Memilih Salib yang sesuai …. (sebuah bahan renungan saat Natal)

A_S_T

New member
Memilih Salib yang sesuai ….

Just finish the Christmas Celeberation tanggal 21 Desember kemarin. Sederhana but sangat berkesan di hati. Terutama memang hal ini sudah di rencanakan dengan matang sejak 2 bulan lalu. Memang melelahkan tetapi setelah melihat hasilnya, seluruh kelelahan hilang dan berganti menjadi rasa bangga.

Aku terkesan sekali dengan suatu drama sederhana dimana drama tersebut menceritakan seorang penjual salib. Setelah lelah berkeliling menjual salib tanpa hasil, akhirnya sang penjual memutuskan untuk memberikan salibnya dengan gratis. Dia menggelar dagangannya di depan sebuah rumah besar. Keluar sang nyonya pemilik rumah, dan memarahinya karena dia menjual salibnya dan bahkan menolak salib yang diberikan dengan gratis.

Sang penjual memutuskan pindah ke sebuah lapangan dan mulai lagi menggelar salib-salibnya. Datanglah seorang anak muda. Sang anak muda ini tertarik dengan salib-salib yang di gelar. Dia bertanya kepada sang penjual apakah ada salib yang menurut sang penjual cocok dengannya. Sang penjual pun mengatakan karena dia masih muda, maka ditawarkanlah salib yang lumayan besar, terbuat dari kayu yang belum di poles. Sang pemuda menolak dengan tegas dan mengatakan bahwa salib tersebut kurang trendi dan tidak menarik. Akhirnya dia mengambil salib dengan ukuran sedang yang ingin digunakannya untuk menarik perhatian. Sang penjual mengatakan anak muda jaman sekarang hanya menginginkan sesuatu yang simple, yang mudah, dan tidak mau menerima tanggung jawab yang lebih besar.

Lantas datang lagi seorang pengusaha dengan langkah pastinya. Dia melihat salib-salib yang di gelar dan meminta agar sang penjual memilihkan salib yang sesuai dengan dirinya. Kembali sang penjual menawarkan salib yang berukuran besar dan terbuat dari kayu yang belum di poles. Sang pengusaha kembali menolak salib tersebut,s ama seperti yang dilakukan oleh anak muda tersebut. Kemudian dengan yakinnya sang pengusaha memilih salib yang kecil mungil yang bisa di masukkan ke dalam kantongnya sambil mengatakan … jaman sekarang harus berjaga-jaga. Terutama dalam dunia yang semakin keras. Kita harus bisa cerdik seperti ular seperti yang Alkitab katakan. dan pergi.

Sampai pada akhirnya, tidak ada yang mau mengambil salib yang berukuran sedang tersebut. Semua merasa bahwa salib tersebut tidaklah cocok untuk dirinya … bahwa salib tersebut jelek dan tidak pantas. Semua merasa bahwa salib-salib pilihan merekalah yang paling pantas untuk mereka dan paling sesuai dengan diri mereka.

At the end, kita sebagai manusia walaupun mengaku bahwa diri kita adalah “kristen”, ternyata kita tidaklah pernah menjadi “kristen” yang sesuai dengan keinginan Tuhan, melainkan sesuai dengan keinginan kita sendiri. Kita ingin pelayanan kita, Tuhan kita sesuai dengan keadaan kita. Terutama dengan begitu banyak perhitungan bahwa dengan pelayanan kita, maka Tuhan harus memberkati kita.
Terkadang kita bahkan lupa bahwa pelayanan kita bukan karena berkat-berkat yang dijanjikan, tetapi lebih kepada karena Yesus sudah melayani kita terlebih dahulu.

Yesus lahir ke dunia ini, mengetahui dengan jelas bahwa Dia harus mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Bayangkan jika kita berada di tempat Yesus, tahu bahwa kita kelak harus mati di kayu salib, di sesah, di siksa … saya percaya bahwa kita pasti lebih memilih untuk tidak dilahirkan. Tetapi tidak demikian dengan Yesus. Dia memilih untuk mengambil salib yang buruk, berat tersebut demi untuk menebus dosa-dosa manusia. Dia lebih memilih untuk mengikuti kehendak Bapanya, dan bukan memilih jalan yang sesuai dengan keinginannya.

Pada saat kita mengaku bahwa kita adalah Anak Tuhan, maka pada saat itulah Yesus lahir dalam diri kita, dan kita harus mau memanggul salib yang sama dengan Yesus. Kita akan menerima begitu banyak halangan, masalah bahkan bukan tidak mungkin cercaan, makian etc etc. Tetapi itulah salib yang harus kita pikul pada saat kita menerima Yesus untuk lahir dalam diri kita. Kita tidak bisa memilih salib mana yang ingin kita bawa … melainkan kita harus memikul salib yang sama dengan yang telah dipikul oleh Yesus.

Salib yang bagaimanakah yang sesuai dengan kita ??
Salib yang kita ingini ataukah salib yang di pikul Yesus ?
Saat ini aku belajar, inilah arti Natal yang sebenarnya …

Natal bukanlah sekedar perayaan yang besar untuk memperingati kelahiran Yesus di kandang domba.
Natal adalah saat dimana Yesus lahir dalam diri kita, kehidupan kita dan kita memikul salib yang sama dengan Yesus.
Itulah arti Natal yang sesungguhnya.
Apakah kita sudah merayakan Natal yang sebenarnya dalam kehidupan kita ?


Merry Christmas 2009 to all and May the spirit of Christmas be with all of us, not only today but everyday in our lives.

diambil dari : http://www.cross-written.com/memilih-salib-yang-sesuai-161.html#more-161
 
Last edited:
Bls: Memilih Salib yang sesuai …. (sebuah bahan renungan saat Natal)

Memilih Salib yang sesuai ….

