Khutbah Jumat di Masjid Nabawi

andy_baex

New member
Terjemahan Khutbah Jumat di Mesjid Nabawi
Disampaikan oleh : Syekh Dr. Husein Al-Syekh -Hafidzohullah-
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن نبينا محمدا عبده ورسوله، اللهم صلّ وسلّم وبارك عليه، وعلى آله وأصحابه.
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حقّ تقاته، ولا تموتنّ إلا وأنتم مسلمون.
يا أيها الناس اتقوا ربكم الذين خلقكم من نفس واحدة، وخلق منها زوجها وبثّ منهما رجالا كثيرا ونساء، واتقوا الله الذين تساءلون به والأرحام، إن الله كان عليكم رقيبا.
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا، يصلح لكم أعمالكم، ويغفر لكم ذنوبكم، ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما.

Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak memerintahkan sesuatu kecuali apa yang mengandung kebaikan, dan memberikan maslahat bagi hamba-Nya dalam hidup dan setelah mati, dari sini (diketahui bahwa) dosa dan maksiat adalah bahaya yang paling besar terhadap masyarakat dan negara, bahkan semua bencana didunia dan akhirat penyebabnya adalah perbuatan dosa dan hal-hal tercela, serta tindakan maksiat dan kejahatan-kejahatan. Betapa banyak nikmat yang telah terhapus oleh perbuatan dosa dan maksiat ..., berapa banyak bencana terjadi ..., dan betapa banyak kehinaan dan malapetaka yang menyelimuti ...
Wahai kaum muslimin ...

Perbuatan maksiat itu dapat menyebabkan dampak-dampak jelek terhadap individu dan masyarakat, merusak hati dan jiwa, mencakup apa yang ada didunia dan akhirat, yang tidak diketahui oleh selain Allah jalla wa'ala. sesungguhnya akibat perbuatan dosa dan dampak-dampak jelek maksiat itu akan menimpa semua manusia, dan memberi mudharat kepada masyarakat seluruhnya, diantara mudharat-mudharat itu wahai hamba Allah ... diantara mudharat-mudharat yang sangat besar Dan dampak-dampak jeleknya adalah bahwa maksiat itu adalah penyebab hilang rizki, dan sebab kefakiran, dan hilangnya berkah pada apa yang diberikan kepada hamba.

Diriwayatkan dalam musnad (Ahmad) dari Nabi Sallallaahu 'alaihi wa Sallam: (( Sesungguhnya rezki diharamkan atas seseorang (disebabkan) dosa yang dilakukannya ))[1].

Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Sesungguhnya perbuatan baik itu memberikan sinar pada wajah, dan cahaya dihati, kelapangan pada rezki, kekuatan didalam tubuh, dan menimbulkan kecintaan dihati manusia, dan sesungguhnya perbuatan buruk itu menyebabkan kehitaman diwajah, dan kegelapan dihati, dan kelemahan pada tubuh, dan kekurangan pada rizki, dan menimbulkan kebencian dihati manusia[2].

Perbuatan dosa dan maksiat bilamana tersebar di masyarakat, niscaya semua urusan akan menjadi sukar, semua usaha menjadi buntu, setiap orang saat itu mendapatkan di hadapannya jalan-jalan kebajikan dan bermanfaat tertutup, dan usaha-usaha untuk itu menjadi sulit, hal ini tidaklah aneh karena Allah Jalla wa 'Ala berfirman :
Artinya : Dan barangsiapa yang yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (at-Thalaaq : 4)

Perbuatan maksiat membuat pelakunya hina di sisi Allah, terjatuh dari mata-Nya, Hasan al-Bashri -rohimahullah- berkata: mereka (pelaku maksiat) hina di sisi Allah lalu mereka mendurhakai-Nya, jikalau mereka mulia di sisi-Nya niscaya Ia menjaga mereka.

