapa bambu bisa tumbuh dengan cepat?

Loh emang begitu kan? tau sebabnya? soalnya banyak bagian bambu banyak yang bagiannya tumbuh serempak.

Semua tumbuhan kalau sel-sel dalam jaringan meristem membelah dan menjadi lebih besar.. Tapi pada tumbuhan bukan bambu,meristem hanya terdapat diujung batangnya aja.Sedangkan pada buluh bambu setiap buku mengandung meristem,dan karena mungkin terdapat 60 buku (ronga-rongga yang ada di dalam batang bambu) pada satu rebung, rebung ini dapat tumbuh 60 kali lebih cepat daripada tumbuhan lain.karena meriste pada setia buku menghasilkan sel-sel baru, jarak antara buku yang berbatasan bertambah besar. Selembar upih menutupi setiap buku dan melindunginya terhadap kerusakan cahaya matahari.
 
info tipe cara mencangkok buah ,saya rasa kurang lengkap ,dan tidak tersruktur ,klo bisa info tempat cangkokan di lampirkan .supaya si pembaca tau dimana tempat cangkokan tersebut.
 
Sebagai penyuka tanaman kurma (saya menanam 10 pohon kurma yang di datangkan dari daerah Jawa) hanya sebagai hiasan saja. sekedar informasi tanaman saya masih muda dan saya tanam di areal pantai di Bali. Boleh tahu cara merawat tanaman kurma? Saya sering lihat di Afrika Utara dan juga di Timur Tengah, pohon kurma di tanam dekat pantai.
 
hai, saya pengen tau sejarah masuknya tanaman lengkeng di Indonesia. Kira-kira dimana saya bisa dapat informasinya? terimakasih (dina)
 
Back
Top