Just finish the Christmas Celeberation tanggal 21 Desember kemarin. Sederhana but sangat berkesan di hati. Terutama memang hal ini sudah di rencanakan dengan matang sejak 2 bulan lalu. Memang melelahkan tetapi setelah melihat hasilnya, seluruh kelelahan hilang dan berganti menjadi rasa bangga.

Aku terkesan sekali dengan suatu drama sederhana dimana drama tersebut menceritakan seorang penjual salib. Setelah lelah berkeliling menjual salib tanpa hasil, akhirnya sang penjual memutuskan untuk memberikan salibnya dengan gratis. Dia menggelar dagangannya di depan sebuah rumah besar. Keluar sang nyonya pemilik rumah, dan memarahinya karena dia menjual salibnya dan bahkan menolak salib yang diberikan dengan gratis.

Sang penjual memutuskan pindah ke sebuah lapangan dan mulai lagi menggelar salib-salibnya. Datanglah seorang anak muda. Sang anak muda ini tertarik dengan salib-salib yang di gelar. Dia bertanya kepada sang penjual apakah ada salib yang menurut sang penjual cocok dengannya. Sang penjual pun mengatakan karena dia masih muda, maka ditawarkanlah salib yang lumayan besar, terbuat dari kayu yang belum di poles. Sang pemuda menolak dengan tegas dan mengatakan bahwa salib tersebut kurang trendi dan tidak menarik. Akhirnya dia mengambil salib dengan ukuran sedang yang ingin digunakannya untuk menarik perhatian. Sang penjual mengatakan anak muda jaman sekarang hanya menginginkan sesuatu yang simple, yang mudah, dan tidak mau menerima tanggung jawab yang lebih besar.

Lantas datang lagi seorang pengusaha dengan langkah pastinya. Dia melihat salib-salib yang di gelar dan meminta agar sang penjual memilihkan salib yang sesuai dengan dirinya. Kembali sang penjual menawarkan salib yang berukuran besar dan terbuat dari kayu yang belum di poles. Sang pengusaha kembali menolak salib tersebut,s ama seperti yang dilakukan oleh anak muda tersebut. Kemudian dengan yakinnya sang pengusaha memilih salib yang kecil mungil yang bisa di masukkan ke dalam kantongnya sambil mengatakan … jaman sekarang harus berjaga-jaga. Terutama dalam dunia yang semakin keras. Kita harus bisa cerdik seperti ular seperti yang Alkitab katakan. dan pergi.

Sampai pada akhirnya, tidak ada yang mau mengambil salib yang berukuran sedang tersebut. Semua merasa bahwa salib tersebut tidaklah cocok untuk dirinya … bahwa salib tersebut jelek dan tidak pantas. Semua merasa bahwa salib-salib pilihan merekalah yang paling pantas untuk mereka dan paling sesuai dengan diri mereka.

At the end, kita sebagai manusia walaupun mengaku bahwa diri kita adalah “kristen”, ternyata kita tidaklah pernah menjadi “kristen” yang sesuai dengan keinginan Tuhan, melainkan sesuai dengan keinginan kita sendiri. Kita ingin pelayanan kita, Tuhan kita sesuai dengan keadaan kita. Terutama dengan begitu banyak perhitungan bahwa dengan pelayanan kita, maka Tuhan harus memberkati kita.
Terkadang kita bahkan lupa bahwa pelayanan kita bukan karena berkat-berkat yang dijanjikan, tetapi lebih kepada karena Yesus sudah melayani kita terlebih dahulu.

Yesus lahir ke dunia ini, mengetahui dengan jelas bahwa Dia harus mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Bayangkan jika kita berada di tempat Yesus, tahu bahwa kita kelak harus mati di kayu salib, di sesah, di siksa … saya percaya bahwa kita pasti lebih memilih untuk tidak dilahirkan. Tetapi tidak demikian dengan Yesus. Dia memilih untuk mengambil salib yang buruk, berat tersebut demi untuk menebus dosa-dosa manusia. Dia lebih memilih untuk mengikuti kehendak Bapanya, dan bukan memilih jalan yang sesuai dengan keinginannya.

Pada saat kita mengaku bahwa kita adalah Anak Tuhan, maka pada saat itulah Yesus lahir dalam diri kita, dan kita harus mau memanggul salib yang sama dengan Yesus. Kita akan menerima begitu banyak halangan, masalah bahkan bukan tidak mungkin cercaan, makian etc etc. Tetapi itulah salib yang harus kita pikul pada saat kita menerima Yesus untuk lahir dalam diri kita. Kita tidak bisa memilih salib mana yang ingin kita bawa … melainkan kita harus memikul salib yang sama dengan yang telah dipikul oleh Yesus.

Salib yang bagaimanakah yang sesuai dengan kita ??
Salib yang kita ingini ataukah salib yang di pikul Yesus ?
Saat ini aku belajar, inilah arti Natal yang sebenarnya …

Natal bukanlah sekedar perayaan yang besar untuk memperingati kelahiran Yesus di kandang domba.
Natal adalah saat dimana Yesus lahir dalam diri kita, kehidupan kita dan kita memikul salib yang sama dengan Yesus.
Itulah arti Natal yang sesungguhnya.
Apakah kita sudah merayakan Natal yang sebenarnya dalam kehidupan kita ?


Merry Christmas 2009 to all and May the spirit of Christmas be with all of us, not only today but everyday in our lives.

diambil dari : http://www.cross-written.com/memilih-salib-yang-sesuai-161.html#more-161

terima kasih informasinya gusy
GBU
 
Back
Top