Dan bilamana seorang hamba menjadi hina di mata Allah Jalla wa 'ala, niscaya tidak ada satupun yang akan memuliakan, Allah berfirman :
Artinya : Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. (al-Hajj : 18)

Bilamana perbuatan dosa dan maksiat tersebar dimasyarakat muslim, tindakan tercela dan kejahatan dilakukan oleh kalangan penduduknya, maka itulah penyebab kehinaan dan ketercelaannya di mata semua makhluk, (sebuah hadits) dalam musnad Ahmad bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Dan ditimpakan kehinaan dan ketercelaan atas siapa yang menentang perintahku[3].

Maka tercapainya kemuliaan itu hanyalah dengan merealisasikan ketaatan kepada Allah, dan Rasul-Nya Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (sebagaimana firman Allah)
Artinya : Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu semuanya. (al-Fathir : 10)

Tatkala kota Qubrush ditaklukkan, Abu Darda' radliyallahu 'anhu menangis, lalu beliau ditanya: apa yang membuat anda menangis pada hari dimana Allah memuliakan Islam dan pemeluknya ? beliau menjawab: betapa Hina makhluk di mata Allah apabila mereka mencampakkan perintah-Nya, sesungguhnya (Qubrush) dulunya adalah kaum yang kuat dan besar yang memiliki kekuasan, (hanya saja) mereka meninggalkan perintah Allah lalu mereka menjadi apa yang engkau lihat sekarang[4].

(Sebagaimana sebuah hadits) dalam musnad Ahmad bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Akan datang suatu masa dimana semua umat dari segala penjuru akan memperebutkan kalian (umat Islam), seumpama orang-orang rakus memperebutkan makanan, para sahabat bertanya : apakah karena sedikitnya (jumlah kami) saat itu wahai Rasulullah ? Rasulullah menjawab : tidak, jumlah kalian banyak, akan tetapi kalian (bagaikan buih) dilautan, dicabut rasa takut dari hati musuh-musuh kalian, dan diselipkan di hati kalian kelemahan, Para sahabat bertanya: apakah kelemahan itu wahai Rasulullah? Beliau berkata : cinta dunia dan takut mati[5].

Dalam musnad Ahmad dan sunan Abi Daud dengan sanad Hasan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Apabila kalian berjual beli dengan cara 'Iinah, (sibuk) dengan peternakan, ridha dengan cocok tanam, dan meninggalkan jihad di jalan Allah, niscaya Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan, Ia tidak akan menghapusnya sehingga kalian kembali ke agama kalian[6].

Dalam riwayat lain : niscaya Allah akan menurunkan bencana dari langit, Ia tidak akan mengangkatnya hingga kalian kembali ke agama kalian[7].

Dalam hal ini sebagian ulama salaf sering berdoa : Ya Allah muliakanlah saya dengan ketaatan kepada Mu, dan jangan Engkau hinakan saya dengan kemaksiatan kepada Mu.
Saudara-saudara seagama ...

Diantara akibat perbuatan dosa dan maksiat terhadap masyarakat dan negara terjadinya bermacam-macam kerusakan (dimana-mana), di air, udara, tanaman, buah-buahan dan pemukiman-pemukiman dll.

Allah Ta'ala berfirman :
Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (ar-Ruum : 41)

Maksud dari "fasad" (kerusakan) dalam ayat ini adalah kemelaratan, kejahatan, dan bencana-bencana yang terjadi karena perbuatan maksiat yang dilakukan manusia. Maka setiap kali mereka melakukan dosa, begitu pula Allah akan menyiapkan untuk mereka balasannya.

Sebagian ulama salaf berkata : Setiap kali kalian melakukan dosa, begitu pula Allah dengan kekuasaan Nya akan menyiapkan balasannya[8].

Mujahid berkata: Apabila seorang diktator berkuasa, kemudian ia melakukan kedholiman dan kerusakan, niscaya Allah akan menahan turunnya hujan, hingga tanam-tanaman dan binatang-binatang ternak binasa, kemudian beliau membaca ayat ini[9], lalu beliau berkata: demi Allah ia (kerusakan) tidak terjadi hanya pada laut kalian ini saja, akan tetapi setiap negeri yang terdapat sungai mengalir itu adalah laut[10], dan perkataan ulama tafsir lainnya juga semakna dengan ini.

Dalam sebuah riwayat di kitab Sunan Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Wahai para muhajirin ... lima hal aku berlindung kepada Allah kalau kalian menjumpainya, tidaklah tersebar perbuatan zina pada suatu kaum, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali Allah menimpakan atas mereka wabah penyakit dan pes yang tidak pernah ada pada masa sebelum mereka, dan tidaklah suatu kaum mengurangi neraca dan timbangan kecuali mereka ditimpa oleh kemarau panjang dan sulitnya berusaha serta kedholiman penguasa, dan tidaklah suatu kaum enggan menunaikan zakat harta kecuali Allah menahan turun hujan dari langit, kalaulah bukan karena adanya binatang niscaya mereka tidak akan mendapatkan hujan, tidaklah suatu kaum mengingkari janji kecuali Allah mengirim musuh-musuh yang menaklukan mereka, lalu musuh-musuh tersebut merampas sebagian apa yang mereka miliki, dan jikalau para penguasa tidak berhukum dengan kitabullah niscaya Allah akan menjadikan permusuhan diantara mereka[11].

Dan (riwayat lain) dalam musnad Ahmad dari Ummu Salamah : Apabila tampak kemaksiatan pada suatu kaum maka Allah melimpahkan azab atas mereka[12].
Saudara-saudara seiman ...

Dan di antara akibat perbuatan maksiat dan dosa terhadap hamba adalah berkuasanya para musuh, dan sewenang-wenangnya orang jahat terhadap orang baik, dalam sebuah hadits Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Dan demi jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh berbuat kebajikan, dan mencegah dari perbuatan mungkar, atau tiba saatnya Allah mengirimkan kepada kalian azab dari sisi-Nya, kemudian kalian memohon kepada Nya namun Ia tidak mengabulkan doa kalian. (HR. Tirmizi, ia berkata : hadits hasan)[13] dan juga dihasankan oleh Munziry dan selainnya[14].
Kaum muslimin sekalian ...

Di antara akibat perbuatan dosa dan maksiat adalah dihapusnya nikmat, dan munculnya bencana, digantinya keamanan menjadi rasa takut, kebahagian menjadi sengsara, dan kebaikan menjadi kerusakan.

Artinya : Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (asy-Syuura : 30)

Ali bin Abi Tholib radliyallahu 'anhu berkata : Tidaklah bencana itu datang kecuali disebabkan dosa, dan tidaklah diangkat kecuali dengan bertobat[15].

Maka bilamana hamba itu mengganti ketaatan kepada Allah menjadi maksiat, dan bersyukur kepada-Nya menjadi kufur nikmat, sebab-sebab ridha Allah menjadi murka-Nya, niscaya kenikmatan yang mereka rasakan diganti menjadi kesengsaraan, dan bilamana mereka mengganti kemaksiatan menjadi ketaatan, niscaya Allah menggantikan marabahaya menjadi keselamatan, kehinaan menjadi kemuliaan, kesengsaraan menjadi kebahagiaan, ketenangan dan kenyamanan.

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri sendiri, Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelinding bagi mereka selain Dia. (ar-Ra'd : 11)
Artinya : Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum hingga kaum merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. (al-Anfaal : 53)

Kaum muslimin sekalian ...

Di antara akibat perbuatan maksiat dan dosa adalah tersebarnya penyakit-penyakit jiwa dikalangan masyarakat, timbulnya rasa takut dan khawatir, dan rasa resah dan gelisah, hal itu karena dosa-dosa yang memalingkan hati dari kesehatan dan keistiqomahannya, menjadi sakit dan berpaling, sehingga hati itu tetap sakit tidak berguna baginya makanan yang akan menghidupkan dan memperbaikinya, jadi pengaruh dosa terhadap hati seperti pengaruh penyakit terhadap tubuh. Bahkan dosa-dosa adalah penyakit hati dan boroknya, dimana tidak ada obat kecuali dengan meninggalkan dosa tersebut.

Allah berfirman :
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. (al-Infithaar : 13-14)

Imam Ibnul Qoyyim berkata: Janganlah anda menyangka bahwa kenikmatan disini (ayat) hanya terbatas pada nikmat akhirat saja, dan begitu juga kesengsaraannya. Akan tetapi mencakup kenikmatan dan kesengsaraan di tiga alam; alam dunia, barzakh, dan akhirat. Jadi mereka yang taat berada dalam kenikmatan, dan mereka yang durhaka berada pula dalam kesengsaraan, dan tiada kenikmatan kecuali kenikmatan hati, dan tiada kesengsaraan kecuali kesengsaraan hati, tiada kesengsaraan yang lebih dahsyat dari rasa khawatir, gelisah, takut, resah dan kesempitan hati. (berakhir disini perkataan beliau semoga Allah merahmatinya)[16].
Para hamba Allah ...

Berlandaskan ini, maka orang yang taat dan bertakwa selalu aman dari resah dan gelisah, jauh dari rasa was-was dan kekhawatiran, hal itu karena mereka merealisasikan ketaatan kepada Allah, dan menjauhi maksiat terhadap-Nya, Allah Ta'ala berfirman :
Artinya : Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih. (al-An'am : 48)

Dan firman-Nya :
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (al-Ahqaaf : 13)

Wahai hamba Allah sekalian ...

Bertakwalah kepada Allah Ta'ala, dan tingkatkanlah ketaatan kepadaNya pasti kita akan beruntung, kemudian jauhilah berbuat maksiat dan dosa pasti kita akan bahagia dan sejahtera.

Allah berfirman :
Artinya : Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (al-Ahzab : 71).

Semoga Allah memberkati saya, dan saudara sekalian dengan Alquran, dan menjadikan ayat-ayat dan keterangan-keterangannya bermanfaat bagi kita, inilah penyampaian saya, dan saya mohon ampun kepada Allah, sesungguhnya Ia maha pengampun dan maha pengasih.
Saudara-saudara yang seiman ...

Perbuatan dosa dan maksiat akan menghapus keberkahan dunia dan agama, melenyapkan keberkahan umur dan rezki, menghilangkan keberkahan ilmu dan amal, dan selainnya. Bahkan (bisa dikatakan) tidaklah dihapus suatu keberkahan pun dari muka bumi ini kecuali disebab oleh perbuatan maksiat kepada Allah.

Allah Ta'ala berfirman :
Artinya : Jikalau sekiranya penduduk negri-negri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al- A'raaf : 96)
Artinya : Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar. (al-Jin : 16)
Para hamba Allah sekalian ...

Oleh karena itu perbuatan maksiat seseorang wabahnya akan menyebar dan mengenai orang lain, bahkan mengancam ketenangan dan kesenangan semua orang.

Abu Hurairah radliyallahu 'anhu menggambarkan hal ini dengan mengatakan: sesungguhnya matinya seekor burung dalam sarangnya adalah akibat kediktatoran seorang penguasa.

Dan sebagian para Ulama salaf juga mengatakan : Sesungguh apabila datang kemarau panjang, dan musim paceklik binatang-bintang pun melaknat manusia-manusia yang selalu berbuat maksiat, mereka berseru : inilah akibat dari dosa-dosa anak cucu Adam[17].

Perbuatan dosa dan maksiat membuat segala makhluk yang pada asalnya takut kepada seorang hamba menjadi berani untuk mengganggunya, syaithan pun mulai leluasa mengganggu dengan menyakiti, menggoda, membujuk, menakut-nakuti, membuatnya sedih, lupa terhadap hal-hal yang bermanfaat apabila diingat, dan bermudharat kala dilupakan, dan saat itu syethan-syethan berbentuk manusia pun mulai berani melontarkan gangguan-gangguan, sesuai dengan kemampuan mereka, dengan secara langsung atau pun sebaliknya, bahkan merempet gangguan mereka kepada istri, pembantu, anak keturunan, dan tetangga-tetangganya.

Sebagian ulama salaf menyatakan : saya mengetahui bahwa saya telah berbuat dosa kepada Allah dengan melihat tingkah laku binatang tunggangan dan istri saya[18]. Hal demikian karena Allah Ta'ala selalu menjaga orang-orang beriman yang taat beribadah dari kejahatan-kejahatan, dan marabahaya didunia dan akhirat. Allah Ta'ala berfirman :
Artinya : Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. (al-Hajj: 38)


Dikeluarkan dalam edisi bahasa Indonesia oleh : Aspri Rahmat Azai
[1] Musnad Ahmad (5 / 277, 280, 282), dari Hadist Tsauban Maula Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan radliyallahu 'anhu.
[2] Saya tidak menemukan perkataan Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma ini. (akan tetapi) Imam Baihaki mengeluarkan dalam kitab Syu'abu-l-Iman (5/446) dari perkataan Ibrahim bin Adham rahimahullah dengan ringkas. Dan Ibnu katsir menceritakannya juga didalam tafsirnya (4/204) dari sebagian sahabat.
[3] Dikeluarkan oleh Bukhary didalam shohehnya (3/1067) ta'liqon (tanpa sanad), dan Ahmad didalam Musnadnya (2/50), dan Abdurrozzaq didalam musonnafnya (4/212) dari hadist Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma, dan Haitsami menyebutkan didalam Majma' (6/49) dan beliau berkata : diriwayatkan oleh Ahmad dan disanad nya ada Abdurrahman bin Tsabit yang ditsiqohkan oleh Ibnu-l-Madini dan lainnya, dan didhoifkan oleh Ahmad dan selainnya, dan rijal selebihnya tsiqot.
[4] Dikeluarkan oleh Sa'id bin Manshur didalam sunannya (2/290-291) dari Jubeir bin Nufair radliyallahu 'anhu.
[5] Musnad ahmad (5/278), dan dikeluarkan juga oleh at-Thoyalisi didalam Musnadnya (1/133) hadist dari Tsauban radliyallahu 'anhu.
[6] Musnad Ahmad (2/84) sunan Abu Daud (3/274), dan dikeluarkan juga oleh Baihaki didalam sunannya (5/316) hadist dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma.
[7] Lihat Mu'jam al-kabir (12/432).
[8] Saya tidak menemukan (sumbernya) .
[9] yaitu surat Ar-Rum :41
[10] Dikeluarkan oleh at-Thobari didalam tafsirnya (2/317).
[11] (2/1332).
[12] Musnad Ahmad (6/304), dan juga dikeluarkan oleh Haitsami didalam Majma'nya (7/268), dan beliau berkata : diriwayatkan oleh Ahmad dengan dua sanad, rijal salah satunya adalah rijal yang shoheh.
[13] (4/468).
[14] Disebutkan oleh Mundziri didalam at-Targhib wa-t-Tarhib (3/159).
[15] Saya tidak menemukan perkataan Ali radliyallahu 'anhu ini, akan tetapi saya mendapatkan perkataan al-Abbas radliyallahu 'anhu didalam cerita sholat ististqo'- dengan lafadz yang sama, disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar didalam Fathu-l-Bary (2/497).
[16] Lihat kitab al-Jawabu-l-kafi, hal (51).
[17] Saya tidak menemukan (sumbernya).
[18] Saya tidak menemukan (sumbernya).
 
Last edited:
Back
Top